Anda di halaman 1dari 36

Catatan Kuliah

MA1201 KALKULUS 2A
Do maths and you see the world

disusun oleh

Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA


Institut Teknologi Bandung
2013

Catatan kuliah ini ditulis dengan banyak merujuk tulisan Bapak Koko Martono
dan Bapak Warsoma Djohan

MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

Daftar Isi
1 Teknik Pengintegralan
1.1 Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2 Menentukan anti-turunan . . . . . . . . . . .
1.2.1 Metode substitusi . . . . . . . . . . . .
1.2.2 Metode anti-turunan parsial . . . . . .
1.2.3 Metode substitusi yang merasionalkan
1.3 Integral fungsi rasional . . . . . . . . . . . . .
1.4 Integral fungsi trigonometri . . . . . . . . . .
2 Bentuk Tak Tentu dan Integral Tak Wajar
2.1 Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.2 Bentuk Tak Tentu . . . . . . . . . . . . . .
2.2.1 Bentuk tak tentu 0/0 . . . . . . . . .
2.2.2 Bentuk tak tentu / . . . . . . .
2.2.3 Bentuk tak tentu 0 . . . . . . . .
2.2.4 Bentuk tak tentu . . . . . .
2.2.5 Latihan . . . . . . . . . . . . . . . .
2.3 Integral Tak Wajar . . . . . . . . . . . . . .
2.3.1 Integral Pada Selang Hingga . . . . .
2.3.2 Integral Pada Selang Tak Hingga . .

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

1
1
2
2
2
3
4
5
6
6
7

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

3 Deret Tak Hingga


3.1 Barisan Tak Hingga . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.1.1 Kemonotonan . . . . . . . . . . . . . . . .
3.1.2 Kekonvergenan . . . . . . . . . . . . . . .
3.2 Deret Tak Hingga . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.3 Uji Kekonvergenan Deret Suku-suku Positif . . .
3.3.1 Uji Integral . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.3.2 Uji Banding . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.4 Deret Berganti Tanda . . . . . . . . . . . . . . . .
3.5 Deret Pangkat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.6 Deret Taylor dan Hampiran Taylor untuk Fungsi .

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

1
. 1
. 2
. 3
. 4
. 6
. 6
. 7
. 9
. 10
. 13

ii

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

1
1
2
2
3
4
5
7

4 Irisan Kerucut dan Koordinat Polar

MA1201 Kalkulus 2A

iii

K. Syuhada, PhD.

BAB 1
Teknik Pengintegralan
1.1

Pengantar

Integral atau anti turunan adalah salah satu konsep (penting) dalam matematika disamping derivatif atau turunan. Perhatikan:
y = f (x) = x2 ,
yang memiliki turunan
y = f (x) =

d
f (x) = 2 x.
dx

Sekarang, jika diketahui


f (x) = 2 x,
maka f (x) = x2 adalah salah satu anti-turunan yang sesuai. Secara umum,
sering kita tuliskan
f (x) = x2 + C,
dimana C konstanta.
Contoh diatas memberikan informasi bagi kita bahwa anti-turunan bersifat
tidak tunggal dan karenanya lebih sulit daripada turunan.

Perhatikan bahwa kita dapat menuliskan


df (x) = f (x) dx.
Atau,

df (x) = f (x) + C =

1.2

f (x) dx.

Menentukan anti-turunan

Bagaimana kita dapat menyelesaikan atau menentukan suatu anti-turunan?


Gunakan keterampilan teknis
Manfaatkan aturan dasar
(Beberapa) aturan dasar anti-turunan:
1.

k dx = k x + C

2.

xr dx =

3.

1
xr+1 , r = 1
r+1

ex dx = ex + C

4.

ax dx =

1 x
a +C
ln a

dst...

1.2.1

Metode substitusi

Metode substitusi merupakan salah satu metode/teknik/cara menyelesaikan


integral atau mencari anti turunan. Kuncinya adalah menentukan pemisalan/substitusi
MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

untuk suatu fungsi tertentu dengan tepat. Contoh:


2
x +1
dx
x2
mungkinkah kita memisalkan y = x2 1? atau y = x2 dan mencari
anti-turunan ?
atau memisalkan y = x 2 ?
Contoh lain,

ex
dx.
4 + 9 e2x
Selesaikan dengan memisalkan
y = ex ; y = e2x ; y = 9 ex ; y = 9 e2x ; y = 4 + 9 ex ; y = 4 + 9 e2x ; ?

1.2.2

Metode anti-turunan parsial

Teknik lain mencari anti-turunan adalah dengan metode anti-turunan parsial


atau integral parsial, dimana kita memanfaatkan konsep turunan dua fungsi.
Contoh, selesaikan

x cos x dx
Misalkan u = f (x), v = g(x),
d
(u v) = u v + u v
dx
d(u v) =
uv =
Jadi,

u dv = u v

v du

Untuk contoh

x cos x dx,

MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

misalkan
u = x,
atau
u = cos x, ?
Nampak bahwa metode integral parsial mendorong kita untuk mencari substitusi yang tepat. Bagaimana dengan

ln x dx,
yang terlihat seperti hanya melibatkan satu fungsi?

1.2.3

Metode substitusi yang merasionalkan

Metode ini dilakukan pada permasalahan mencari anti-turunan suatu fungsi


yang memuat akar, seperti

n
(ax + b)m dx
atau


a2 x2 dx,

dimana kita ingin menghilangkan tanda akar tersebut.


Merujuk namanya, metode/teknik ini mengharuskan kita melakukan pemisalan
atau substitusi, seperti
(ax + b) = un ,
untuk mencari anti-turunan

n
(ax + b)m dx.
Contoh,

3
x 4 dx,

MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

yang dapat diselesaikan dengan memisalkan


(x 4) = u3
atau
x = u3 + 4,
sehingga anti-turunan diatas dapat diselesaikan sebagai

( 6
)
3u + 12 u3 du

Untuk kasus mencari anti-turunan



a2 x2 dx,
dapat digunakan substitusi
x = a sin t, /2 t /2,
sehingga diperoleh

a2 x2 = a cos t
Perhatikan bahwa substitusi lain adalah
x = a tan t, /2 < t < /2,
atau
x = a sec t, 0 t , t = /2

1.3

Integral fungsi rasional

Mencari anti-turunan berbentuk seperti

14x + 1
dx,
x3 + 5x
adalah salah satu kajian penting karena melibatkan polinom
P (x) = 14x + 1
MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

dan
Q(x) = x3 + 5x
yang perlu diperhatikan derajat-nya.
Perhatikan bahwa pada kasus diatas, derajat pembilang (satu) lebih kecil daripada derajat penyebut (tiga). Dengan demikian, dapat dituliskan
14x + 1
A Bx + C
= + 2
3
x + 5x
x
x +5
dimana derajat pembilang satu tingkat lebih rendah daripada derajat penyebut. Dengan manipulasi aljabar, diperoleh
A = 1/5; B = 1/5; C = 14.
Pada prinsipnya, kita ingin menguraikan fungsi rasional P (x)/Q(x) menjadi
jumlahan beberapa fungsi rasional dengan derajat pembilang satu tingkat lebih
rendah dari derajat penyebut baik secara langsung, seperti
Bx + C
,
x2 + 5
ataupun tidak langsung, seperti
C
,
(2x + 5)2
dimana kata tidak langsung merujuk pada pemisalan y = 2x + 5 dengan
turunan konstan.
(untuk pandangan lain, lihat catatan kuliah W Djohan, 2012)
Diskusi:
Bagaimana kita mencari anti-turunan

x2 11x + 15
dx ?
(x 2)2 (x + 1)
Apakah dengan menguraikan
A
B
C
x2 11x + 15
=
+
+
?
2
2
(x 2) (x + 1)
x 2 (x 2)
x+1

MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

(dengan A = 2; B = 1; C = 3) Atau,
x2 11x + 15
B
C
=
+
?
2
2
(x 2) (x + 1)
(x 2)
x+1

1.4

Integral fungsi trigonometri

Kita ingin menyelesaikan anti-turunan fungsi trigonometri,

sinn x dx,
atau

cosn x dx,

untuk n genap atau ganjil. Atau,

sinm x cosn x dx,


pada beberapa kemungkinan nilai m dan n.
Tentunya tidak dapat kita lupakan aturan dasar anti-turunan seperti berikut
1.

sin x dx = cos x + C

2.

cos x dx = sin x + C

3.

sec2 x dx = tan x + C

4.

sec x tan x dx = sec x + C

dst...
MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

Contoh:
Selesaikan

sinm x dx,
untuk m = 2, 3, 4.

MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

BAB 2
Bentuk Tak Tentu dan Integral
Tak Wajar
2.1

Pengantar

Bentuk tak tentu? Bentuk apa?


Bentuk tak tentu yang dimaksud adalah bentuk limit dengan nilai seolaholah:
0
; ; 0 ; ; 00 ; 0 ; 1
0
Contoh:
lim

x0

sin x
x

dan

x x2
lim
,
x4
x4
yang apabila kita substitusikan titik limitnya, kita peroleh nilai
0
.
0
Pertanyaan:
Berapakah nilai limit diatas?

2.2

Bentuk Tak Tentu

2.2.1

Bentuk tak tentu 0/0

Kita akan menghitung


f (x)
,
g(x)

lim

xc

dengan
lim f (x) = 0 = lim g(x).

xc

xc

Cara penyelesaiannya dengan mengubah bentuk f (x)/g(x) (menguraikan


pembilang dan penyebut; merasional bentuk pecahan; menggunakan
rumus trigonometri dll) sehingga sifat-sifat limit fungsi dapat dipakai.
Contoh 1: hitunglah
sin x
x

lim

x0

Contoh 2: hitunglah

x x2
lim
x4
x4
Solusi:

x x2
lim
x4
x 4

( x 2)( x + 1)

= lim
x4 ( x 2)( x + 2)

x+1
= lim
x4
x+2
= 3/4

2.2.2

Bentuk tak tentu /

Misalkan kita akan menghitung


lim

f (x)
,
g(x)

MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

dengan
lim |f (x)| = = lim |g(x)|.

Cara penyelesaiannya dengan mengubah bentuk f (x)/g(x) (merasional bentuk pecahan; memunculkan bentuk 1/xn dengan n bilangan asli dll)
sehingga sifat-sifat limit fungsi dapat dipakai.
Contoh: hitunglah

x x2
lim
x
x4
(Perhatikan bahwa jika kita substikan titik limitnya, kita dapatkan nilai limit
berbentuk tak hingga per tak hingga)
Solusi:

x x2
lim
x
x 4

( x 2)( x + 1)

= lim
x ( x 2)( x + 2)

x+1
= lim
x
x+2

x(1 + 1x )
= lim
x
x(1 + 2x )

1 + limx x1

=
1 + 2 limx x1
=1

2.2.3

Bentuk tak tentu 0

Sekarang, pandang
lim f (x)g(x),

xc

dengan
lim f (x) = 0; lim |g(x)| = .

xc

xc

MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

Kita dapat menghitung limit diatas dengan cara mengubah bentuk f (x)g(x)
menjadi bentuk
f (x)
1/g(x)
sehingga diperoleh bentuk 0/0, atau menjadi bentuk
g(x)
1/f (x)
dengan bentuk /.
Contoh 1: hitunglah
(
)
lim x
sec 2x
x 4
4
Solusi:

)
sec 2x
x 4
4
x 4
= lim
x 4 cos 2x
lim

=
=
= 1/2
Contoh 2: hitunglah
(
)
1
lim sin
x
x
x

2.2.4

Bentuk tak tentu

Untuk menyelesaikan limit berbentuk ,


lim (f (x) g(x)),

dengan
lim f (x) = ; lim g(x) = ,

caranya penyelesaiannya dengan mengubah menjadi bentuk /.


MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

Contoh: hitunglah
(
)
lim
x2 + 2x x
x

Solusi: tuliskan

x2 + 2x + x
x2 + 2x x = x2 + 2x x
x2 + 2x + x
2
2
x + 2x x
=
x2 + 2x + x
2x
= (
)
x2 1 + x2 + x
=

2x
(
)
2
x
1+ x +1

Jadi,
lim

(
)
x2 + 2x x = 1

Dapatkah anda menghitung


(
)
lim
x2 3x + x ?
x

Solusi: 3/2

2.2.5

Latihan

Hitung

lim

x2 + x
2x 1

dan

x2 + x
lim
.
x 2x 1
Limit diatas berbentuk

MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

Perhatikan bahwa kita dapat menuliskan


(
)

x2 1 + x1
2
x +x
(
)
=
2x 1
x 2 x1
dan
untuk x berlaku sehingga
untuk x berlaku sehingga Jadi,
lim

x2 + x
= 1/2
2x 1

dan
lim

2.3

x2 + x
= 1/2.
2x 1

Integral Tak Wajar

2.3.1

Integral Pada Selang Hingga

Misalkan kita ingin menghitung

dx.
x1
Kita dapat (dengan mudah) menyelesaikannya dengan memisalkan y = x 1
sehingga

dx
x1

=
y 1/2 dy
= 2y 1/2 + C

=2 x1+C
Namun, bagaimana jika kita ingin menghitung integral tentu
5
1

dx ?
x1
1

MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

Kita tahu bahwa fungsi f (x) =

1
x1

kontinu pada selang (1, 5] dengan

1
lim+
= .
x1
x1
Apabila kita menghitung integral pada selang [1, 5], maka tindakan yang dilakukan dikatakan sebagai perhitungan integral tak wajar. Jadi,
5
1

dx
x1
1
5
1

= lim+
c1
x1
(1
)
= lim+ 2 x 1
c1

=4

2.3.2

Integral Pada Selang Tak Hingga

Pada bagian sebelumnya, kita melihat salah satu bentuk integral tak wajar
dimana integran bernilai tak hingga. Sekarang kita lihat bentuk lain dimana
integran kontinu dan terdefinisi di domainnya, namun integral yang kita hitung
memiliki (salah satu) batas tak hingga.
Contoh 1: hitunglah
0
1
dx
2
1 + x
yang mana kita tahu fungsi f (x) =
(, ).
Solusi:
0
1
dx
2
1 + x
0
1
dx
= lim
a a 1 + x2
(
)0
= lim
tan1 x
a
a
(
)
1
tan a
= lim

1
1+x2

kontinu dan terdefinisi di selang

= (/2)

MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

Contoh 2: hitunglah

1

dx
x(x + 1)
0
Solusi:
Perhatikan bahwa fungsi f (x) =

1
x(x+1)

kontinu pada selang (0, ) dengan

lim f (x) = .

x0+

Selain itu, integral tak tentunya

dx = 2 tan1 x + C
x(x + 1)
Jadi,

dx = = .
x(x + 1)

Bagaimana dengan

sin x dx, ?
0

MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

BAB 3
Deret Tak Hingga
3.1

Barisan Tak Hingga

Barisan adalah fungsi dengan daerah asal (domain) bilangan asli,


f : N R,
yang mana f (n) = an , dikenal sebagai barisan bilangan real {an }; an disebut sebagai suku ke-n atau rumus umum suatu barisan. Contoh:
an =

1
,
n

atau
1 1
{1, , , . . .}
2 3
Diskusi:
Mungkinkah ada rumus suku ke-n yang lain yang memberikan beberapa suku
pertama barisan yang sama dengan diatas?
Jawab: Ada!
a1 = 1; an+1 =

an
1 + an

Perhatikan bahwa rumus suku ke-n suatu barisan tidak tunggal.


Contoh: Tentukan rumus suku ke-n dari barisan-barisan berikut:
1. {1, 1, 1, 1, . . .}
2. { 82 , 25 , 42 , . . .}
1

Solusi:
1. an = (1)n+1 ; an = sin (n 12 )
2. an = 1 + n3 ; an = 12 n2 3n +

13
2

Apa (lagi) yang bisa kita lakukan terhadap suatu barisan?


Jawab: menyelidiki...
ke-monoton-an
ke-terbatas-an
ke-konvergen-an

3.1.1

Kemonotonan

Ilustrasi:
Selidiki kemonotonan barisan
1. an =

n+1
2n

2. an =

(1)n
n

3. an =

n!
2n

Untuk no 1, suku-suku barisannya adalah


3 2 5 3
1, , , , , . . .
4 3 8 5
yang cenderung mengecil (turun). Kita menduga bahwa barisan {an } monoton
turun. Apabila kita perhatikan secara teoritis rasio rumus suku ke-n + 1 dan
ke-n,
an+1
n2 + 2n
= 2
< 1, n N,
an
n + 2n + 1
maka an+1 < an , n N. Sehingga {an } merupakan barisan monoton turun.
Definisi:
Barisan bilang real {an } dikatakan monoton turun, jika untuk setiap n
N, an+1 < an .
(bagaimana definisi untuk barisan monoton tidak turun, naik, tidak naik?
barisan tidak monoton?)
MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

3.1.2

Kekonvergenan

Definisi:
Barisan bilang real {an } dikatakan konvergen ke a R, jika
lim an = a.

Barisan {an } yang tidak punya limit dikatakan divergen; limit barisannya
, , atau beroskilasi.
Contoh:
Barisan an =
lim

n+1
2n

konvergen ke

1
2

karena

n+1
1
= .
2n
2

Sedangkan barisan an = (1)n divergen karena


lim (1)n

tidak ada (beroskilasi).


Dapatkah anda menyelidiki kekonvergenan barisan
cn =

n2

sin
?
2n + 3
n

Solusi:
Barisan diatas dapat ditulis menjadi perkalian dua barisan
an bn
dengan
an = n sin

,
n

yang konvergen ke ; dan


bn =

n
,
2n + 3

yang konvergen ke 12 . Dengan demikian barisan {cn } konvergen ke 12 n.


Teorema:
Misakan barisan {an } konvergen ke a dan barisan {bn } konvergen ke b, maka
barisan-barisan
MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

{an bn } konvergen ke ab
{ abnn } konvergen ke ab , b = 0
{an + bn } konvergen ke a + b
{an bn } konvergen ke a b
Teorema:
Setiap barisan bilangan real yang konvergen selalu terbatas
Setiap barisan bilangan real yang monoton dan terbatas selalu konvergen
Latihan:
Selidiki kekonvergen barisan-barisan berikut dengan memanfaatkan sifat kemonotonan dan keterbatasan,
an =

1
1 2n

bn =

2n
n!

dan

3.2

Deret Tak Hingga

Pandang barisan {an }, lalu bentuklah barisan baru {sn } dengan


sn = a1 + a2 + + an =

ak ,

k=1

atau jumlah n suku pertamanya. Barisan {sn } disebut sebagai deret (tak
hingga) bilangan real.
Notasi deret:

an = a1 + a2 +

n=1

Sedangkan
sn =

ak ,

k=1

MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

disebut jumlah parsial ke-n dari deret

Deret
n=1 an dikatakan konvergen jika barisan jumlah parsialnya mempunyai
limit; dikatakan divergen jika limitnya tidak ada.
Contoh: Deret

n=1

1
n(n + 1)

dapat diselidiki kekonvergenannya dengan cara


tulis rumus jumlah parsialnya
hitung limitnya
Dengan demikian,
n

1
k(k + 1)
k=1
k=1
(
)
n
1
1
=

k
k+1
k=1

sn =

ak =

= ... = 1
dan

1
n+1

(
lim sn = lim 1

1
n+1

)
=1

Artinya, deret konvergen ke 1 (konvergen dengan jumlah 1).


Latihan:
Selidiki kekonvergenan deret-deret berikut

2n+1
1.
n=1 n2 (n+1)2
1
2.
n=1 n (deret harmonik)

n+1
3.
n=1 (1)
Teorema:
Jika deret
n=1 an konvergen maka
lim an = 0

MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

3.3

Uji Kekonvergenan Deret Suku-suku Positif

Menguji kekovergenan deret dengan suku-suku positif dapat dilakukan dengan


cara antara lain
1. Uji integral
2. Uji banding
3. Uji akar*

3.3.1

Uji Integral

Telah kita ketahui bahwa deret

1
1 1
= 1 + + + ...
n
2 3
n=1

divergen. Namun, untuk kepentingan pengujian kekonvergenan deret dengan


Uji Integral, maka kita anggap kita belum mengetahui bahwa deret tersebut
divergen.
Secara geometris, deret diatas memiliki arti luas persegipanjang dengan panjang alas 1 dan tinggi n1 , n = 1, 2, . . .. Jumlah luas persegipanjang ini lebih
besar dibandingkan luas daerah yang dibatasi oleh {x 1, 0 y x1 }. Dengan kata lain,

1
1
>
dx.
n
x
1
n=1
Sekarang, kita hitung integral tak wajar pada selang tak hingga

b
1
1
dx = lim
dx
b 1 x
x
1
(
)b
= lim ln x
b

= lim ln b
b

Akibatnya, deret
n=1
jarnya)
MA1201 Kalkulus 2A

1
n

divergen (karena lebih besar dari integral tak wa-

K. Syuhada, PhD.

Bagaimana dengan deret

1
?
2
n
n=1

Teorema:
Misalkan f fungsi kontinu, monoton turun, dan f (x) > 0 pada selang [1, ).

Jika integral tak wajar 1 f (x) dx konvergen/divergen, maka deret


n=1 f (n)
konvergen/divergen
Latihan: Selidiki kekonvergenan dari deret-deret berikut:

1
1.
n=1
2n+1

1
2.
n=2 n ln2 n
Solusi:
Integral tak wajar

1

dx = ,
2x + 1
1
sedangkan

2

3.3.2

1
1
dx =
.
2
ln 2
x ln x

Uji Banding

Teorema:

Misalkan deret-deret n=1 an dan n=1 bn adalah deret dengan suku-suku positif,

Jika an bn untuk semua n N dan n=1 bn konvergen, maka n=1 an


konvergen

Jika an bn untuk semua n N dan n=1 bn divergen, maka n=1 an


divergen
Latihan: Selidiki kekonvergenan deret-deret berikut

1. n=1 2n1+1
MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

2.

1
n=2 ln n

Teorema:

Misalkan deret-deret n=1 an dan n=1 bn adalah deret dengan suku-suku positif,
Jika
lim

an
= c, c > 0
bn

maka kedua deret konvergen atau divergen


Jika
lim

dan

n=1

an
=0
bn

bn konvergen maka

n=1

an konvergen

Jika
lim

dan

n=1

an
=
bn

bn divergen maka

n=1

an divergen

Latihan: Lakukan uji banding limit dengan deret lain pada

1. n=1 2n1+1

2. n=2 ln1n
untuk menyelidiki kekonvergenannya.
Pengujian kekonvergenan dengan uji integral atau uji banding dengan deret
lain seringkali tidak mudah; integral tak wajar sulit/tak dapat dihitung dan/atau
tidak dapat dicari deret pembandingnya. Kita dapat menguji kekonvergenan
suatu deret dengan suku deretnya sendiri.
Teorema:

Jika n=1 an deret dengan suku-suku positif dan


lim

an+1
=L
an

maka deret konvergen jika 0 L < 1 dan divergen bila L > 1.

MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

Latihan: Selidiki kekonvergenan deret-deret berikut

1. n=1 n+1
n!
2n
2. n=2 n3

3.4

Deret Berganti Tanda

Deret (ber)ganti tanda berbentuk:

(1)n+1 an = a1 a2 + a3 a4 + . . . ,

n=1

dimana suku-sukunya memiliki tanda positif negatif secara berselang-seling.


Seperti sebelumnya, kajian utama kita adalah menguji kekonvergenan deret
ganti tanda. Contoh:

n+1
= 1 1 + 1 1 + ...
1.
n=1 (1)

n+1 1n
2.
2
= 1 12 + 14 18 +
n=1 (1)
Solusi:
Divergen, Konvergen.
Teorema:
Jika barisan {an } memiliki suku-suku (kesemua sukunya) positif, monoton
turun dan limn an = 0, maka deret

(1)n+1 an

n=1

konvergen.
Selidiki kekonvergenan deret-deret berikut:

n+1 1
1.
n=1 (1)
n

1
n+1
2.
n=1 (1)
n ln n
Definisi:

Deret
n=1 an disebut konvergen mutlak jika deret

|an |

n=1

MA1201 Kalkulus 2A

K. Syuhada, PhD.

konvergen; disebut konvergen bersyarat jika deret

|an |

n=1

divergen.
Teorema:
Jika deret
n=1 an konvergen mutlak maka deret

an

n=1

konvergen.
Selidiki kekonvergenan deret-deret berikut:
(
)

n+1 n+1 n
(1)
1.
n=1
2n
2.

3.

3.5

sin

n=1
n=1

1
(2n1)
6

n n

(1)n

3n
n!

Deret Pangkat

Sejauh ini kita telah mempelajari deret yang jelas bentuk deretnya. Kini,
kita akan melihat deret yang tidak jelas, yang dinyatakan dalam x, seperti

xn = 1 + x + x2 + . . . , |x| < 1;

n=0

n! xn = 1 + x + 2 x2 + 6 x3 + . . . ;

n=0

(1)n n
x = .
n
n2
n=1

Catatan: Perhatikan himpunan x yang membuat deret konvergen/divergen.


Definisi:
Deret yang berbentuk

an (x c)n = a0 + a1 (x x) + a2 (x c)2 + . . .

n=0

MA1201 Kalkulus 2A

10

K. Syuhada, PhD.

dikatakan sebagai deret pangkat dalam (x c) atau deret pangkat berpusat di


c.
Perhatikan bahwa deret diatas konvergen untuk x = c. Adakah nilai x yang
lain yang menyebabkan deret tersebut konvergen?
Contoh 1: deret

1 n
x
n!
n=0

Contoh 2: deret

(1)n n
x
n
n2
n=0

yang mana
an+1
n an
=
1
= |x|
2
lim

Artinya, deret akan konvergen mutlak untuk 12 |x| < 1 (atau |x| < 2) dan
divergen untuk 12 |x| > 1 (atau |x| > 2). Namun untuk x = 2,

(1)n n
1 1 1
2
=
1
+
+ + ...
n
n
2
2
3 4
n=0

konvergen; untuk x = 2,

(1)n
1 1 1
(2)n = 1 + + + + . . .
n
n2
2 3 4
n=0

divergen. Jadi, deret

(1)n n
x
n 2n
n=0

kovergen untuk 2 < x 2 atau (2, 2].


Catatan: Himpunan semua x dimana deret pangkat konvergen dikatakan sebagai selang kekonvergenan deret.
MA1201 Kalkulus 2A

11

K. Syuhada, PhD.

Teorema:

n
Jika deret pangkat
n=0 an x konvergen di x1 = 0, maka deret tersebut
konvergen mutlak untuk |x| < |x1 |

n
Jika deret pangkat
n=0 an x divergen di x1 , maka deret tersebut divergen untuk |x| > |x1 |

Teorema:
Deret pangkat kovergen hanya untuk x = 0
Deret pangkat kovergen mutlak untuk setiap x R
Terdapat suatu r > 0 sehingga deret pangkat konvergen mutlak untuk
|x| < r dan divergen untuk |x| > r (r > 0 adalah jari-jari kekonvergenan)
Latihan: Tentukan jari-jari dan selang kekonvergenan deret
(1)n+1 2n
1.
(x 3)n
n=0
n2

n+1
2.
(n + 1) (x 1)n
n=0 (1)
Teorema:
Misalkan deret pangkat

an xn

n=0

memiliki jari-jari kekonvergenan r > 0. Maka, fungsi f (x) =


dapat diturunkan pada (r, r) dengan

f (x) =

n=0

an xn

n an xn1

n=0

Teorema:
Misalkan deret pangkat

an xn

n=0

MA1201 Kalkulus 2A

12

K. Syuhada, PhD.


n
memiliki jari-jari kekonvergenan r > 0. Maka, fungsi f (x) =
n=0 an x
dapat diintegralkan pada setiap selang bagian tertutup dari (r, r) dan untuk
setiap x (r, r) berlaku

f (t) dt =
0

n=0

an
xn+1
n+1

Teorema Abel:

n
Jika f (x) =
n=0 an x , |x| < 1 dan deret
n=0 an konvergen, maka

an = lim f (x)
x1

n=0

dan

(1)n an = lim+ f (x).

n=0

3.6

x1

Deret Taylor dan Hampiran Taylor untuk


Fungsi

Ilustrasi:
Perhatikan fungsi f (x) = ex yang dapat diuraikan menjadi
ex = 1 + x +

x2 x3
+
+ . . . , x R,
2
6

Bagaimana kita dapat menguraikan fungsi tersebut?


Seberapa banyak (sampai berapa suku) kita harus menguraikannya?
Deret pangkat
f (x) = a0 + a1 x + a2 x2 + . . . =

an xn

n=0

dapat diturunkan suku demi suku sampai tingkat tak hingga,


f (n) (x) = n!an + 2.3 . . . n(n + 1)an+1 x + . . . ,
untuk |x| < r.
MA1201 Kalkulus 2A

13

K. Syuhada, PhD.

Apabila kita mengambil x = 0,


f (0) = a0 ,
f (0) = a1 ,
f (0) = 2!a2
..
.
f (n) (0) = n!an
atau
a0 = f (0); a1 =

f (0)
f (0)
f (n) (0)
; a2 =
; . . . ; an =
1!
2!
n!

Dengan demikian, deret pangkat dapat ditulis


f (x) = f (0) +

f (0)
f (0) 2
f (n) (0) n
x+
x + ... +
x + ...,
1!
2!
n!

atau

f (n) (0) n
f (x) =
x ,
n!
n=0

untuk |x| < r, r > 0 jari-jari kekonvergenan, dan f (0) (0) = f (0).
Deret tersebut dikenal dengan nama Deret MacLaurin.
Jika titik pusatnya digeser ke c, maka

f (n) (c)
f (x) =
(x c)n ,
n!
n=0

untuk |x c| < r, r > 0 jari-jari kekonvergenan dan f (0) (c) = f (c). Deret ini
disebut Deret Taylor yang berpusat di c dari fungsi f .
Latihan: Tentukan deret Taylor dan selang kekonvergenan dari fungsi f berikut
di titik c,
1. f (x) = sin x di c =
2. f (x) = ln x di c = e
Seberapa banyak (sampai berapa suku) kita harus menguraikan deret Taylor
di titik c?
MA1201 Kalkulus 2A

14

K. Syuhada, PhD.

Perhatikan bahwa kita dapat menuliskan deret Taylor sebagai


f (x) = Pn (x) + Rn (x)
dimana
n

f (k) (c)
Pn (x) =
(x c)k
k!
k=0

dan
Rn (x) =

f (n+1) ()
(x c)n+1
(n + 1)!

dengan diantara c dan x.


Teorema:
Misalkan fungsi f dapat diturunkan sampai tingkat tak hingga pada selang
(c r, c + r). Misalkan barisan bilangan real {Mn } konvergen ke nol. Jika
untuk setiap n N, x, (c r, c + r) berlaku
n

f ()

n

(x

c)
n!
Mn
maka fungsi f dapat dinyatakan sebagai Deret Taylor pada selang (cr, c+r).
Latihan: Hitunglah,
1. e
2. ln 5
dengan ketelitian sampai 4 desimal

MA1201 Kalkulus 2A

15

K. Syuhada, PhD.

BAB 4
Irisan Kerucut dan Koordinat
Polar
Silakan merujuk Catatan Kuliah dari Bapak Warsoma Djohan seperti yang
disampaikan di kelas

Anda mungkin juga menyukai