Anda di halaman 1dari 63

PENERAPAN METODE DFA DALAM PENGEMBANGAN DESAIN ASSY.

ROTARING BLADE MESIN


PENCACAH PLASTIK
Adhe Anggry .................................................................................................................... 1
DESIGN DAN PEMBUATAN PLC MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER
Eko Sulistyo ..................................................................................................................... 7
PEMANFAATAN SERAT RESAM DAN SERAT KELAPA UNTUK BAHAN KOMPOSIT PADA MATRIKS
POLYESTER SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KOMPONEN KENDARAAN
Herwandi ......................................................................................................................... 13
ANALISIS FENOMENA ARC BLOW PADA PENGELASAN SHIELDED METAL ARC WELDING (SMAW)
Ramli ............................................................................................................................... 19
OPTIMASI PROSES EDM SINKING MATERIAL BAJA S45C MENGGUNAKAN BACK PROPAGATION
ARTIFICIAL NEURAL NETWORK-GENETIC ALGORITHM (BPANN-GA)
Robert Napitupulu ........................................................................................................... 25
ANALISIS PENGARUH PENGKUTUBAN DCRP DAN DCSP TERHADAP HASIL PENETRASI PADA
SHIELDED METAL ARC WELDING (SMAW)
Susanto ............................................................................................................................ 33
INDIKATOR KETINGGIAN ARUS PASANG SURUT DI MUARA BERBASIS MIKROKONTROLER
Yudhi................................................................................................................................ 39
ANALISIS PROSES ELECTRICAL DISCHARGE MACHINING (EDM) DALAM MENGIDENTIFIKASI
KEAUSAN ELEKTRODA DENGAN METODE TAGUCHI
Yudi Oktriadi .................................................................................................................... 45
PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADIKTIF PADA PREMIUM TERHADAP POLUSI UDARA
KENDARAAN BERMOTOR
Yudi Setiawan .................................................................................................................. 51
SEPEDA LISTRIK RODA TIGA
Rodika ............................................................................................................................. 57
TRAINER KIT PLC SIEMENS LOGO! 12/24 RC
Charlotha ......................................................................................................................... 63

JURNAL MANUTECH

PENERAPAN METODE DFA DALAM PENGEMBANGAN


DESAIN ASSY. ROTARING BLADE MESIN PENCACAH PLASTIK
1

Adhe Anggry , Husman , Muhammad Yunus


Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
Kawasan Industri Airkantung Sungailiat
Telp.0717-93586, Fax.0717-93585
adhe.anggry@yahoo.com

1,2,3

Abstract
Design for Assembly (DFA) is a methodology for evaluating part designs and the overall design of
an assembly. It is a quantifiable way to identify unnecessary parts in an assembly and to determine
assembly times and costs. The outcome of a DFA-based design is a more elegant product with fewer
parts that multifunctional and easy to assemble. This study aimed to evaluate the design assy. rotaring
plastic blade of plastic crusher machine that is using the DFA. The variables to be measured in this study
include the number of components, assembly time and assembly efficiency. The new design results show
that the number of components is reduced from 151 pieces to 79 pieces of component parts, assembly
time down from 637.96 seconds to 272.89 seconds and DFA index (assembly efficiency) increased from
19.3% to 35.2%. It can be concluded that the new design meets the requirements of design for assembly
(DFA) which is greater than the efficiency of assembly efficient assembly of the initial design.
Keywords: DFA Method, assembly efficiency, assy. rotaring blade
Abstrak
Desain untuk perakitan (DFA) adalah sebuah metode untuk mengevaluasi desain komponen
maupun produk secara keseluruhan. DFA adalah cara terukur untuk mengidentifikasi komponenkomponen yang tidak diperlukan dalam perakitan dan untuk menentukan waktu dan biaya perakitan.
Hasil dari desain berbasis DFA adalah produk yang lebih elegan dengan jumlah komponen yang lebih
sedikit yang bersifat multifungsi dan mudah untuk dirakit. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengevaluasi desain assy. rotaring blade mesin pencacah plastik yang ada dengan menggunakan
metode DFA. Adapun variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini antara lain adalah jumlah
komponen, waktu perakitan dan efisiensi perakitan. Hasil desain yang baru menunjukkan bahwa jumlah
komponen berkurang dari 151 buah komponen menjadi 79 buah komponen, waktu perakitan turun dari
637,96 detik menjadi 272,89 detik dan indeks DFA (efisiensi perakitan) meningkat dari 19,3% menjadi
35,2%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa desain baru memenuhi syarat desain untuk perakitan (DFA)
dimana efisiensi perakitannya lebih besar dibandingkan efisiensi perakitan desain awal.
Kata kunci: Metode DFA, efisiensi perakitan, assy. rotaring blade
1. PENDAHULUAN
Evaluasi terhadap desain produk dan pengembangannya dengan mempertimbangkan aspek
desain untuk manufaktur dan perakitan masih kurang dilakukan, padahal 85% biaya produksi ditentukan
oleh tahap awal desain, sehingga keputusan desain dapat secara dramatis mengurangi biaya produksi
[1]. Proses perakitan merupakan proses yang memakan waktu yang cukup besar dalam proses
manufaktur (53% dari total waktu produksi dan 22% ongkos buruh) dan 12% dari biaya manufaktur [2].
Design for Assembly (DFA) adalah sebuah metode untuk mengevaluasi desain komponen maupun
produk secara keseluruhan. DFA merupakan komplemen dari desain untuk manufaktur (DFM). Manfaat
DFA untuk desain produk adalah untuk memperkirakan kesulitan dalam perakitan, untuk informasi
pendukung dalam pengambilan keputusan, s ebagai patokan (benchmark) produk yang sudah ada,
tambahkan fokus untuk ulasan (review) desain, mempertajam kemampuan desain, dan
mengintegrasikan desain dan
Penerapan Metode DFA dalam Pengembangan Desain Assy. Rotaring Blade Mesin Pencacah Plastik
(Adhe Anggry)

2
sumbu perakitan, desain untuk gabungan dan efisiensi fastener serta desain produk modular untuk
perakitan [5]. Dengan metode DFA, banyak dilakukan proses desain ulang dimana proses desain ulang
dilakukan untuk meningkatkan indeks DFA (efesiensi perakitan) denga n cara meminimalisasi jumlah
komponen yang tidak memiliki fungsi atau berfungsi minimum pada struktur produk dan atau dengan
mengkombinasikan beberapa komponen untuk mengurangi waktu perakitan total.
Assy. rotaring blade adalah komponen dari mesin pencacah plastik yang berfungsi sebagai pisau
pencacah berputar. Pada desain awal, assy. rotaring blade memiliki jumlah komponen penyusun yang
cukup banyak yaitu berjumlah 151 buah komponen, sehingga perlu dilakukan evaluasi dan
pengembangan konsep desain assy. rotaring blade yang baru dengan menerapkan metode DFA.
Penelitian yang membahas tentang desain perbaikan produk dengan metode DFA dapat dilihat pada
penelitian Hasibuan [3] yang menerapkan metode DFMA dalam perbaikan desa in stopcontact.
Perbaikan rancangan dengan DFMA menunjukkan bahwa waktu perakitan berkurang hingga 19.57%,
jumlah komponen berkurang hingga 25.53% serta biaya total perakitan berkurang hingga 19.14%. Kholil
[4] mengaplikasikan metode DFMA pada desain alat pelubang kertas. Perbaikan desain dengan DFMA
menunjukkan bahwa jumlah komponen berkurang dari 26 komponen menjadi 20 komponen. Perdana
[6] menggunakan metode DFA dalam pengembangan desain rangka sepeda kota, hasil desain rangka
baru menunjukkan jumlah komponen rangka turun dari 24 buah komponen menjadi 20 buah
komponen, dan efisiensi perakitan meningkat dari 28% menjadi 32%. Purwandi [7] menerapkan metode
DFA pada perakitan coolbox sepeda motor, Dari hasil penerapan DFA didapat total waktu perakitan
coolbox untuk desain awal sekitar 399,16 detik dan nilai efisiensi sekitar 8%, sedangkan total waktu
perakitan untuk redesain adalah sekitar 313,01 detik dengan nilai efisiensi 10%.
2. METODE PENELITIAN
Secara ringkas pengembangan desain assy. rotaring blade dengan metode DFA disajikan dalam
skema yang diperlihatkan pada pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema Metode Penelitian


2.1 Evaluasi DFA (Design for Assembly)
Evaluasi DFA diawali dengan mempersiapkan lembar kerja DFA seperti yang ditampilkan pada
Gambar 2.

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 2 66

JURNAL MANUTECH

Simple Boothroyd-Dewhurst DFA worksheet


g
h
b
c
d
e
f
# of
2-digit Manual 2-digit Manual
Operation Operation
consecutive
Part ID#
handling handling insertion insertion
time b*(d+f)
cost
identical
code time/part code time/part
operations

i*

Total

Tm =

Cm =

Essential
part?

Name of
assembly

Nm =

* - in column "i", use "1" to represent that a part is essential, and "0" to represent that a part is not essential.

Gambar 2. Lembar Kerja DFA Boothroyd-Dewhrush [2]


Langkah-langkah pengisian lembar kerja DFA adalah sebagai berikut:
1. Pengisian kode komponen sesuai dengan urutan perakitan.
2. Menghitung jumlah komponen sejenis.
3. Menentukan kode pemegangan dan waktu pemegangan tiap komponen (estimasi waktu
pemegangan didapat dari tabel matrik Boothroyd dan Dewhrush).
4. Menentukan kode pemasangan dan waktu pemasangan tiap komponen ( estimasi waktu
pemasangan didapat dari tabel matrik Boothroyd dan Dewhrush).
5. Menghitung waktu perakitan.
6. Menentukan estimasi jumlah minimum komponen secara teoritis.
7. Memberi nama perakitan.
8. Memberi keterangan apabila diperlukan.
9. Setelah semua kolom telah selesai diisi, pada kolom waktu perakitan ditambahkan untuk
memberikan total perkiraan waktu perakitan.
10. Kolom jumlah komponen minimum teoritis juga dijumlahkan.
11. Menghitung indeks DFA (efisiensi perakitan). Efisiensi perakitan (E) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut [1]:
E = (3s x Nm) / Tm

. (1)

dimana:
E
= Efisiensi perakitan
3s = Waktu standard untuk satu komponen tanpa ada kesulitan
Nm = Jumlah komponen minimum secara teoritis
Tm = Total waktu perakitan seluruh produk
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Desain Awal
Desain awal assy. rotaring blade menggunakan desain perakitan dari Panca Desain yang dibuat
tahun 2012. Desain perakitan assy. rotaring blade seperti diperlihatkan pada Gambar 3. Desain awal
assy. rotaring blade terdiri dari 7 komponen dengan 151 buah komponen penyusun.
3.2 Evaluasi DFA Assy. Rotaring Blade untuk Desain Awal
Evaluasi DFA diawali dengan pembuatan tabel properti pemegangan dan pemasangan yang
disusun sesuai urutan perakitan. Diaphragm perakitan assy. rotaring blade seperti pada Gambar 4.
Setelah tabel properti pemegangan dan pemasangan dibuat kemudian dilanjutka n dengan pengisian
lembar kerja DFA. Dari lembar kerja DFA assy. rotaring blade diperoleh total waktu perakitan (Tm)
sebesar 637,96 detik, jumlah komponen minimum secara teoritis (Nm) berjumlah 41 komponen dan
indeks DFA (Eawal) sebesar 0,193 (19,3%).

Penerapan Metode DFA dalam Pengembangan Desain Assy. Rotaring Blade Mesin Pencacah Plastik
(Adhe Anggry)

Gambar 3. Desain Perakitan Assy. Rotaring Blade

Gambar 4. Diaphragm Assy. Rotaring Blade untuk Desain Awal


3.3 Evaluasi DFA Assy. Rotaring Blade untuk Alternatif Desain
Tahapan evaluasi seperti pada evaluasi DFA desain awal yaitu pembuatan tabel properti
pemegangan dan pemasangan kemudian dilanjutkan dengan pengisian lembar kerja DFA. Dari lembar
kerja DFA diperoleh total waktu perakitan (Tm) sebesar 272,89 detik, jumlah komponen minimum
secara teoritis (Nm) berjumlah 32 komponen dan indeks DFA (Eredesain) sebesar 0,352 (35,2%). Alternatif
desain ini memiliki 7 komponen sejenis dengan 79 buah komponen penyusun. Alternatif desain telah
memenuhi syarat pengembangan desain untuk perakitan yaitu E redesain > Eawal. Desain baru assy. rotaring
blade seperti yang ditampilkan pada Gambar 5.

Gambar 7. Desain baru Assy. Rotaring Blade

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 4 66

JURNAL MANUTECH

Perbandingan hasil DFA desain awal dan desain baru assy. rotaring blade adalah sebagai
berikut:
Desain awal
Jumlah komponen
: 151 buah
Waktu perakitan
: 628,96 detik
Efisiensi perakitan
: 0,196 (19,6%)
Desain baru
Jumlah komponen
: 79 buah
Waktu perakitan
: 272,89 detik
Efisiensi perakitan
: 0,352 (35,2%)
4. SIMPULAN
Hasil yang didapat setelah penerapan DFA terbukti lebih efisien, terjadi perubahan jumlah
komponen penyusun assy. rotaring blade dari 151 buah komponen menjadi 79 buah komponen,
berkurang hingga 47,68%. Waktu perakitan berkurang sebesar 356,07 detik atau menurun hingga
56,61% dan indeks DFA meningkat sebesar 15,9%.
DAFTAR PUSTAKA
nd
[1]. Boothroyd, G., Dewhurst, P. dan Knight, W., Product Design for Manufacture and Assembly, 2
Edition, Marcel Dekker, New York, 2002.
[2]. Chan V. dan Salustri F. A., Design for Assembly, Ryerson University Toronto Canada, 2003.
[3]. Hasibuan, Y. K., Rambe, A. J. M. dan Ginting, R., Rancangan Perbaikan Stopcontact Melalui
Pendekatan Metode DFMA (Design for Manufacture and Assembly) pada PT.XYZ, e-Journal Teknik
Mesin FT USU, Vol. 1, No. 2, hal. 34 39, 2013.
[4]. Kholil, A., Aplikasi DFMA pada Desain Alat Pelubang Kertas, Journal Universitas Islam 45 Bekasi,
Vol. 10, No. 1, hal. 34 39, 2010.
[5]. Magrab, Edward, B., Integrated Product and Process Design and Development: The Product
Realization Process, Taylor and Francis Group, London, 2010.
[6]. Perdana, R. Y., Perancangan Sepeda Kota (City Bike) dengan Metode DFA , Jurusan Teknik Mesin
FTI-ITS, Surabaya, 2012.
[7]. Purwadi, T., Penerapan Desain untuk Perakitan (DFA) pada Perakitan Coolbox Sepeda Motor,
Jurusan Teknik Mesin FT-UI, Jakarta, 2012.

Penerapan Metode DFA dalam Pengembangan Desain Assy. Rotaring Blade Mesin Pencacah Plastik
(Adhe Anggry)

JURNAL MANUTECH

DESIGN DAN PEMBUATAN PLC MENGGUNAKAN


MIKROKONTROLER
1

Eko Sulistyo , Eko Yudo


Jurusan Teknik Informatika dan Informatika
2
Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
Kawasan Industri Air Kantung Sungailiat 33211
Telp. (0717) 93586, Fax. (0717) 93585
Sulistyo.eko@gmail.com
1

Abstract
In recent years, PLC controls are widely used in industries. Having compact forms, portable and
simple programming makes PLC become control equipments that widely used. That the PLC is not a
cheap control equipment makes the PLC is only used in large indutries, whereas small industries use
other controls. Because of this problem, we design and create a PLC based -microcontroller with the aim
to design a PLC that has almost similar functions to general PLC and low price. The PLC based microcontroller can be programmed using LD with ladder diagram form so that can be
directle used by novice programmers. In this research, we design a PLC equipped with output and input
modules.Fron the result test, we obtained conclusions that a PLC based-microcontroller has capabilities
near to general PLC's. Its weaknesses i.e slow upload process of programs and it has a number of limited
I/O, logical circuits, input and output modules work well in accordance with PLC Micro's planning and
timing have error rate of 2.34%
Katakunci: PLC, ladder diagram, ATmega8, mikrokontroler, arduino
Abstrak
Dalam beberapa tahun terakhir kontrol PLC banyak digunakan di industri. Dengan bentuk yang
kompak, portable dan pemrogramman yang sederhana menjadikan PLC menjadi peralatan kontrol yang
banyak digunakan. Namun PLC bukanlah peralatan kontrol yang murah , hal ini yang menjadikan PLC
hanya digunakan sebagai kontrol pada industri besar, sedangkan untuk industri kecil masih
menggunakan kontrol lain. Dari permasalahan ini maka dibuat PLC berbasis mikrokontroler yang
bertujuan untuk merancang PLC dengan fungsi yang hampir sama dengan PLC pada umumnya tetapi
dengan harga yang murah. PLC berbasis mikrokontroler dapat diprogram dengan Ld dengan bentuk
ladder diagram, sehingga pemrogram pemula dapat langsung mempergunakan. Dalam penelitian ini
PLC yang dibuat dilengkapi dengan modul input dan modul output. Dari hasil uji coba didapatkan
kesimpulan PLC berbasis mikrokontroler memiliki kemampuan yang hampir mendekati PLC yang ada
pada umumnya, dengan kelemahan proses upload program ke PLC berbasis mikrokontroler yang lamban
dan memiliki jumlah I/O terbatas, rangkaian logika, modul masukan d an keluaran dapat bekerja dengan
baik sesuai dengan perencanaan dan pewaktu pada PLC mikro mempunyai tingkat kesalahan sebesar
2,34%
Kata kunci: PLC, ladder diagram, ATmega8, mikrokontroler, Arduino
1. PENDAHULUAN
Perkembangan kemajuan teknologi saat ini telah banyak merubah cara hidup manusia dalam
melakukan pekerjaan yang semakin mempermudah dan mempercepat pekerjaan manusia. Salah
satunya dunia perindustrian yang tidak hanya berperan dalam satu bidang saja, melainkan disegala
bidang teknologi pada kehidupan manusia. Dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul
membutuhkan biaya, waktu, tenaga yang cukup besar untuk menyelesaikannya. Dengan adanya
teknologi permasalahan yang timbul dapat ditekan seminimal mungkin[5].

Desain dan Pembuatan PLC Menggunakan Mikrokontroler (Eko Sulistyo)

8
Aplikasi perangkat elektronik pada umumnya memerlukan suatu media penghubung antara satu
perangkat elektronik dengan perangkat elektronik lainnya, salah satu media yang digunakan yaitu media
fisik berupa PLC. PLC (kepanjangan Programmable Logic control) adalah sebuah alat yang digunakan
Untuk menggantikan rangkaian sederetan relay yang banyak dijumpai pada sistem kontrol proses
konvensional. PLC bekerja dengan cara mendeteksi masukan melalui input berupa sinyal -sinyal analog
maupun digital yang berasal dari sensor-sensor atau saklar, kemudian melakukan pemrosesan data
input dan mengeluarkan keluaran sesuai dengan instruksi yang diinginkankan[1..5].
PLC banyak digunakan pada aplikasi -aplikasi kontrol industri, kontrol mesin, dan lainnnya
misalnya pada proses kontrol pengepakan barang, proses penyortiran barang, konveyer, alat pemanas,
pengecatan otomatis dan sebagainya. Dengan kata lain, hampir semua aplikasi yang memerlukan
kontrol industri dapat mengunakan PLC. Namun harga PLC sangat mahal sehingga PLC hanya digunakan
pada industri dan untuk kontrol tertentu saja [5]. Dari permasalahan tersebut, maka dibuatlah PLC
dengan memanfaatkan mikrokontroler sebagai kontrol yang dapat memroses input dan mengeluarkan
output layaknya PLC pada umumnya. Dalam design dan pembuatan PLC berbasis mikrokontroler
menggunakan software Ldmikro yang berfungsi untuk memasukkan program ke mikrokontroller dengan
bahasa yang mirip dengan PLC yaitu ladder diagaram. Sehingga dalam pengoperasian PLC yang dibuat
pengguna merasa mudah dan familiar dengan instruksi yang ada. Dengan adanya PLC design dan
pembuatan mikrokontroler diharapkan PLC yang dibuat dapat digunakan sebagai media kontrol industri
atau elektronika lainnya dengan harga yang murah, terjangkau dan perawatan yang mudah[6..8] .
2. METODE PENELITIAN
Untuk penelitian Desain dan pembuatan PLC menggunakan mikrokontroller tahapan proses
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Perancangan dan pembuatan hardware mikrokontroler dan modul input dan output.
2. Sinkronisasi software Ldmikro dengan hardware mikrokontroler.
3. Pengujian dan analisa
2.1 Tahap Pertama
Pada tahap ini perancangan dan pembuatan hardware mikrokontroler dibuat dengan
konfigurasi seperti pada gambar. 1
Power Supply

LDmikro

Komputer

Downloader USB
ASP

Mikrokontroller
ATmega8

Input

Driver Output

Gambar 1. Konfigurasi sistem PLC berbasis mikrokontroler


Untuk perancangan rangkaian utama PLC menggunakan mikrokontroler ATmega 8 Arduino
dengan skematik dan layout berdasarkan disain Adilson Akashi yang bersifat open source. Sedangkan
modul yang lain seperti modul input dan modul output dibuat terpisah, supaya mempermudah dalam
perangkaian dan penggunaannya.Modul input terdiri dari komponen sensor -sensor (LDR dan
Suhu),input analog,input digital dan switch dan input dari rangkaian luar. Sedangkan untuk modul
output terdiri dari komponen LED,sevent segment,buzzer,motor DC dan interface dengan output yang
lainnya misalnya pneumatic, hidrolik dan lampu AC
2.2 Tahap Kedua
Pada tahap ini hardware yang sudah dibuat disinkronisasi dengan software Ldmikro. Software
Ldmikro merupakan software bahasa C yang ditampilkan dalam bentuk diagram ladder, yang berfungsi
untuk memudahkan pemakai dalam memprogram. Dalam pemrogramman Ldmikro perintah yang ada
dalam software ini hampir sama dengan PLC. Setelah selesai, program dicompile menghasilkan file
dengan extention .*hex. Yang selanjutnya dimasukkan ke mikrokontroller melalui kabel downloader USB

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 8 66

JURNAL MANUTECH

ASP. Setelah proses selesai, maka kontrol siap digunakan. Gambar.2 adalah proses sinkronisasi software
Ldmikro dengan mikrokontroler.

Gambar 2. Sinkronisasi Ldmikro dengan mikrokontroler


2.3 Tahap Ketiga
Pada tahap ini dilakukan pengujian yang meliputi pengujian hardware yang sudah dibuat dan
pengujian hardware dan software Ldmikro. Hasil dari pengujian kemudian dianalisa untuk mengetahui
karakteristik alat yang sudah dibuat.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengujian Modul Input dan Output
Pengujian modul input dan output dimaksudkan untuk mengamati dan mengukur pin masukan
dan keluaran diuji dengan mengukur tegangan pada saat masukan berlogika 1 dan berlogika nol. Ladder
diagram pengujian pada software Ldmikro dibuat seperti pada gambar 8.

Gambar 3. Ladder diagram input dan output


Tabel 1. Pengujian input dan ouput pada pin mikrokontroller
Pengujian
PC0 ditekan
PC0 dilepas
PC1 ditekan
PC1 dilepas
PC2 ditekan
PC2 dilepas
PC3 ditekan
PC3 dilepas
PC4 ditekan
PC4 dilepas
PC5 ditekan
PC5 dilepas
PC6 ditekan
PC6 dilepas
PC7 ditekan
PC7 dilepas

Pin
Tegangan
Input
4.8 V
0.2 V
4.8 V
0.3 V
4.9 V
0.3 V
4.7 V
0.4 V
4.9 V
0.3 V
4.8 V
0.2 V
4.8 V
0.5 V
4.7 V
0.3 V

Pin
Tegangan
Ouput
4.8 V
0.4 V
4.8 V
0.4 V
4.8 V
0.5 V
4.9 V
0.6 V
4.8 V
0.4 V
4.7 V
0.5 V
4.9 V
0.5 V
4.8 V
0.4 V

Kondisi LED
Nyala
Mati
Nyala
Mati
Nyala
Mati
Nyala
Mati
Nyala
Mati
Nyala
Mati
Nyala
Mati
Nyala
Mati

Berdasarkan data hasil pengujian pada Tabel 1, modul masukan dan keluaran PLC mikro bekerja
dengan baik. Tegangan masukan pada saat tombol ditekan (logika 1) berada pada rentang 4.7 V sampai
dengan 4.9 V sedangkan pada saat tombol dilepas (logika 0) berada pada rentang 0.2 V sampai dengan
0.4 V. Tegangan keluaran pada saat LED menyala (logika 1) berada pada rentang 4.8 V sampai dengan
4.9 V sedangkan pada saat LED padam (logika 0) berada pada rentang 0.4 V sampai dengan 0.5 V
3.2 Pengujian Logika AND dan OR
Pengujian logika AND dan OR, dimaksudkan untuk mengamati dan mengukur pin masukan dan
keluaran saat diberi perintah logika AND dan OR. Ladder diagram untuk pengujian logika AND dan OR
dibuat seperti pada gambar 4. Pengujian logika AND dan OR diberikan pada input 1 dan 2 dengan
memberikan tegangan logika 1 pada rentang 4.8 V 4.9 V dan logika 0 pada rentang tegangan 0.2. Hasil
dari pengujian dicatat dalam tabel 2.
Desain dan Pembuatan PLC Menggunakan Mikrokontroler (Eko Sulistyo)

10

Tabel 2: Pengujian AND dan OR pada pin mikrokontroller


Pin
Pin
Pin Tegangan Ouput (V)
Tegangan Tegangan
Input 1
Input 2
AND
OR
(V)
(V)
0.2
0.4
0.2
0.2
0.2
4.9
0.2
4.8
4.8
0.4
0.2
4.8
4.8
4.9
4.8
4.8
Berdasarkan data hasil pengujian pada tabel 2. Logika tegangan keluaran PLC mikro bekerja
dengan baik saat diberikan input logika AND dan OR.
- Untuk logika AND, ouput akan bernilai 1 jika kedua inputnya 1, dari hasil pengamatan pada tabel 2
pin tegangan output bernilai 4.8 V (logika 1) jika keduanya bernilai logika 1 ( 4.8 V 4.9 V)
sebalikanya bernilai logika nol (0.2 V).
- Untuk logika OR, ouput akan bernilai 1 jika ada salah satu inputnya bernilai 1, dari hasil pengamatan
pada tabel 2 pin tegangan output bernilai 4.8 V (logika 1) jika salah satu inputnya bernilai logika 1 (
4.8 V 4.9 V) sebalikanya bernilai logika nol (0.2 V).

Gambar 4. Ladder diagram logika AND dan OR


3.3 Pengujian Timer
Pengujian timer dimaksudkan untuk melihat kinerja pewaktu pada PLC mikro. Untuk pengujian
dibuat rangkaian lampu flip-flop dengan ladder diagram seperti pada gambar 5.

Gambar 5. Ladder diagram program lampu flip-flop


Pengujian dilakukan dengan merubah-rubah timer 1 detik, 5 detik dan 10 detik dengan hasil
pada tabel 3.
Tabel 3. Pengujian timer
Timer
No
1 detik
5 detik
10 detik
1
1.02
5.12
10.22
2
1.02
5.13
10.24
3
1.03
5.13
10.21
4
1.03
5.12
10.23
5
1.02
5.14
10.22
Berdasarkan data pengujian pada Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa pewaktu pada PLC -Mikro
memiliki tingkat kesalahan ratarata sebesar 2,4% pada pewaktu 1 detik, 2,34% pada pewaktu 10 detik,
dan 2,37% pada pewaktu 10 detik. Tingkat kesalahan rata rata untuk semua pewaktu adalah 2,37%.

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 10 66

JURNAL MANUTECH

11

Penyebab timbulnya kesalahan pada pewaktu biasanya disebabkan karena pemilihan nilai kristal yang
kurang sesuai dengan siklus kerja mikrokontrolernya.
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis pada alat Trainer kit PLC berbasis mikrokontroler
Arduino maka dapat diambil kesimpulan :
1. PLCmikro yang dibuat ini memiliki kemampuan yang hampir mendekati PLC pada umumnya, dengan
kelemahan proses upload program ke PLCmikro yang lamban dan mempunyai jumlah I/O terbatas.
2. Software LDmikro pada PLCmikro hampir mendekati dengan software PLC pada umumnya.
3. Rangkaian Logika, Modul masukan dan keluaran dapat bekerja dengan baik sesuai dengan
perencanaan.
4. Pewaktu pada PLC mikro mempunyai tingkat kesalahan sebesar 2,34%
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Omron. 2003, Sysmac CPM2A Programmable Controller: Operation Manual, Omron Corporation,
Japan
[2]. Matic, Nebojsa, Introduction to PLC Controller, Mikroelektronika
[3]. Setiawan I., 2003, Pengenalan Dasar PLC (Programmable Logic Controller). Jakarta. : Elex Media
Kompetindo
[4]. Setiawan I., 2005, PLC (Programmable Logic Controller) dan Teknik Peranca ngan sistem control.
Yogyakarta: Andi Offset.
[5]. Artanto D., 2009, Merakit PLC dengan Mikrokontroler. Jakarta: Elex Media.
[6]. Melore, Phill, 2001, Your Personal PLC Tutorial,http://www.plcs.net
[7]. Westhues, Jonathan, 2007, Ladder Logic for PIC and AVR, http://www.cq.cx/ladder.pl
[8]. Stadler, PICpgm-Free PIC Development Programmer For Windows, http: // members.aon.at /
electronics /pic /picgm/

Desain dan Pembuatan PLC Menggunakan Mikrokontroler (Eko Sulistyo)

13

JURNAL MANUTECH

PEMANFAATAN SERAT RESAM DAN SERAT KELAPA UNTUK


BAHAN KOMPOSIT PADA MATRIKS POLYESTER SEBAGAI
BAHAN PEMBUATAN KOMPONEN KENDARAAN
1

Herwandi , Sugianto , Somawardi , Muhammad Subhan


Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
Kawasan Industri Airkantung Sungailiat-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
ayaxherwandi59@gmail.com
Abstract
Nowadays the use of natural fibers as composite materials is used for the manufacture of
vehicle components widely, such as coir, jute, flax, hemp, and kenaf. This condition is very difficult when
relying only on a few fibers. Therefore, there is an alternative, for example resam. Resam is a type of fern
that lives in forests and rubber plantations to grow in nearly all provinces in Indonesia. Method study is
conducted by experimental methods. The process steps are carried out, i.e: the creation of test samples,
mechanical testing and data analysis. The study was conducted over 2 years, the first year has been to
get the results of tensile strength with 19.022 MPa, 1.138% strain, modulus of elasticity is 2015.24 MPa,
2
flexure stress is 58.735 MPa, flexure modulus is 4221.349 MPa and impact stress is 132 kJ/m for
combination resam with polyester fiber. For the second year using a combination resam and coconut
fiber as a composite reinforcement. Results for the second year of the study, i.e: the highest value is
30.05 Mpa for tensile, modulus of elasticity is 2425 MPa and strain is 1.65%, the maxi mum value of
flexure stress is 64.9 MPa and flexural modulus is 4090 MPa, while the highest value for the impact test
2
is 67.8 kJ/m . Based on the standard type of plastic that is used as a car dashboard, this result shows
that the tensile test, flexure test and impact test have complied the standards.
Keywords: resam fiber, coconut fiber, composite, polyester, tensile test, flexure test, impact test
Abstrak
Penggunaan serat alam sebagai bahan komposit untuk pembuatan komponen kendaraan
dewasa ini banyak digunakan, diantaranya adalah serat kelapa, jute, rami, sisal, dan kenaf. Kondisi ini
sangatlah sulit bila hanya bergantung pada beberapa serat. Oleh karena itu, perlu adanya alternative
lain misalnya resam. Resam merupakan jenis pakis hutan yang hidup di perkebunan karet dan tumbuh
hampir diseluruh provinsi di Indonesia. Metode penelitian yang dilakukan dengan metode eksperimental.
Tahapan proses yang dilakukan yaitu: pembuatan sampel uji, pengujian mekanik dan analisis data.
Penelitian ini dilakukan selama 2 tahun, pada tahun pertama sudah mendapatkan kekuatan tarik
dengan hasil 19,022 MPa, regangannya 1,138 %, modulus elastisitasnya 2015,24 Mpa, tegangan lentur
2
58,735 MPa, modulus lenturnya 4221,349 MPa dan tegangan impactnya 132 kJ/m dari kombinasi serat
resam dengan polyester. Untuk penelitian tahun kedua menggunakan kombinasi serat resam dan serat
kelapa sebagai penguat komposit. Hasil untuk penelitian tahun kedua yaitu: n ilai paling tinggi uji tarik
adalah 30,05 MPa, modulus elastisitasnya 2425 MPa dan regangannya 1,65%, nilai maksimum
tegangan flexure 64,9 MPa dan modulus lentur 4090 MPa, sedangkan nilai paling tinggi uji impact
2
adalah 67,8 kJ/m . Berdasarkan standar jenis plastic yang digunakan sebagai bahan dashboard mobil,
hasil ini menunjukkan uji tarik, uji flexure dan uji impact sudah memenuhi standar.
Kata kunci: Serat Resam, Serat Kelapa, Komposit, Polyester, Uji Tarik, Uji Flexure, Uji Impact
1. PENDAHULUAN
Penggunaan serat alam (serat alam Gambar.1) selain dapat berfungsi sebagai penguat dan
meningkatkan sifat mekanik polimer juga dapat mengurangi biaya produksi [7]. Dalam dekade ini,
material komposit dengan penguat serat alam telah diaplikasikan oleh para produsen mobil (lihat
Gambar.1). Keuntungan pemakaian komposit ini adalah memiliki sifa t mekanik yang baik, tidak mudah
Pemanfaatan Serat Resam dan Serat kelapa untuk Bahan Komposit Pada Matriks Polyester Sebagai
Baham Pembuatan Komponen Kendaraan (Herwandi)

14
korosif, bahan baku yang mudah diperoleh dengan harga yang lebih murah, memiliki massa jenis yang
lebih rendah dibanding dengan serat mineral dan mampu berfungsi sebagai peredam suara yang baik
[3],[6],[9].

Gambar.1 Macam-macam serat alam dan aplikasi dalam automotive [5]


Pemanfaatan serat alam seperti serat kelapa untuk campuran bahan polymer sangat potensial
digunakan sebagai penguat bahan baru pada komposit, dimana material komposit ini bergunakan
sebagai salah satu alternative bahan untuk komponen kendaraan [6]. Dalam penelitian yang sudah
dilakukan, serat kelapa dipotong sepanjang 1 cm, kemudian dilakukan pencampuran polyester dan serat
kelapa dengan variasi fraksi volume serat kelapa 5%, 10%, 20% dan 30%. Kemud ian komposit hasil
campuran polyester dan serat kelapa ini dibentuk sesuai dengan specimen standar uji tarik, impact dan
bending serta dilakukan pengamatan struktur mikro. Dari hasil pengujian didapatkan kekuatan mekanik
2
terbaik tensile strength 3,63 kg/mm pada komposit dengan fraksi volume 30 %, modulus elastisitas
2
40,33 kg/mm pada fraksi volume 30 %, elongation 0,19 pada fraksi volume 5 %, flexural strength 3,18
2
2
kg/mm pada fraksi volume 30 %, flexural modulus 118,18 kh/mm pada fraksi volume 30 % dan impact
2
strength 2,61 J/m pada komposit dengan fraksi volume 30 % [1].
Dari beberapa serat yang digunakan, ternyata sangatlah sulit bila hanya bergantung pada serat
yang sudah ada, padahal masih banyak tanaman lain yang belum tersentuh. Oleh karena itu, perlu
adanya alternative lain misalnya tumbuhan resam (seperti Gambar.2). Tanaman resam merupakan jenis
pakis hutan yang hidup di perkebunan karet dan tumbuh hampir diseluruh provinsi di Indonesia.
Tumbuhan ini menjalar dan memi liki panjang kurang lebih 7 meter.

Gambar.2 Tanaman resam


Dalam penelitian yang sudah dilakukan terhadap komposit yang diperkuat dengan serat resam
diperoleh hasil diantaranya: kekuatan tarik maksimal sebesar 19,022 MPa, regangannya 1,138 %,
modulus elastisitasnya 2015,24 Mpa, tegangan lentur 58,735 MPa, modulus lenturnya 4221,349 MPa
2
dan tegangan impactnya 132 kJ/m . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uji flexural dan uji impact
sudah memenuhi standar plastic yang digunakan dashboard mobil, sedangkan uji tarik belum memenuhi
standar plastik yang digunakan dashboard mobil, tetapi hasil penelitian ini masih bisa ditingkatkan
untuk mencapai standar plastik ABS High Impact atau melebihi nilai plastik tersebut dengan cara
menaikkan nilai ukuran panjang serat resam, hal ini terlihat dari adanya kenaikan nilai uji tarik secara
kontinyu mulai dari 3 mm, 10mm sampai 20mm [4]. Oleh karena itu, dengan hasil penelitian ini sangat
perlu ditingkatkan lagi agar diperoleh hasil yang lebih luas dengan cara menggabungkan antara serat
resam dan serat kelapa sebagai penguat bahan komposit pada matrik polyester. Penelitian yang
dilakukan ini untuk mendapatkan kekuatan tarik dan kekuatan impact komposit serat resam dan serat
kelapa sehingga bisa digunakan sebagai bahan dashboard kendaraan mobil.

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 14 66

JURNAL MANUTECH

15

2. METODE PENELITIAN
Untuk proses penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Tahapan proses yang
dilakukan dalam penelitian ini, yaitu: pembuatan sampel uji, pengujian mekanik, dan analisis data. Pada
Gambar. 3 terdapat skema metode penelitian yang digunakan untuk memba ntu proses penelitian
tersebut.
2.1 Tahap pertama
Pada tahap awal ini pembuatan sampel uji komposit serat resam, serat kelapa dan polyester.
Langkah yang dilakukan untuk pembuatan sampel ini adalah:
(1) Mempersiapkan serat resam dan serat kelapa dengan berbagai ukuran (3 mm, 10 mm dan 20 mm);
(2) Membuat cetakan;
(3) Membuat benda uji dengan berbagai variasi ukuran serat beserta prosentasenya dan prosentase
curing agent.
(4) Persiapan sampel uji sesuai standar (ASTM D 638 untuk uji tarik, ASTM D 790 untuk uji flexure dan
ISO 179 untuk uji impact).

Gambar.3 Skema metode penelitian


2.2 Tahap kedua
Tahap kedua untuk mendapat karakteristik mekanik komposit berupa: kekuatan tarik, modulus
elastisitas, regangan, kekuatan flexure, modulus flexure dan tegangan impact. Persiapan yang dilakukan:
Bahan uji
: Komposit polimer;
Standar pengujian : ASTM D-638 uji tarik, ASTM D-790 uji flexure, dan ISO 179 uji impact;
Mesin pengujian
: Universal testing machine dan mesin uji impact charpy
Tempat
: Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
2.3 Tahap ketiga
Pada tahap ini melakukan pengumpulan data dari hasil pengujian dan selanjutnya dari data
yang sudah dikumpulkan, dilakukan analisis data untuk mengetahui karakteristik yang ditemukan pada
komposit hasil penelitian ini.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk pengujian tarik, uji flexure dan pengujian impact jumlah benda eksperimen adalah 9
variasi, dengan setiap variasi dilakukan 2 kali replikasi sehingga jumlah benda eksperimen yang dibuat
seluruhnya adalah 18 buah. Hasil pengujian tarik, flexure dan impact yang telah dilakukan di
laboratorium material Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung dengan berbagai variasi serat
resam, serat kelapa, resin dan curing agent dapat dilihat pada Gambar.4 sampai Gambar.6 di bawah ini
Pemanfaatan Serat Resam dan Serat Kelapa untuk Bahan Komposit pada Matrix Polyester sebagai
Bahan Pembuatan Komponen Kendaraan (Herwandi)

16

Gambar.4 Pengujian Tarik Benda Uji


Dari grafik yang ditampilkan pada Gambar.4 ini dapat dianalisis beberapa hal diantaranya adalah:
Nilai maksimum kekuatan tarik adalah 30,05 MPa, nilai maksimum modulus elastisitasnya 2425 Mpa
dan nilai maksimum regangannya 1,65 % .
Kekuatan tarik dari dashboard mobil yang memiliki jenis bahan plastik ABS High Impact adalah
sebesar 20-40 Mpa [2], nilai modulus elastisitas dari dashboard mobil yang memiliki jenis bahan
plastik ABS High Impact antara 1-2,5 Gpa (1000-2500 Mpa) [2], dan nilai regangan dari dashboard
mobil yang memiliki jenis bahan plastik ABS High Impact adalah 2 % - 100% [2], sehingga penelitian
ini sudah memenuhi standar.

Gambar.5 Tegangan lentur dan modulus lentur


Dari grafik yang ditampilkan pada Gambar.5 ini dapat dianalisis beberapa hal diantaranya adalah:

Nilai maksimum Tegangan lentur adalah 64,9 MPa, nilai maksimum Modulus lentur adalah 4090
MPa.

Nilai tegangan lentur dari dashboard mobil yang memiliki jenis bahan plastik ABS High Impact
adalah 37-76 MPa [10] dan nilai modulus lentur standar adalah 1235 - 2588 MPa [21]. Sehingga
tegangan dan modulus lenturnya yang diperoleh dari penelitian ini sudah memenuhi standar.

Gambar.6 Tegangan Impact Benda Uji


Dari grafik yang ditampilkan pada Gambar.6 ini dapat dianalisis beberapa hal diantaranya adalah:
2
Nilai maksimum tegangan impact adalah 67,8 kJ/m (pada ukuran panjang serat resam & serat
kelapa 20mm dan prosentase volume serat 35 %).

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 16 66

JURNAL MANUTECH

17

Untuk kekuatan impact dari dashboard mobil yang memiliki jenis bahan plastik ABS adalah sebesar
2
13,48 kJ/m [8], sehingga hasil penelitian ini dari segi uji impact dapat memenuhi standar dashboard
mobil.
4. KESIMPULAN
Dalam penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan diantaranya adalah:
1. Nilai maksimum kekuatan tarik adalah 30,05 MPa, nilai maksimum modulus elastisitasnya 2425 Mpa
dan nilai maksimum regangannya 1,65 %;
2. Nilai maksimum Tegangan lentur adalah 64,9 MPa, nilai maksimum Modulus lentur adalah 4090
MPa;
2
3. Nilai maksimum tegangan impact adalah 67,8 kJ/m (pada ukuran panjang serat resam & serat
kelapa 20mm dan prosentase volume serat 35 %);
4. Hasil penelitian ini menunjukkan tegangan Tarik, modulus elastisitas dan regangan sudah memenuhi
standar plastik yang digunakan pada dashboard mobil;
5. Hasil penelitian ini menunjukkan tegangan flexure, dan modulus flexure sudah memenuhi standar
plastik yang digunakan pada dashboard mobil;
6. Hasil penelitian dengan uji impact juga sudah memenuhi standar dashboard mobil.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Arif dan Yunito Akhmad, 2008, Analisa pengaruh fraksi volume serat kelapa pada komposit matrik
polyester terhadap kekuatan tarik, impact dan bending, Tesis mahasiswa ITS.
[2] Applications of ABS High Impact - Acrylonitrile-Butadiene Styrene High Impact:
http://www.omnexus.com/tc/polymerselector/polymerprofiles.aspx?id=184&us=0&tab=3
[3] Basuki Widodo, 2008, Analisa sifat mekanik komposit epoksi dengan penguat serat pohon aren (ijuk)
model lamina berorientasi sudut acak (random), Jurnal teknologi technoscientia.
[4] Herwandi dan kawan-kawan, 2013. Pengaruh Variasi Volume Serat Resam Terhada p Kekuatan Tarik
dan Impact Komposit pada Matriks Polyester sebagai Bahan Pembuatan Dashboard Mobil, Prosiding
Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI VIII) 2013 di Universitas Tarumanagara.
[5] Lawrence T. Drzal, 2007, Sustainable Bio-Based Structural Material: opportunities and challenges,
Michigan State University.
[6] Muh Amin dan Samsudi R, 2010, Pemanfaatan limbah serat sabut kelapa sebagai bahan Pembuat
helm pengendara kendaraan roda dua, Prosiding nasional unimus.
[7] Neng Sri Suharty, 2007, Rekayasa pol imer menggantikan bahan tradisional, Pidato Pengukuhan guru
besar kimia-Universitas Sebelas Maret.
[8] Plastic-Determination of Charpy impact properties (ISO 179-1:2000).
[9] Rajesh Ghosh, A. Rama Krishna , G. Reena , dan Bh.Lakshmipathi Raju, 2011, Effect of fibr e volume
fraction on the tensile strength of Banana fibre reinforced vinyl ester resin composite, International
journal of advanced engineering sciences and technologies.
[10] Applications of ABS High Impact-Acrylonitrile-Butadiene Styrene High Impact:
http://www.efunda.com/materials/polymers/properties/polymer_datasheet.cfm?MajorID=ABS&Mi
norID=9

Pemanfaatan Serat Resam dan Serat Kelapa untuk Bahan Komposit pada Matrix Polyester sebagai
Bahan Pembuatan Komponen Kendaraan (Herwandi)

19

JURNAL MANUTECH

ANALISIS FENOMENA ARC BLOW PADA PENGELASAN SHIELDED


METAL ARC WELDING (SMAW)
1

1,2,3

Ramli , Tuparjono , Erwanto


Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
Kawasan Industri Air Kantung, Sungailiat-Bangka, 33211
Tel: 0717-93586, Fax: 0717-93585
ramli.barmawi@yahoo.com

Abstract
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) is one of the most widely used in welding work because it
is relatively easy and inexpensive compared to other electric arc welding. At the time of welding using
direct current (DC) to the occurrence of magnetic repulsion (arc blow) so that the electrodes that burst
into uncontrollable and affect welding results. In this study, experiments were performed by several
methods with the same welding parameters to determine arc blow at the start of welding and its
influence on the stability of arc welding. The first methods is perform the welding to get first data, the
second methods that conduct start of the welding process far away from weld metals and the third
methods is put the ground in the start and the end of weld metals. The phenomenon of arc will be
observed by using a camera that is known for its influence the welding efficiency on melting weld metals
at the onset of arc blow. Expected results of the study is to established methods to reduce arc blow when
welding to arc welding is obtained more stable so we get the welding efficiency and reduce of weld
defects.
Keywords: Arc blow, arc welding, camera, SMAW, welding.
Abstrak
Pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) adalah salah satu pengelasan yang paling
banyak digunakan pada pekerjaan pengelasan karena relatif lebih mudah dan murah dibandingkan
dengan las busur listrik lainnya. Pada saat pengelasan menggunakan arus current direct (DC) dapat
terjadinya daya tolak magnetik (arc blow) sehingga elektroda yang menyembur menjadi tidak terkendali
dan mempengaruhi hasil las. Pada penelitian ini, percobaan dilakukan dengan cara melakukan
beberapa metoda dengan parameter pengelasan yang sama untuk mengetahui timbulnya arc blow
pada saat awal pengelasan dan pengaruhnya pada kestabilan busur las yang terjadi pada saat
pengelasan. Metode pertama melakukan pengelasan untuk mendapatkan data awal terhadap waktu
dan jarak terjadinya arc blow, Metode kedua melakukan pengelasan dengan awal pengelasan jauh dari
benda kerja dan metode ketiga melakukan pengelasan dengan menempatkan ground dikedua ujung
benda kerja las. Fenomena busur yang terbentuk akan diamati dengan menggunakan kamera sehingga
diketahui pengaruhnya bagi efisiensi pengelasan pada saat pencairan logam las oleh busur pada saat
timbulnya arc blow tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah menentukan metode untuk mengurangi
terjadinya arc blow pada saat pengelasan agar busur las yang didapatkan lebih stabil sehingga
didapatkan efisiensi pengelasan dan mengurangi terjadinya cacat las.
Kata kunci: Arc blow, busur las, kamera, pengelasan, SMAW.
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan teknologi dan banyaknya masyarakat yang menggunakan peralatan
listrik baik untuk rumah tangga maupun industri berarti semakin banyak pula energi listrik yang
dibutuhkan untuk menjalankan semua peralatan listrik tersebut, demikian juga halnya yang terjadi pada
sistem pengelasan busur listrik (arc welding).
Pada pengelasan busur, panjang busur berbanding lurus dengan tegangan, dan jumlah input
kalor berhubungan dengan arus listrik. Arus DC paling sering digunakan untuk proses pengela san
manual seperti shielded metal arc welding (SMAW) karena sifat busur listrik pada arus DC lebih stabil
[1] .
Analisis Fenomena Arc Blow pada Pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) (Ramli)

20
SMAW merupakan proses las busur elektroda terumpan yang menggunakan busur listrik
sebagai sumber panas. Polaritas listrik salah satu parameter pengelasannya yaitu polaritas lurus (DCSP)
atau polaritas terbalik (DCRP). Penggunaan polaritas DC ini dapat mengakibatkan terjadinnya daya tolak
magnetik (arc blow) [2].
Arc blow adalah kondisi yang terjadi akibat interaksi antara arah medan magnet dari busur las
dan arah residu kemagnetan dari material yang di las sehingga menyebabkan ketidakstabilan busur las.
Pada proses pengelasan ketidakstabilan busur las mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan cacat
las [2], maka tindakan pencegahan untuk mengurangi terjadinya arc blow pada logam yang akan dilas
berperan penting untuk meningkatkan efisiensi proses pengelasan serta mutu pengelasan yang baik.
2. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimental untuk menyelidiki
hubungan sebab akibat dengan memberikan satu atau lebih kondisi perlakuan kepada satu atau lebih
eksperimental. Untuk menyelesaikan penelitian ini digunakan alur flow chart kegiatan sebagai pedoman
dalam menentukan tindakan sehingga lebih terarah. Gambar 1. menunjukkan metode penelitian yang
digunakan.

Gambar 1. Flow chart Metode Penelitian yang digunakan.


2.1 Rancangan Eksperimen
Eksperimen ini merupakan pengelasan sambungan sudut (fillet joint) posisi horizontal (2F)
dengan proses las busur manual (SMAW) yang terdiri dari 3 (tiga) metode dan masing -masing metode
dilakukan sebanyak 6 (enam) kali percobaan.
Metode pertama yaitu melakukan pengelasan sepanjang 100 mm, kecepatan rata -rata
pengelasan 2 3 mm/s dengan kondisi pengelasan mengunakan satu ground yang diletakkan pada meja
las. Fenomena arc blow pada busur las yang terjadi diamati dengan menggunakan sebuah kamera untuk
menentukan waktu dan jarak terjadinya arc blow yang akan dijadikan sebagai data awal pada penelitian
ini.
Metode kedua merupakan metoda untuk mengurangi terjadinya arc blow pada benda kerja las
yang akan digunakan. Eksperimen ini dilakukan dengan melakukan awal pengelasan jauh dari benda
kerja yang akan digunakan dengan pemanfaatan pelat atau benda kerja tambahan. Proses pengelasan
dimulai dari pelat tambahan yang telah disediakan [2].
JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 20 66

JURNAL MANUTECH

21

Metode ketiga merupakan metoda untuk mengurangi terjadinya arc blow pada saat proses
pengelasan berlangsung yaitu melakukan pengelasan dengan menempatkan ground dikedua ujung
benda kerja. Di bawah ini diperlihatkan skematik percobaan dari ketiga metode ter sebut.

Gambar 2. Skema sistem pengelasan untuk mendapatkan data awal (a), pengelasan dimulai jauh dari
benda kerja (b), dan pengelasan dengan menempatkan ground dikedua ujung benda kerja (c).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran hasil dari eksperimen dilakukan dengan pengamatan langsung hasil cuplikan
gambar fenomena busur las terhadap waktu terjadinya arc blow pada awal pengelasan dalam satuan
detik yang sudah terekam oleh kamera pada saat pengelasan berlangsung. Fenomena busur las yang
terjadi pada saat pengelasan ditampilkan pada gambar 3.

Gambar 3. Fenomena busur las dalam kondisi normal atau tanpa terjadi arc blow (a), kondisi busur las
terjadi arc blow (forward arc blow) (b), kondisi busur las yang dominan ke salah satu sisi fillet (c), dan
kondisi busur las berdefleksi jauh kebelakang elektroda (back blow) [3].
3.1. Hasil dan Pembahasan Metode 1
Waktu terjadinya arc blow pada eksperimen metode 1 secara grafik ditunjukan pada gambar 4.

Analisis Fenomena Arc Blow pada Pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) (Ramli)

22

Gambar 4. Grafik total waktu terjadinya arc blow pada eksperimen metode 1.
Dari hasil pengukuran eksperimen metode 1 ini didapatkan bahwa arc blow terjadi dari detik
pertama sampai detik ke 17 (tujuh belas), dengan kecepatan rata -rata pengelasan sebesar 2 mm/s maka
jarak terjadinya arc blow pada benda kerja hasil las sepanjang 34 mm. Hasil dari metode 1 dijadikan
sebagai data awal atau tolak ukur terjadinya arc blow pada awal pengelasan.
3.2. HASIL DAN PEMBAHASAN METODE 2
Adapun hasil pengukuran metode 2 dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 5. Grafik total waktu terjadinya arc blow pada eksperimen metode 2.
Dari data hasil pengukuran dapat dilihat bahwa arc blow masih terjadi di benda kerja las yang
akan digunakan yaitu maksimum sebesar 8 detik atau sepanjang 16 mm.
3.2. HASIL DAN PEMBAHASAN METODE 3
Pada pengukuran hasil eksperimen metode 3 didapatkan total waktu terjadinya arc blow
seperti ditunjukan pada gambar 6.

Gambar 6. Grafik total waktu terjadinya arc blow pada eksperimen metode 3.

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 22 66

JURNAL MANUTECH

23

Dari hasil eksperimen metoda 3 didapatkan waktu terjadinya arc blow pada proses pengelasan
maksimum sebesar 11 detik atau dengan jarak sepanjang 22 mm.
Secara grafik perbandingan total waktu terjadinya arc blow dari ketiga metode eksperimen
diatas dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Perbandingan total waktu terjadinya arc blow antara data awal (metode 1), metoda 2 dan
metoda 3.
Dari data diatas didapatkan bahwa arc blow pada metode 2 masih terjadi di benda kerja las
yang akan digunakan yaitu maksimum sebesar 8 detik atau sepanjang 16 mm, namun jika dibandingkan
dengan data awal (metode 1) yaitu 17 detik atau 34 mm maka arc blow pada metoda 2 ini mengalami
pengurangan yang cukup signifikan yaitu sebesar 9 detik atau 18 mm atau diatas 50%. Arc blow yang
masih terjadi di benda kerja las yang akan digunakan ini diyakini karena antara benda kerja tambahan
sepanjang 34 mm dan benda kerj a las yang akan digunakan sepanjang 100 mm terdapat celah dan tidak
sebangun.
Sedangkan pada metode 3 didapatkan waktu terjadinya arc blow pada proses pengelasan
maksimum sebesar 11 detik atau dengan jarak sepanjang 22 mm, jika dibandingkan dengan data aw al
yaitu sebesar 17 detik atau 34 mm maka mengalami pengurangan waktu dan jarak terjadinya arc blow
sebesar 6 detik atau 12 mm. Berkurangnya arc blow dengan melakukan metoda penempatan ground di
kedua ujung benda kerja yaitu di awal pengelasan dan di akhir pengelasan ini disebabkan pada awal
mulai pengelasan garis fluk terkonsentrasi di belakang elektroda karena garis fluk yang seharusnya
melalui udara memilih untuk melewati medium logam, arc mencoba untuk mengatasi
ketidakseimbangan dengan berdefleksi ke depan yang disebut sebagai forward arc blow [3].
Dengan adanya ground di akhir pengelasan/di depan elektroda maka garis fluk magnet yang
dihasilkan oleh arus listrik berjalan melalui benda kerja menuju ground, dengan adanya garis fluk
tersebut maka konsentrasi garis fluk berada di depan elektroda yang menyebabkan busur ( arc)
cenderung berdefleksi ke belakang sehingga forward arc blow yang terjadi pada awal pengelasan
cenderung berkurang. Sebaliknya, ketika elektroda mendekati akhir pengelasan, konsentrasi garis fluk
berada di depan elektroda, arc mengimbangi dengan berdefleksi ke belakang dan disebut backward arc
blow. Dengan adanya ground di awal pengelasan/di belakang elektroda maka garis fl uk magnet yang
dihasilkan oleh arus listrik berjalan menuju ground, dengan adanya garis fluk ini maka konsentrasi garis
fluk berada di belakang elektroda yang menyebabkan busur (arc) berdefleksi ke depan elektroda
sehingga backward arc blow yang terjadi pada akhir pengelasan cenderung berkurang [3].
Dari ketiga metoda tersebut, maka dengan melakukan awal pengelasan jauh dari benda kerja
yang akan digunakan (metode 2) akan menghasilkan total waktu arc blow pada awal pengelasan yang
paling sedikit.
Terjadinya arc blow pada saat pengelasan berlangsung akan menggangu proses pengelasan
dikarenakan busur las akan terdefleksi sehingga busur las tidak dapat stabil, ketidakstabilan busur las
pada proses pengelasan cenderung mengakibatkan terjadinya cacat las (welding defect). Pada penelitian
ini cacat las yang diamati dibatasi pada cacat las bagian luar (external defect) yang dapat diamati
langsung secara visual seperti undercut, spatter, irregular in width dan lain-lain [4].

Analisis Fenomena Arc Blow pada Pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) (Ramli)

24
4. SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
a. Terdapat dua karakteristik arc blow yang terjadi pada awal pengelasan sambungan sudut (fillet)
yaitu busur las terdefleksi kesalah satu sisi fillet dan busur las berdefleksi ke depan elektroda
(forward arc blow)
b. Dengan melakukan awal pengelasan jauh dari benda kerja dan menempatkan ground di kedua
ujung benda kerja (di awal dan akhir pengelasan) dapat mengurangi waktu terjadinya arc blow
pada awal pengelasan sehingga busur las yang terjadi lebih stabil yang berdampak terhadap
mutu las yang lebih baik
c. Melakukan awal pengelasan jauh dari benda kerja lebih dominan mengurangi arc blow yang
terjadi pada benda kerja yang akan digunakan dibanding dengan menempatkan ground di
kedua ujung benda kerja
d. Selain efek perubahan gound, arc blow juga dapat disebabkan sudut dan celah/jarak pada
kampuh benda kerja serta benda kerja yang tidak sebangun
e. Arc blow yang terjadi pada awal pengelasan dapat menyebabkan terjadinya cacat las seperti
parit-parit/takikan di pinggir jalur jas (undercut), percikan logam las (spatter), lebar las yang
tidak beraturan/tidak sama (irregular in width), bead las yang bergelombang (wavy bead) dan
lubang pada permukaan las (surface porosity).
DAFTAR PUSTAKA
[1] Wiryosumarto H, Okumura T, Teknologi Pengelasan Logam, Edisi Pertama, PT. Pradya Paramita,
Jakarta, 2009.
[2] Ida Bagus Githa Dyatmika, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra, Analisis Perbandingan Metode
Magnetic Particle Inspection (MPI) Menggunakan Yoke AC dan Permanen Magnet Untuk
Pendeteksian Panjang Retak Permukaan yang Dilapisi Nonconductive Coating Pada Sambungan
Las di Kapal, Jurnal Teknik Pengelasan, Vol.1,61-67, 2012.
[3] The Lincoln Electric Company. The Procedure Handbook of Arc Welding, Twelfth Edition,
Chelevand, Ohio, 1973.
[4] Juliana Anggono, Luciana Hariani Kusuma, Studi Pengaruh Magnetic Arc Blow pada Hasil Las
TIG Baja AISI 1021,Jurnal Teknik Mesin, Vol.1,63-73,1999.

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 24 66

25

JURNAL MANUTECH

OPTIMASI PROSES EDM SINKING MATERIAL BAJA S45C


MENGGUNAKAN BACK PROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL
NETWORK-GENETIC ALGORITHM
(BPANN-GA)
1

1,2

Robert Napitupulu , Zaldy Kurniawan


Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung

Abstract
High material removal rate (MRR) and low surface roughness are targets, which want to be
reached by manufacturing process using EDM sinking. The slowest MRR will give good surface
roughness. However, it makes process get slower and increase production cost. To solve this problem,
the setting of process parameter, which gives maximum MRR and minimum surface roughness, is
required. An experiment in EDM sinking has been done using AISI 4140 and copper electrodes. Process
parameters such as pulse current, on time, off time and gap voltage are varied. In addition, the
L18(21x33) orthogonal array was applied because one of process parameters has two levels while the
others have three levels. In this experiment, two replications were conducted to deal with the
uncertainty. Based on the experiment results, back propagation artificial neural network (BPANN) was
developed. Then, the process parameter setting, which gives the maximum MRR and the minimum
surface roughness, was determined by genetic algorithm (GA). It was shown in this research that the
smallest MSE of BPANN was 0.0007501, which was reached using 4 -8-2, i.e., 4 inputs, 2 hidden layers
with 8 neurons in each hidden layer, and 2 outputs. It was used logsig as activation function and trainrp
as training type in the BPANN. By applying BPANN above, the parameters setting, which gives the
maximum combination of MRR and the minimum surface roughness simultaneously is 25 Ampere of
pulse current, on time 117 s, off time 25 s and gap voltage 9 V. Moreover, the MRR and surface
roughness results are 25,45 mm3/min and 7,88 m.
Keywords: BPANN, genetic algorithm (GA), MRR, surface roughness.
Abstrak
Material removal rate (MRR) yang tinggi dan kekasaran permukaan yang rendah merupakan
sasaran yang ingin dicapai pada proses pengerjaan benda kerja dengan menggunakan EDM sinking.
MRR yang selambat mungkin, akan menghasilkan kekasaran permukaan yang baik. Tetapi proses yang
lambat akan berpengaruh terhadap waktu pengerjaan produk, serta akan meningkatkan biaya produksi.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan seting parameter proses yang menghasilkan MRR yang
maksimal dan kekasaran permukaan benda kerja yang minimal. Suatu penelitian dilakukan dengan
menggunakan baja S45C dan elektroda tembaga (copper) pada proses EDM sinking. Parameterparameter proses yang akan divariasikan adalah pulse current, on time, off time dan gap voltage.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah matriks ortogonal L18(21x33), karena ada satu
parameter proses yang memiliki dua level dan ada tiga parameter proses yang memiliki tiga level.
Pengulangan dilakukan sebanyak dua kali. Data hasil penelitian akan dipilih untuk dijadika n sebagai
data input dalam pengembangan back propagation artificial neural network (BPANN). Selanjutnya,
optimasi karakteristik multi respon dilakukan dengan menggunakan metode genetic algorithm (GA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mean square error (MSE) terkecil sebesar 0.0007501 dari arsitektur
jaringan BPANN 4-8-2 yang terdiri dari 4 input, sebuah hidden layer dengan 8 buah neuron pada
masing-masing hidden layer, dan 2 buah output. Fungsi aktivasinya adalah logsig dan jenis training
adalah trainrp. Seting kombinasi parameter yang signifikan untuk meningkatkan MRR dan
meminimumkan kekasaran permukaan secara serentak adalah gap voltage pada 9 V, on time pada 117
s, off time pada 25 s, pulse current pada 25 A. MRR terbesar dan kekasaran permukaan terkecil
adalah sebesar 25,45 mm3/min dan 7,88 m.
Kata kunci: BPANN, genetic algorithm (GA), MRR, surface roughness.
Optimasi Proses EDM Sinking Material Baja S45C Menggunakan Back Propagation Artificial Neural
Network-Genetic Algorithm (Robert Napitupulu)

26

1. PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi di bidang industri telah berkembang dengan pesatnya. Seiring dengan
perkembangan tersebut, untuk memenuhi kebutuhan akan produk yang berkualitas serta memiliki profil
dan struktur yang kompleks dengan kepresisian tinggi, memerlukan peningkatan efektifitas dan efisiensi
dalam proses manufaktur. Tuntutan terhadap kualitas, seperti misalnya kekasaran per mukaan,
ketelitian, serta kepresisian geometri, menjadi kendala tersendiri pada proses pemesinan. Untuk
mendapatkan kualitas yang diinginkan, kombinasi parameter proses harus ditentukan dengan tepat.
Penentuan kombinasi parameter dalam pembuatan produk-produk dengan beberapa target
karakteristik kualitas cukup sulit dilakukan, karena kompleksitas yang dimiliki dan harus mengandalkan
sejumlah besar rangkaian percobaan. Selain tuntutan terhadap kualitas produk, tuntutan terhadap
penggunaan material yang mempunyai kekuatan tinggi juga menjadi perhatian. Oleh karena itu, proses
pemesinan non-konvensional dibutuhkan untuk mengatasi kendala -kendala tersebut. Proses pemesinan
non-konvensional yang banyak digunakan adalah electrical discharge machining (EDM). Proses ini telah
digunakan secara efektif pada pemesinan material yang keras, benda kerja yang memiliki bentuk -bentuk
yang kompleks. Baja S45C merupakan salah satu jenis baja yang mempunyai konduktifitas tinggi,
memiliki ketahanan yang tinggi terhadap keausan, dan memiliki stabilitas yang tinggi dalam pengerasan.
Baja ini banyak digunakan untuk pembuatan produk mould dan dies. Proses pemesinan EDM sinking
menjadi pilihan yang tepat ketika pembuatan benda kerja dengan proses pemesinan konvensional sulit
dilakukan.
Jaringan syaraf tiruan (JST) atau artificial neuron network (ANN) adalah sistem pemrosesan
informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi [1]. Penelitian yang membahas
mengenai penggunaan ANN, khususnya dalam bidang prediksi pada proses EDM, telah beberapa kali
dilakukan. Paramater current (A), pulse on time (Ton) dan pulse off time (Toff) telah dibuktikan
berpengaruh terhadap MRR dan tool wear, pada penelitian pemodelan EDM dengan menggunakan back
propagation neural network (BPNN) dan optimasi multi objek menggunakan genetic algorithm II [2].
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model arsitektur ANN yang paling baik memiliki struktur
jaringan 3-10-10-2, learning rate dan momentum coefficient 0,6, maximum prediction error 9,47 %,
minimum prediction error 0,0137 % dan mean prediction error 3,06 %. Penelitian tentang ANN dengan
menggunakan parameter pulse on time (Ton), pulse off time (Toff), sparking frequency (Fs ) dan gap
current (I gap) telah dibuktikan berhasil memprediksi MRR [3]. Proses EDM sinking dilakukan pada baja
ukuran 17x12x4 cm dengan menggunakan elektroda tembaga (copper) berdiameter 20 mm dan BP200
hydrocarbon sebagai cairan dielektrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model ANN telah berhasil
memprediksi MRR dengan akurasi yang sangat tinggi. Model ANN tersebut menggunakan arsitektur
yang memiliki satu lapisan tersembunyi dengan empat input dan satu output dan error prediction yang
rendah. Berdasarkan evaluasi dari penel itian-penelitian yang ada, hasil dari peramalan dengan
menggunakan metoda ANN dapat mendekati hasil dari percobaan. Hasil tersebut dapat mewakili hasil
percobaan yang sesungguhnya dengan tingkat kesalahan yang kecil. Peramalan tersebut dapat
menghemat waktu dan biaya penelitian serta hasilnya bisa dioptimasi. Pada penelitian ini dilakukan
penerapan BP-ANN dalam memprediksi MRR dan kekasaran permukaan baja S45C pada proses EDM
sinking. Parameter proses yang digunakan adalah pulse current, on time, off time, dan gap voltage.
1 3
Rancangan percobaan yang digunakan adalah matriks ortogonal L 18 (2 x3 ), karena ada satu parameter
proses yang memiliki satu level dan ada tiga parameter proses yang memiliki tiga level. Pengulangan
dilakukan sebanyak dua kali. Data hasil penelitian akan dipilih untuk dijadikan sebagai data input dalam
pengembangan BP-ANN. Parameter yang divariasikan dalam pemodelan BP-ANN adalah jumlah neuron,
jumlah hidden layer, fungsi aktivasi dan fungsi training. Respon yang diamati adalah mean square error
(MSE) dengan nilai MSE yang sangat kecil.
2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan meliputi: identifikasi masalah, perumusan masalah dan
tujuan, desain Eksperimen, persiapan Eksperimen, pelaksanaan eksperimen, pengambilan data
eksperimen, pengembangan ANN, penentuan parameter Genetic Algoritm (GA), Penentuan fungsi
objektif, Pelaksanaan optimasi menggunakan ANN dan GA, validasi, Pembahasan, penarikan Kesimpulan
dan pemberian saran.

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 26 66

JURNAL MANUTECH

27

2.1. Bahan yang digunakan.


Material yang digunakan adalah baja S45C dengan diameter 25 mm, tebal 12 mm. Elektroda
yang digunakan adalah tembaga dengan dimensi 15 x 15 mm. Bentuk dan dimensi dari benda kerja dan
elektroda yang digunakan (Gambar 1). Mesin EDM yang digunakan pada penelitian ini adalah Hi tachi,
model H-DS025 (Gambar 2). Peralatan ukur yang digunakan adalah neraca digital explorer EX6202 versi
1.03/1.03 dengan kecermatan 0.01gram. Pengukuran kekasaran permukaan pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan Mitutoyo surftest 301 yang memiliki kecermatan sebesar 0,1 m.

Gambar 1. Bentuk, ukuran benda kerja dan


elektroda yang digunakan.

Gambar 2. Mesin EDM Sinking H-DS025 yang


digunakan

2.2. Seting Parameter Proses


Penentuan seting parameter proses pada mesin EDM sinking dilakukan berdasarkan EDM
sinking manual book Ada dua macam seting parameter proses yang digunakan, yaitu parameter konstan
dan parameter proses yang dapat diubah. Seting parameter proses untuk elektroda copper dan benda
kerja baja S45C dilakukan satu kali untuk seluruh rangkaian penelitian. Seting parameter konstan (Tabel
1) dan Seting parameter proses (Tabel 2).
Tabel 1.Parameter konstan
Tabel 2.Parameter proses dan level

2.3. Pemilihan Matriks Ortogonal


Derajat kebebasan pada matriks ortogonal harus bernilai sama atau lebih besar daripada total
derajat kebebasan faktor dan level yang telah ditetapkan. Berdasarkan banyaknya parameter proses dan
jumlah level yang ditunjukkan pada Tabel 2, maka dilakukan per hitungan derajat kebebasan untuk
menentukan matriks ortogonal yang digunakan. Replikasi dilakukan sebanyak dua kali untuk mengatasi
variabel gangguan (noise) yang terjadi selama proses pemotongan berlangsung. Rancangan ekperimen
berupa matriks orthogonal L18 dan hasil respon yang diperoleh (Tabel 3).

Optimasi Proses EDM Sinking Material Baja S45C Menggunakan Back Propagation Artificial Neural
Network-Genetic Algorithm (Robert Napitupulu)

28
Tabel 3.Matriks Ortogonal L18 dan Respon Yang Dihasilkan.

Sumber: Hasil Pengukuran


3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pengembangan BPANN
Dalam pengembangan BP-ANN, data hasil eksperimen dijadikan input (parameter) dan output
(respon) untuk membuat model dengan menggunakan BP-ANN. Secara umum, ada lima tahapan dalam
pengembangan BP-ANN, yaitu: mengumpulkan data, melakukan pre-processing (normalisasi) terhadap
data, membuat arsitektur jaringan (input, hidden dan output), melakukan training, testing dan validasi,
serta melakukan post-processing terhadap data hasil prediksi.
Pada umumnya data yang digunakan untuk training adalah 70%, untuk vali dasi adalah 15 % dan
untuk testing adalah 15 % juga. Perangkat lunak yang digunakan untuk mengembangkan BP -ANN adalah
MATLAB seri R2010a.
1) Pre-processing: Pre-processing (normalisasi) dilakukan untuk mengubah data input (parameter)
dan output (respon) hasil ekperimen menjadi bilangan antara 0,1 0,9 dengan menggunakan
rumus 1.

2)

3)

(1)
Arsitektur Jaringan: Arsitektur Jaringan terdiri dari neuron-neuron dalam dalam jaringan syaraf
membentuk suatu struktur tertentu. Dalam BP-ANN, arsitektur jaringan yang umum dipakai
dibedakan menjadi dua, yaitu jaringan layar tunggal (single layer network) dan jaringan layar jamak
(multi layer network) [4]. Dalam penelitian ini, parameter yang diva riasikan dalam BP-ANN adalah
jumlah hidden layer, jumlah neuron dalam setiap hidden layer, fungsi aktifasi, dan fungsi trainning.
Semua kombinasi menggunakan learning rate sebesar 0.01 dan performance goal sebesar 0.001.
Parameter BP-ANN yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.Parameter BP-ANN yang divariasikan

Fungsi Aktivasi: Fungsi aktivasi yang digunakan pada back propagation harus memenuhi beberapa
syarat, yaitu kontinyu, terdiferensial dengan mudah, dan merupakan fungsi yang tidak turun. Salah
satu fungsi yang memenuhi ketiga syarat tersebut sehingga sering dipakai adalah fungsi sigmoid
biner yang memiliki range (0,1). Perumusan dari fungsi tersebut adalah sebagai berikut [5](Jong,
2009):

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 28 66

29

JURNAL MANUTECH

4)

(2)
Fungsi Training: Proses training dilakukan sampai kesalahan (error) melampaui ambang batas
training (threshold), atau sampai pada titik yang telah ditentukan. Inisialisasi dilakukan dengan cara
pemberian bobot dan bias dengan harga bilangan acak yang cukup kecil. Pada saat harga error
lebih kecil dari harga error yang ditentukan, maka proses pembelajaran dihentikan. Fungsi training
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Levenberg-Marquardt backpropagation (trainlm) dan
resilient backpropagation (trainrp).

3.2 Normalisasi Data Parameter dan Respon


Tabel 5 memperlihatkan data hasil normalisasi dari parameter dan respon yang dihitung
dengan menggunakan rumus 1. Data hasil normalisasi ini kemudian menjadi input dan ouput dalam
pembuatan model dengan menggunakan back propagation artificial neural network (BP -ANN).
Tabel 5.Normalisasi Data Parameter dan Respon

Setelah data dinormalisasi, maka dibuatlah rancangan percobaan untuk memilih jaringan mana
yang menghasilkan model dengan mean square error (MSE) terkecil. Tabel 6 menunjukkan rancangan
percobaan dengan menggunakan full factorial.
Tabel 6.Rancangan percobaan BP-ANN menggunakan full factorial.

Berdasarkan Tabel 6, rancangan percobaan BPANN yang dibuat pada jaringan ke-1 memiliki 5
unit neuron, sebuah hidden layer, fungsi aktivasi berupa logsig dan output berupa purelin serta fungsi

Optimasi Proses EDM Sinking Material Baja S45C Menggunakan Back Propagation Artificial Neural
Network-Genetic Algorithm (Robert Napitupulu)

30
training menggunakan Levenberg-Marquardt backpropagation (trainlm). Gambar 4 menunjukkan hasil
rancangan BPANN dan MSE yang dihasilkan dan Gambar 5 MSE secara keseluruhan.

Gambar 4. Rancangan BP-ANN dan MSE yang dihasilkan

Gambar 5. MSE hasil prediksi menggunakan BPANN


Dari training, testing dan validasi yang telah dilakukan berdasarkan Gambar 5 diperoleh nilai MSE
terkecil adalah sebesar 0.0007501 pada jaringan ke-9 dari arsitektur jaringan 4-8-2 fungsi aktivasinya
adalah logsig dan jenis training adalah trainlm.
3.3 Penentuan Parameter GA
Setelah proses pengembangan BPANN selesai dan didapatkan arsitektur jaringan yang
menghasilkan MSE terkecil, langkah berikutnya adalah penentuan parameter GA yang akan digunakan
dalam perangkat lunak MATLAB seri R2010a. Parameter -parameter yang digunakan dalam GA adalah:
Population size = 500, Cross over = 0.6, Generation = 60, Mutation = 0.05, Initial = [0;1].
3.4 Optimasi BPANN-GA
Setelah proses penetapan parameter GA, langkah selanjutnya adalah melakukan optimasi
BPANN yang digabungkan dengan GA. Optimasi dilakukan untuk memperoleh nilai MRR yang maksimum
dan nilai kekasaran permukaan yang minimum. Langkah-langkah proses optimasi BPANN-GA yaitu:
1) Pemilihan nilai rata-rata terkecil dari kedua respon. Berdasarkan data pada Tabel 5, diperoleh nilai
rata-rata terkecil pada seting kombinasi ke-16, untuk MRR dan kekasaran permukaan adalah 0,760
dan 0,109. Maka nilai rata-rata terkecil dari kedua respon tersebut adalah 0,4321.
2) Memasukkan nilai rata-rata terkecil yang diperoleh sebesar 0,4321 tersebut kedalam progra m
BPANN-GA di perangkat lunak MATLAB. Program akan berhenti, apabila jumlah generasi atau
iterasi maksimum telah tercapai dan jika nilai fitness terbaik minimal telah tercapai.
Berdasarkan langkah-langkah diatas, hasil optimasi BPANN dan GA diperoleh pada seting faktor
kombinasi ke-350, dimana hasil rata-rata MRR dan kekasaran permukaan adalah 0,34405 lebih kecil dari
hasil rata-rata MRR dan kekasaran permukaan pada eksperimen awal sebesar 0,4321. Tabel 7
menunjukkan hasil optimasi BPANN dan GA untuk seting masing-masing parameter proses dan respon
yang dihasilkan.
JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 30 66

31

JURNAL MANUTECH
Tabel 7.Hasil Optimasi BPANN dan GA

4. SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. Nilai MSE terkecil sebesar 0.0007501 di peroleh dari training yang menggunakan arsitektur jaringan
4-8-2, yang terdiri dari: 4 input layer, 1 buah hidden layer dengan 8 buah neuron pada hidden layer,
2 output layer, fungsi aktivasi berupa logsig, dan jenis training berupa trainlm.
2. Seting kombinasi faktor-faktor yang signifikan untuk memaksimalkan MRR dan meminimalkan
kekasaran permukaan secara serentak adalah sebagai berikut: gap voltage pada 9 V, on time pada
117 s, off time pada 25 s, pulse current pada 25 A.
3. MRR terbesar dan kekasaran permukaan terkecil adalah sebesar 25,45 mm3/min dan 7,88 m.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Jong, J.S., Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemrogramannya Menggunakan Matlab, 2nd edition, C.V.
Andi, Yogyakarta, 1998.
[2] Mandal, D., Pal, S.K dan Saha, P., Modeling of Electrical Discharge Machining Process using Back
Propagation Neural Network and Multi -Objective Optimizationusing non-dominating Sorting
Genetic Algorithm-II, Journal of Materials Processing Technology, Vol .186, hal. 154162, 2007.
[3] Yahya, A., Andromeda, T., Baharom, A., Rahim, A.A dan Mahmud, N., Material Removal Rate
Prediction of Electrical Discharge Machining Process Using Artificial Neural Network, Journal of
Mechanics Engineering and Automation, Vol.1, hal. 298-302, 2011.
[4] Hagan, M.T., Demuth, H.B., dan Beale, M., Neural Network Design, first edition, PWS Publishing
Company, Boston, 1996.

Optimasi Proses EDM Sinking Material Baja S45C Menggunakan Back Propagation Artificial Neural
Network-Genetic Algorithm (Robert Napitupulu)

33

JURNAL MANUTECH

ANALISIS PENGARUH PENGKUTUBAN DCRP DAN DCSP


TERHADAP HASIL PENETRASI PADA SHIELDED METAL ARC
WELDING (SMAW)
1

1,2,3

Susanto , Ramli , Tuparjono


Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
Kawasan Industri Air Kantung, Sungailiat-Bangka, 33211
Tel: 0717-93586, Fax: 0717-93585
santoe_brow@yahoo.co.id

Abstract
Manual arc welding or Shielded Metal Arc Welding (SMAW) welding process is one of the most
used in the manufacturing process and mechanical goods repair and construction. SMAW is one of the
welding process that is obtained from the heat of an electric arc flash using webbed electrodes.The
principle oe SMAW is melting processing and metal connecting with heating of connected metal using
arc from webbed electrode and base metal that makes fusion. The method that used in this research is
an experimental method to see the effect of polarization is made to one or more experimental using the
same welding with different methods, namely polarity of DCRP and DCSP. Observations were done by
directly observing the result of welding the weld line from each method, then testing of etching and
microstructure on both sides of the workpiece to see the depth of penetration of each workpiece. The
penetration result influence not any by polarization but also by distance of welding arc lengh from the
experimental results, obtained on polarization DCSP deeper than penetration results in polarity DCRP.
Keywords: SMAW, polarity, DC current, penetration, arc lengh

Abstrak
Las busur manual atau Shielded Metal Arc Welding (SMAW) termasuk salah satu proses las
yang paling banyak digunakan dalam proses manufaktur dan perbaikan barang- barang mekanik dan
kontruksi. SMAW adalah salah satu proses pengelasan yang panasnya diperoleh dari nyala busur listrik
dengan menggunakan elektroda yang berselaput. Prinsip SMAW adalah proses pelelehan dan
penyambungan logam dengan jalan memanaskan logam yang disambung menggunakan arc yang
terjadi antara elektroda bersalut dan base metal sehingga terjadi penyatuan (fusion). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimental untuk melihat pengaruh pengkutuban yang
dilakukan kepada satu atau lebih eksperimental dengan menggunakan pengelasan yang sama dengan
metode yang berbeda, yaitu pengkutuban DCRP(Direct Current Reverce Polarity) dan DCSP(Direct
Current Straight Polarity). Pengamatan dilakukan dengan mengamati langsung hasil pengelasan jalur
las dari masing-masing metode, kemudian dilakukan pengujian etsa dan mikrostruktur pada kedua sisi
potong benda kerja untuk melihat kedalaman penetrasi dari setiap benda kerja. Selain dari
pengkutuban, hasil penetrasi juga dipengaruhi oleh jarak arc lengh saat pengelasan Dari hasil
percobaan, didapatkan pada pengkutuba DCSP lebih dalam dibandingkan hasil penetrasi pada
pengkutuban DCRP.
Kata kunci: SMAW, polaritas, arus DC, penetrasi, arc lengh
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan zaman, pengelasan las busur manual tidak dapat diabaikan dalam
perencanaan pembangunan dan telah memberikan sumbangan dalam memodernisasikan
pembangunan dimana lingkup pemakaiannya meliputi bidang perkapalan, kendaraan rel, jembatan,
rangka baja dan lain sebagainya.
Analisis Pengaruh Pengkutuban DCRP dan DCSP terhadap Hasil Penetrasi Pada Shielded Metal Arc
Welding (Susanto)

34
Las busur manual atau SMAW termasuk salah satu proses las yang paling banyak digunakan
dalam proses manufaktur dan perbaikan barang- barang mekanik dan kontruksi. SMAW adalah salah
satu proses pengelasan yang panasnya diperoleh dari nyala busur listrik dengan menggunakan elektroda
yang berselaput. Polaritas merupakan salah satu parameter pengelasannya yaitu polaritas lurus (DCSP)
dan polaritas terbalik (DCRP). Penggunaan polaritas pada SMAW ini dapat mengakibatkan perbedaan
penetrasi pada hasil pengelasan.[1]
Untuk memperoleh hasil penetrasi yang baik pada proses pengelasan, pemilihan polaritas
merupakan hal yang penting, hal ini dikarenakan untuk mendapatkan efisiensi proses pengelasan serta
mutu pengelasan yang baik. [2]
Tujuan dari penulisan ini adalah menganalisa pengaruh polaritas terhadap hasil penetrasi pada
sistem pengelasan SMAW sehingga didapatkan perbandingan kualitas pengelasan yang lebih baik.
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah menganalisa hasil penetrasi pengelas an pada jalur
las dengan pengkutuban DCSP dan DCRP pada pengelasan SMAW.
2. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimental untuk melihat
pengaruh pengkutuban yang dilakukan kepada satu atau lebih eksperimental. Skema sistem metodologi
penelitian ini dapat dilihat pada alur flow chart dibawah ini. Gambar 1 menunjukan metode penelitian
yang digunakan.
MULAI

Merancang Instrumen Penelitian

Melakukan Percobaan (eksperimen) meliputi


Percobaan metode 1(DCRP)
Percobaan metode 2(DCSP)

Hasil Percobaan

Pengolahan dan Analisis Data

Pembahasan Hasil dan


Kesimpulan

SELESAI

Gambar 1. Flow chart Metode Penelitian yang digunakan.


2.1 Rancangan Eksperimen
Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pengelasan yang dilakukan adalah pengelasan jalur las
2. Besar arus pengelasan sebesar 80 100 Amper
3. Kemiringan elektroda sebesar 20 - 45 kearah gerak pengelasan
4. Kecepatan pengelasan sebesar 2 3 mm/detik
JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 34 66

35

JURNAL MANUTECH

5. Ukuran benda kerja adalah pelat baja karbon dengan ketebalan 7.5mm, lebar 30mm, dan panjang
100mm
6. Pengelasan dilakukan dengan menggunakan tipe arus DC,dengan polaritas DCRP dan DCSP
7. Jenis elektroda yg digunakan AWS E 6013 diameter 3,2mm
2.2. Rancangan Pengukuran Hasil Penetrasi
Pengamatan dilakukan dengan mengamati langsung hasil pengelasan jalur las dari masingmasing metode, setelah benda kerja dipotong sepanjang 20mm diawal pengelasan, dan 20mm diakhir
pengelasan. Kemudian dilakukan pengujian etsa dan mikrostruktur pada kedua sisi potong benda kerja.
Percobaan ini dapat diamati pada jalur las dan mengamati hasil penetrasi pengelasan dengan
menggunakan mikroscop optic.
Hasil pengelasan yang diambil untuk proses pengujian yaitu sepanjang 20mm dia wal dan
diakhir pengelasan. Sebelum dilakukan pengukuran pada mikroskop optic, benda kerja dilakuakn uji etsa
terlebih dahulu yang telah dilakukan proses pengamplasan dan pemolesan. Proses ini dapat d ilihat pada
gambar dibawah ini.

(a)

(b)

(c)

(d)
Gambar 2 : Proses benda kerja dalam melakukan pengukuran a. benda kerja dilakukan
pengamplasan dan pemolesan b. pengetsaan benda kerja untuk mengamati penetrasi secara visual c.
pengamatan dengan menggunakan mikroskop optic d. Foto hasil setelah diukur menggunakn
Mikrostruktur.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses analisa data kedalaman penetrasi dilakukan dengan cara mengolah data yang didapat
dari hasil pengukuran dengan membandingkan hasil kedalaman penetrasi pengelasan pengkutuban
DCRP dan DCSP. Tabel hasil pengukuran kedalaman penetrasi dari kedua metode percobaan pengelasan
dapat dilihat pada Tabel 1.

Analisis Pengaruh Pengkutuban DCRP dan DCSP terhadap Hasil Penetrasi Pada Shielded Metal Arc
Welding (Susanto)

36
Tabel 1. Tabel data hasil pengukuran kedalaman penetrasi metode 1 dan metode 2.
Metode1
Benda Kerja

Metode 2
Kedalaman
Penetrasi
(m)

Benda Kerja

510
611.001
647
436
463
843.19
574
525
413
784.43

B1.1
B2.1
B3.1
B4.1
B5.1
B1.2
B2.2
B3.2
B4.2
B5.2

A1.1
A2.1
A3.1
A4.1
A5.1
A1.2
A2.2
A3.2
A4.2
A5.2

Kedalaman
Penetrasi (m)
814
370.01
762
899
699.01
841.14
974.01
846
1377.01
863

Sedangkan grafik perbandingan hasil pengukuran kedalaman penetrasi pengelasan metode 1


dan metode 2 ditunjukan pada gambar 3.

Kedalaman Penetrasi ( m)

1600
1400
1200
1000
800

Metode 1
Metode 2

600
400
200
0

1.1

1.2

1.3

1.4

1.5 2.1 2.2


Benda Kerja

2.3

2.4

2.5

Gambar 3 Grafik perbandingan hasil pengukuran kedalaman penetrasi metode 1 dan metode 2.

Kedalaman Penetrasi
(m)

Dari hasil pengukuran pada masing-masing metode, maka didapatkan perbandingan dari hasil
penetrasi dari kedua percobaan tersebut. Pada metode 1 yaitu pada pengkutuban didapatkan hasil
penetrasi dibawah 800 m dan pada metode 2 hasi l penetrasi berkisar diatas 800 m. Adapun hasil ratarata kedalaman penetrasi metode 1 dan metode 2 ditampilkan pada gambar 4.

Rata-Rata
1000
500
0

Metode Metode
1
2

Rata-Rata

Benda Kerja

Gambar 4. Data hasil rata-rata kedalaman penetrasi metode 1 dan metode 2

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 36 66

JURNAL MANUTECH

37

Perbandingan dari hasil percobaan metode 1 dan percobaan metode 2, didapatkan percobaan
pada metode 1 rata-rata hasil penetrasi adalah 580 m dan pada metode 2 rata-rata panjang penetrasi
774 m. Dengan perbandingan rata-rata kedua metode tersebut, didapatkan bahwa hasil penetrasi
pada metode 2 lebih dalam dibandingkan metode 1.
4. SIMPULAN
1. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
2. Pengkutuban pada mesin las arus searah (DC) dapat dia tur bolak balik sesuai dengan keperluan
pengelasan.
3. Pengkutuban pengelasan pada mesin las DC ada 2 yaitu pengkutuban langsung (direct current
straight polarity / DCSP/DCEN) dan pengkutuban terbalik (direct current reverce polarity
/DCRP/DCEP)
4. Selain dari pengkutuban, hasil penetrasi juga dipengaruhi oleh jarak arc lengh saat pengelasan.
5. Hasil rata-rata penetrasi pada pengkutuban DCSP lebih dalam yaitu sebesar 774 m jika
dibandingkan dengan hasil penetrasi pada pengkutuban DCRP yang hanya sebesar 580 m.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Modul Teknik Pengelasan , Diklat Las Busur Manual 3,PPPPTK-BMTI,2001.
[2] Arya S. Bayu, Soeweify, Zubaydi, Studi Pengaruh Tool Travel Speed Terhadap Temperatur Weld
Joint dan Pembentukan Discontinuity Pada Pengelasan Alumunium 5083 Dengan Proses Friction
Stir Welding, Jurnal Teknik Pengelasan, Vol.1,5-13, 2012.

Analisis Pengaruh Pengkutuban DCRP dan DCSP terhadap Hasil Penetrasi Pada Shielded Metal Arc
Welding (Susanto)

39

JURNAL MANUTECH

INDIKATOR KETINGGIAN ARUS PASANG SURUT DI MUARA


BERBASIS MIKROKONTROLER
Yudhi
Jurusan Teknik Elektro dan Informatika
Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
Kawasan Industri Air Kantung, Sungailiat-Bangka,33211
Telp:0717-93586, Fax: 0717-93585
Email : yudhijais@gmail.com

Abstract
The sea is an area where there are many sources of life in it, each day going ups and downs. The
result of the low tide, fishing boats often experience obstacles to cross through their usual routes pass
through. Indicator of altitude tidal currents in the estuary-based microcontroller is a useful research to
ease the pace of fishing boats to cross the line that they pass through. This tool is only active at night,
during the day for this tool will show the depth of color with the lines that existed on powerboats. For the
evening, this tool will detect the depth of the sensor with the magnet. Where in each level of water in the
monitoring by the magnetic sensor. Bottom magnet Sensor indicates that the water level was at 0.5 m
and the highest level of 2.5 meters., The water level Sensor is indicated by showing the depth of the
water in the seven segment display and the indicator light that can be seen from a distance of 20 meters.
So the fishermen do not worry to go and return from the sea both day and night.
Keywords: Water Level Sensors, Seven Segment, Technology
Abstrak
Laut merupakan suatu daerah di mana terdapat berbagai sumber kehidupan di dalamnya,
setiap harinya terjadi pasang surut. Akibat dari pasang surut tersebut, perahu nelayan sering kali
mengalami kendala untuk melintasi jalur yang biasa mereka lewati. Indikator ketinggian arus pasang
surut di muara berbasis mikrokontroler adalah sebuah penelitian yang berguna untuk mempermudah
laju perahu nelayan untuk melintasi jalur yang biasa mereka lewati. Alat ini hanya aktif pada malam
hari, untuk siang hari alat ini akan menunjukan kedalaman jalur dengan warna yang ada pada tiang
pancang. Untuk malam hari alat ini akan mendeteksi kedalaman jalur dengan sensor magnet. Di mana
pada tiap-tiap level air dimonitor oleh sensor magnet tersebut. Sensor magnet terbawah
mengindikasikan bahwa level air berada di 0,5 meter dan level yang tertinggi 2,5 meter. Sensor level air
tersebut mengindikasikan ketinggian air dengan menampilkan kedalaman pada seven segment dan
lampu indikator yang dapat terlihat dari jarak 20 meter. Sehingga para nelayan tidak khawatir untuk
pergi maupun pulang dari laut lepas baik siang maupun malam hari.
Kata kunci : Sensor Level Air, Seven Segment, Teknologi
1. PENDAHULUAN
Laut merupakan suatu daerah dimana terdapat berbagai sumber kehidupan di dalamnya, di
mana setiap harinya sering terjadi pasang surut. Indonesia merupakan daerah yang di penuhi dan
dikelilingi oleh lautan di mana terdapat Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta terdiri dari ribuan
pulau-pulau kecil. Mayoritas masyarakat pesisir biasanya perkerjaan atau aktifitas sehari -hari sebagai
nelayan. Sedangkan untuk menuju ke suatu tempat biasanya nelayan mencari jalur yang aman untuk
dilintasi sehingga kapal atau perahu yang mereka kemudikan betul -betul tidak ada gangguan yang
disebabkan oleh pasang surut air laut dan di mana para nelayan sering kali mengalami kekeringan yang
disebabkan karena tidak tahu jalur yang akan di lintasinya dan perjalan akan menjadi terhambat ka rena
ketidaktahuan mereka dengan kondisi di laut.

Indikator Ketinggian Arus Pasang Surut di Muara Berbasis Mikrokontroler (Yudhi)

40
Pada penelitian kali ini kami akan mengangkat permasalahan yang sering dialami oleh para
nelayan di lapangan yaitu mengenai pasang surut di muara, di mana bagian muara ini adalah jalur utama
lintasan para nelayan untuk pergi maupun datang dari laut lepas. Indikator adalah alat untuk
mengetahui ketinggian pasang surut air laut. Kita tahu setiap hari terjadi pasang surut air laut dan juga
terjadi pergeseran tata letak kondisi dasar alur yang sering berubah-ubah, sehingga akan mempersulit
nelayan melaluinya. Dengan adanya tekhnologi yang memberikan informasi kepada para nelayan yang
akan melintasi alur muara dan mereka tidak ada lagi keluhan mengenai kondisi di daerah yang dilewati.
Dengan menggunakan sensor kedalaman atau sensor level air, alat ini akan menginstruksikan atau
memberitahukan bawah jalur tersebut sudah aman atau tidak untuk dilewati.
Dengan menggunakan sensor kedalaman berupa level sensor ini akan memberikan sinyal
berupa tegangan, dimana tegangan ini akan masuk ke microcontroller yang nantinya akan memberikan
instruksi berupa lampu penanda dan seven segment sebagai penunjuk seberapa dalam air di muara.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Lokasi Penelitian
Untuk lokasi penelitian ini, di mana sebagai bahan pengambilan data di lapangan kita
mengambil lokasi di daerah sekitar alur muara nelayan 1 dan 2 tempatnya di samping kampus
Politeknik Negeri Bangka Belitung, dikarenakan aktivitas para nelayan yang sering keluar masuk ke laut
lepas cukup banyak.

Gambar 1. Lokasi Muara Nelayan 1 Sungailiat Untuk Pengambilan data

Gambar 2. Lokasi Yang Akan dijadikan Tempat Pemasangan Sensor Pasang Surut Air
Laut
Penelitian ini juga mengambil beberapa tahapan antara lain:
1. Selain kita survey ke tempat tersebut, kita juga akan mengambil data -data pada minggu
pertama kegiatan, di mana data yang kita ambil akan kita cocokkan dengan table yang sudah
kita dapatkan sebelumnya. Untuk mengambilan data dari ketinggian pasang surut air laut yaitu
di muara laut nelayan 1 dan 2 sungailiat.
2. Merancang dan membuat prototype dengan menggunakan pipa paralon dengan ukuran
diameter 15 cm yang dapat berkerja sebagai petunjuk ketingggian air pasang surut air laut
tersebut, di mana letaknya nanti akan sesuaikan dengan kondisi di lapangan.

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 40 66

41

JURNAL MANUTECH
3.

Melakukan uji coba terhadap peralatan yang kita buat, di mana nantinya alat kita akan
diletakan pada jalur yang sering dilewati dan mengamati proses terjadinya pembacaan dari alat
tersebut untuk bisa memberikan informasi ke para pemakai jalur muara tersebut.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Pembuatan Alat untuk Sistem Mekanik
3.1.1 Pembuatan Tiang Pancang
Dalam pembuatan tiang pancang pada penelitian kali ini adalah satu buah tiang pancang
berbahan pipa paralon sebagai tiang utama yang mempunyai panjang 4 meter dan berdiameter sebesar
3 inchi. diikuti oleh tiang selanjutnya yaitu tiang sensor level air yang mempunyai panjang 4 meter dan
berdiameter 1,5 inchi. Tiang selanjutnya adalah dua buah tiang kaki penyangga yang panjang masing masing 2 meter dengan diameter 3 inchi. Adapun bagian-bagian dari kontruksi tiang pancang ditunjukan
pada Gambar 3.1 dibawah ini.
1. Box
Digunakan untuk peletakkan
rangkaian komponen dan aki
2.
Tiang pancang untuk sensor
4
Digunakan untuk meletakkan
rangkaian sensor magnet
3. Tiang pancang utama
Digunakan untuk meletakkan
2
3
seluruh komponen, baik hardware
maupun software. Tiang pancang
ini harus kokoh.
4. Seven segment
Digunakan untuk menampilkan
kedalaman air dimuara
Bagian Atas
Bagian Bawah 5. Lampu Indikator
Digunakan untuk penanda jalur
yang
disesuaikan
dengan
Gambar 3.Bagian-bagian dari kontruksi tiang pancang
tampilan pada seven segment
6. Cat warna-warni
Berguna untuk penanda jalur
3.1.2. Pengujian Sensor Magnet
secara manual yang harus sama
Pengujian sensor magnet ini dilakukan untuk mengetahui kondisi sensor
atau
tidakindikator
untuk
denganbaik
warna
lampu
digunakan sebagai sensor pendeteksi kedalaman air laut, karena r esistansi air laut dan air tawar
berbeda, pada air laut mengandung kadar garam sebesar +-5%. Sensor magnet ini nantinya yang akan
menjadi input utama yang akan diaktifkan oleh bandul magnet, sensor ini akan dialiri tegangan sebesar
5V yang kemudian masuk ke sistem minimum mikrokontroler dan diproses oleh IC ATMega8535 .

Kedalaman Air
0,0 Meter

Tabel 3.1 Hasil Pengujian Sensor Magnet


Warna Lampu Indikator
Tampilan Seven Segment
Merah
0,0 M

0,5 Meter

Merah

0,5 M

1,0 Meter

Kuning

1,0 M

1,5 Meter

Hijau

1,5 M

2,0 Meter

Hijau

2,0 M

2,5 Meter

Hijau

2,5 M

Sumber: Hasil Pengamatan

Indikator Ketinggian Arus Pasang Surut di Muara Berbasis Mikrokontroler (Yudhi)

42
3.1.3. Pengujian Rangkaian LDR
LDR berfungsi untuk memutuskan seluruh tegangan terkecuali sistem minimum mikrokontroler
yang terus aktif. LDR hanya aktif pada malam hari, pada siang hari LDR akan mati secara otomatis
tergantung pada resistansi yang diberikan pada LDR tersebut. Resistansi LDR pada malam hari sebesar
50 M, dan pada siang hari resistansi pada LDR sebesar 1 K. fungsi dari LDR ini adalah untuk
menghemat daya pada Aki. Pada siang hari ketika LDR tidak aktif Aki akan mengisi daya secara otomatis,
pengisian Aki didapat dari tegangan keluaran pada solar cell.
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Rangkaian LDR
Waktu
Hambatan LDR

Smpel
1

06.00

120 K

07.00

230 K

08.00

470 K

09.00

680 K

10.00

720 K

11.00

860 K

Sumber: Hasil Pengamatan

3.1.3. Pengujian Alat Secara Keseluruhan


Uji coba alat secara keseluruhan dapat dilakukan jika semua sistem telah selesai dibuat dan
bekerja sesuai dengan fungsinya, baik software, hardware maupun kontruksinya. Saat LDR sudah
mendeteksi kegelapan dengan resistansi yang diterima yaitu 50 M, maka alat akan aktif secara
keseluruhan dan kedalaman air laut dapat terdeteksi oleh sensor magnet yang dialiri tegangan 5V yang
akan diaktifkan oleh bandul magnet, pada saat bandul magnet menyentuh sensor magnet pertama,
maka tegangan akan mengalir menuju mikrokontroler yang akan diproses oleh ATMega8535. Kemudian
akan mengeluarkan output berupa indikator dan seven segment. Adapun tabel dari hasil pengujian alat
dilapangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.3 Pengujian Alat di Lapangan
Tempat
Kedalaman
Warna
Air
Indikator

Sampel

Waktu

19.00

Muara
Nelayan 2

1,7 Meter

Hijau

1,5 M

20.00

Muara
Nelayan 2

1,7 Meter

Hijau

1,5 M

21.00

Muara
Nelayan 2

1,4 Meter

Kuning

1,0 M

22.00

Muara
Nelayan 2

1,3 Meter

Kuning

1,0 M

23.00

Muara
Nelayan 2

0,4 Meter

Merah

0,5 M

Sumber: Hasil Pengamatan

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 42 66

Tampilan
Seven
Segment

JURNAL MANUTECH

43

4. KESIMPULAN
Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Indikator Ketinggian
Arus Pasang Surut dimuara Berbasis Mikrokontroler ini dapat diaplikasikan lebih efisien, karena:
1. Sensor yang digunakan dapat mendeteksi kedalaman air dijalur muara yang sering dilewati
oleh para nelayan agar perahu nelayan dengan mudah melaju untuk menempuh laut
bebas.
2. Ketika sensor aktif maka kedalaman air dapat terdeteksi yang kemudian akan tampil
kedalaman air tersebut pada seven segment dan lampu indikator.
3. Aki dapat mengisi secara otomatis dengan menggunakan solar cell.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ilmu Kelautan, Teori Pasang Surut Air Laut, diakses pada 12 Agustus 2014,
<http://www.ilmukelautan.com>.
[2] AT. Jones et al., "Recent progress in offshore renewable energy technology development," in
Proceedings of IEEE PESGM'05, vol. 2, pp 2017-2022, San Francisco (USA), June 2005.
[3] Paul S.Bell, John Lawrence, and Jennifer V.Norris, Determining Currents From Marine Radar Data
In An Extreme Current Environment At a Tidal Energy Test Site,978-1-4673-1159-5/12 @2012 IEEE
[4] Yudhi,ocsirendi, Desain Pembangkit Tersebar Untuk Sistem Navigasi Jalur Kapal
MenggunakanArus Pasang Surut Air laut, Junal Manutech,Vol 5,Politeknik Manufaktur Negeri
Bangka-Belitung,2013
[5] S.E.Ben Elghali, M.E.H. Benhouzid, and J.F. Charpentier, Marine Tidal Current Electric Power
Generation Techology: State of the Art and Current Status, 1-4244-0743-5/07@2007 IEEE

Indikator Ketinggian Arus Pasang Surut di Muara Berbasis Mikrokontroler (Yudhi)

JURNAL MANUTECH

45

ANALISIS PROSES ELECTRICAL DISCHARGE MACHINING (EDM)


DALAM MENGIDENTIFIKASI KEAUSAN ELEKTRODA DENGAN
METODE TAGUCHI
Yudi Oktriadi
Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
Jl.Timah Raya air kantung kawasan industri Sungailiat Bangka 33211
Telp : (0717) 93586 Fax : (0717) 93585
Email : Yudioktriadi@gmail.com

Abstract
Electrical Discharge Machining (EDM) is a one of non-conventional machines that a have ability
to make complex shapes in metals very hard. Different electrode materials give big influence on the
machining process. Taguchi Method is methodology in engineering to improves the process, workpiece
characteristics and can reduce the cost and resources to a minimum. The use of Process Parameters of
Electrical Discharge Machining (EDM) In Identifying Electrode Wear of Taguchi Methods. In this study,
the experimental design used is the experimental design of Taguchi with Orthogonal Array design,
analysis Signal to Noise Ratio SNR to determine the factors that affect the wear of electrodes, and
analysis of variance (ANOVA). The results of the discussion on the analysis of the Taguchi experimental
design method in Process Parameters Using Electrical Discharge Machining (EDM) In Identifying
Electrode Wear is obtained decisive steps orthogonal matrix, analysis of the characteristics of the
proposed design smaller the better quality types to determine the value of SNR, determine the value of
the effect of each replication in each of the factors that affect the wear of electrodes, perform variance
analysis to interpret the experimental data to determine the Electrical Discharge Machining process
parameters (EDM) electrodes Optimum wear.
Keywords : Electrical Discharge Machining, electrode, taguchi method
Abstrak
Electrical Discharge Machining (EDM) merupakan salah satu mesin non -konvensional yang
mempunyai kemampuan untuk membuat bentuk komplek pada logam-logam yang sangat keras. Bahan
elektroda yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap proses pemesinan. Metode
Taguchi merupakan metodologi dalam bidang teknik untuk memperbaiki proses, karakteristik benda
kerja dan dapat menekan biaya dan resources seminimal mungkin. Penggunaan Parameter Proses
Electrical Discharge Machining (EDM) Dalam Mengidentifikasi Keausan Elektroda Dengan Metode
Taguchi. Dalam kajian ini, desain eksperimen Taguchi dengan rancangan desain Orthogonal Array,
analisis Signal to Noise Ratio SNR untuk mengetahui parameter yang sangat berpengaruh pada Keausan
Elektroda, dan analisis varian (ANOVA). Hasil pembahasan pada analisis metode desain eksperimen
Taguchi dalam Penggunaan Parameter Proses Electrical Discharge Machining (EDM) Dalam
Mengidentifikasi Keausan Elektroda yaitu diperoleh langkah-langkah menentukan matriks orthogonal,
analisis rancangan usulan karakteristik mutu jenis smaller the better dengan menentukan nilai SNR,
menentukan nilai efek tiap replikasi pada masing-masing parameter yang mempengaruhi keausan
elektroda, melakukan analisis varian untuk menginterpretasikan data hasil percobaan untuk mengetahui
Parameter Proses Electrical Discharge Machining (EDM) Keausan Elektroda Optimum.
Kata kunci : Electrical Discharge Machining, elektroda, metode taguchi
1. PENDAHULUAN
Proses Electrical Discharge Machining (EDM) adalah proses pengerjaan material yang
dikerjakan oleh sejumlah loncatan bunga api listrik yang terjadi pada celah antara katoda ( pah at )
dengan benda kerja (anoda). Loncatan bunga-bunga api listrik tersebut terjadi secara tidak kontinyu
Analisis Proses Electrical Discharge Machining (EDM) dalam Mengidentifikasi Keausan Elektroda dengan
Metode Taguchi (Yudi Oktriadi)

46
tetapi secara periodik terhadap waktu. [1] Pada processing condition table (copper to steel) mesin EDM
Hitachi di Laboratorium Pemesinan Khusus Bengkel Mekanik Polman Negeri Bangka Belitung tidak
menjelaskan tentang fluida dielektrikum yang digunakan, dimensi elektroda serta proses kedalaman
benda kerja yang di inginkan sehingga munculnya nilai elektroda wear. Sehingga ini akan menyulitkan
kepada operator untuk menggunakan tabel tersebut sebagai referensi.
Berdasakan hal-hal yang dipaparkan diatas perlu dilakukan suatu penelitian tentang penentuan
setting faktor pada mesin Electrical Discharge Machining (EDM) untuk mengoptimasi faktor-faktor
kendali, mengetahui dimensi elektroda serta fluida dielektrikum yang digunakan serta dapat digunakan
sebagai referensi bagi operator. Penelitian ini mengamati hanya terbatas pada variasi Polarity, Working
Energy(JT), Energy Time (On/Off), HV Voltage (BR), Jump On/Off, Servo Feed dan Machining Voltage
(EV). Design of Experiment dengan Metode Taguchi Orthogonal Arrays digunakan pad a penelitian ini
untuk menghasilkan nilai faktor yang lebih baik.
2. METODE PENELITIAN
Percobaan ini merupakan proses pemesinan yang menggunakan mesin EDM sinking dimana
benda kerja dalam posisi terendam oleh cairan dielektrikum dan dilakukan di Laboratorium Pemesinan
Khusus Bengkel Mekanik Polman Negeri Bangka Belitung. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini
menggunakan metode Taguchi satu kali replikasi dimana sample yang dilakukan sebanyak 12 (dua belas)
kali percobaan dengan parameter yang berbeda. kedalaman yang diproses pada benda kerja sebesar
0,5mm.
MULAI

Merancang Instrumen Penelitian

Melakukan Percobaan (eksperimen) Dengan


Menggunakan Metode Taguchi

Melakukan Pengamatan Terhadap Hasil


Proses EDM Sinking Pada Benda Kerja

Pengolahan dan Analisis Data

Pembahasan Hasil dan


Kesimpulan

SELESAI

Gambar 1. Diagram Alir Tahapan Proses Penelitian


2.1 Pemilihan Karakteristik Kualitas
Karaktersitik kualitas berdasarkan metode Taguchi yang sesuai dengan penilitian ini adalah
Smaller The Better, karena hasil yang diinginkan pada penelitian ini adalah keausan pahat yang kecil
pada proses EDM (Electrical Discharge Machining) dengan parameter yang dilakukan.
2.2 Pemilihan Faktor Terkendali dan Faktor Tak Terkendali
Pada penelitian ini faktor yang dapat dikendalikan dipilih :
1. Polarity ( +,- )
2. Working Energy (JT)
3. Energy Time ( On/Off)
4. Hv Voltage ( BR)
5. Machining Voltage (EV)
6. Servo Feed
7. Jump (on/Off)

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 46 66

47

JURNAL MANUTECH
Tabel 1. Faktor dan Level Percobaan [2]

2.3 Pemilihan Orthogonal Array (OA)


Pemilihan orthogonal array pada parameter Taguchi ini dilakukan dengan menggunakan
bantuan software, karena ada 9 faktor dan 2 level untuk masing-masing faktor maka OA nya adalah
11
L12 2 artinya ada 12 variasi percobaan untuk 9 faktor dengan 2 level.seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Parameter dan kondisi percobaan

2.4. Eksperimen/Percobaan
Proses pengerjaan menggunakan mesin EDM Sinking, Hitachi MP30E H-DS02S. Jenis elektroda
yang digunakan tembaga dengan berpenampang segi enam. Jumlah elektroda yang dipakai sebanyak 2
pieces. Untuk panjang awal sebelum proses, elektroda di hitung menggunakan mikrometer luar (25mm50mm) dengan skala 1/1000 mm . Untuk berat awal sebelum proses, elektroda ditimbang dengan
menggunakan timbangan digital Ohaust 1/100 gram. Benda kerja yang digunakan adalah DIN 1.0037
dengan 14 x 14 mm.
2.5. Analisa Data
Berdasarkan data percobaan yang didapat maka dihitung dengan menggunakan signal to noise
smaller the better (S/N STB) dengan persamaan 1 berikut. [3]
1

/ = 10 log[ 2 ]

(1)

=1

Berdasarkan analysis of variance (ANOVA) menggunakan software didapatkan faktor-faktor


yang signifikan mempengaruhi keausan pahat. Manfaat tabel respon seperti ANOVA adalah mencari
faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap respons .
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Percobaan
Setelah melakukan experimen dengan menggunakan parameter dan kondisi percobaan pada
mesin EDM sinking, maka didapatkan hasil pengukuran keausan elektroda dari experimen seperti pada
Tabel 3.
Tabel 3. Data Pengukuran keausan elektroda

Analisis Proses Electrical Discharge Machining (EDM) dalam Mengidentifikasi Keausan Elektroda dengan
Metode Taguchi (Yudi Oktriadi)

48
3.2 Pengolahan data
a) Analisa S/N Ratio
Untuk mencari nilai SNR dari data tersebut dapat menggunakan rumus Smaller the Better dari
data ke-1 sampai data ke-12 menggunakan persamaan 1. Dari perhitungan menggunakan persamaan
tersebut diperoleh tabel rata-rata () dan SNR dari data ke-1 dampai ke-12 yaitu pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Analisa S/N Ratio

Perhitungan efek dari mean pada faktor-faktor tersebut dapat menggunakan persamaan 2 berikut.
2=1
|| =
(2)
2
Dari data Tabel 4 dapat dicari nilai efek dari mean pada tiap faktor dan berikut diperoleh hasil
perhitungan efek mean pada Tabel 5 dan nilai efek S/N ratio pada Tabel 6.
Tabel 5. Perhitungan efek mean

Dari rata-rata respon tiap faktor dipilih yang nila inya paling kecil untuk disarankan sebagai
rancangan usulan karena karekteritik mutu adalah smaller the better. Dari tabel diatas dapat rancangan
usulan A1 B1 C2 D2 E1 F2 G1 H2 I1
Perhitungan rata-rata SNR pada faktor-faktor tersebut dapat menggunakan persamaan 3berikut.
2=1
|| =
(3)
2
Perhitungan efek dari SNR pada faktor-faktor dilakukan dengan mengurangi nilai rata -rata
respon terbesar dengan nilai rata-rata respon terkecil sehingga diperoleh nilai rata-rata respon dan nilai
efek SNR pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Perhitungan efek SNR

Dari efek SNR tiap-tiap faktor dapat dilihat urutan-urutan pengaruh dari tiap-tiap faktor mulai
yang terkecil sampai yang besar. Dari efek SNR tiap faktor dipilih mulai yang terkecil untuk disarankan
sebagai rancangan usulan sesuai dengan karakteristik sma ller the better. Dari tabel tersebut diperoleh
rancangan usulan A1 B1 C1 D1 E1 F1 G2 H1 I2
Berdasarkan tabel diatas dibuat grafik untuk memperlihatkan keausan terkecil dan S/N terbesar pada
masing-masing level untuk setiap faktor. Seperti terlihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 48 66

JURNAL MANUTECH

49

Gambar 2. Grafik Keausan rata-rata untuk masing-masing level pada setiap parameter

Gambar 3. Grafik S/N rata-rata untuk masing-masing level pada setiap parameter
Dari Gambar 2 dan Gambar 3 didapatkan keausan paling kecil dan S/N paling besar masingmasing level yang merupakan level optimum untuk setiap faktor yaitu :
C level 2 (Energy Time Off)
D level 2 (Energy Time On)
G level 1 (Servo Feed)
I level 1 ( Jump Off)
A level 1 (Polarity + )
b)

ANOVA
Berdasarkan data hasil pengukuran keausan pada Tabel 4 diatas, dilakukan analysis of variance
(ANOVA) untuk melihat pengaruh masing-masing parameter terhadap keausan elektroda yang
ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Analysis of variance (ANOVA)

F paling besar dari seluruh faktor yang diuji adalah untuk faktor A (Polarity) dan C (Energy Time
Jump On) yaitu 0,21 artinya A (Polarity) dan C (Energy Time Jump On) memberikan pengaruh yang paling
besar terhadap keausan elektroda. Faktor E ( HV Voltage ) dan H (Jump On) tidak memberikan pengaruh
signifikan terhadap keausan pahat disebabkan karena tingkatan level untuk Faktor E ( HV Voltage ) dan
H (Jump On) terlalu kecil.
c)

Melakukan Proses Pembuktian Pada Variasi Optimum


Setelah diketahui hasil prediksinya, eksperimen verikasi dilakukan untuk membuktikan apakah

prediksi hasil tersebut bisa tercapai. Hasil uji verifikasi diberikan pada Tabel 8

Analisis Proses Electrical Discharge Machining (EDM) dalam Mengidentifikasi Keausan Elektroda dengan
Metode Taguchi (Yudi Oktriadi)

50
Tabel 8. Hasil Uji Verifikasi

4. SIMPULAN
Dari 9 faktor yang diuji ( Polarity, Working Energy Time (on/off), Hv Voltage, Machining Voltage,
Servo Feed, Jump (on/Off) dengan 2 level untuk setiap faktor ternyata faktor (Polarity) dan (Energy
Time Jump On) memberikan pengaruh yang paling besar terhadap keausan elektroda.
Faktor ( HV Voltage ) dan (Jump On) tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap keausan pahat
disebabkan karena tingkatan level untuk Faktor ( HV Voltage ) dan (Jump On) terlalu kecil.
Level Faktor yang memberikan keausan yang optimum adalah:
a. C level 2 (Energy Time On) 500
b. D level 2 (Energy Time Off) 16
c. G level 1 (Servo Feed) 8
d. I level 1 ( Jump Off) 7
e. A level 1 (Polarity) +
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Komang Bagiasna, Sigit Yoewono,(2000). Proses Pemesinan Non Konvensional. Bandung: ITB.
[2]
Hitachi Via Mechanics,Ltd. MP30E Machining Technical Data Book. Kanagawa, Japan.
[3]
Soejanto, I. 2009. Desain Eksperimen dengan Metode Taguchi, Graha Ilmu, Yogyakarta.

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 50 66

51

JURNAL MANUTECH

PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADIKTIF PADA PREMIUM


TERHADAP POLUSI UDARA KENDARAAN BERMOTOR
Yudi Setiawan, Eka Sari W, Irfan Wahyudi
Jurusan Teknik Mesin, Universitas Bangka Belitung
Jl.Merdeka no. 04 Pangkalpinang
E-mail: yudiubb@yahoo.co.id

Abstract
The increasing use of motor vehicles will increase fuel consumption , which leads to the
increase in air pollutants , especially carbon monoxide (CO) , and hydrocarbons (HC) generated
from waste products of combustion in motor vehicles . Exhaust gases from motor vehicles in
excessive levels would be harmful to both human health and the environment . Research on a
mixture of methanol and acetone with gasoline in order to determine the effect of variations in
the mixture of methanol and acetone with gasoline on exhaust emissions , density and rate of fuel
flow to the fuel mixture variations Acetone 4 % , 8 % Acetone , Methanol 4 % , 8 Methanol % and
at rpm 2000 rpm , 3000 rpm , 4000 rpm , 5000 rpm .Acetone and methanol could reduce the
levels of CO and HC . CO is produced at the lowest 8% methanol mixture at 2000 rpm rotation is
equal to 2.6 % . Lowest HC resulting in 8% methanol mixture at 5000 rpm rotation is equal to 131
ppm . The more the increase in the content of CO rev the engine increases, while the HC will
decrease . Mixture of acetone and methanol to gasoline can reduce fuel consumption time . But
along with the rise in the engine rotation time decreases fuel consumption . Time produced the
highest fuel consumption on pure gasoline at 2000 rpm rotation ie for 141.23 seconds . The
lowest fuel flow rate generated on pure gasoline at 2000 rpm rotation ie for 0.175 kg / h .
Keywords : addictive , emissions , ethanol , methanol , pollution
Abstrak
Meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor akan meningkatkan konsumsi bahan
bakar sehingga berdampak terhadap meningkatnya polutan diudara terutama karbon monoksida
(CO), dan hidrokarbon (HC) yang dihasilkan dari sisa hasil pembakaran kendaraan bermotor. Gas
buang yang berasal dari kendaraan bermotor dalam kadar yang berlebihan akan berbahaya baik
terhadap kesehatan manusia maupun lingkungannya. Penelitian mengenai campuran metanol
dan aseton dengan premium dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variasi campuran
metanol dan aseton dengan premium terhadap emisi gas buang, densitas dan laju aliran bahan
bakar dengan variasi campuran bahan bakar Aseton 4%, Aseton 8%, Metanol 4%, Metanol 8%
dan pada putaran mesin 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000 rpm. Aseton dan methanol bisa
mengurangi kadar CO dan HC. CO terendah dihasilkan pada campuran methanol 8% pada
putaran 2000 rpm yaitu sebesar 2,6 %. HC terendah dihasilkan pada campuran methanol 8 %
pada putaran 5000 rpm yaitu sebesar 131 ppm. Semakin naiknya putaran mesin maka
kandungan CO semakin meningkat, sedangkan HC akan semakin menurun. Campuran aseton dan
methanol dengan premium bisa mengurangi waktu konsumsi bahan bakar. Namun seiring
dengan naiknya putaran mesin maka waktu konsumsi bahan bakar semakin menurun. Waktu
konsumsi bahan bakar tertinggi dihasilkan pada premium murni pada putaran 2000 rpm yaitu
selama 141.23 detik. Laju aliran bahan bakar terendah dihasilkan pada premium murni pada
putaran 2000 rpm yaitu selama 0.175 kg/jam.
Kata kunci: adiktif, emisi, etanol, methanol, polusi

Pengaruh Penambahan Zat Adiktif pada Premium Terhadap Polusi Udara Kendaraan Bermotor (Yudi
Setiawan)

52
1. PENDAHULUAN
Tingginya tingkat polusi udara yang berasal dari gas buang sisa hasil pembakaran kendaraan
bermotor membuat pemerintah mengeluarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup tentang ambang
batas emisi gas buang kendaraan bermotor Nomor 05 tanggal 1 Agustus 2006. Bahan bakar alternatif
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar yang berasal dari
minyak bumi. Aseton (CH3 COCH3 ) dan Methanol (CH3 OH) adalah salah satu adiftif nabati yang
bersumber dari alam. Aseton memiliki nilai oktan (research octane number / RON 150) sedangkan
Methanol (CH3 OH) memiliki nilai oktan RON 133 dibandingkan premium yang hanya memiliki nilai RON
88.
Studi eksprerimental emisi gas buang dan analisis kinerja mesin multi sparkignition saat
methanol digunakan sebagai aditif, studi eksperimental dalam mesinspark ignition (S.I) empat silinder
dengan menambahkan methanol pada berbagai persentase pada premium dan juga memodifikasi
dengan berbagai subsistem dari mesin dalam kondisi beban yang berbeda untuk berbagai campuran
persentase methanol (0-15) terjadi penurunan emisi gas buang CO dan HC. [1]Penelitian pengaruh dari
campuran methanol dan premium pada mesin sparkignition ditinjau dari performa dan gas buang,
menggunakan campuran methanol dan premium M10, M20 dan M85, dengan volume methanol 10%,
20%, dan 85%, menyatakan dengan meningkatnya fraksi methanol dalam premium akan terjadi
penurunan emisi CO untuk untuk setiap campuran. [2]
Penelitian pengaruh penambahan campuran methanol - premium. (M5, M7,5,M10, M12,5,
M15) ditinjau dari performa dan karakteristik pembakaran darimesin spark ignition (S.I) empat langkah,
menyatakan dengan variabel kecepatanmesin dari 1500 -5000 rpm, menunjukan dengan menggunakan
campuran bahanbakar methanol premium, gas buang dari CO dan HC berkurang seiringmeningkatnya
.
kandungan methanol sedangkan untuk CO 2 relatif meningkat [3] Studi dari bahan bakar mesin spark
ignition dengan campuran bahan bakar methanol - premium, menyatakan bahwa ketika campuran
bahan bakar methanol - premium digunakan, emisi karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC)
menurun. [5]Pada pengujian performa untuk torsi dan daya pada mesin sepeda motor 4 langkah dengan
bahan bakar campuran premium-methanol, didapatkan bahwa penggunaan methanol sebagai campuran
[5]
bahan bakar ternyata meningkatkan konsumsi bahan bakar.
Untuk mengurangi ketergantungan
terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah menerbitkan peraturan Presiden Republik Indonesia
nomor 5 Tahun 2006, tentang kebijakan energi nasional untuk mengemban gkan energi alternatif
sebagai pengganti bahan bakar minyak. Dengan mengacu pada peraturan presiden tersebut tidak ada
salahnya jika methanol dan aseton dijadikan salah satu bahan bakar alternatif yang layak
dipertimbangkan. Berdasarkan latar belakang ters ebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai campuran metanol dan aseton dengan premium dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh variasi campuran metanol dan aseton dengan premium terhadap emisi gas buang, densitas
dan laju aliran bahan bakar.
2. METODE PENELITIAN
Pada pengujian ini menggunakan sepeda motor Yamaha, tipe 5TP Jupiter Z tahun perakitan
2005 yang berbahan bakar premium dengan campuran metanol dan aseton dengan premium yang
diisi pada buret sebanyak 10 ml adapun campuran premium dengan variasi campuran bahan bakar
Aseton 4%, Aseton 8%, Metanol 4%, Metanol 8% dan pada putaran mesin 2000 rpm, 3000 rpm, 4000
rpm, 5000 rpm. Dapat dilihat pada gambar berikut.

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 52 66

53

JURNAL MANUTECH

Mulai

Persiapan Alat dan Bahan

Uji Densitas:
1. Premium
Murni
2. Aseton 4%
3. Aseton 8%
4. Metanol 4%
5.Metanol 8%

Proses Pengujian Pada Kendaraan

Premium
100%
Pada putaran
2000 rpm,
3000 rpm,
4000 rpm,
5000 rpm.

Aseton 4%
Pada
putaran
2000 rpm,
3000 rpm,
4000 rpm,

Aseton 8%
Pada
putaran
2000 rpm,
3000 rpm,
4000 rpm,
5000 rpm.

Metanol 4%
Pada
putaran
2000 rpm,
3000 rpm,
4000 rpm,
5000 rpm.

Metanol 4%
Pada
putaran
2000 rpm,
3000 rpm,
4000 rpm,
5000 rpm.

5000 rpm.

Uji Emisi Gas Buang

HC dan O 2.

Uji Waktu Konsumsi


Bahan Bakar.

Analisis
Kesimpulan dan
Selesai
Gambar 1 Diagram alir penelitian
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Perbandingan Putaran Mesin Terhadap Kadar Carbondioksida
6

premium murni
4

aseton 4%
aseton 8 %

metanol 4%

metanol 8 %
2000

3000

4000

5000

Gambar 2 Perbandingan Putaran Mesin Terhadap Kadar CO


Dari gambar 2 di atas diketahui bahwa bahan aseton dan methanol bisa mengurangi kadar CO.
Namun seiring dengan naiknya putaran mesin maka kandungan CO semakin meningkat. CO terendah

Pengaruh Penambahan Zat Adiktif pada Premium Terhadap Polusi Udara Kendaraan Bermotor (Yudi
Setiawan)

54
dihasilkan pada campuran methanol 8% pada putaran 2000 rpm yaitu sebesar 2,6 %. Kadar CO akan
meningkat dengan semakin meningkatnya putaran mesin dari 2000 rpm sampai 5000 rpm, dikarenakan
pada putaran tinggi proses pembakaran berlangsung sangat cepat, dimana oksigen yang terdapat dalam
ruang pembakaran semaki n berkurang sehingga kadar CO yang dihasilkan akan semakin meningkat.
Sedangkan semakin meningkatnya persentase campuran bahan bakar maka kadar CO akan menurun.
Turunnya kadar CO pada setiap persentase campuran disebabkan adanya kandungan oksigen yang
terdapat didalam campuran yang dapat membantu penyempurnaan proses pembakaran pada saat
terjadinya kekurangan oksigen karena emisi karbon monoksida (CO) terjadi akibat kekurangan oksigen,
sehingga proses pembakaran berlangsung secara tidak sempurna. Berdasarka n Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama Nomor 05 tanggal 1
Agustus 2006 dengan kondisi idle, dengan nilai ambang batas maksimum CO = 5,5 % vol, maka kadar CO
bahan bakar campuran premium masih dibawah batas ambang emisi gas buang sesuai yang ditetapkan
Menteri Lingkungan Hidup.
3.2 Perbandingan Putaran Mesin Terhadap Kadar HC
700
600
500
400
300
200
100
0

metanol 8%
metanol 4 %
aseton 8%
aseton 8%
aseton 4 %
2000

3000

4000

5000

Premium murni

Gambar 3 Perbandingan Putaran Mesin Terhadap Kadar HC


Dari gambar 3 di atas diketahui aseton dan methanol bisa mengurangi kadar HC. Namun seiring
dengan naiknya putaran mesin maka kandungan HC semakin menurun. HC terendah dihasilkan pada
campuran methanol 8 % pada putaran 5000 rpm yaitu sebesar 131 ppm. Kadar HC dalam emi si gas
buang akan menurun dengan semakin meningkatnya putaran mesin dari 2000 rpm sampai dengan 5000
rpm. Hal ini dikarenakan pada putaran tinggi proses pembakaran berlangsung sangat cepat, dimana
semakin tinggi putaran maka laju aliran bahan bakar menjadi lebih besar sehingga bahan bakar yang
dibutuhkan dalam proses pembakaran juga semakin meningkat dan kadar HC akan semakin menurun.
Selain itu, semakin tinggi persentase campuran bahan premium maka kadar HC akan semakin menurun.
Hal ini dikarenakan adanya kandungan oksigen yang terdapat didalam campuran sehingga bahan bakar
yang terbakar didalam ruang bakar menjadi lebih sempurna dan kadar HC akan semakin berkurang.
Berdasarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup tentang ambang batas emisi gas buang kendaraa n
bermotor lama Nomor 05 tanggal 1 Agustus 2006 dengan kondisi idle, dengan nilai ambang batas
maksimum HC = 2400 ppm.
3.3 Pengujian Waktu Konsumsi Bahan Bakar
150
Premium murni

100

aseton 4 %
aseton 8%

50

metanol 4 %
metanol 8%

0
2000

3000

4000

5000

Gambar 4 Waktu Konsumsi Bahan Bakar


JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 54 66

55

JURNAL MANUTECH

Dari gambar 4 di atas diketahui campuran aseton dan methanol dengan premium bisa
mengurangi waktu konsumsi bahan bakar. Namun seiring dengan naiknya putaran mesin maka waktu
konsumsi bahan bakar semakin menurun. Waktu konsumsi bahan bakar tertinggi dihasilkan pada
premium murni pada putaran 2000 rpm yaitu selama 141.23 detik. Secara analisis untuk waktu
konsumsi bahan bakar premium murni masih lebih baik dibandingkan waktu konsumsi bahan bakar
campuran. Hal ini mungkin dikarenakan tingginya densitas bahan bakar campuran sehingga bahan bakar
yang dibutuhkan dalam proses pembakaran semakin besar dan waktu komsumsi bahan bakar semakin
meningkat.
3.4 Pengujian Laju Aliran Bahan Bakar

0.6
0.5

aseton 4 %

0.4

Premium murni

0.3

aseton 8%

0.2

metanol 8%

0.1

metanol 4 %

2000

3000

4000

5000

Gambar 5 Laju Aliran Bahan Bakar


Dari gambar 5 di atas diketahui campuran aseton dan methanol dengan premium bisa
mengurangi laju aliran bahan bakar. Namun seiring dengan naiknya putaran mesin maka laju aliran
bahan bakar semakin menurun. laju aliran bahan bakar terendah dihasilkan pada premium murni
pada putaran 2000 rpm yaitu selama 0.175 kg/jam.
Secara analisis untuk waktu laju aliran bahan bakar premium murni masih lebih baik dibandingkan laju
aliran bahan bakar campuran. Hal ini mungkin dikarenakan rendahnya densitas premium murni
sehingga bahan bakar yang dibutuhkan dalam proses pembakaran semakin besar dan laju aliran bahan
bakar semakin rendah.
4. SIMPULAN
Aseton dan methanol bisa mengurangi kadar CO dan HC. CO terendah dihasilkan pada
campuran methanol 8% pada putaran 2000 rpm yaitu sebesar 2,6 %. HC terendah dihasilkan pada
campuran methanol 8 % pada putaran 5000 rpm yaitu sebesar 131 ppm. Semakin naiknya putaran
mesin maka kandungan CO semakin meningkat, sedangkan HC akan semakin menurun. Campuran
aseton dan methanol dengan premium bi sa mengurangi waktu konsumsi bahan bakar. Namun seiring
dengan naiknya putaran mesin maka waktu konsumsi bahan bakar semakin menurun. Waktu konsumsi
bahan bakar tertinggi dihasilkan pada premium murni pada putaran 2000 rpm yaitu selama 141.23
detik. Laju aliran bahan bakar terendah dihasilkan pada premium murni pada putaran 2000 rpm yaitu
selama 0.175 kg/jam.
DAFTAR PUSTAKA
[1] M.V. Mallikarjun Dan Ramesh Mamilla. 2009. ExperimentalStudy Of Exhaust Emissions
&Performance Analysis Of MultiCylinder S.I.Engine When Methanol Used As An
Additive.International Journal of Electronic Engineering Research, 2009,Vol 1, pp. 201 -212
[2] Wei Yanju, Dkk. 2007. Effects Of Methanol/Gasoline Blends On ASpark Ignition Engine
Performance And Emissions, Energi Fuel, 2008, vol.22, pp.1254-1259.
[3] S. Babazadeh Shayan, Dkk. 2011.Impact Of Methanol-GasolineFuel Blends On The Performance
And Exhaust Emissions Of SIEngine, International Journal Of Automotive Engineering , Vol.
1.2011.
[4] Liu S H, Dkk. 2007. Study Of Spark Ignition Engine Fueled WithMethanol/Gasoline Blends,
appl. Therm. Eng. 2007, pp.1904-1910.

Pengaruh Penambahan Zat Adiktif pada Premium Terhadap Polusi Udara Kendaraan Bermotor (Yudi
Setiawan)

56
[5] Ojo kurdi dan Arijanto. 2007. Aspek Torsi Dan Daya Pada Mesin Sepeda Motor 4 Langkah
Dengan Bahan Bakar Campuran Premium Methanol. Teknik Mesin FT-UNDIP, ROTASI Vol. 9,
2007.

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 56 66

57

JURNAL MANUTECH

SEPEDA LISTRIK RODA TIGA


[1]

[2]

Rodika , Muhammad Rivai


Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
Kawasan Industry Air Kantung Sungailiat Bangka 33211
Telp. 0717-93586, 95252
Faks. 0717 93585
r_rodika@ymail.com

Abstract
The concept design will be developed from this three-wheeled electric bike is a bike that can be
used all the community, especially to the age of 50 years who have a high injury rate. To minimize this
bike will be equipped with a dc motor, the motor is a 250-watt, 24 VDC voltage and electronic control
that can control the speed of the rider, especially for riders over the age of 50 years. This technology can
control the speed of the bike does not exceed 20 km / h, so as not to endanger the rider, and the no rmal
mode can also be selected for riders under 50 years. The material used for the hollow box steel base
material. For the strength of the framework will be analyzed with the help of software that is to know
the voltage that occurs in the framework of the bike when operated with a load of 100 kg. From this
7
2
research, the maximum stress on the order of 4.38 x 10 N/m , compared with a maximum voltage of the
8
2
material of 1.25 x 10 N/m , then the order is safe to use. For analysis of the level of risk of injury values
obtained 3, so the bike is comfortable to use. From the analysis of the bike can be used as a means of
everyday transportation and sports facilities are healthy, safe and comfortable.
Keywords: Bicycle Tricycle, Motor DC, Transport

Abstrak
Konsep desain yang akan dikembangkan dari sepeda listrik roda tiga ini adalah sepeda yang
dapat digunakan semua kalangan masyarakat, terutama untuk usia 50 tahun yang memiliki tingkat
cidera yang tinggi. Untuk meminimalisasi hal tersebut sepeda akan dilengkapi dengan motor dc, motor
ini berkekuatan 250 watt, tegangan 24 VDC dan kontrol elektronik yang dapat mengontrol kecepatan
pengendara, khususnya bagi pengendara yang berumur diatas 50 tahun.Teknologi ini dapat mengontrol
kecepatan sepeda tidak melebihi 20 km/jam, sehingga tidak membahayakan pengendara, dan dapat
juga dipilih mode normal untuk pengendara dibawah 50 tahun. Material yang digunakan baja kotak
berongga untuk bahan dasar. Untuk kekuatan rangka akan dianalisa dengan menggunakan bantuan
software yaitu untuk mengetahui tegangan yang terjadi pada rangka pada saat sepeda dioperasikan
dengan beban pengedara sebesar 100 kg. Dari hasil penelitian ini tegangan maksimum pada rangka
7
2
8
sebesar 4.38 x 10 N/m , dibandingkan dengan tegangan maksimum dari material sebesar 1.25 x 10
2
N/m , maka rangka aman untuk digunakan. Untuk analisa tingkat resiko cidera nilai yang didapat 3,
sehingga sepeda nyaman untuk digunakan. Dari hasil analisa tersebut sepeda dapat digunakan sebagai
alat transportasi sehari-hari dan sarana olah raga yang sehat, aman dan nyaman.
Kata Kunci: Sepeda listrik roda tiga, Motor DC, Alat transportasi
1. PENDAHULUAN
Sepeda merupakan salah satu alat transportasi yang hemat energi, ramah lingkungan, murah
dan mudah dalam penggunaannya. Selain sebagai alat transportasi, s epeda dapat digunakan untuk
berekreasi, olah raga atau bersepeda ke tempat kerja. Namun, bersepeda bisa juga membuat orang
menjadi tidak sehat, terutama bila usia diatas 50 tahun. Tingkat risiko cedera meningkat mengikuti usia,

Sepeda Listrik Roda Tiga (Rodika)

58
tetapi manfaat latihan bagi kelompok usia 45-59 tahun lebih tinggi dibandingkan bahaya yang mereka
hadapi.
Menurut Prof Dr Wolfgang Grotz, dokter kepala Clinic for Internal Medic ine II dari Alfried Krupp
Hospital, Essen, bagi orang yang berusia 50 tahun, saat berolahraga, sebaiknya denyut jantung
maksimumnya tidak melampaui 130 denyutan per menit. Pada prinsipnya, denyut jantung maksimum
seseorang saat berlatih idealnya 180 denyutan per menit, dikurangi usia. Selain itu bagi pengendara
yang berusia 50 tahun, saat menggunakan sepeda waktu awal masih kuat tetapi bila sudah menempuh
jarak yang jauh mulai keletihan.
Dalam hal ini untuk menanggulagi permasalahan tersebut, maka dibutuhkan sebuah sepeda
listrik roda tiga yang akan dilengkapi dengan penggerak motor listrik. Harapannya dengan menggunakan
sepeda ini, orang dengan usia berapa pun dapat bersepeda dengan sehat.
2. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian sepeda listrik roda tiga ini, dibuat tahapan penyelesaianya dimulai dari
identifikasi permasalahan lalu dirumuskan menjadi daftar kebutuhan, kemudian dilakukan proses
perancangan, dan dari hasil rancangan dianalisa kekuatan tarik maksimum pada rangka dan dianalisa
tingkat resiko cederanya. Tahapan selanjutnya yaitu proses pembuatan dan perakitan, dilanjutkan
dengan pengujian, pada tahap akhir dilakukan analisa hasil dari prototipe yang dibuat apakah semua
dapat memenuhi sesuai dengan kebutuhan. Tahapan penyelesaian penelitian ini, terlihat seperti pada
skema atau bagan alir pada Gambar 2.1.

Star
Identifikasi Masalah

Analisa RULA dengan


Software Catia

Penyusunan Daftar Kebutuhan


Resiko
2 - 3?

Pembuatan

Tidak
A

Ya

Pembuatan dan perakitan

Perancangan
Komponen
Analisa Kekuatan Material

Rancangan
Aman ?

Tidak

Ya

Uji Coba

Kesimpulan

Selesai

Gambar 2.1 Diagram alir penelitian sepeda listrik roda tiga


3. PEMBAHASAN HASIL
3.1 Penyusunan Daftar Kebutuhan
Pada tahapan ini, dari identifikasi permasalahan yang ada dirumuskan menjadi daftar
kebutuhan sepeda listrik roda tiga. Dari daftar kebutuhan ini dapat dipakai sebagai pedoman untuk
merancang sepeda. Berikut ini daftar kebutuhan sepeda listrik roda tiga, antara lain:

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 58 66

59

JURNAL MANUTECH

No
1
2
3

4
5

Tabel 3.1 Daftar kebutuhan produk [1]


Daftar kebutuhan produk
Sepeda Listrik Roda Tiga
Uraian Kebutuhan
Model sepeda beroda tiga
Sepeda dilengkapi dengan motor dc
Multifungsi:
a. Mode normal
b. Mode kecepatan dapat dikontrol 20
km/jam
Dapat digunakan didalam dan diluar ruangan
Kuat dan Aman:
a. Kuat menahan beban (sepeda dan
pengendara)
b. Tidak mudah rusak
Ergonomis:
a. Nyaman digunakan
b. Resiko cedera tubuh kecil (2-3)

3.2 Pembuatan Konsep


Pada tahapan ini adalah berdasarkan dari daftar kebutuhan dapat dijadikan sebagai dasar
dalam pembuatan konsep sepeda. Rencana desain konsep sepeda yang akan dibuat dapat dilihat pada
gambar 2 dibawah ini .

Gambar 3.1 Konsep sepeda listrik roda tiga


Konsep ini dilengkapi dengan tiga roda yang terdiri dari dua roda di depan dan satu roda
dibelakang. Posisi kaki pengendara berada didepan dan pergerakan kaki dengan cara dikayuh, transmisi
menggunakan rantai dan sproket. Posisi tangan berada pada tuas stang dan pergerakan belok dengan
cara menggerakkan tuas kekanan dan ke kiri. Selain itu konsep ini dilengkapi dengan motor dc yang
dilengkapi dengan sistem kontrol kecepatan hanya sampai 20 km/jam. Sistem ini digunakan untuk
keamanan pengendara yang usia diatas 50 tahun, dan dapat juga digunakan untuk kecepatan normal.
3.3 Analisa Kekuatan Material
Analisa kekuatan material pada rangka ini dilakukan dengan bantuan software CATIA. Material
dari rangka adalah pipa St 37, dengan beban pengendara sebesar 100 kg atau 981N. Sebagai syarat
perancangan adalah aman, apabila tegangan kritis terbesar yang diterima rangka sepeda, lebih kecil
7
dari tegangan ijin material. Tegangan maksimum yang terjadi pada rangka adalah sebesar 4.38 x 10
2
N/m , ini bisa dilihat dari Gambar 3.2.

Sepeda Listrik Roda Tiga (Rodika)

60

Gambar 3.2 Simulasi analisa tegangan maksimum pada rangka depan


Dari hasil perhitungan tegangan von mises, dilakukan evaluasi kegagalan material akibat
pembebanan. Untuk mengevaluasi hasil rancangan digunakan persamaan 4, dimana untuk material baja
lunak faktor keamanan yang digunakan adalah 2 , [4], maka didapat hasil perhitungan pada rangka
adalah sebagai berikut:
t maksimum S
(4)
ut

Sut
N

= Tegangan tarik maksimum material


= Faktor Keamanan

t maksimum

2,5 x10 8
2

N
m2
8

t maksimum 1.25 x 10 N/m

Dari hasil perhitungan tegangan maksimum pada rangka dengan bantuan software sebesar
7
2
8
2
4.38 x 10 N/m , dibandingkan dengan tegangan maksimum dari material sebesar 1.25 x 10 N/m , maka
rangka aman untuk digunakan.
3.4 Analisa Resiko Cedera dengan Metode RULA
Dalam perancangan sepeda, pengendara harus merasa nyaman dan aman dalam
penggunaannya. Untuk itu dalam perancangan sepeda harus ergonomis atau memiliki nilai tingkat
cidera minimum. Untuk mengevaluasi hasil dari rancangan sepeda digunakan metode RULA (Rapid
Upper Limb Assessment) dengan bantuan software CATIA yang disesuaikan dengan tubuh orang
Indonesia.

Gambar 3.3 Sepeda listrik roda tiga dengan manikin


Selanjutnya dari hasil rancangan sepeda dibuatlah manikin, lalu dilakukan analisa tingkat resiko
cidera dengan metode RULA seperti terlihat pada Gambar 3.3. Hasil analisa tingkat cidera pada
pengendara sepeda didapat nilai tingkat resiko cideranya adalah 3. Dari tabel 3.1 nilai ini menunjukkan
bahwa rancangan sepeda masuk dalam kategori baik artinya sikap tubuh tersebut masih dapat diterima.
JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 60 66

61

JURNAL MANUTECH
Tabel 3.1 Nilai tingkat resiko cedera. [2]
Range Nilai
1 dan 2
3 dan 4
5 dan 6
7

Kemungkinan timbul cedera pada postur tubuh


Diterima.
Dibutuhkan penyelidikan lebih jauh dan mungkin saja perubahan diperlukan
Dibutuhkan penyelidikan dan perubahan segera
Dibutuhkan penyelidikan dan perubahan sesegera mungkin (mendesak)

3.5 Pembuatan Detail Gambar Teknik


Dari hasil analisa yang sudah dilakukan rancangan masuk dalam kategori aman, sehingga
sebelum dilakukan proses pembuatan dibuat gambar teknik yang dilengkapi dengan gambar detail dari
komponen terlebih dahulu. Pembuatan gambar teknik dilakukan dengan menggunakan software CATIA.
3.6 Pembuatan Prototipe
Dalam proses pembuatan komponen sepeda dilakukan dengan beberapa proses pemesinan,
pengelasan dan proses pembengkokan pipa untuk rangka. Namun dalam proses pembuatannya ada
beberapa perubahan desain dengan mempertimbangkan kemudahan dalam proses pembuatan dan
kesesuaian material yang tersedia. Selanjutnya dilakukan proses perakitan komponen-komponen yang
sudah dibuat dan komponen standar. Hasil perakitan sepeda listrik roda tiga dapat dilihat pada Gambar
3.4.

Gambar 3.4 Prototipe sepeda listrik roda tiga


3.7 Uji Coba
Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah sepeda dapat berfungsi sesuai dengan
kebutuhan, tahapan uji coba adalah sebagai berikut:
a. Uji jalan dengan mode normal.
Pengujian ini dilakukan tanpa proses control kecepatan, tujuannya untuk melihat fungsi dari
masing-masing bagian sepeda dapat berfungsi dengan baik, bila ditemukan ada yang tidak berfungsi,
maka dapat dilakukan perbaikan. Hasil dari proses pengujian ini adalah sepeda dapat berfungsi dengan
baik, tanpa terjadi kendala dan sesuai dengan rencana rancangan yang telah dibuat, walaupun ada
beberapa perubahan bentuk bagian, akan tetapi tidak merubah subtansi dari sepeda yang dibuat.
b. Uji jalan dengan mode kecepatan tidak melebihi 20 km/jam.
Pada proses pengujian ini sepeda dijalankan mengunakan motor listrik dengan rute jalan yang
lurus tanpa tanjakan, diperoleh kecepatan sepeda saat berjalan dengan beban pengendara 70 kg
kecepatannya adal ah 20 km/jam.

Sepeda Listrik Roda Tiga (Rodika)

62

4. SIMPULAN
Dari hasil rancang bangun sepeda listrik roda tiga ini, maka dapat disimpulkan bahwa sepeda
dapat digunakan sebagai alat transportasi untuk semua kalangan masyarakat, terutama untuk usia
diatas 50 tahun. Dari hasil uji coba jalan sepeda yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan, bahwa
sepeda dapat berjalan dengan cara dikayuh menggunakan kaki dan dapat berjalan dengan
menggunakan motor listrik dengan stabil dan aman serta dapat berjalan dengan kecepatan tidak
7
2
melebihi 20 km/jam. Dari hasil analisa tegangan maksimum pada rangka sebesar 4.38 x 10 N/m ,
8
2
dibandingkan dengan tegangan maksimum dari material sebesar 1.25 x 10 N/m , maka rangka aman
untuk digunakan. Untuk analisa tingkat resiko cidera nilai yang didapat 3, sehingga sepeda nyaman
untuk digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Batan, I.M. L., Desain Produk, Edisi pertama, Penerbit Guna Widya, Surabaya, 2012.
[2] McAtamney, Lynn and Corlett, E Nigel, RULA: A Survey Method for Investigation of Work-related
Upper Limb Disorders, Applied Ergonomics, vol. 24 No. 2, p.91-99, 1993.
[3] Nurmianto,E., Ergonomi konsep dasar dan aplikasinya, Edisi pertama, Penerbit Guna Widya,
Surabaya, 2004.
[4] Ulrich, Karl T; Product Design and Development, Second Edition, Irwin McGraw-Hill, 2000.

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 62 66

63

JURNAL MANUTECH

TRAINER KIT PLC SIEMENS LOGO! 12/24 RC


1

Charlotha , Yuli Dharta , Zanu Saputra


1,3
2
Jurusan Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
Jalan Timah Raya, Air Kantung Sungailiat 33211
Telp. (0717) 93586, Fax. (0717) 93585
Email: charlothaagriphina@yahoo.com

Abstract
PLC Siemens LOGO! 12/24 RC is one of the products of Plc Siemens. Siemens PLC LOGO! 12/24
RC which is called the Smart Relay, often found in industries in Indonesia to control system. The trainer
kit of PLC be made to solve this problem, that can make a good aplication from the principle and input
output as a simulation in industry. Input and output are made in miniature system as same as industrial
processes. In addition, PLC Siemens LOGO! 12/24 RC is also equipped with an LCD, which can display the
programming time and date display and troubleshooting during the process. The result of system are
moving conveyor and cylinder movement which can separate metal workpiece and non metal workpiece.
Keywords : industrial simulated, PLC Siemens LOGO 12/24 RC, smart relay, trainer kit.

Abstrak
PLC Siemens LOGO! 12/24 RC merupakan salah satu produk dari PLC Siemens. PLC Siemens
LOGO! 12/24 RC yang biasa disebut Smart Relay, sering sekali dijumpai pada industri -industri di
Indonesia untuk sistem kontrol. Dari permasalahan tersebut maka dibuatlah trainer kit Plc Siemens
LOGO! 12/24 RC yang dapat mengaplikasikan prinsip kerja PLC Siemens LOGO! 12/24 RC. Input dan
output tersebut dibuat dalam sistem miniatur untuk mensimulasikan proses dalam industri. Selain itu,
PLC Siemens LOGO! 12/24 RC ini juga dilengkapi LCD, dimana LCD tersebut bisa menampilkan waktu
dan tanggal pemograman serta menampilkan trouble shooting saat proses berlangsung. Sistem yang
didapatkan adalah pergerakan konveyor dan silinder yang memisahkan benda logam dan non logam.
Kata kunci: PLC Siemens LOGO 12/24 RC, simulasi industri, smart relay, trainer kit.
1. PENDAHULUAN
PLC(Programmable Logic Controller) adalah suatu alat (Device) yang mempunyai kemampuan
melakukan suatu fungsi kontrol dalam bentuk suatu program. Hampir semua proses produksi di bidang
industri dapat diotomasi dengan menggunakan PLC. PLC juga merupakan salah satu kompetensi utama
yang harus dikuasai oleh lulusan program studi Teknik Elektronika Politeknik Manufaktur Bangka
Belitung.
Pada saat ini, mayoritas praktikum PLC di Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
menggunakan PLC merk Festo. PLC Festo ini dirancang untuk pembelajaran mahasiswa sebagai
pengenalan awal terhadap dunia pemrograman. Berdasarkan survei baik selama praktek kerja lapangan
maupun informasi dari pengguna, PLC Festo jarang bahkan tidak ditemui di dunia perindustrian dan
salah satu PLC yang banyak digunakan di dunia industri adalah PLC Siemens LOGO yang biasa disebut
Smart Relay merupakan salah satu produk Siemens yang sering dijumpai pada industri -industri di
Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kemudahan dari sisi teknik pemrograman, ukuran yang lebih kecil
serta harga yang lebih terjangkau.
Berdasarkan hal tersebut maka muncullah ide untuk memberikan suatu keilmuan yang baru
kepada mahasiswa, sebagai tambahan bahan perkenalan mereka terhadap sistem pengontrolan di dunia
industri. Pembuatan Trainer Kit PLC Siemens LOGO!12/24 RC ini diharapkan dapat menambah ilmu
dalam pembelajaran mata kuliah PLC.

Trainer Kit PLC Siemens LOGO! 12/24 RC (Charlotha)

64
2. PENDAHULUAN
2.1 Tahapan penelitian
Beberapa tahapan penelitian dilakukan yaitu sebagai berikut:
Pengumpulan data
Merancang konstruksi
Menguji masing-masing komponen sebelum dirakit
Perakitan komponen
Pembuatan program untuk pembuatan modul pembelajaran
Uji coba
2.2 Analisis Penelitian
Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan membandingkan desain baru dengan peralatan
lama, maka dapat dilihat:
Penggunaan di industri lebih banyak dititik beratkan dalam desain baru, dimana peralatan
lama hanya dapat digunakan untuk pembelajaran awal bagi mahasiswa pemula saja
Desain baru memang sulit dalam pengoperasian jika dibandingkan dengan peralatan lama,
tapi hal ini dipandang sebagai suatu tantang bagi mahasiswa pengenalan pemrograman
advance untuk lebih meningkatkan mutu pembelajarannya.
2.3 Rancangan Penelitian
Rancangan konstruksi untuk trainer Kit ini terdiri dari: konveyor, motor wiper, sensor benda
kerja, sensor penepat posisi benda kerja, silinder. Trainer kit ini menggunakan PLC Siemens
LOGO!12/24 RC. Adapun rencana desain adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Desain Trainer Kit


3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hardware
Pada tahap pembuatan hardware, proses pembuatan dilakukan adalah:
1. pembuatan base plate PLC menggunakan akrilik.
2. Pembuatan konveyor, yang terdiri dari: Frame, Roll, sabuk pembawa, motor wiper.
3. Pembuatan Elemen Penerus Daya, yang berupa pulley dan belt.
4. Pembuatan Kepala Piston Silinder
Pengujian Hardware dilakukan sebelum dirakit dan setelah proses perakitan. Pengujian yang
dilakukan adalah:
1. Pengujian PLC Siemens LOGO! 12/24 RC
2. Pengujian Expand PLC Siemens LOGO! DM8 24 R
3. Pengujian Sensor Reed Switch, Sensor Kapasitif, Sensor Induktif
3.2 Software
Ada 2 cara untuk membuat program dalam PLC Siemens LOGO! 12/24 RC ini , yaitu:
1. PLC Siemens LOGO! 12/24 RC bisa di program dalam software LOGO! Soft Comfort
menggunakan 8 fungsi logika dasar dan 30-35 fungsi logika khusus . Program tersebut
di transfer ke hardware PLC Siemens LOGO! 12/24 RC menggunakan kabel download
yang telah di hubungkan dengan USB RS 232.
2. Pemrograman dilakukan dalam hardware PLC Siemens LOGO! 12/24 RC itu sendiri,
namun agak rumit karena keterbatasan tombol di hardware tersebut. Kelebihannya
adalah operator dapat mengatur tanggal, waktu serta screen hardware PLC Siemens
LOGO! 12/24 RC itu.
Penggunaan trainer kit harus sesuai prosedur agar trainer kit ini bisa berfungsi maksimal.
Adapun prosedur penggunaaan trainer kit ini adalah :
JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 64 66

65

JURNAL MANUTECH
1.
2.
3.
4.

Siapkan peralatan.
Baca dan pahami deskripsi soal pada modul.
Buat program dan simulasikan di Software LOGO! Soft Comfort.
Hubungkan input dan output di hardware, periksa apakah wiring sudah benar atau
belum.
5. Download program dari PC ke LOGO!.
6. Periksa apakah sistem yang bekerja sesuai dengan soal pada modul
3.3 Contoh Pemrograman
Contoh pemrograman untuk memisahkan benda kerja Logam dan Non Logam yang dibuat
dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Program Pemisah Benda Logam dan Non Logam


3.4 Survei Pemakaian Trainer Kit
Berdasarkan hasil survei pemakaian/penggunaan Trainer Kit pada 10 pengguna dengan
pertanyaan tentang kemudahan pemakaian alat, dimana pengguna langsung dilatih dan
langsung menggunakan Trainer Kit tersebut, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Hasil Persentase Kemudahan Penggunaan Trainer Kit PLC Siemens


12/24 RC

Pemograman

100 %

100 %

Perangkaian
Pengecekan

100 %
100 %

Modul
SOP

80 %

Gambar 3.2 Pie Chart Hasil Kuisioner

4. SIMPULAN
Beberapa simpulan yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Trainer kit yang menggunakan PLC Siemens ini merupakan alat yang mudah bagi mahasiswa
untuk digunakan dalam praktikum

Trainer Kit PLC Siemens LOGO! 12/24 RC (Charlotha)

66
2.

Trainer kit ini merupakan media pembelajaran yang pas bagi mahasiswa mengingat banyaknya
penggunaan PLC Siemens di dunia industri.

DAFTAR PUSTAKA
[1] [Siemens, Spesifikasi PLC Siemens LOGO! [Online], diakses pada 30 Mei 2014, Available:
http://www.Siemens.com/.
[2] Siemens AG, Manual Book, Germany: LOGO Soft Comfort User Manual, 1999.
[3] Jaja Kustija, Sensor dan Transduser, Jakarta : Modul Elektronika Industri, 2004.
[4] Industial Automation, Pilot Lamp [Online], diakses pada 4 Juni 2014, Available :
http://www.elteko.com/.
[5] Akhmad Jamaah F, Ari Prabowo, Silinder Pneumatik, Modul Otomasi 1, Politeknik Negeri
Semarang, Semarang, 2012, pp. 133-134.
[6] Wirawan dan Pramono, Silinder, Semarang: Modul Ajar Pneumatik Hidrolik, 2007.
[7] Muharfan, Motor Wiper [Online], diakses pada 15 Juli 2014, Available:
http://muharfan95.wordpress.com/.

JURNAL MANUTECH Vol. 6, No. 2, Desember 2014: 66 66

Anda mungkin juga menyukai