JURNAL MANUTECH
1,2,3
Abstract
Design for Assembly (DFA) is a methodology for evaluating part designs and the overall design of
an assembly. It is a quantifiable way to identify unnecessary parts in an assembly and to determine
assembly times and costs. The outcome of a DFA-based design is a more elegant product with fewer
parts that multifunctional and easy to assemble. This study aimed to evaluate the design assy. rotaring
plastic blade of plastic crusher machine that is using the DFA. The variables to be measured in this study
include the number of components, assembly time and assembly efficiency. The new design results show
that the number of components is reduced from 151 pieces to 79 pieces of component parts, assembly
time down from 637.96 seconds to 272.89 seconds and DFA index (assembly efficiency) increased from
19.3% to 35.2%. It can be concluded that the new design meets the requirements of design for assembly
(DFA) which is greater than the efficiency of assembly efficient assembly of the initial design.
Keywords: DFA Method, assembly efficiency, assy. rotaring blade
Abstrak
Desain untuk perakitan (DFA) adalah sebuah metode untuk mengevaluasi desain komponen
maupun produk secara keseluruhan. DFA adalah cara terukur untuk mengidentifikasi komponenkomponen yang tidak diperlukan dalam perakitan dan untuk menentukan waktu dan biaya perakitan.
Hasil dari desain berbasis DFA adalah produk yang lebih elegan dengan jumlah komponen yang lebih
sedikit yang bersifat multifungsi dan mudah untuk dirakit. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengevaluasi desain assy. rotaring blade mesin pencacah plastik yang ada dengan menggunakan
metode DFA. Adapun variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini antara lain adalah jumlah
komponen, waktu perakitan dan efisiensi perakitan. Hasil desain yang baru menunjukkan bahwa jumlah
komponen berkurang dari 151 buah komponen menjadi 79 buah komponen, waktu perakitan turun dari
637,96 detik menjadi 272,89 detik dan indeks DFA (efisiensi perakitan) meningkat dari 19,3% menjadi
35,2%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa desain baru memenuhi syarat desain untuk perakitan (DFA)
dimana efisiensi perakitannya lebih besar dibandingkan efisiensi perakitan desain awal.
Kata kunci: Metode DFA, efisiensi perakitan, assy. rotaring blade
1. PENDAHULUAN
Evaluasi terhadap desain produk dan pengembangannya dengan mempertimbangkan aspek
desain untuk manufaktur dan perakitan masih kurang dilakukan, padahal 85% biaya produksi ditentukan
oleh tahap awal desain, sehingga keputusan desain dapat secara dramatis mengurangi biaya produksi
[1]. Proses perakitan merupakan proses yang memakan waktu yang cukup besar dalam proses
manufaktur (53% dari total waktu produksi dan 22% ongkos buruh) dan 12% dari biaya manufaktur [2].
Design for Assembly (DFA) adalah sebuah metode untuk mengevaluasi desain komponen maupun
produk secara keseluruhan. DFA merupakan komplemen dari desain untuk manufaktur (DFM). Manfaat
DFA untuk desain produk adalah untuk memperkirakan kesulitan dalam perakitan, untuk informasi
pendukung dalam pengambilan keputusan, s ebagai patokan (benchmark) produk yang sudah ada,
tambahkan fokus untuk ulasan (review) desain, mempertajam kemampuan desain, dan
mengintegrasikan desain dan
Penerapan Metode DFA dalam Pengembangan Desain Assy. Rotaring Blade Mesin Pencacah Plastik
(Adhe Anggry)
2
sumbu perakitan, desain untuk gabungan dan efisiensi fastener serta desain produk modular untuk
perakitan [5]. Dengan metode DFA, banyak dilakukan proses desain ulang dimana proses desain ulang
dilakukan untuk meningkatkan indeks DFA (efesiensi perakitan) denga n cara meminimalisasi jumlah
komponen yang tidak memiliki fungsi atau berfungsi minimum pada struktur produk dan atau dengan
mengkombinasikan beberapa komponen untuk mengurangi waktu perakitan total.
Assy. rotaring blade adalah komponen dari mesin pencacah plastik yang berfungsi sebagai pisau
pencacah berputar. Pada desain awal, assy. rotaring blade memiliki jumlah komponen penyusun yang
cukup banyak yaitu berjumlah 151 buah komponen, sehingga perlu dilakukan evaluasi dan
pengembangan konsep desain assy. rotaring blade yang baru dengan menerapkan metode DFA.
Penelitian yang membahas tentang desain perbaikan produk dengan metode DFA dapat dilihat pada
penelitian Hasibuan [3] yang menerapkan metode DFMA dalam perbaikan desa in stopcontact.
Perbaikan rancangan dengan DFMA menunjukkan bahwa waktu perakitan berkurang hingga 19.57%,
jumlah komponen berkurang hingga 25.53% serta biaya total perakitan berkurang hingga 19.14%. Kholil
[4] mengaplikasikan metode DFMA pada desain alat pelubang kertas. Perbaikan desain dengan DFMA
menunjukkan bahwa jumlah komponen berkurang dari 26 komponen menjadi 20 komponen. Perdana
[6] menggunakan metode DFA dalam pengembangan desain rangka sepeda kota, hasil desain rangka
baru menunjukkan jumlah komponen rangka turun dari 24 buah komponen menjadi 20 buah
komponen, dan efisiensi perakitan meningkat dari 28% menjadi 32%. Purwandi [7] menerapkan metode
DFA pada perakitan coolbox sepeda motor, Dari hasil penerapan DFA didapat total waktu perakitan
coolbox untuk desain awal sekitar 399,16 detik dan nilai efisiensi sekitar 8%, sedangkan total waktu
perakitan untuk redesain adalah sekitar 313,01 detik dengan nilai efisiensi 10%.
2. METODE PENELITIAN
Secara ringkas pengembangan desain assy. rotaring blade dengan metode DFA disajikan dalam
skema yang diperlihatkan pada pada Gambar 1.
JURNAL MANUTECH
i*
Total
Tm =
Cm =
Essential
part?
Name of
assembly
Nm =
* - in column "i", use "1" to represent that a part is essential, and "0" to represent that a part is not essential.
. (1)
dimana:
E
= Efisiensi perakitan
3s = Waktu standard untuk satu komponen tanpa ada kesulitan
Nm = Jumlah komponen minimum secara teoritis
Tm = Total waktu perakitan seluruh produk
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Desain Awal
Desain awal assy. rotaring blade menggunakan desain perakitan dari Panca Desain yang dibuat
tahun 2012. Desain perakitan assy. rotaring blade seperti diperlihatkan pada Gambar 3. Desain awal
assy. rotaring blade terdiri dari 7 komponen dengan 151 buah komponen penyusun.
3.2 Evaluasi DFA Assy. Rotaring Blade untuk Desain Awal
Evaluasi DFA diawali dengan pembuatan tabel properti pemegangan dan pemasangan yang
disusun sesuai urutan perakitan. Diaphragm perakitan assy. rotaring blade seperti pada Gambar 4.
Setelah tabel properti pemegangan dan pemasangan dibuat kemudian dilanjutka n dengan pengisian
lembar kerja DFA. Dari lembar kerja DFA assy. rotaring blade diperoleh total waktu perakitan (Tm)
sebesar 637,96 detik, jumlah komponen minimum secara teoritis (Nm) berjumlah 41 komponen dan
indeks DFA (Eawal) sebesar 0,193 (19,3%).
Penerapan Metode DFA dalam Pengembangan Desain Assy. Rotaring Blade Mesin Pencacah Plastik
(Adhe Anggry)
JURNAL MANUTECH
Perbandingan hasil DFA desain awal dan desain baru assy. rotaring blade adalah sebagai
berikut:
Desain awal
Jumlah komponen
: 151 buah
Waktu perakitan
: 628,96 detik
Efisiensi perakitan
: 0,196 (19,6%)
Desain baru
Jumlah komponen
: 79 buah
Waktu perakitan
: 272,89 detik
Efisiensi perakitan
: 0,352 (35,2%)
4. SIMPULAN
Hasil yang didapat setelah penerapan DFA terbukti lebih efisien, terjadi perubahan jumlah
komponen penyusun assy. rotaring blade dari 151 buah komponen menjadi 79 buah komponen,
berkurang hingga 47,68%. Waktu perakitan berkurang sebesar 356,07 detik atau menurun hingga
56,61% dan indeks DFA meningkat sebesar 15,9%.
DAFTAR PUSTAKA
nd
[1]. Boothroyd, G., Dewhurst, P. dan Knight, W., Product Design for Manufacture and Assembly, 2
Edition, Marcel Dekker, New York, 2002.
[2]. Chan V. dan Salustri F. A., Design for Assembly, Ryerson University Toronto Canada, 2003.
[3]. Hasibuan, Y. K., Rambe, A. J. M. dan Ginting, R., Rancangan Perbaikan Stopcontact Melalui
Pendekatan Metode DFMA (Design for Manufacture and Assembly) pada PT.XYZ, e-Journal Teknik
Mesin FT USU, Vol. 1, No. 2, hal. 34 39, 2013.
[4]. Kholil, A., Aplikasi DFMA pada Desain Alat Pelubang Kertas, Journal Universitas Islam 45 Bekasi,
Vol. 10, No. 1, hal. 34 39, 2010.
[5]. Magrab, Edward, B., Integrated Product and Process Design and Development: The Product
Realization Process, Taylor and Francis Group, London, 2010.
[6]. Perdana, R. Y., Perancangan Sepeda Kota (City Bike) dengan Metode DFA , Jurusan Teknik Mesin
FTI-ITS, Surabaya, 2012.
[7]. Purwadi, T., Penerapan Desain untuk Perakitan (DFA) pada Perakitan Coolbox Sepeda Motor,
Jurusan Teknik Mesin FT-UI, Jakarta, 2012.
Penerapan Metode DFA dalam Pengembangan Desain Assy. Rotaring Blade Mesin Pencacah Plastik
(Adhe Anggry)
JURNAL MANUTECH
Abstract
In recent years, PLC controls are widely used in industries. Having compact forms, portable and
simple programming makes PLC become control equipments that widely used. That the PLC is not a
cheap control equipment makes the PLC is only used in large indutries, whereas small industries use
other controls. Because of this problem, we design and create a PLC based -microcontroller with the aim
to design a PLC that has almost similar functions to general PLC and low price. The PLC based microcontroller can be programmed using LD with ladder diagram form so that can be
directle used by novice programmers. In this research, we design a PLC equipped with output and input
modules.Fron the result test, we obtained conclusions that a PLC based-microcontroller has capabilities
near to general PLC's. Its weaknesses i.e slow upload process of programs and it has a number of limited
I/O, logical circuits, input and output modules work well in accordance with PLC Micro's planning and
timing have error rate of 2.34%
Katakunci: PLC, ladder diagram, ATmega8, mikrokontroler, arduino
Abstrak
Dalam beberapa tahun terakhir kontrol PLC banyak digunakan di industri. Dengan bentuk yang
kompak, portable dan pemrogramman yang sederhana menjadikan PLC menjadi peralatan kontrol yang
banyak digunakan. Namun PLC bukanlah peralatan kontrol yang murah , hal ini yang menjadikan PLC
hanya digunakan sebagai kontrol pada industri besar, sedangkan untuk industri kecil masih
menggunakan kontrol lain. Dari permasalahan ini maka dibuat PLC berbasis mikrokontroler yang
bertujuan untuk merancang PLC dengan fungsi yang hampir sama dengan PLC pada umumnya tetapi
dengan harga yang murah. PLC berbasis mikrokontroler dapat diprogram dengan Ld dengan bentuk
ladder diagram, sehingga pemrogram pemula dapat langsung mempergunakan. Dalam penelitian ini
PLC yang dibuat dilengkapi dengan modul input dan modul output. Dari hasil uji coba didapatkan
kesimpulan PLC berbasis mikrokontroler memiliki kemampuan yang hampir mendekati PLC yang ada
pada umumnya, dengan kelemahan proses upload program ke PLC berbasis mikrokontroler yang lamban
dan memiliki jumlah I/O terbatas, rangkaian logika, modul masukan d an keluaran dapat bekerja dengan
baik sesuai dengan perencanaan dan pewaktu pada PLC mikro mempunyai tingkat kesalahan sebesar
2,34%
Kata kunci: PLC, ladder diagram, ATmega8, mikrokontroler, Arduino
1. PENDAHULUAN
Perkembangan kemajuan teknologi saat ini telah banyak merubah cara hidup manusia dalam
melakukan pekerjaan yang semakin mempermudah dan mempercepat pekerjaan manusia. Salah
satunya dunia perindustrian yang tidak hanya berperan dalam satu bidang saja, melainkan disegala
bidang teknologi pada kehidupan manusia. Dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul
membutuhkan biaya, waktu, tenaga yang cukup besar untuk menyelesaikannya. Dengan adanya
teknologi permasalahan yang timbul dapat ditekan seminimal mungkin[5].
8
Aplikasi perangkat elektronik pada umumnya memerlukan suatu media penghubung antara satu
perangkat elektronik dengan perangkat elektronik lainnya, salah satu media yang digunakan yaitu media
fisik berupa PLC. PLC (kepanjangan Programmable Logic control) adalah sebuah alat yang digunakan
Untuk menggantikan rangkaian sederetan relay yang banyak dijumpai pada sistem kontrol proses
konvensional. PLC bekerja dengan cara mendeteksi masukan melalui input berupa sinyal -sinyal analog
maupun digital yang berasal dari sensor-sensor atau saklar, kemudian melakukan pemrosesan data
input dan mengeluarkan keluaran sesuai dengan instruksi yang diinginkankan[1..5].
PLC banyak digunakan pada aplikasi -aplikasi kontrol industri, kontrol mesin, dan lainnnya
misalnya pada proses kontrol pengepakan barang, proses penyortiran barang, konveyer, alat pemanas,
pengecatan otomatis dan sebagainya. Dengan kata lain, hampir semua aplikasi yang memerlukan
kontrol industri dapat mengunakan PLC. Namun harga PLC sangat mahal sehingga PLC hanya digunakan
pada industri dan untuk kontrol tertentu saja [5]. Dari permasalahan tersebut, maka dibuatlah PLC
dengan memanfaatkan mikrokontroler sebagai kontrol yang dapat memroses input dan mengeluarkan
output layaknya PLC pada umumnya. Dalam design dan pembuatan PLC berbasis mikrokontroler
menggunakan software Ldmikro yang berfungsi untuk memasukkan program ke mikrokontroller dengan
bahasa yang mirip dengan PLC yaitu ladder diagaram. Sehingga dalam pengoperasian PLC yang dibuat
pengguna merasa mudah dan familiar dengan instruksi yang ada. Dengan adanya PLC design dan
pembuatan mikrokontroler diharapkan PLC yang dibuat dapat digunakan sebagai media kontrol industri
atau elektronika lainnya dengan harga yang murah, terjangkau dan perawatan yang mudah[6..8] .
2. METODE PENELITIAN
Untuk penelitian Desain dan pembuatan PLC menggunakan mikrokontroller tahapan proses
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Perancangan dan pembuatan hardware mikrokontroler dan modul input dan output.
2. Sinkronisasi software Ldmikro dengan hardware mikrokontroler.
3. Pengujian dan analisa
2.1 Tahap Pertama
Pada tahap ini perancangan dan pembuatan hardware mikrokontroler dibuat dengan
konfigurasi seperti pada gambar. 1
Power Supply
LDmikro
Komputer
Downloader USB
ASP
Mikrokontroller
ATmega8
Input
Driver Output
JURNAL MANUTECH
ASP. Setelah proses selesai, maka kontrol siap digunakan. Gambar.2 adalah proses sinkronisasi software
Ldmikro dengan mikrokontroler.
Pin
Tegangan
Input
4.8 V
0.2 V
4.8 V
0.3 V
4.9 V
0.3 V
4.7 V
0.4 V
4.9 V
0.3 V
4.8 V
0.2 V
4.8 V
0.5 V
4.7 V
0.3 V
Pin
Tegangan
Ouput
4.8 V
0.4 V
4.8 V
0.4 V
4.8 V
0.5 V
4.9 V
0.6 V
4.8 V
0.4 V
4.7 V
0.5 V
4.9 V
0.5 V
4.8 V
0.4 V
Kondisi LED
Nyala
Mati
Nyala
Mati
Nyala
Mati
Nyala
Mati
Nyala
Mati
Nyala
Mati
Nyala
Mati
Nyala
Mati
Berdasarkan data hasil pengujian pada Tabel 1, modul masukan dan keluaran PLC mikro bekerja
dengan baik. Tegangan masukan pada saat tombol ditekan (logika 1) berada pada rentang 4.7 V sampai
dengan 4.9 V sedangkan pada saat tombol dilepas (logika 0) berada pada rentang 0.2 V sampai dengan
0.4 V. Tegangan keluaran pada saat LED menyala (logika 1) berada pada rentang 4.8 V sampai dengan
4.9 V sedangkan pada saat LED padam (logika 0) berada pada rentang 0.4 V sampai dengan 0.5 V
3.2 Pengujian Logika AND dan OR
Pengujian logika AND dan OR, dimaksudkan untuk mengamati dan mengukur pin masukan dan
keluaran saat diberi perintah logika AND dan OR. Ladder diagram untuk pengujian logika AND dan OR
dibuat seperti pada gambar 4. Pengujian logika AND dan OR diberikan pada input 1 dan 2 dengan
memberikan tegangan logika 1 pada rentang 4.8 V 4.9 V dan logika 0 pada rentang tegangan 0.2. Hasil
dari pengujian dicatat dalam tabel 2.
Desain dan Pembuatan PLC Menggunakan Mikrokontroler (Eko Sulistyo)
10
JURNAL MANUTECH
11
Penyebab timbulnya kesalahan pada pewaktu biasanya disebabkan karena pemilihan nilai kristal yang
kurang sesuai dengan siklus kerja mikrokontrolernya.
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis pada alat Trainer kit PLC berbasis mikrokontroler
Arduino maka dapat diambil kesimpulan :
1. PLCmikro yang dibuat ini memiliki kemampuan yang hampir mendekati PLC pada umumnya, dengan
kelemahan proses upload program ke PLCmikro yang lamban dan mempunyai jumlah I/O terbatas.
2. Software LDmikro pada PLCmikro hampir mendekati dengan software PLC pada umumnya.
3. Rangkaian Logika, Modul masukan dan keluaran dapat bekerja dengan baik sesuai dengan
perencanaan.
4. Pewaktu pada PLC mikro mempunyai tingkat kesalahan sebesar 2,34%
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Omron. 2003, Sysmac CPM2A Programmable Controller: Operation Manual, Omron Corporation,
Japan
[2]. Matic, Nebojsa, Introduction to PLC Controller, Mikroelektronika
[3]. Setiawan I., 2003, Pengenalan Dasar PLC (Programmable Logic Controller). Jakarta. : Elex Media
Kompetindo
[4]. Setiawan I., 2005, PLC (Programmable Logic Controller) dan Teknik Peranca ngan sistem control.
Yogyakarta: Andi Offset.
[5]. Artanto D., 2009, Merakit PLC dengan Mikrokontroler. Jakarta: Elex Media.
[6]. Melore, Phill, 2001, Your Personal PLC Tutorial,http://www.plcs.net
[7]. Westhues, Jonathan, 2007, Ladder Logic for PIC and AVR, http://www.cq.cx/ladder.pl
[8]. Stadler, PICpgm-Free PIC Development Programmer For Windows, http: // members.aon.at /
electronics /pic /picgm/
13
JURNAL MANUTECH
14
korosif, bahan baku yang mudah diperoleh dengan harga yang lebih murah, memiliki massa jenis yang
lebih rendah dibanding dengan serat mineral dan mampu berfungsi sebagai peredam suara yang baik
[3],[6],[9].
JURNAL MANUTECH
15
2. METODE PENELITIAN
Untuk proses penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Tahapan proses yang
dilakukan dalam penelitian ini, yaitu: pembuatan sampel uji, pengujian mekanik, dan analisis data. Pada
Gambar. 3 terdapat skema metode penelitian yang digunakan untuk memba ntu proses penelitian
tersebut.
2.1 Tahap pertama
Pada tahap awal ini pembuatan sampel uji komposit serat resam, serat kelapa dan polyester.
Langkah yang dilakukan untuk pembuatan sampel ini adalah:
(1) Mempersiapkan serat resam dan serat kelapa dengan berbagai ukuran (3 mm, 10 mm dan 20 mm);
(2) Membuat cetakan;
(3) Membuat benda uji dengan berbagai variasi ukuran serat beserta prosentasenya dan prosentase
curing agent.
(4) Persiapan sampel uji sesuai standar (ASTM D 638 untuk uji tarik, ASTM D 790 untuk uji flexure dan
ISO 179 untuk uji impact).
16
Nilai maksimum Tegangan lentur adalah 64,9 MPa, nilai maksimum Modulus lentur adalah 4090
MPa.
Nilai tegangan lentur dari dashboard mobil yang memiliki jenis bahan plastik ABS High Impact
adalah 37-76 MPa [10] dan nilai modulus lentur standar adalah 1235 - 2588 MPa [21]. Sehingga
tegangan dan modulus lenturnya yang diperoleh dari penelitian ini sudah memenuhi standar.
JURNAL MANUTECH
17
Untuk kekuatan impact dari dashboard mobil yang memiliki jenis bahan plastik ABS adalah sebesar
2
13,48 kJ/m [8], sehingga hasil penelitian ini dari segi uji impact dapat memenuhi standar dashboard
mobil.
4. KESIMPULAN
Dalam penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan diantaranya adalah:
1. Nilai maksimum kekuatan tarik adalah 30,05 MPa, nilai maksimum modulus elastisitasnya 2425 Mpa
dan nilai maksimum regangannya 1,65 %;
2. Nilai maksimum Tegangan lentur adalah 64,9 MPa, nilai maksimum Modulus lentur adalah 4090
MPa;
2
3. Nilai maksimum tegangan impact adalah 67,8 kJ/m (pada ukuran panjang serat resam & serat
kelapa 20mm dan prosentase volume serat 35 %);
4. Hasil penelitian ini menunjukkan tegangan Tarik, modulus elastisitas dan regangan sudah memenuhi
standar plastik yang digunakan pada dashboard mobil;
5. Hasil penelitian ini menunjukkan tegangan flexure, dan modulus flexure sudah memenuhi standar
plastik yang digunakan pada dashboard mobil;
6. Hasil penelitian dengan uji impact juga sudah memenuhi standar dashboard mobil.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Arif dan Yunito Akhmad, 2008, Analisa pengaruh fraksi volume serat kelapa pada komposit matrik
polyester terhadap kekuatan tarik, impact dan bending, Tesis mahasiswa ITS.
[2] Applications of ABS High Impact - Acrylonitrile-Butadiene Styrene High Impact:
http://www.omnexus.com/tc/polymerselector/polymerprofiles.aspx?id=184&us=0&tab=3
[3] Basuki Widodo, 2008, Analisa sifat mekanik komposit epoksi dengan penguat serat pohon aren (ijuk)
model lamina berorientasi sudut acak (random), Jurnal teknologi technoscientia.
[4] Herwandi dan kawan-kawan, 2013. Pengaruh Variasi Volume Serat Resam Terhada p Kekuatan Tarik
dan Impact Komposit pada Matriks Polyester sebagai Bahan Pembuatan Dashboard Mobil, Prosiding
Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI VIII) 2013 di Universitas Tarumanagara.
[5] Lawrence T. Drzal, 2007, Sustainable Bio-Based Structural Material: opportunities and challenges,
Michigan State University.
[6] Muh Amin dan Samsudi R, 2010, Pemanfaatan limbah serat sabut kelapa sebagai bahan Pembuat
helm pengendara kendaraan roda dua, Prosiding nasional unimus.
[7] Neng Sri Suharty, 2007, Rekayasa pol imer menggantikan bahan tradisional, Pidato Pengukuhan guru
besar kimia-Universitas Sebelas Maret.
[8] Plastic-Determination of Charpy impact properties (ISO 179-1:2000).
[9] Rajesh Ghosh, A. Rama Krishna , G. Reena , dan Bh.Lakshmipathi Raju, 2011, Effect of fibr e volume
fraction on the tensile strength of Banana fibre reinforced vinyl ester resin composite, International
journal of advanced engineering sciences and technologies.
[10] Applications of ABS High Impact-Acrylonitrile-Butadiene Styrene High Impact:
http://www.efunda.com/materials/polymers/properties/polymer_datasheet.cfm?MajorID=ABS&Mi
norID=9
Pemanfaatan Serat Resam dan Serat Kelapa untuk Bahan Komposit pada Matrix Polyester sebagai
Bahan Pembuatan Komponen Kendaraan (Herwandi)
19
JURNAL MANUTECH
1,2,3
Abstract
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) is one of the most widely used in welding work because it
is relatively easy and inexpensive compared to other electric arc welding. At the time of welding using
direct current (DC) to the occurrence of magnetic repulsion (arc blow) so that the electrodes that burst
into uncontrollable and affect welding results. In this study, experiments were performed by several
methods with the same welding parameters to determine arc blow at the start of welding and its
influence on the stability of arc welding. The first methods is perform the welding to get first data, the
second methods that conduct start of the welding process far away from weld metals and the third
methods is put the ground in the start and the end of weld metals. The phenomenon of arc will be
observed by using a camera that is known for its influence the welding efficiency on melting weld metals
at the onset of arc blow. Expected results of the study is to established methods to reduce arc blow when
welding to arc welding is obtained more stable so we get the welding efficiency and reduce of weld
defects.
Keywords: Arc blow, arc welding, camera, SMAW, welding.
Abstrak
Pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) adalah salah satu pengelasan yang paling
banyak digunakan pada pekerjaan pengelasan karena relatif lebih mudah dan murah dibandingkan
dengan las busur listrik lainnya. Pada saat pengelasan menggunakan arus current direct (DC) dapat
terjadinya daya tolak magnetik (arc blow) sehingga elektroda yang menyembur menjadi tidak terkendali
dan mempengaruhi hasil las. Pada penelitian ini, percobaan dilakukan dengan cara melakukan
beberapa metoda dengan parameter pengelasan yang sama untuk mengetahui timbulnya arc blow
pada saat awal pengelasan dan pengaruhnya pada kestabilan busur las yang terjadi pada saat
pengelasan. Metode pertama melakukan pengelasan untuk mendapatkan data awal terhadap waktu
dan jarak terjadinya arc blow, Metode kedua melakukan pengelasan dengan awal pengelasan jauh dari
benda kerja dan metode ketiga melakukan pengelasan dengan menempatkan ground dikedua ujung
benda kerja las. Fenomena busur yang terbentuk akan diamati dengan menggunakan kamera sehingga
diketahui pengaruhnya bagi efisiensi pengelasan pada saat pencairan logam las oleh busur pada saat
timbulnya arc blow tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah menentukan metode untuk mengurangi
terjadinya arc blow pada saat pengelasan agar busur las yang didapatkan lebih stabil sehingga
didapatkan efisiensi pengelasan dan mengurangi terjadinya cacat las.
Kata kunci: Arc blow, busur las, kamera, pengelasan, SMAW.
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan teknologi dan banyaknya masyarakat yang menggunakan peralatan
listrik baik untuk rumah tangga maupun industri berarti semakin banyak pula energi listrik yang
dibutuhkan untuk menjalankan semua peralatan listrik tersebut, demikian juga halnya yang terjadi pada
sistem pengelasan busur listrik (arc welding).
Pada pengelasan busur, panjang busur berbanding lurus dengan tegangan, dan jumlah input
kalor berhubungan dengan arus listrik. Arus DC paling sering digunakan untuk proses pengela san
manual seperti shielded metal arc welding (SMAW) karena sifat busur listrik pada arus DC lebih stabil
[1] .
Analisis Fenomena Arc Blow pada Pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) (Ramli)
20
SMAW merupakan proses las busur elektroda terumpan yang menggunakan busur listrik
sebagai sumber panas. Polaritas listrik salah satu parameter pengelasannya yaitu polaritas lurus (DCSP)
atau polaritas terbalik (DCRP). Penggunaan polaritas DC ini dapat mengakibatkan terjadinnya daya tolak
magnetik (arc blow) [2].
Arc blow adalah kondisi yang terjadi akibat interaksi antara arah medan magnet dari busur las
dan arah residu kemagnetan dari material yang di las sehingga menyebabkan ketidakstabilan busur las.
Pada proses pengelasan ketidakstabilan busur las mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan cacat
las [2], maka tindakan pencegahan untuk mengurangi terjadinya arc blow pada logam yang akan dilas
berperan penting untuk meningkatkan efisiensi proses pengelasan serta mutu pengelasan yang baik.
2. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimental untuk menyelidiki
hubungan sebab akibat dengan memberikan satu atau lebih kondisi perlakuan kepada satu atau lebih
eksperimental. Untuk menyelesaikan penelitian ini digunakan alur flow chart kegiatan sebagai pedoman
dalam menentukan tindakan sehingga lebih terarah. Gambar 1. menunjukkan metode penelitian yang
digunakan.
JURNAL MANUTECH
21
Metode ketiga merupakan metoda untuk mengurangi terjadinya arc blow pada saat proses
pengelasan berlangsung yaitu melakukan pengelasan dengan menempatkan ground dikedua ujung
benda kerja. Di bawah ini diperlihatkan skematik percobaan dari ketiga metode ter sebut.
Gambar 2. Skema sistem pengelasan untuk mendapatkan data awal (a), pengelasan dimulai jauh dari
benda kerja (b), dan pengelasan dengan menempatkan ground dikedua ujung benda kerja (c).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran hasil dari eksperimen dilakukan dengan pengamatan langsung hasil cuplikan
gambar fenomena busur las terhadap waktu terjadinya arc blow pada awal pengelasan dalam satuan
detik yang sudah terekam oleh kamera pada saat pengelasan berlangsung. Fenomena busur las yang
terjadi pada saat pengelasan ditampilkan pada gambar 3.
Gambar 3. Fenomena busur las dalam kondisi normal atau tanpa terjadi arc blow (a), kondisi busur las
terjadi arc blow (forward arc blow) (b), kondisi busur las yang dominan ke salah satu sisi fillet (c), dan
kondisi busur las berdefleksi jauh kebelakang elektroda (back blow) [3].
3.1. Hasil dan Pembahasan Metode 1
Waktu terjadinya arc blow pada eksperimen metode 1 secara grafik ditunjukan pada gambar 4.
Analisis Fenomena Arc Blow pada Pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) (Ramli)
22
Gambar 4. Grafik total waktu terjadinya arc blow pada eksperimen metode 1.
Dari hasil pengukuran eksperimen metode 1 ini didapatkan bahwa arc blow terjadi dari detik
pertama sampai detik ke 17 (tujuh belas), dengan kecepatan rata -rata pengelasan sebesar 2 mm/s maka
jarak terjadinya arc blow pada benda kerja hasil las sepanjang 34 mm. Hasil dari metode 1 dijadikan
sebagai data awal atau tolak ukur terjadinya arc blow pada awal pengelasan.
3.2. HASIL DAN PEMBAHASAN METODE 2
Adapun hasil pengukuran metode 2 dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 5. Grafik total waktu terjadinya arc blow pada eksperimen metode 2.
Dari data hasil pengukuran dapat dilihat bahwa arc blow masih terjadi di benda kerja las yang
akan digunakan yaitu maksimum sebesar 8 detik atau sepanjang 16 mm.
3.2. HASIL DAN PEMBAHASAN METODE 3
Pada pengukuran hasil eksperimen metode 3 didapatkan total waktu terjadinya arc blow
seperti ditunjukan pada gambar 6.
Gambar 6. Grafik total waktu terjadinya arc blow pada eksperimen metode 3.
JURNAL MANUTECH
23
Dari hasil eksperimen metoda 3 didapatkan waktu terjadinya arc blow pada proses pengelasan
maksimum sebesar 11 detik atau dengan jarak sepanjang 22 mm.
Secara grafik perbandingan total waktu terjadinya arc blow dari ketiga metode eksperimen
diatas dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Perbandingan total waktu terjadinya arc blow antara data awal (metode 1), metoda 2 dan
metoda 3.
Dari data diatas didapatkan bahwa arc blow pada metode 2 masih terjadi di benda kerja las
yang akan digunakan yaitu maksimum sebesar 8 detik atau sepanjang 16 mm, namun jika dibandingkan
dengan data awal (metode 1) yaitu 17 detik atau 34 mm maka arc blow pada metoda 2 ini mengalami
pengurangan yang cukup signifikan yaitu sebesar 9 detik atau 18 mm atau diatas 50%. Arc blow yang
masih terjadi di benda kerja las yang akan digunakan ini diyakini karena antara benda kerja tambahan
sepanjang 34 mm dan benda kerj a las yang akan digunakan sepanjang 100 mm terdapat celah dan tidak
sebangun.
Sedangkan pada metode 3 didapatkan waktu terjadinya arc blow pada proses pengelasan
maksimum sebesar 11 detik atau dengan jarak sepanjang 22 mm, jika dibandingkan dengan data aw al
yaitu sebesar 17 detik atau 34 mm maka mengalami pengurangan waktu dan jarak terjadinya arc blow
sebesar 6 detik atau 12 mm. Berkurangnya arc blow dengan melakukan metoda penempatan ground di
kedua ujung benda kerja yaitu di awal pengelasan dan di akhir pengelasan ini disebabkan pada awal
mulai pengelasan garis fluk terkonsentrasi di belakang elektroda karena garis fluk yang seharusnya
melalui udara memilih untuk melewati medium logam, arc mencoba untuk mengatasi
ketidakseimbangan dengan berdefleksi ke depan yang disebut sebagai forward arc blow [3].
Dengan adanya ground di akhir pengelasan/di depan elektroda maka garis fluk magnet yang
dihasilkan oleh arus listrik berjalan melalui benda kerja menuju ground, dengan adanya garis fluk
tersebut maka konsentrasi garis fluk berada di depan elektroda yang menyebabkan busur ( arc)
cenderung berdefleksi ke belakang sehingga forward arc blow yang terjadi pada awal pengelasan
cenderung berkurang. Sebaliknya, ketika elektroda mendekati akhir pengelasan, konsentrasi garis fluk
berada di depan elektroda, arc mengimbangi dengan berdefleksi ke belakang dan disebut backward arc
blow. Dengan adanya ground di awal pengelasan/di belakang elektroda maka garis fl uk magnet yang
dihasilkan oleh arus listrik berjalan menuju ground, dengan adanya garis fluk ini maka konsentrasi garis
fluk berada di belakang elektroda yang menyebabkan busur (arc) berdefleksi ke depan elektroda
sehingga backward arc blow yang terjadi pada akhir pengelasan cenderung berkurang [3].
Dari ketiga metoda tersebut, maka dengan melakukan awal pengelasan jauh dari benda kerja
yang akan digunakan (metode 2) akan menghasilkan total waktu arc blow pada awal pengelasan yang
paling sedikit.
Terjadinya arc blow pada saat pengelasan berlangsung akan menggangu proses pengelasan
dikarenakan busur las akan terdefleksi sehingga busur las tidak dapat stabil, ketidakstabilan busur las
pada proses pengelasan cenderung mengakibatkan terjadinya cacat las (welding defect). Pada penelitian
ini cacat las yang diamati dibatasi pada cacat las bagian luar (external defect) yang dapat diamati
langsung secara visual seperti undercut, spatter, irregular in width dan lain-lain [4].
Analisis Fenomena Arc Blow pada Pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) (Ramli)
24
4. SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
a. Terdapat dua karakteristik arc blow yang terjadi pada awal pengelasan sambungan sudut (fillet)
yaitu busur las terdefleksi kesalah satu sisi fillet dan busur las berdefleksi ke depan elektroda
(forward arc blow)
b. Dengan melakukan awal pengelasan jauh dari benda kerja dan menempatkan ground di kedua
ujung benda kerja (di awal dan akhir pengelasan) dapat mengurangi waktu terjadinya arc blow
pada awal pengelasan sehingga busur las yang terjadi lebih stabil yang berdampak terhadap
mutu las yang lebih baik
c. Melakukan awal pengelasan jauh dari benda kerja lebih dominan mengurangi arc blow yang
terjadi pada benda kerja yang akan digunakan dibanding dengan menempatkan ground di
kedua ujung benda kerja
d. Selain efek perubahan gound, arc blow juga dapat disebabkan sudut dan celah/jarak pada
kampuh benda kerja serta benda kerja yang tidak sebangun
e. Arc blow yang terjadi pada awal pengelasan dapat menyebabkan terjadinya cacat las seperti
parit-parit/takikan di pinggir jalur jas (undercut), percikan logam las (spatter), lebar las yang
tidak beraturan/tidak sama (irregular in width), bead las yang bergelombang (wavy bead) dan
lubang pada permukaan las (surface porosity).
DAFTAR PUSTAKA
[1] Wiryosumarto H, Okumura T, Teknologi Pengelasan Logam, Edisi Pertama, PT. Pradya Paramita,
Jakarta, 2009.
[2] Ida Bagus Githa Dyatmika, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra, Analisis Perbandingan Metode
Magnetic Particle Inspection (MPI) Menggunakan Yoke AC dan Permanen Magnet Untuk
Pendeteksian Panjang Retak Permukaan yang Dilapisi Nonconductive Coating Pada Sambungan
Las di Kapal, Jurnal Teknik Pengelasan, Vol.1,61-67, 2012.
[3] The Lincoln Electric Company. The Procedure Handbook of Arc Welding, Twelfth Edition,
Chelevand, Ohio, 1973.
[4] Juliana Anggono, Luciana Hariani Kusuma, Studi Pengaruh Magnetic Arc Blow pada Hasil Las
TIG Baja AISI 1021,Jurnal Teknik Mesin, Vol.1,63-73,1999.
25
JURNAL MANUTECH
1,2
Abstract
High material removal rate (MRR) and low surface roughness are targets, which want to be
reached by manufacturing process using EDM sinking. The slowest MRR will give good surface
roughness. However, it makes process get slower and increase production cost. To solve this problem,
the setting of process parameter, which gives maximum MRR and minimum surface roughness, is
required. An experiment in EDM sinking has been done using AISI 4140 and copper electrodes. Process
parameters such as pulse current, on time, off time and gap voltage are varied. In addition, the
L18(21x33) orthogonal array was applied because one of process parameters has two levels while the
others have three levels. In this experiment, two replications were conducted to deal with the
uncertainty. Based on the experiment results, back propagation artificial neural network (BPANN) was
developed. Then, the process parameter setting, which gives the maximum MRR and the minimum
surface roughness, was determined by genetic algorithm (GA). It was shown in this research that the
smallest MSE of BPANN was 0.0007501, which was reached using 4 -8-2, i.e., 4 inputs, 2 hidden layers
with 8 neurons in each hidden layer, and 2 outputs. It was used logsig as activation function and trainrp
as training type in the BPANN. By applying BPANN above, the parameters setting, which gives the
maximum combination of MRR and the minimum surface roughness simultaneously is 25 Ampere of
pulse current, on time 117 s, off time 25 s and gap voltage 9 V. Moreover, the MRR and surface
roughness results are 25,45 mm3/min and 7,88 m.
Keywords: BPANN, genetic algorithm (GA), MRR, surface roughness.
Abstrak
Material removal rate (MRR) yang tinggi dan kekasaran permukaan yang rendah merupakan
sasaran yang ingin dicapai pada proses pengerjaan benda kerja dengan menggunakan EDM sinking.
MRR yang selambat mungkin, akan menghasilkan kekasaran permukaan yang baik. Tetapi proses yang
lambat akan berpengaruh terhadap waktu pengerjaan produk, serta akan meningkatkan biaya produksi.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan seting parameter proses yang menghasilkan MRR yang
maksimal dan kekasaran permukaan benda kerja yang minimal. Suatu penelitian dilakukan dengan
menggunakan baja S45C dan elektroda tembaga (copper) pada proses EDM sinking. Parameterparameter proses yang akan divariasikan adalah pulse current, on time, off time dan gap voltage.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah matriks ortogonal L18(21x33), karena ada satu
parameter proses yang memiliki dua level dan ada tiga parameter proses yang memiliki tiga level.
Pengulangan dilakukan sebanyak dua kali. Data hasil penelitian akan dipilih untuk dijadika n sebagai
data input dalam pengembangan back propagation artificial neural network (BPANN). Selanjutnya,
optimasi karakteristik multi respon dilakukan dengan menggunakan metode genetic algorithm (GA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mean square error (MSE) terkecil sebesar 0.0007501 dari arsitektur
jaringan BPANN 4-8-2 yang terdiri dari 4 input, sebuah hidden layer dengan 8 buah neuron pada
masing-masing hidden layer, dan 2 buah output. Fungsi aktivasinya adalah logsig dan jenis training
adalah trainrp. Seting kombinasi parameter yang signifikan untuk meningkatkan MRR dan
meminimumkan kekasaran permukaan secara serentak adalah gap voltage pada 9 V, on time pada 117
s, off time pada 25 s, pulse current pada 25 A. MRR terbesar dan kekasaran permukaan terkecil
adalah sebesar 25,45 mm3/min dan 7,88 m.
Kata kunci: BPANN, genetic algorithm (GA), MRR, surface roughness.
Optimasi Proses EDM Sinking Material Baja S45C Menggunakan Back Propagation Artificial Neural
Network-Genetic Algorithm (Robert Napitupulu)
26
1. PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi di bidang industri telah berkembang dengan pesatnya. Seiring dengan
perkembangan tersebut, untuk memenuhi kebutuhan akan produk yang berkualitas serta memiliki profil
dan struktur yang kompleks dengan kepresisian tinggi, memerlukan peningkatan efektifitas dan efisiensi
dalam proses manufaktur. Tuntutan terhadap kualitas, seperti misalnya kekasaran per mukaan,
ketelitian, serta kepresisian geometri, menjadi kendala tersendiri pada proses pemesinan. Untuk
mendapatkan kualitas yang diinginkan, kombinasi parameter proses harus ditentukan dengan tepat.
Penentuan kombinasi parameter dalam pembuatan produk-produk dengan beberapa target
karakteristik kualitas cukup sulit dilakukan, karena kompleksitas yang dimiliki dan harus mengandalkan
sejumlah besar rangkaian percobaan. Selain tuntutan terhadap kualitas produk, tuntutan terhadap
penggunaan material yang mempunyai kekuatan tinggi juga menjadi perhatian. Oleh karena itu, proses
pemesinan non-konvensional dibutuhkan untuk mengatasi kendala -kendala tersebut. Proses pemesinan
non-konvensional yang banyak digunakan adalah electrical discharge machining (EDM). Proses ini telah
digunakan secara efektif pada pemesinan material yang keras, benda kerja yang memiliki bentuk -bentuk
yang kompleks. Baja S45C merupakan salah satu jenis baja yang mempunyai konduktifitas tinggi,
memiliki ketahanan yang tinggi terhadap keausan, dan memiliki stabilitas yang tinggi dalam pengerasan.
Baja ini banyak digunakan untuk pembuatan produk mould dan dies. Proses pemesinan EDM sinking
menjadi pilihan yang tepat ketika pembuatan benda kerja dengan proses pemesinan konvensional sulit
dilakukan.
Jaringan syaraf tiruan (JST) atau artificial neuron network (ANN) adalah sistem pemrosesan
informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi [1]. Penelitian yang membahas
mengenai penggunaan ANN, khususnya dalam bidang prediksi pada proses EDM, telah beberapa kali
dilakukan. Paramater current (A), pulse on time (Ton) dan pulse off time (Toff) telah dibuktikan
berpengaruh terhadap MRR dan tool wear, pada penelitian pemodelan EDM dengan menggunakan back
propagation neural network (BPNN) dan optimasi multi objek menggunakan genetic algorithm II [2].
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model arsitektur ANN yang paling baik memiliki struktur
jaringan 3-10-10-2, learning rate dan momentum coefficient 0,6, maximum prediction error 9,47 %,
minimum prediction error 0,0137 % dan mean prediction error 3,06 %. Penelitian tentang ANN dengan
menggunakan parameter pulse on time (Ton), pulse off time (Toff), sparking frequency (Fs ) dan gap
current (I gap) telah dibuktikan berhasil memprediksi MRR [3]. Proses EDM sinking dilakukan pada baja
ukuran 17x12x4 cm dengan menggunakan elektroda tembaga (copper) berdiameter 20 mm dan BP200
hydrocarbon sebagai cairan dielektrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model ANN telah berhasil
memprediksi MRR dengan akurasi yang sangat tinggi. Model ANN tersebut menggunakan arsitektur
yang memiliki satu lapisan tersembunyi dengan empat input dan satu output dan error prediction yang
rendah. Berdasarkan evaluasi dari penel itian-penelitian yang ada, hasil dari peramalan dengan
menggunakan metoda ANN dapat mendekati hasil dari percobaan. Hasil tersebut dapat mewakili hasil
percobaan yang sesungguhnya dengan tingkat kesalahan yang kecil. Peramalan tersebut dapat
menghemat waktu dan biaya penelitian serta hasilnya bisa dioptimasi. Pada penelitian ini dilakukan
penerapan BP-ANN dalam memprediksi MRR dan kekasaran permukaan baja S45C pada proses EDM
sinking. Parameter proses yang digunakan adalah pulse current, on time, off time, dan gap voltage.
1 3
Rancangan percobaan yang digunakan adalah matriks ortogonal L 18 (2 x3 ), karena ada satu parameter
proses yang memiliki satu level dan ada tiga parameter proses yang memiliki tiga level. Pengulangan
dilakukan sebanyak dua kali. Data hasil penelitian akan dipilih untuk dijadikan sebagai data input dalam
pengembangan BP-ANN. Parameter yang divariasikan dalam pemodelan BP-ANN adalah jumlah neuron,
jumlah hidden layer, fungsi aktivasi dan fungsi training. Respon yang diamati adalah mean square error
(MSE) dengan nilai MSE yang sangat kecil.
2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan meliputi: identifikasi masalah, perumusan masalah dan
tujuan, desain Eksperimen, persiapan Eksperimen, pelaksanaan eksperimen, pengambilan data
eksperimen, pengembangan ANN, penentuan parameter Genetic Algoritm (GA), Penentuan fungsi
objektif, Pelaksanaan optimasi menggunakan ANN dan GA, validasi, Pembahasan, penarikan Kesimpulan
dan pemberian saran.
JURNAL MANUTECH
27
Optimasi Proses EDM Sinking Material Baja S45C Menggunakan Back Propagation Artificial Neural
Network-Genetic Algorithm (Robert Napitupulu)
28
Tabel 3.Matriks Ortogonal L18 dan Respon Yang Dihasilkan.
2)
3)
(1)
Arsitektur Jaringan: Arsitektur Jaringan terdiri dari neuron-neuron dalam dalam jaringan syaraf
membentuk suatu struktur tertentu. Dalam BP-ANN, arsitektur jaringan yang umum dipakai
dibedakan menjadi dua, yaitu jaringan layar tunggal (single layer network) dan jaringan layar jamak
(multi layer network) [4]. Dalam penelitian ini, parameter yang diva riasikan dalam BP-ANN adalah
jumlah hidden layer, jumlah neuron dalam setiap hidden layer, fungsi aktifasi, dan fungsi trainning.
Semua kombinasi menggunakan learning rate sebesar 0.01 dan performance goal sebesar 0.001.
Parameter BP-ANN yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.Parameter BP-ANN yang divariasikan
Fungsi Aktivasi: Fungsi aktivasi yang digunakan pada back propagation harus memenuhi beberapa
syarat, yaitu kontinyu, terdiferensial dengan mudah, dan merupakan fungsi yang tidak turun. Salah
satu fungsi yang memenuhi ketiga syarat tersebut sehingga sering dipakai adalah fungsi sigmoid
biner yang memiliki range (0,1). Perumusan dari fungsi tersebut adalah sebagai berikut [5](Jong,
2009):
29
JURNAL MANUTECH
4)
(2)
Fungsi Training: Proses training dilakukan sampai kesalahan (error) melampaui ambang batas
training (threshold), atau sampai pada titik yang telah ditentukan. Inisialisasi dilakukan dengan cara
pemberian bobot dan bias dengan harga bilangan acak yang cukup kecil. Pada saat harga error
lebih kecil dari harga error yang ditentukan, maka proses pembelajaran dihentikan. Fungsi training
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Levenberg-Marquardt backpropagation (trainlm) dan
resilient backpropagation (trainrp).
Setelah data dinormalisasi, maka dibuatlah rancangan percobaan untuk memilih jaringan mana
yang menghasilkan model dengan mean square error (MSE) terkecil. Tabel 6 menunjukkan rancangan
percobaan dengan menggunakan full factorial.
Tabel 6.Rancangan percobaan BP-ANN menggunakan full factorial.
Berdasarkan Tabel 6, rancangan percobaan BPANN yang dibuat pada jaringan ke-1 memiliki 5
unit neuron, sebuah hidden layer, fungsi aktivasi berupa logsig dan output berupa purelin serta fungsi
Optimasi Proses EDM Sinking Material Baja S45C Menggunakan Back Propagation Artificial Neural
Network-Genetic Algorithm (Robert Napitupulu)
30
training menggunakan Levenberg-Marquardt backpropagation (trainlm). Gambar 4 menunjukkan hasil
rancangan BPANN dan MSE yang dihasilkan dan Gambar 5 MSE secara keseluruhan.
31
JURNAL MANUTECH
Tabel 7.Hasil Optimasi BPANN dan GA
4. SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. Nilai MSE terkecil sebesar 0.0007501 di peroleh dari training yang menggunakan arsitektur jaringan
4-8-2, yang terdiri dari: 4 input layer, 1 buah hidden layer dengan 8 buah neuron pada hidden layer,
2 output layer, fungsi aktivasi berupa logsig, dan jenis training berupa trainlm.
2. Seting kombinasi faktor-faktor yang signifikan untuk memaksimalkan MRR dan meminimalkan
kekasaran permukaan secara serentak adalah sebagai berikut: gap voltage pada 9 V, on time pada
117 s, off time pada 25 s, pulse current pada 25 A.
3. MRR terbesar dan kekasaran permukaan terkecil adalah sebesar 25,45 mm3/min dan 7,88 m.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Jong, J.S., Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemrogramannya Menggunakan Matlab, 2nd edition, C.V.
Andi, Yogyakarta, 1998.
[2] Mandal, D., Pal, S.K dan Saha, P., Modeling of Electrical Discharge Machining Process using Back
Propagation Neural Network and Multi -Objective Optimizationusing non-dominating Sorting
Genetic Algorithm-II, Journal of Materials Processing Technology, Vol .186, hal. 154162, 2007.
[3] Yahya, A., Andromeda, T., Baharom, A., Rahim, A.A dan Mahmud, N., Material Removal Rate
Prediction of Electrical Discharge Machining Process Using Artificial Neural Network, Journal of
Mechanics Engineering and Automation, Vol.1, hal. 298-302, 2011.
[4] Hagan, M.T., Demuth, H.B., dan Beale, M., Neural Network Design, first edition, PWS Publishing
Company, Boston, 1996.
Optimasi Proses EDM Sinking Material Baja S45C Menggunakan Back Propagation Artificial Neural
Network-Genetic Algorithm (Robert Napitupulu)
33
JURNAL MANUTECH
1,2,3
Abstract
Manual arc welding or Shielded Metal Arc Welding (SMAW) welding process is one of the most
used in the manufacturing process and mechanical goods repair and construction. SMAW is one of the
welding process that is obtained from the heat of an electric arc flash using webbed electrodes.The
principle oe SMAW is melting processing and metal connecting with heating of connected metal using
arc from webbed electrode and base metal that makes fusion. The method that used in this research is
an experimental method to see the effect of polarization is made to one or more experimental using the
same welding with different methods, namely polarity of DCRP and DCSP. Observations were done by
directly observing the result of welding the weld line from each method, then testing of etching and
microstructure on both sides of the workpiece to see the depth of penetration of each workpiece. The
penetration result influence not any by polarization but also by distance of welding arc lengh from the
experimental results, obtained on polarization DCSP deeper than penetration results in polarity DCRP.
Keywords: SMAW, polarity, DC current, penetration, arc lengh
Abstrak
Las busur manual atau Shielded Metal Arc Welding (SMAW) termasuk salah satu proses las
yang paling banyak digunakan dalam proses manufaktur dan perbaikan barang- barang mekanik dan
kontruksi. SMAW adalah salah satu proses pengelasan yang panasnya diperoleh dari nyala busur listrik
dengan menggunakan elektroda yang berselaput. Prinsip SMAW adalah proses pelelehan dan
penyambungan logam dengan jalan memanaskan logam yang disambung menggunakan arc yang
terjadi antara elektroda bersalut dan base metal sehingga terjadi penyatuan (fusion). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimental untuk melihat pengaruh pengkutuban yang
dilakukan kepada satu atau lebih eksperimental dengan menggunakan pengelasan yang sama dengan
metode yang berbeda, yaitu pengkutuban DCRP(Direct Current Reverce Polarity) dan DCSP(Direct
Current Straight Polarity). Pengamatan dilakukan dengan mengamati langsung hasil pengelasan jalur
las dari masing-masing metode, kemudian dilakukan pengujian etsa dan mikrostruktur pada kedua sisi
potong benda kerja untuk melihat kedalaman penetrasi dari setiap benda kerja. Selain dari
pengkutuban, hasil penetrasi juga dipengaruhi oleh jarak arc lengh saat pengelasan Dari hasil
percobaan, didapatkan pada pengkutuba DCSP lebih dalam dibandingkan hasil penetrasi pada
pengkutuban DCRP.
Kata kunci: SMAW, polaritas, arus DC, penetrasi, arc lengh
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan zaman, pengelasan las busur manual tidak dapat diabaikan dalam
perencanaan pembangunan dan telah memberikan sumbangan dalam memodernisasikan
pembangunan dimana lingkup pemakaiannya meliputi bidang perkapalan, kendaraan rel, jembatan,
rangka baja dan lain sebagainya.
Analisis Pengaruh Pengkutuban DCRP dan DCSP terhadap Hasil Penetrasi Pada Shielded Metal Arc
Welding (Susanto)
34
Las busur manual atau SMAW termasuk salah satu proses las yang paling banyak digunakan
dalam proses manufaktur dan perbaikan barang- barang mekanik dan kontruksi. SMAW adalah salah
satu proses pengelasan yang panasnya diperoleh dari nyala busur listrik dengan menggunakan elektroda
yang berselaput. Polaritas merupakan salah satu parameter pengelasannya yaitu polaritas lurus (DCSP)
dan polaritas terbalik (DCRP). Penggunaan polaritas pada SMAW ini dapat mengakibatkan perbedaan
penetrasi pada hasil pengelasan.[1]
Untuk memperoleh hasil penetrasi yang baik pada proses pengelasan, pemilihan polaritas
merupakan hal yang penting, hal ini dikarenakan untuk mendapatkan efisiensi proses pengelasan serta
mutu pengelasan yang baik. [2]
Tujuan dari penulisan ini adalah menganalisa pengaruh polaritas terhadap hasil penetrasi pada
sistem pengelasan SMAW sehingga didapatkan perbandingan kualitas pengelasan yang lebih baik.
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah menganalisa hasil penetrasi pengelas an pada jalur
las dengan pengkutuban DCSP dan DCRP pada pengelasan SMAW.
2. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimental untuk melihat
pengaruh pengkutuban yang dilakukan kepada satu atau lebih eksperimental. Skema sistem metodologi
penelitian ini dapat dilihat pada alur flow chart dibawah ini. Gambar 1 menunjukan metode penelitian
yang digunakan.
MULAI
Hasil Percobaan
SELESAI
35
JURNAL MANUTECH
5. Ukuran benda kerja adalah pelat baja karbon dengan ketebalan 7.5mm, lebar 30mm, dan panjang
100mm
6. Pengelasan dilakukan dengan menggunakan tipe arus DC,dengan polaritas DCRP dan DCSP
7. Jenis elektroda yg digunakan AWS E 6013 diameter 3,2mm
2.2. Rancangan Pengukuran Hasil Penetrasi
Pengamatan dilakukan dengan mengamati langsung hasil pengelasan jalur las dari masingmasing metode, setelah benda kerja dipotong sepanjang 20mm diawal pengelasan, dan 20mm diakhir
pengelasan. Kemudian dilakukan pengujian etsa dan mikrostruktur pada kedua sisi potong benda kerja.
Percobaan ini dapat diamati pada jalur las dan mengamati hasil penetrasi pengelasan dengan
menggunakan mikroscop optic.
Hasil pengelasan yang diambil untuk proses pengujian yaitu sepanjang 20mm dia wal dan
diakhir pengelasan. Sebelum dilakukan pengukuran pada mikroskop optic, benda kerja dilakuakn uji etsa
terlebih dahulu yang telah dilakukan proses pengamplasan dan pemolesan. Proses ini dapat d ilihat pada
gambar dibawah ini.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 2 : Proses benda kerja dalam melakukan pengukuran a. benda kerja dilakukan
pengamplasan dan pemolesan b. pengetsaan benda kerja untuk mengamati penetrasi secara visual c.
pengamatan dengan menggunakan mikroskop optic d. Foto hasil setelah diukur menggunakn
Mikrostruktur.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses analisa data kedalaman penetrasi dilakukan dengan cara mengolah data yang didapat
dari hasil pengukuran dengan membandingkan hasil kedalaman penetrasi pengelasan pengkutuban
DCRP dan DCSP. Tabel hasil pengukuran kedalaman penetrasi dari kedua metode percobaan pengelasan
dapat dilihat pada Tabel 1.
Analisis Pengaruh Pengkutuban DCRP dan DCSP terhadap Hasil Penetrasi Pada Shielded Metal Arc
Welding (Susanto)
36
Tabel 1. Tabel data hasil pengukuran kedalaman penetrasi metode 1 dan metode 2.
Metode1
Benda Kerja
Metode 2
Kedalaman
Penetrasi
(m)
Benda Kerja
510
611.001
647
436
463
843.19
574
525
413
784.43
B1.1
B2.1
B3.1
B4.1
B5.1
B1.2
B2.2
B3.2
B4.2
B5.2
A1.1
A2.1
A3.1
A4.1
A5.1
A1.2
A2.2
A3.2
A4.2
A5.2
Kedalaman
Penetrasi (m)
814
370.01
762
899
699.01
841.14
974.01
846
1377.01
863
Kedalaman Penetrasi ( m)
1600
1400
1200
1000
800
Metode 1
Metode 2
600
400
200
0
1.1
1.2
1.3
1.4
2.3
2.4
2.5
Gambar 3 Grafik perbandingan hasil pengukuran kedalaman penetrasi metode 1 dan metode 2.
Kedalaman Penetrasi
(m)
Dari hasil pengukuran pada masing-masing metode, maka didapatkan perbandingan dari hasil
penetrasi dari kedua percobaan tersebut. Pada metode 1 yaitu pada pengkutuban didapatkan hasil
penetrasi dibawah 800 m dan pada metode 2 hasi l penetrasi berkisar diatas 800 m. Adapun hasil ratarata kedalaman penetrasi metode 1 dan metode 2 ditampilkan pada gambar 4.
Rata-Rata
1000
500
0
Metode Metode
1
2
Rata-Rata
Benda Kerja
JURNAL MANUTECH
37
Perbandingan dari hasil percobaan metode 1 dan percobaan metode 2, didapatkan percobaan
pada metode 1 rata-rata hasil penetrasi adalah 580 m dan pada metode 2 rata-rata panjang penetrasi
774 m. Dengan perbandingan rata-rata kedua metode tersebut, didapatkan bahwa hasil penetrasi
pada metode 2 lebih dalam dibandingkan metode 1.
4. SIMPULAN
1. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
2. Pengkutuban pada mesin las arus searah (DC) dapat dia tur bolak balik sesuai dengan keperluan
pengelasan.
3. Pengkutuban pengelasan pada mesin las DC ada 2 yaitu pengkutuban langsung (direct current
straight polarity / DCSP/DCEN) dan pengkutuban terbalik (direct current reverce polarity
/DCRP/DCEP)
4. Selain dari pengkutuban, hasil penetrasi juga dipengaruhi oleh jarak arc lengh saat pengelasan.
5. Hasil rata-rata penetrasi pada pengkutuban DCSP lebih dalam yaitu sebesar 774 m jika
dibandingkan dengan hasil penetrasi pada pengkutuban DCRP yang hanya sebesar 580 m.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Modul Teknik Pengelasan , Diklat Las Busur Manual 3,PPPPTK-BMTI,2001.
[2] Arya S. Bayu, Soeweify, Zubaydi, Studi Pengaruh Tool Travel Speed Terhadap Temperatur Weld
Joint dan Pembentukan Discontinuity Pada Pengelasan Alumunium 5083 Dengan Proses Friction
Stir Welding, Jurnal Teknik Pengelasan, Vol.1,5-13, 2012.
Analisis Pengaruh Pengkutuban DCRP dan DCSP terhadap Hasil Penetrasi Pada Shielded Metal Arc
Welding (Susanto)
39
JURNAL MANUTECH
Abstract
The sea is an area where there are many sources of life in it, each day going ups and downs. The
result of the low tide, fishing boats often experience obstacles to cross through their usual routes pass
through. Indicator of altitude tidal currents in the estuary-based microcontroller is a useful research to
ease the pace of fishing boats to cross the line that they pass through. This tool is only active at night,
during the day for this tool will show the depth of color with the lines that existed on powerboats. For the
evening, this tool will detect the depth of the sensor with the magnet. Where in each level of water in the
monitoring by the magnetic sensor. Bottom magnet Sensor indicates that the water level was at 0.5 m
and the highest level of 2.5 meters., The water level Sensor is indicated by showing the depth of the
water in the seven segment display and the indicator light that can be seen from a distance of 20 meters.
So the fishermen do not worry to go and return from the sea both day and night.
Keywords: Water Level Sensors, Seven Segment, Technology
Abstrak
Laut merupakan suatu daerah di mana terdapat berbagai sumber kehidupan di dalamnya,
setiap harinya terjadi pasang surut. Akibat dari pasang surut tersebut, perahu nelayan sering kali
mengalami kendala untuk melintasi jalur yang biasa mereka lewati. Indikator ketinggian arus pasang
surut di muara berbasis mikrokontroler adalah sebuah penelitian yang berguna untuk mempermudah
laju perahu nelayan untuk melintasi jalur yang biasa mereka lewati. Alat ini hanya aktif pada malam
hari, untuk siang hari alat ini akan menunjukan kedalaman jalur dengan warna yang ada pada tiang
pancang. Untuk malam hari alat ini akan mendeteksi kedalaman jalur dengan sensor magnet. Di mana
pada tiap-tiap level air dimonitor oleh sensor magnet tersebut. Sensor magnet terbawah
mengindikasikan bahwa level air berada di 0,5 meter dan level yang tertinggi 2,5 meter. Sensor level air
tersebut mengindikasikan ketinggian air dengan menampilkan kedalaman pada seven segment dan
lampu indikator yang dapat terlihat dari jarak 20 meter. Sehingga para nelayan tidak khawatir untuk
pergi maupun pulang dari laut lepas baik siang maupun malam hari.
Kata kunci : Sensor Level Air, Seven Segment, Teknologi
1. PENDAHULUAN
Laut merupakan suatu daerah dimana terdapat berbagai sumber kehidupan di dalamnya, di
mana setiap harinya sering terjadi pasang surut. Indonesia merupakan daerah yang di penuhi dan
dikelilingi oleh lautan di mana terdapat Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta terdiri dari ribuan
pulau-pulau kecil. Mayoritas masyarakat pesisir biasanya perkerjaan atau aktifitas sehari -hari sebagai
nelayan. Sedangkan untuk menuju ke suatu tempat biasanya nelayan mencari jalur yang aman untuk
dilintasi sehingga kapal atau perahu yang mereka kemudikan betul -betul tidak ada gangguan yang
disebabkan oleh pasang surut air laut dan di mana para nelayan sering kali mengalami kekeringan yang
disebabkan karena tidak tahu jalur yang akan di lintasinya dan perjalan akan menjadi terhambat ka rena
ketidaktahuan mereka dengan kondisi di laut.
40
Pada penelitian kali ini kami akan mengangkat permasalahan yang sering dialami oleh para
nelayan di lapangan yaitu mengenai pasang surut di muara, di mana bagian muara ini adalah jalur utama
lintasan para nelayan untuk pergi maupun datang dari laut lepas. Indikator adalah alat untuk
mengetahui ketinggian pasang surut air laut. Kita tahu setiap hari terjadi pasang surut air laut dan juga
terjadi pergeseran tata letak kondisi dasar alur yang sering berubah-ubah, sehingga akan mempersulit
nelayan melaluinya. Dengan adanya tekhnologi yang memberikan informasi kepada para nelayan yang
akan melintasi alur muara dan mereka tidak ada lagi keluhan mengenai kondisi di daerah yang dilewati.
Dengan menggunakan sensor kedalaman atau sensor level air, alat ini akan menginstruksikan atau
memberitahukan bawah jalur tersebut sudah aman atau tidak untuk dilewati.
Dengan menggunakan sensor kedalaman berupa level sensor ini akan memberikan sinyal
berupa tegangan, dimana tegangan ini akan masuk ke microcontroller yang nantinya akan memberikan
instruksi berupa lampu penanda dan seven segment sebagai penunjuk seberapa dalam air di muara.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Lokasi Penelitian
Untuk lokasi penelitian ini, di mana sebagai bahan pengambilan data di lapangan kita
mengambil lokasi di daerah sekitar alur muara nelayan 1 dan 2 tempatnya di samping kampus
Politeknik Negeri Bangka Belitung, dikarenakan aktivitas para nelayan yang sering keluar masuk ke laut
lepas cukup banyak.
Gambar 2. Lokasi Yang Akan dijadikan Tempat Pemasangan Sensor Pasang Surut Air
Laut
Penelitian ini juga mengambil beberapa tahapan antara lain:
1. Selain kita survey ke tempat tersebut, kita juga akan mengambil data -data pada minggu
pertama kegiatan, di mana data yang kita ambil akan kita cocokkan dengan table yang sudah
kita dapatkan sebelumnya. Untuk mengambilan data dari ketinggian pasang surut air laut yaitu
di muara laut nelayan 1 dan 2 sungailiat.
2. Merancang dan membuat prototype dengan menggunakan pipa paralon dengan ukuran
diameter 15 cm yang dapat berkerja sebagai petunjuk ketingggian air pasang surut air laut
tersebut, di mana letaknya nanti akan sesuaikan dengan kondisi di lapangan.
41
JURNAL MANUTECH
3.
Melakukan uji coba terhadap peralatan yang kita buat, di mana nantinya alat kita akan
diletakan pada jalur yang sering dilewati dan mengamati proses terjadinya pembacaan dari alat
tersebut untuk bisa memberikan informasi ke para pemakai jalur muara tersebut.
Kedalaman Air
0,0 Meter
0,5 Meter
Merah
0,5 M
1,0 Meter
Kuning
1,0 M
1,5 Meter
Hijau
1,5 M
2,0 Meter
Hijau
2,0 M
2,5 Meter
Hijau
2,5 M
42
3.1.3. Pengujian Rangkaian LDR
LDR berfungsi untuk memutuskan seluruh tegangan terkecuali sistem minimum mikrokontroler
yang terus aktif. LDR hanya aktif pada malam hari, pada siang hari LDR akan mati secara otomatis
tergantung pada resistansi yang diberikan pada LDR tersebut. Resistansi LDR pada malam hari sebesar
50 M, dan pada siang hari resistansi pada LDR sebesar 1 K. fungsi dari LDR ini adalah untuk
menghemat daya pada Aki. Pada siang hari ketika LDR tidak aktif Aki akan mengisi daya secara otomatis,
pengisian Aki didapat dari tegangan keluaran pada solar cell.
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Rangkaian LDR
Waktu
Hambatan LDR
Smpel
1
06.00
120 K
07.00
230 K
08.00
470 K
09.00
680 K
10.00
720 K
11.00
860 K
Sampel
Waktu
19.00
Muara
Nelayan 2
1,7 Meter
Hijau
1,5 M
20.00
Muara
Nelayan 2
1,7 Meter
Hijau
1,5 M
21.00
Muara
Nelayan 2
1,4 Meter
Kuning
1,0 M
22.00
Muara
Nelayan 2
1,3 Meter
Kuning
1,0 M
23.00
Muara
Nelayan 2
0,4 Meter
Merah
0,5 M
Tampilan
Seven
Segment
JURNAL MANUTECH
43
4. KESIMPULAN
Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Indikator Ketinggian
Arus Pasang Surut dimuara Berbasis Mikrokontroler ini dapat diaplikasikan lebih efisien, karena:
1. Sensor yang digunakan dapat mendeteksi kedalaman air dijalur muara yang sering dilewati
oleh para nelayan agar perahu nelayan dengan mudah melaju untuk menempuh laut
bebas.
2. Ketika sensor aktif maka kedalaman air dapat terdeteksi yang kemudian akan tampil
kedalaman air tersebut pada seven segment dan lampu indikator.
3. Aki dapat mengisi secara otomatis dengan menggunakan solar cell.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ilmu Kelautan, Teori Pasang Surut Air Laut, diakses pada 12 Agustus 2014,
<http://www.ilmukelautan.com>.
[2] AT. Jones et al., "Recent progress in offshore renewable energy technology development," in
Proceedings of IEEE PESGM'05, vol. 2, pp 2017-2022, San Francisco (USA), June 2005.
[3] Paul S.Bell, John Lawrence, and Jennifer V.Norris, Determining Currents From Marine Radar Data
In An Extreme Current Environment At a Tidal Energy Test Site,978-1-4673-1159-5/12 @2012 IEEE
[4] Yudhi,ocsirendi, Desain Pembangkit Tersebar Untuk Sistem Navigasi Jalur Kapal
MenggunakanArus Pasang Surut Air laut, Junal Manutech,Vol 5,Politeknik Manufaktur Negeri
Bangka-Belitung,2013
[5] S.E.Ben Elghali, M.E.H. Benhouzid, and J.F. Charpentier, Marine Tidal Current Electric Power
Generation Techology: State of the Art and Current Status, 1-4244-0743-5/07@2007 IEEE
JURNAL MANUTECH
45
Abstract
Electrical Discharge Machining (EDM) is a one of non-conventional machines that a have ability
to make complex shapes in metals very hard. Different electrode materials give big influence on the
machining process. Taguchi Method is methodology in engineering to improves the process, workpiece
characteristics and can reduce the cost and resources to a minimum. The use of Process Parameters of
Electrical Discharge Machining (EDM) In Identifying Electrode Wear of Taguchi Methods. In this study,
the experimental design used is the experimental design of Taguchi with Orthogonal Array design,
analysis Signal to Noise Ratio SNR to determine the factors that affect the wear of electrodes, and
analysis of variance (ANOVA). The results of the discussion on the analysis of the Taguchi experimental
design method in Process Parameters Using Electrical Discharge Machining (EDM) In Identifying
Electrode Wear is obtained decisive steps orthogonal matrix, analysis of the characteristics of the
proposed design smaller the better quality types to determine the value of SNR, determine the value of
the effect of each replication in each of the factors that affect the wear of electrodes, perform variance
analysis to interpret the experimental data to determine the Electrical Discharge Machining process
parameters (EDM) electrodes Optimum wear.
Keywords : Electrical Discharge Machining, electrode, taguchi method
Abstrak
Electrical Discharge Machining (EDM) merupakan salah satu mesin non -konvensional yang
mempunyai kemampuan untuk membuat bentuk komplek pada logam-logam yang sangat keras. Bahan
elektroda yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap proses pemesinan. Metode
Taguchi merupakan metodologi dalam bidang teknik untuk memperbaiki proses, karakteristik benda
kerja dan dapat menekan biaya dan resources seminimal mungkin. Penggunaan Parameter Proses
Electrical Discharge Machining (EDM) Dalam Mengidentifikasi Keausan Elektroda Dengan Metode
Taguchi. Dalam kajian ini, desain eksperimen Taguchi dengan rancangan desain Orthogonal Array,
analisis Signal to Noise Ratio SNR untuk mengetahui parameter yang sangat berpengaruh pada Keausan
Elektroda, dan analisis varian (ANOVA). Hasil pembahasan pada analisis metode desain eksperimen
Taguchi dalam Penggunaan Parameter Proses Electrical Discharge Machining (EDM) Dalam
Mengidentifikasi Keausan Elektroda yaitu diperoleh langkah-langkah menentukan matriks orthogonal,
analisis rancangan usulan karakteristik mutu jenis smaller the better dengan menentukan nilai SNR,
menentukan nilai efek tiap replikasi pada masing-masing parameter yang mempengaruhi keausan
elektroda, melakukan analisis varian untuk menginterpretasikan data hasil percobaan untuk mengetahui
Parameter Proses Electrical Discharge Machining (EDM) Keausan Elektroda Optimum.
Kata kunci : Electrical Discharge Machining, elektroda, metode taguchi
1. PENDAHULUAN
Proses Electrical Discharge Machining (EDM) adalah proses pengerjaan material yang
dikerjakan oleh sejumlah loncatan bunga api listrik yang terjadi pada celah antara katoda ( pah at )
dengan benda kerja (anoda). Loncatan bunga-bunga api listrik tersebut terjadi secara tidak kontinyu
Analisis Proses Electrical Discharge Machining (EDM) dalam Mengidentifikasi Keausan Elektroda dengan
Metode Taguchi (Yudi Oktriadi)
46
tetapi secara periodik terhadap waktu. [1] Pada processing condition table (copper to steel) mesin EDM
Hitachi di Laboratorium Pemesinan Khusus Bengkel Mekanik Polman Negeri Bangka Belitung tidak
menjelaskan tentang fluida dielektrikum yang digunakan, dimensi elektroda serta proses kedalaman
benda kerja yang di inginkan sehingga munculnya nilai elektroda wear. Sehingga ini akan menyulitkan
kepada operator untuk menggunakan tabel tersebut sebagai referensi.
Berdasakan hal-hal yang dipaparkan diatas perlu dilakukan suatu penelitian tentang penentuan
setting faktor pada mesin Electrical Discharge Machining (EDM) untuk mengoptimasi faktor-faktor
kendali, mengetahui dimensi elektroda serta fluida dielektrikum yang digunakan serta dapat digunakan
sebagai referensi bagi operator. Penelitian ini mengamati hanya terbatas pada variasi Polarity, Working
Energy(JT), Energy Time (On/Off), HV Voltage (BR), Jump On/Off, Servo Feed dan Machining Voltage
(EV). Design of Experiment dengan Metode Taguchi Orthogonal Arrays digunakan pad a penelitian ini
untuk menghasilkan nilai faktor yang lebih baik.
2. METODE PENELITIAN
Percobaan ini merupakan proses pemesinan yang menggunakan mesin EDM sinking dimana
benda kerja dalam posisi terendam oleh cairan dielektrikum dan dilakukan di Laboratorium Pemesinan
Khusus Bengkel Mekanik Polman Negeri Bangka Belitung. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini
menggunakan metode Taguchi satu kali replikasi dimana sample yang dilakukan sebanyak 12 (dua belas)
kali percobaan dengan parameter yang berbeda. kedalaman yang diproses pada benda kerja sebesar
0,5mm.
MULAI
SELESAI
47
JURNAL MANUTECH
Tabel 1. Faktor dan Level Percobaan [2]
2.4. Eksperimen/Percobaan
Proses pengerjaan menggunakan mesin EDM Sinking, Hitachi MP30E H-DS02S. Jenis elektroda
yang digunakan tembaga dengan berpenampang segi enam. Jumlah elektroda yang dipakai sebanyak 2
pieces. Untuk panjang awal sebelum proses, elektroda di hitung menggunakan mikrometer luar (25mm50mm) dengan skala 1/1000 mm . Untuk berat awal sebelum proses, elektroda ditimbang dengan
menggunakan timbangan digital Ohaust 1/100 gram. Benda kerja yang digunakan adalah DIN 1.0037
dengan 14 x 14 mm.
2.5. Analisa Data
Berdasarkan data percobaan yang didapat maka dihitung dengan menggunakan signal to noise
smaller the better (S/N STB) dengan persamaan 1 berikut. [3]
1
/ = 10 log[ 2 ]
(1)
=1
Analisis Proses Electrical Discharge Machining (EDM) dalam Mengidentifikasi Keausan Elektroda dengan
Metode Taguchi (Yudi Oktriadi)
48
3.2 Pengolahan data
a) Analisa S/N Ratio
Untuk mencari nilai SNR dari data tersebut dapat menggunakan rumus Smaller the Better dari
data ke-1 sampai data ke-12 menggunakan persamaan 1. Dari perhitungan menggunakan persamaan
tersebut diperoleh tabel rata-rata () dan SNR dari data ke-1 dampai ke-12 yaitu pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Analisa S/N Ratio
Perhitungan efek dari mean pada faktor-faktor tersebut dapat menggunakan persamaan 2 berikut.
2=1
|| =
(2)
2
Dari data Tabel 4 dapat dicari nilai efek dari mean pada tiap faktor dan berikut diperoleh hasil
perhitungan efek mean pada Tabel 5 dan nilai efek S/N ratio pada Tabel 6.
Tabel 5. Perhitungan efek mean
Dari rata-rata respon tiap faktor dipilih yang nila inya paling kecil untuk disarankan sebagai
rancangan usulan karena karekteritik mutu adalah smaller the better. Dari tabel diatas dapat rancangan
usulan A1 B1 C2 D2 E1 F2 G1 H2 I1
Perhitungan rata-rata SNR pada faktor-faktor tersebut dapat menggunakan persamaan 3berikut.
2=1
|| =
(3)
2
Perhitungan efek dari SNR pada faktor-faktor dilakukan dengan mengurangi nilai rata -rata
respon terbesar dengan nilai rata-rata respon terkecil sehingga diperoleh nilai rata-rata respon dan nilai
efek SNR pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Perhitungan efek SNR
Dari efek SNR tiap-tiap faktor dapat dilihat urutan-urutan pengaruh dari tiap-tiap faktor mulai
yang terkecil sampai yang besar. Dari efek SNR tiap faktor dipilih mulai yang terkecil untuk disarankan
sebagai rancangan usulan sesuai dengan karakteristik sma ller the better. Dari tabel tersebut diperoleh
rancangan usulan A1 B1 C1 D1 E1 F1 G2 H1 I2
Berdasarkan tabel diatas dibuat grafik untuk memperlihatkan keausan terkecil dan S/N terbesar pada
masing-masing level untuk setiap faktor. Seperti terlihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
JURNAL MANUTECH
49
Gambar 2. Grafik Keausan rata-rata untuk masing-masing level pada setiap parameter
Gambar 3. Grafik S/N rata-rata untuk masing-masing level pada setiap parameter
Dari Gambar 2 dan Gambar 3 didapatkan keausan paling kecil dan S/N paling besar masingmasing level yang merupakan level optimum untuk setiap faktor yaitu :
C level 2 (Energy Time Off)
D level 2 (Energy Time On)
G level 1 (Servo Feed)
I level 1 ( Jump Off)
A level 1 (Polarity + )
b)
ANOVA
Berdasarkan data hasil pengukuran keausan pada Tabel 4 diatas, dilakukan analysis of variance
(ANOVA) untuk melihat pengaruh masing-masing parameter terhadap keausan elektroda yang
ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Analysis of variance (ANOVA)
F paling besar dari seluruh faktor yang diuji adalah untuk faktor A (Polarity) dan C (Energy Time
Jump On) yaitu 0,21 artinya A (Polarity) dan C (Energy Time Jump On) memberikan pengaruh yang paling
besar terhadap keausan elektroda. Faktor E ( HV Voltage ) dan H (Jump On) tidak memberikan pengaruh
signifikan terhadap keausan pahat disebabkan karena tingkatan level untuk Faktor E ( HV Voltage ) dan
H (Jump On) terlalu kecil.
c)
prediksi hasil tersebut bisa tercapai. Hasil uji verifikasi diberikan pada Tabel 8
Analisis Proses Electrical Discharge Machining (EDM) dalam Mengidentifikasi Keausan Elektroda dengan
Metode Taguchi (Yudi Oktriadi)
50
Tabel 8. Hasil Uji Verifikasi
4. SIMPULAN
Dari 9 faktor yang diuji ( Polarity, Working Energy Time (on/off), Hv Voltage, Machining Voltage,
Servo Feed, Jump (on/Off) dengan 2 level untuk setiap faktor ternyata faktor (Polarity) dan (Energy
Time Jump On) memberikan pengaruh yang paling besar terhadap keausan elektroda.
Faktor ( HV Voltage ) dan (Jump On) tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap keausan pahat
disebabkan karena tingkatan level untuk Faktor ( HV Voltage ) dan (Jump On) terlalu kecil.
Level Faktor yang memberikan keausan yang optimum adalah:
a. C level 2 (Energy Time On) 500
b. D level 2 (Energy Time Off) 16
c. G level 1 (Servo Feed) 8
d. I level 1 ( Jump Off) 7
e. A level 1 (Polarity) +
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Komang Bagiasna, Sigit Yoewono,(2000). Proses Pemesinan Non Konvensional. Bandung: ITB.
[2]
Hitachi Via Mechanics,Ltd. MP30E Machining Technical Data Book. Kanagawa, Japan.
[3]
Soejanto, I. 2009. Desain Eksperimen dengan Metode Taguchi, Graha Ilmu, Yogyakarta.
51
JURNAL MANUTECH
Abstract
The increasing use of motor vehicles will increase fuel consumption , which leads to the
increase in air pollutants , especially carbon monoxide (CO) , and hydrocarbons (HC) generated
from waste products of combustion in motor vehicles . Exhaust gases from motor vehicles in
excessive levels would be harmful to both human health and the environment . Research on a
mixture of methanol and acetone with gasoline in order to determine the effect of variations in
the mixture of methanol and acetone with gasoline on exhaust emissions , density and rate of fuel
flow to the fuel mixture variations Acetone 4 % , 8 % Acetone , Methanol 4 % , 8 Methanol % and
at rpm 2000 rpm , 3000 rpm , 4000 rpm , 5000 rpm .Acetone and methanol could reduce the
levels of CO and HC . CO is produced at the lowest 8% methanol mixture at 2000 rpm rotation is
equal to 2.6 % . Lowest HC resulting in 8% methanol mixture at 5000 rpm rotation is equal to 131
ppm . The more the increase in the content of CO rev the engine increases, while the HC will
decrease . Mixture of acetone and methanol to gasoline can reduce fuel consumption time . But
along with the rise in the engine rotation time decreases fuel consumption . Time produced the
highest fuel consumption on pure gasoline at 2000 rpm rotation ie for 141.23 seconds . The
lowest fuel flow rate generated on pure gasoline at 2000 rpm rotation ie for 0.175 kg / h .
Keywords : addictive , emissions , ethanol , methanol , pollution
Abstrak
Meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor akan meningkatkan konsumsi bahan
bakar sehingga berdampak terhadap meningkatnya polutan diudara terutama karbon monoksida
(CO), dan hidrokarbon (HC) yang dihasilkan dari sisa hasil pembakaran kendaraan bermotor. Gas
buang yang berasal dari kendaraan bermotor dalam kadar yang berlebihan akan berbahaya baik
terhadap kesehatan manusia maupun lingkungannya. Penelitian mengenai campuran metanol
dan aseton dengan premium dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variasi campuran
metanol dan aseton dengan premium terhadap emisi gas buang, densitas dan laju aliran bahan
bakar dengan variasi campuran bahan bakar Aseton 4%, Aseton 8%, Metanol 4%, Metanol 8%
dan pada putaran mesin 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000 rpm. Aseton dan methanol bisa
mengurangi kadar CO dan HC. CO terendah dihasilkan pada campuran methanol 8% pada
putaran 2000 rpm yaitu sebesar 2,6 %. HC terendah dihasilkan pada campuran methanol 8 %
pada putaran 5000 rpm yaitu sebesar 131 ppm. Semakin naiknya putaran mesin maka
kandungan CO semakin meningkat, sedangkan HC akan semakin menurun. Campuran aseton dan
methanol dengan premium bisa mengurangi waktu konsumsi bahan bakar. Namun seiring
dengan naiknya putaran mesin maka waktu konsumsi bahan bakar semakin menurun. Waktu
konsumsi bahan bakar tertinggi dihasilkan pada premium murni pada putaran 2000 rpm yaitu
selama 141.23 detik. Laju aliran bahan bakar terendah dihasilkan pada premium murni pada
putaran 2000 rpm yaitu selama 0.175 kg/jam.
Kata kunci: adiktif, emisi, etanol, methanol, polusi
Pengaruh Penambahan Zat Adiktif pada Premium Terhadap Polusi Udara Kendaraan Bermotor (Yudi
Setiawan)
52
1. PENDAHULUAN
Tingginya tingkat polusi udara yang berasal dari gas buang sisa hasil pembakaran kendaraan
bermotor membuat pemerintah mengeluarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup tentang ambang
batas emisi gas buang kendaraan bermotor Nomor 05 tanggal 1 Agustus 2006. Bahan bakar alternatif
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar yang berasal dari
minyak bumi. Aseton (CH3 COCH3 ) dan Methanol (CH3 OH) adalah salah satu adiftif nabati yang
bersumber dari alam. Aseton memiliki nilai oktan (research octane number / RON 150) sedangkan
Methanol (CH3 OH) memiliki nilai oktan RON 133 dibandingkan premium yang hanya memiliki nilai RON
88.
Studi eksprerimental emisi gas buang dan analisis kinerja mesin multi sparkignition saat
methanol digunakan sebagai aditif, studi eksperimental dalam mesinspark ignition (S.I) empat silinder
dengan menambahkan methanol pada berbagai persentase pada premium dan juga memodifikasi
dengan berbagai subsistem dari mesin dalam kondisi beban yang berbeda untuk berbagai campuran
persentase methanol (0-15) terjadi penurunan emisi gas buang CO dan HC. [1]Penelitian pengaruh dari
campuran methanol dan premium pada mesin sparkignition ditinjau dari performa dan gas buang,
menggunakan campuran methanol dan premium M10, M20 dan M85, dengan volume methanol 10%,
20%, dan 85%, menyatakan dengan meningkatnya fraksi methanol dalam premium akan terjadi
penurunan emisi CO untuk untuk setiap campuran. [2]
Penelitian pengaruh penambahan campuran methanol - premium. (M5, M7,5,M10, M12,5,
M15) ditinjau dari performa dan karakteristik pembakaran darimesin spark ignition (S.I) empat langkah,
menyatakan dengan variabel kecepatanmesin dari 1500 -5000 rpm, menunjukan dengan menggunakan
campuran bahanbakar methanol premium, gas buang dari CO dan HC berkurang seiringmeningkatnya
.
kandungan methanol sedangkan untuk CO 2 relatif meningkat [3] Studi dari bahan bakar mesin spark
ignition dengan campuran bahan bakar methanol - premium, menyatakan bahwa ketika campuran
bahan bakar methanol - premium digunakan, emisi karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC)
menurun. [5]Pada pengujian performa untuk torsi dan daya pada mesin sepeda motor 4 langkah dengan
bahan bakar campuran premium-methanol, didapatkan bahwa penggunaan methanol sebagai campuran
[5]
bahan bakar ternyata meningkatkan konsumsi bahan bakar.
Untuk mengurangi ketergantungan
terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah menerbitkan peraturan Presiden Republik Indonesia
nomor 5 Tahun 2006, tentang kebijakan energi nasional untuk mengemban gkan energi alternatif
sebagai pengganti bahan bakar minyak. Dengan mengacu pada peraturan presiden tersebut tidak ada
salahnya jika methanol dan aseton dijadikan salah satu bahan bakar alternatif yang layak
dipertimbangkan. Berdasarkan latar belakang ters ebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai campuran metanol dan aseton dengan premium dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh variasi campuran metanol dan aseton dengan premium terhadap emisi gas buang, densitas
dan laju aliran bahan bakar.
2. METODE PENELITIAN
Pada pengujian ini menggunakan sepeda motor Yamaha, tipe 5TP Jupiter Z tahun perakitan
2005 yang berbahan bakar premium dengan campuran metanol dan aseton dengan premium yang
diisi pada buret sebanyak 10 ml adapun campuran premium dengan variasi campuran bahan bakar
Aseton 4%, Aseton 8%, Metanol 4%, Metanol 8% dan pada putaran mesin 2000 rpm, 3000 rpm, 4000
rpm, 5000 rpm. Dapat dilihat pada gambar berikut.
53
JURNAL MANUTECH
Mulai
Uji Densitas:
1. Premium
Murni
2. Aseton 4%
3. Aseton 8%
4. Metanol 4%
5.Metanol 8%
Premium
100%
Pada putaran
2000 rpm,
3000 rpm,
4000 rpm,
5000 rpm.
Aseton 4%
Pada
putaran
2000 rpm,
3000 rpm,
4000 rpm,
Aseton 8%
Pada
putaran
2000 rpm,
3000 rpm,
4000 rpm,
5000 rpm.
Metanol 4%
Pada
putaran
2000 rpm,
3000 rpm,
4000 rpm,
5000 rpm.
Metanol 4%
Pada
putaran
2000 rpm,
3000 rpm,
4000 rpm,
5000 rpm.
5000 rpm.
HC dan O 2.
Analisis
Kesimpulan dan
Selesai
Gambar 1 Diagram alir penelitian
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Perbandingan Putaran Mesin Terhadap Kadar Carbondioksida
6
premium murni
4
aseton 4%
aseton 8 %
metanol 4%
metanol 8 %
2000
3000
4000
5000
Pengaruh Penambahan Zat Adiktif pada Premium Terhadap Polusi Udara Kendaraan Bermotor (Yudi
Setiawan)
54
dihasilkan pada campuran methanol 8% pada putaran 2000 rpm yaitu sebesar 2,6 %. Kadar CO akan
meningkat dengan semakin meningkatnya putaran mesin dari 2000 rpm sampai 5000 rpm, dikarenakan
pada putaran tinggi proses pembakaran berlangsung sangat cepat, dimana oksigen yang terdapat dalam
ruang pembakaran semaki n berkurang sehingga kadar CO yang dihasilkan akan semakin meningkat.
Sedangkan semakin meningkatnya persentase campuran bahan bakar maka kadar CO akan menurun.
Turunnya kadar CO pada setiap persentase campuran disebabkan adanya kandungan oksigen yang
terdapat didalam campuran yang dapat membantu penyempurnaan proses pembakaran pada saat
terjadinya kekurangan oksigen karena emisi karbon monoksida (CO) terjadi akibat kekurangan oksigen,
sehingga proses pembakaran berlangsung secara tidak sempurna. Berdasarka n Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama Nomor 05 tanggal 1
Agustus 2006 dengan kondisi idle, dengan nilai ambang batas maksimum CO = 5,5 % vol, maka kadar CO
bahan bakar campuran premium masih dibawah batas ambang emisi gas buang sesuai yang ditetapkan
Menteri Lingkungan Hidup.
3.2 Perbandingan Putaran Mesin Terhadap Kadar HC
700
600
500
400
300
200
100
0
metanol 8%
metanol 4 %
aseton 8%
aseton 8%
aseton 4 %
2000
3000
4000
5000
Premium murni
100
aseton 4 %
aseton 8%
50
metanol 4 %
metanol 8%
0
2000
3000
4000
5000
55
JURNAL MANUTECH
Dari gambar 4 di atas diketahui campuran aseton dan methanol dengan premium bisa
mengurangi waktu konsumsi bahan bakar. Namun seiring dengan naiknya putaran mesin maka waktu
konsumsi bahan bakar semakin menurun. Waktu konsumsi bahan bakar tertinggi dihasilkan pada
premium murni pada putaran 2000 rpm yaitu selama 141.23 detik. Secara analisis untuk waktu
konsumsi bahan bakar premium murni masih lebih baik dibandingkan waktu konsumsi bahan bakar
campuran. Hal ini mungkin dikarenakan tingginya densitas bahan bakar campuran sehingga bahan bakar
yang dibutuhkan dalam proses pembakaran semakin besar dan waktu komsumsi bahan bakar semakin
meningkat.
3.4 Pengujian Laju Aliran Bahan Bakar
0.6
0.5
aseton 4 %
0.4
Premium murni
0.3
aseton 8%
0.2
metanol 8%
0.1
metanol 4 %
2000
3000
4000
5000
Pengaruh Penambahan Zat Adiktif pada Premium Terhadap Polusi Udara Kendaraan Bermotor (Yudi
Setiawan)
56
[5] Ojo kurdi dan Arijanto. 2007. Aspek Torsi Dan Daya Pada Mesin Sepeda Motor 4 Langkah
Dengan Bahan Bakar Campuran Premium Methanol. Teknik Mesin FT-UNDIP, ROTASI Vol. 9,
2007.
57
JURNAL MANUTECH
[2]
Abstract
The concept design will be developed from this three-wheeled electric bike is a bike that can be
used all the community, especially to the age of 50 years who have a high injury rate. To minimize this
bike will be equipped with a dc motor, the motor is a 250-watt, 24 VDC voltage and electronic control
that can control the speed of the rider, especially for riders over the age of 50 years. This technology can
control the speed of the bike does not exceed 20 km / h, so as not to endanger the rider, and the no rmal
mode can also be selected for riders under 50 years. The material used for the hollow box steel base
material. For the strength of the framework will be analyzed with the help of software that is to know
the voltage that occurs in the framework of the bike when operated with a load of 100 kg. From this
7
2
research, the maximum stress on the order of 4.38 x 10 N/m , compared with a maximum voltage of the
8
2
material of 1.25 x 10 N/m , then the order is safe to use. For analysis of the level of risk of injury values
obtained 3, so the bike is comfortable to use. From the analysis of the bike can be used as a means of
everyday transportation and sports facilities are healthy, safe and comfortable.
Keywords: Bicycle Tricycle, Motor DC, Transport
Abstrak
Konsep desain yang akan dikembangkan dari sepeda listrik roda tiga ini adalah sepeda yang
dapat digunakan semua kalangan masyarakat, terutama untuk usia 50 tahun yang memiliki tingkat
cidera yang tinggi. Untuk meminimalisasi hal tersebut sepeda akan dilengkapi dengan motor dc, motor
ini berkekuatan 250 watt, tegangan 24 VDC dan kontrol elektronik yang dapat mengontrol kecepatan
pengendara, khususnya bagi pengendara yang berumur diatas 50 tahun.Teknologi ini dapat mengontrol
kecepatan sepeda tidak melebihi 20 km/jam, sehingga tidak membahayakan pengendara, dan dapat
juga dipilih mode normal untuk pengendara dibawah 50 tahun. Material yang digunakan baja kotak
berongga untuk bahan dasar. Untuk kekuatan rangka akan dianalisa dengan menggunakan bantuan
software yaitu untuk mengetahui tegangan yang terjadi pada rangka pada saat sepeda dioperasikan
dengan beban pengedara sebesar 100 kg. Dari hasil penelitian ini tegangan maksimum pada rangka
7
2
8
sebesar 4.38 x 10 N/m , dibandingkan dengan tegangan maksimum dari material sebesar 1.25 x 10
2
N/m , maka rangka aman untuk digunakan. Untuk analisa tingkat resiko cidera nilai yang didapat 3,
sehingga sepeda nyaman untuk digunakan. Dari hasil analisa tersebut sepeda dapat digunakan sebagai
alat transportasi sehari-hari dan sarana olah raga yang sehat, aman dan nyaman.
Kata Kunci: Sepeda listrik roda tiga, Motor DC, Alat transportasi
1. PENDAHULUAN
Sepeda merupakan salah satu alat transportasi yang hemat energi, ramah lingkungan, murah
dan mudah dalam penggunaannya. Selain sebagai alat transportasi, s epeda dapat digunakan untuk
berekreasi, olah raga atau bersepeda ke tempat kerja. Namun, bersepeda bisa juga membuat orang
menjadi tidak sehat, terutama bila usia diatas 50 tahun. Tingkat risiko cedera meningkat mengikuti usia,
58
tetapi manfaat latihan bagi kelompok usia 45-59 tahun lebih tinggi dibandingkan bahaya yang mereka
hadapi.
Menurut Prof Dr Wolfgang Grotz, dokter kepala Clinic for Internal Medic ine II dari Alfried Krupp
Hospital, Essen, bagi orang yang berusia 50 tahun, saat berolahraga, sebaiknya denyut jantung
maksimumnya tidak melampaui 130 denyutan per menit. Pada prinsipnya, denyut jantung maksimum
seseorang saat berlatih idealnya 180 denyutan per menit, dikurangi usia. Selain itu bagi pengendara
yang berusia 50 tahun, saat menggunakan sepeda waktu awal masih kuat tetapi bila sudah menempuh
jarak yang jauh mulai keletihan.
Dalam hal ini untuk menanggulagi permasalahan tersebut, maka dibutuhkan sebuah sepeda
listrik roda tiga yang akan dilengkapi dengan penggerak motor listrik. Harapannya dengan menggunakan
sepeda ini, orang dengan usia berapa pun dapat bersepeda dengan sehat.
2. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian sepeda listrik roda tiga ini, dibuat tahapan penyelesaianya dimulai dari
identifikasi permasalahan lalu dirumuskan menjadi daftar kebutuhan, kemudian dilakukan proses
perancangan, dan dari hasil rancangan dianalisa kekuatan tarik maksimum pada rangka dan dianalisa
tingkat resiko cederanya. Tahapan selanjutnya yaitu proses pembuatan dan perakitan, dilanjutkan
dengan pengujian, pada tahap akhir dilakukan analisa hasil dari prototipe yang dibuat apakah semua
dapat memenuhi sesuai dengan kebutuhan. Tahapan penyelesaian penelitian ini, terlihat seperti pada
skema atau bagan alir pada Gambar 2.1.
Star
Identifikasi Masalah
Pembuatan
Tidak
A
Ya
Perancangan
Komponen
Analisa Kekuatan Material
Rancangan
Aman ?
Tidak
Ya
Uji Coba
Kesimpulan
Selesai
59
JURNAL MANUTECH
No
1
2
3
4
5
60
Sut
N
t maksimum
2,5 x10 8
2
N
m2
8
Dari hasil perhitungan tegangan maksimum pada rangka dengan bantuan software sebesar
7
2
8
2
4.38 x 10 N/m , dibandingkan dengan tegangan maksimum dari material sebesar 1.25 x 10 N/m , maka
rangka aman untuk digunakan.
3.4 Analisa Resiko Cedera dengan Metode RULA
Dalam perancangan sepeda, pengendara harus merasa nyaman dan aman dalam
penggunaannya. Untuk itu dalam perancangan sepeda harus ergonomis atau memiliki nilai tingkat
cidera minimum. Untuk mengevaluasi hasil dari rancangan sepeda digunakan metode RULA (Rapid
Upper Limb Assessment) dengan bantuan software CATIA yang disesuaikan dengan tubuh orang
Indonesia.
61
JURNAL MANUTECH
Tabel 3.1 Nilai tingkat resiko cedera. [2]
Range Nilai
1 dan 2
3 dan 4
5 dan 6
7
62
4. SIMPULAN
Dari hasil rancang bangun sepeda listrik roda tiga ini, maka dapat disimpulkan bahwa sepeda
dapat digunakan sebagai alat transportasi untuk semua kalangan masyarakat, terutama untuk usia
diatas 50 tahun. Dari hasil uji coba jalan sepeda yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan, bahwa
sepeda dapat berjalan dengan cara dikayuh menggunakan kaki dan dapat berjalan dengan
menggunakan motor listrik dengan stabil dan aman serta dapat berjalan dengan kecepatan tidak
7
2
melebihi 20 km/jam. Dari hasil analisa tegangan maksimum pada rangka sebesar 4.38 x 10 N/m ,
8
2
dibandingkan dengan tegangan maksimum dari material sebesar 1.25 x 10 N/m , maka rangka aman
untuk digunakan. Untuk analisa tingkat resiko cidera nilai yang didapat 3, sehingga sepeda nyaman
untuk digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Batan, I.M. L., Desain Produk, Edisi pertama, Penerbit Guna Widya, Surabaya, 2012.
[2] McAtamney, Lynn and Corlett, E Nigel, RULA: A Survey Method for Investigation of Work-related
Upper Limb Disorders, Applied Ergonomics, vol. 24 No. 2, p.91-99, 1993.
[3] Nurmianto,E., Ergonomi konsep dasar dan aplikasinya, Edisi pertama, Penerbit Guna Widya,
Surabaya, 2004.
[4] Ulrich, Karl T; Product Design and Development, Second Edition, Irwin McGraw-Hill, 2000.
63
JURNAL MANUTECH
Abstract
PLC Siemens LOGO! 12/24 RC is one of the products of Plc Siemens. Siemens PLC LOGO! 12/24
RC which is called the Smart Relay, often found in industries in Indonesia to control system. The trainer
kit of PLC be made to solve this problem, that can make a good aplication from the principle and input
output as a simulation in industry. Input and output are made in miniature system as same as industrial
processes. In addition, PLC Siemens LOGO! 12/24 RC is also equipped with an LCD, which can display the
programming time and date display and troubleshooting during the process. The result of system are
moving conveyor and cylinder movement which can separate metal workpiece and non metal workpiece.
Keywords : industrial simulated, PLC Siemens LOGO 12/24 RC, smart relay, trainer kit.
Abstrak
PLC Siemens LOGO! 12/24 RC merupakan salah satu produk dari PLC Siemens. PLC Siemens
LOGO! 12/24 RC yang biasa disebut Smart Relay, sering sekali dijumpai pada industri -industri di
Indonesia untuk sistem kontrol. Dari permasalahan tersebut maka dibuatlah trainer kit Plc Siemens
LOGO! 12/24 RC yang dapat mengaplikasikan prinsip kerja PLC Siemens LOGO! 12/24 RC. Input dan
output tersebut dibuat dalam sistem miniatur untuk mensimulasikan proses dalam industri. Selain itu,
PLC Siemens LOGO! 12/24 RC ini juga dilengkapi LCD, dimana LCD tersebut bisa menampilkan waktu
dan tanggal pemograman serta menampilkan trouble shooting saat proses berlangsung. Sistem yang
didapatkan adalah pergerakan konveyor dan silinder yang memisahkan benda logam dan non logam.
Kata kunci: PLC Siemens LOGO 12/24 RC, simulasi industri, smart relay, trainer kit.
1. PENDAHULUAN
PLC(Programmable Logic Controller) adalah suatu alat (Device) yang mempunyai kemampuan
melakukan suatu fungsi kontrol dalam bentuk suatu program. Hampir semua proses produksi di bidang
industri dapat diotomasi dengan menggunakan PLC. PLC juga merupakan salah satu kompetensi utama
yang harus dikuasai oleh lulusan program studi Teknik Elektronika Politeknik Manufaktur Bangka
Belitung.
Pada saat ini, mayoritas praktikum PLC di Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
menggunakan PLC merk Festo. PLC Festo ini dirancang untuk pembelajaran mahasiswa sebagai
pengenalan awal terhadap dunia pemrograman. Berdasarkan survei baik selama praktek kerja lapangan
maupun informasi dari pengguna, PLC Festo jarang bahkan tidak ditemui di dunia perindustrian dan
salah satu PLC yang banyak digunakan di dunia industri adalah PLC Siemens LOGO yang biasa disebut
Smart Relay merupakan salah satu produk Siemens yang sering dijumpai pada industri -industri di
Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kemudahan dari sisi teknik pemrograman, ukuran yang lebih kecil
serta harga yang lebih terjangkau.
Berdasarkan hal tersebut maka muncullah ide untuk memberikan suatu keilmuan yang baru
kepada mahasiswa, sebagai tambahan bahan perkenalan mereka terhadap sistem pengontrolan di dunia
industri. Pembuatan Trainer Kit PLC Siemens LOGO!12/24 RC ini diharapkan dapat menambah ilmu
dalam pembelajaran mata kuliah PLC.
64
2. PENDAHULUAN
2.1 Tahapan penelitian
Beberapa tahapan penelitian dilakukan yaitu sebagai berikut:
Pengumpulan data
Merancang konstruksi
Menguji masing-masing komponen sebelum dirakit
Perakitan komponen
Pembuatan program untuk pembuatan modul pembelajaran
Uji coba
2.2 Analisis Penelitian
Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan membandingkan desain baru dengan peralatan
lama, maka dapat dilihat:
Penggunaan di industri lebih banyak dititik beratkan dalam desain baru, dimana peralatan
lama hanya dapat digunakan untuk pembelajaran awal bagi mahasiswa pemula saja
Desain baru memang sulit dalam pengoperasian jika dibandingkan dengan peralatan lama,
tapi hal ini dipandang sebagai suatu tantang bagi mahasiswa pengenalan pemrograman
advance untuk lebih meningkatkan mutu pembelajarannya.
2.3 Rancangan Penelitian
Rancangan konstruksi untuk trainer Kit ini terdiri dari: konveyor, motor wiper, sensor benda
kerja, sensor penepat posisi benda kerja, silinder. Trainer kit ini menggunakan PLC Siemens
LOGO!12/24 RC. Adapun rencana desain adalah sebagai berikut:
65
JURNAL MANUTECH
1.
2.
3.
4.
Siapkan peralatan.
Baca dan pahami deskripsi soal pada modul.
Buat program dan simulasikan di Software LOGO! Soft Comfort.
Hubungkan input dan output di hardware, periksa apakah wiring sudah benar atau
belum.
5. Download program dari PC ke LOGO!.
6. Periksa apakah sistem yang bekerja sesuai dengan soal pada modul
3.3 Contoh Pemrograman
Contoh pemrograman untuk memisahkan benda kerja Logam dan Non Logam yang dibuat
dapat dilihat pada Gambar 3.1
Pemograman
100 %
100 %
Perangkaian
Pengecekan
100 %
100 %
Modul
SOP
80 %
4. SIMPULAN
Beberapa simpulan yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Trainer kit yang menggunakan PLC Siemens ini merupakan alat yang mudah bagi mahasiswa
untuk digunakan dalam praktikum
66
2.
Trainer kit ini merupakan media pembelajaran yang pas bagi mahasiswa mengingat banyaknya
penggunaan PLC Siemens di dunia industri.
DAFTAR PUSTAKA
[1] [Siemens, Spesifikasi PLC Siemens LOGO! [Online], diakses pada 30 Mei 2014, Available:
http://www.Siemens.com/.
[2] Siemens AG, Manual Book, Germany: LOGO Soft Comfort User Manual, 1999.
[3] Jaja Kustija, Sensor dan Transduser, Jakarta : Modul Elektronika Industri, 2004.
[4] Industial Automation, Pilot Lamp [Online], diakses pada 4 Juni 2014, Available :
http://www.elteko.com/.
[5] Akhmad Jamaah F, Ari Prabowo, Silinder Pneumatik, Modul Otomasi 1, Politeknik Negeri
Semarang, Semarang, 2012, pp. 133-134.
[6] Wirawan dan Pramono, Silinder, Semarang: Modul Ajar Pneumatik Hidrolik, 2007.
[7] Muharfan, Motor Wiper [Online], diakses pada 15 Juli 2014, Available:
http://muharfan95.wordpress.com/.