PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang bersifat mengalir,
sehingga perlakuan air di hulu akan member dampak di hilir. Pencemaran di hulu
akan menyebabkan biaya sosial di hilir (extematily effect) dan pelestarian di hulu
akan bermanfaat di hilir. Sungai sangat bermanfaat bagi manusia dan juga
bermanfaat bagi biota air.
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang
banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan
kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Perlu upaya pelestarian dan
pengendalian air, untuk menjaga kualitas air atau mencapai kualitas air sehingga
dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang
dikehendaki. Pengelolaan kuaitas air dilakukan dengan upaya pengendalian
pencemaran air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air
memenuhi baku mutu. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia,
baik untuk keperluan hidup sehari-hari, keperluan industri, untuk kebersihan
sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Saat ini air menjadi masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius.
Karena air telah tercemar oleh limbah limbah dari berbagai hasil kegiatan
manusia, sehingga untuk memperoleh air yang baik sesuai dengan standar tertentu
diperlukan biaya yang cukup mahal. Secara kualitas, sumber daya air telah
mengalami penurunan. Begitu pula secara kuantitas yang sudah tidak dapat
memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat.
Pencemaran sungai di banyak wilayah di Indonesia telah mengakibatkan
terjadinya krisis air bersih. Kurangnya kesadaran warga sekitar serta lemahnya
pengawasan pemerintah dan keengganan mereka untuk melakukan penegakan
hukum yang benar menjadikan masalah pencemaran sungai menjadi hal yang
kronis yang semakin lama semakin parah.
Pencemaran berbagai zat kimia berbahaya di Sungai Kapuas di
Kalimantan Barat saat ini sudah terjadi mulai bagian hulu hingga hilir sungai.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.1.5
1.1.6
1.1.7
1.3
TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tulisan ini bertujuan untuk mengupas
mengenai pencemaran sungai yang terjadi di beberapa daerah hulu dan hilir
Sungai Kapuas yang menjadi sumber air baku masyarakat yang dikelola oleh
PDAM daerah setempat. Secara khusus akan dibahas sumber, dampak dan
pencegahan serta penanggualangan pencemaran sungai yang tentu saja tidak lepas
dari pengertian dan perspektif hukum dari pencemaran sungai serta indikator
pencemaran tersebut. Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai dampak
pencemaran sungai beserta cara penanggulangan, timbul kesadaran dari kita
semua akan betapa pentingnya sungai bagi kehidupan yang pada akhirnya
pencemaran sungai dapat dikurangi sehingga didapat sumber air yang aman dan
sesuai baku mutu.
BAB II
PENCEMARAN SUNGAI
2.1
Pencemaran Sungai
Air merupakan sumber kehidupan di muka bumi ini, kita semua bergantung pada
air. Untuk itu diperlukan air yang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Tapi
pada akhir-akhir ini, persoalan penyediaan air yang memenuhi syarat menjadi
masalah seluruh umat manusia. Dari segi kualitas dan kuantitas air telah
berkurang yang disebabkan oleh pencemaran.
Pencemaran air sungai terjadi apabila dalam air sungai terdapat berbagai macam
zat atau kondisi yang dapat menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan,
sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air
dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan
tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu, sebagai contoh
suatu sungai yang mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit
masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga
listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak pernah
ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponenkomponen lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air sungai,
pencemaran air laut, pencemaran air tanah dan pencemaran udara. Dengan
demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang
ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.
dalam tubuh biasanya melalui makanan dan dapat tertimbun dalam organ-organ
tubuh seperti ginjal, hati, limpa saluran pencernaan lainnya sehingga mengganggu
fungsi organ tubuh tersebut.
d) Bahan pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme
yaitu senyawa organik berasal dari pestisida, herbisida, polimer seperti plastik,
deterjen, serat sintetis, limbah industri dan limbah minyak. Bahan pencemar ini
tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme, sehingga akan menggunung
dimana-mana dan dapat mengganggu kehidupan dan kesejahteraan makhluk
hidup.
e) Bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti senyawa nitrat,
senyawa fosfat dapat menyebabkan tumbuhnya alga (ganggang) dengan pesat
sehingga menutupi permukaan air. Selain itu akan mengganggu ekosistem air,
mematikan ikan dan organisme dalam air, karena kadar oksigen dan sinar
matahari berkurang. Hal ini disebabkan oksigen dan sinar matahari yang
diperlukan organisme dalam air (kehidupan akuatik) terhalangi dan tidak dapat
masuk ke dalam air.
f) Bahan pencemar berupa zat radioaktif, dapat menyebabkan penyakit kanker,
merusak sel dan jaringan tubuh lainnya. Bahan pencemar ini berasal dari limbah
PLTN dan dari percobaan-percobaan nuklir lainnya.
g) Bahan pencemar berupa endapan/sedimen seperti tanah dan lumpur akibat
erosi pada tepi sungai atau partikulat-partikulat padat/lahar yang disemburkan
oleh gunung berapi yang meletus, menyebabkan air menjadi keruh, masuknya
sinar matahari berkurang, dan air kurang mampu mengasimilasi sampah.
h) Bahan pencemar berupa kondisi (misalnya panas), berasal dari limbah
pembangkit tenaga listrik atau limbah industri yang menggunakan air sebagai
pendingin. Bahan pencemar panas ini menyebabkan suhu air meningkat tidak
sesuai untuk kehidupan akuatik (organisme, ikan dan tanaman dalam air).
Tanaman, ikan dan organisme yang mati ini akan terurai menjadi senyawasenyawa organik. Untuk proses penguraian senyawa organik ini memerlukan
oksigen, sehingga terjadi penurunan kadar oksigen dalam air.
Secara garis besar bahan pencemar air tersebut di atas dapat dikelompokkan
menjadi:
1.
2.
3.
4.
5.
2.3
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
a. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
tingkatkejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya
perubahanwarna, bau dan rasa,
b. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
zatkimia yang terlarut dan perubahan pH,
c. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air sungai terbagi
dua jenis, yaitu parameter kimia dan parameter fisika. Parameter kimia antara lain
derajat keasaman (pH), Biologycal Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen
Demand (COD), Dissolved Oxygen (DO), lemak dan minyak, serta Nitrogen
amoniak (NH3 N), Sedangkan parameter fisika antara lain suhu, Total
Suspended Solid(TSS) dan Total Dissolved Solid (TDS).
2.3.1
Parameter Kimia
termasuk kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan pH 7 adalah kondisi
netral. Air limbah dan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya
akan mengganggu kehidupan biota akuatik.
b) Biologycal Oxygen Demand (BOD), Kebutuhan oksigen Biokimia atau BOD
adalah
banyaknya
oksigen
yangdibutuhkan
oleh
mikroorganisme
untuk
e) Lemak dan Minyak, Merupakan zat pencemar yang sering dimasukkan kedalam
kelompokpadatan, yaitu padatan yang mengapung di atas permukaan air. Menurut
Sugiharto (1987), bahwa lemak tergolong benda organik yang relatif tidak mudah
teruraikan oleh bakteri. Terbentuknya emulsi air dalam minyak akan membuat
lapisan yang menutup permukaan air dan dapat merugikan, karena penetrasi sinar
matahari ke dalam air berkurang serta lapisan minyak menghambat pegambilan
oksigen dari udara sehingga oksigen terlarut menurun. Untuk air sungai kadar
maksimum lemak dan minyak 1 mg/l.
f) Nitrogen Amoniak(NH3-N), Merupakan salah satu parameter dalam menentukan
kualitas air, baik airminum maupun air sungai. Amoniak berupa gas yang berbau
tidak enak sehingga20 kadarnya harus rendah, pada air minum kadarnya harus nol
sedangkan air surgai kadarnya 0.5 mg/l.
2.3.2 Parameter Fisika
a) Suhu, Menurut Effendi (2003), suhu dari suatu badan air dipengaruhi
olehmusim, lintang (latitute),ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam
hari,sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air,
adalahsalah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme, karena
suhumempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun pengembangbiakan
dariorganisme-organisme tersebut.
b) Total Suspended Solid (TSS),Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi
adalah padatan yangmenyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat
mengendap. Padatantersuspensi terdiri dan partikel-partikel yang ukuran maupun
beratnya lebih kecildari pada sedimen, seperti bahan-bahan Organik tertentu,
tanah liat dan lainnya.Partikel menurunkan intensitas cahaya yang tersuspensi
dalam air umumnyaterdiri dari fitoplankton, zooplankton, kotoran hewan, sisa
tanaman dan hewan,kotoran manusia dan limbah industri.
c) Total Dissolved Solid (TDS),Total Dissolved Solid atau padatan terlarut adalah
padatan-padatan yangmempunyai ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi.
Bahan-bahan terlarutpada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika
berlebihan
dapatmeningkatkan
nilai
kekeruhan
yang
selanjutnya
akan
2.4
Pencemaran air sungai dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu pencemaran sungai
yang disebabkan oleh alam dan pencemaran sungai yang disebabkan oleh ulah
manusia. Pencemaran sungai yang disebabkan oleh alam antara lain akibat
desposisi asam, kebakaran hutan, meletusnya gunung berapi, serta endapan hasil
erosi. Sementara pencemaran sungai yang disebabkan oleh ulah manusia terbagi
menjadi beberapa sumber pencemaran, antara lain limbah industri, limbah
pemukiman, limbah pertanian, limbah rumah sakit, dan limbah pertambangan.
2.4.1
yang
bervolume
kecil
menyebabkan
sungai
keruh
dan
d) Endapan Hasil Erosi, Tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan mengalami
pengendapan di bagian hilir sungai. Ancaman yang muncul adalah meluapnya
sungai bersangkutan akibat erosi yang terus menerus.Ketika air hujan tidak lagi
memiliki penghalang dalam menahan lajunya maka ia akan membawa seluruh
butir tanah yang ada di atasnya untuk masuk kedalam sungai-sungai yang ada.
Akibatnya adalah sungai menjadi sedikit keruh. Hal ini akan terus berulang
apabila ada hujan di atas gunung ataupun di hulu sungai sana.
2.4.2
anak dapat menyebabkan Pink Disease/ acrodynia, alergi kulit dan disease/
mucocutaneous lymph node syndrome.
b) Limbah Pemukiman, Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa
sampah organik dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah
sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri. Contohnya sisa-sisa
sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik seperti
kertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit.
Sampah-sampah ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable). Sampah
organik yang dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen
terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya.
Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat
terhalang dan menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang
menghasilkan oksigen. Tentunya anda pernah melihat permukaan air sungai atau
danau yang ditutupi buih deterjen. Deterjen merupakan limbah pemukiman yang
paling potensial mencemari air. Pada saat ini hampir setiap rumah tangga
menggunakan deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar diuraikan oleh
bakteri sehingga tetap aktif untuk jangka waktu yang lama. Penggunaan deterjen
secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau
danau. Fosfat ini merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok.
Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan
permukaan air danau atau sungai tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya
matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis. Jika tumbuhan air
ini mati, akan terjadi proses pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen
dan pengendapan bahan-bahan yang menyebabkan pendangkalan.
c) Limbah Pertanian, Pupuk dan pestisida biasa digunakan para petani untuk
merawat tanamannya. Namun pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan
dapat mencemari air. Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang
pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan gulma
air yang tidak terkendali ini menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan
pencemaran oleh deterjen.
Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik.
Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian
dimakan hewan atau manusia orang yang memakannya akan keracunan. Untuk
mencegahnya, upayakan agar memilih insektisida yang berspektrum sempit
(khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradabel (dapat terurai
oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan. Jangan
membuang sisa obet ke sungai. Sedangkan pupuk organik yang larut dalam air
dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi,
ganggang dan tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian akan
mengancam kelestarian bendungan. bemdungan akan cepat dangkal dan biota air
akan mati karenanya.
Selain itu penggunaan pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak
struktur tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat
ditanami jenis tanaman tertentu karenahara tanah semakin berkurang. Penggunaan
pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang
berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah
organisme di dalamnya. Sedangkan penggunaan pestisida yang terus menerus
akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.
2.5
Pada saat ini, limbah kegiatan industri dikatakan telah mengancam seluruh.negeri.
Hal ini disebabkan karena melalui mekanisme alam seperti tiupan angin, aliran air
sungai, daya rambat di tanah melalui difusi limbah tersebut dapat menyebar ke
mana-mana.
Buangan di perairan menyebabkan masalah kehidupan biota dalam bentuk
keracunan
bahkan
kematian.
Gangguan
terhadap
biota
perairan
telah
menimbulkan dampak penurunan kualitas dan kuantitas biota perairan (ikan dan
udang). Kelebihan pupuk yang dialirkan ke rawa atau ke danau dapat
menimbulkan suburnya enceng gondok. Selain itu, erosi lumpur yang terbawa ke
laut kemudian diendapkan mengakibatkan tertutupnya permukaan karang yang
pada akhirnya menyebabkan kematian karang.
Akibat pencemaran itu kehidupan dalam air dapat terganggu dengan mematikan
binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan dalam air karena oksigen yang terlarut
dalam air akan habis dipakai untuk dekomposisi aerobik dari zat-zat organik yang
banyak terkandung dalam air buangan.
2.
Buangan air panas meskipun tidak langsung membunuh biota air, dapat
merubah kondisi dari lingkungan hidupnya. Akibatnya, satu jenis akan
tumbuh dan berkembang lebih cepat sedang yang lain justru dapat
terhambat. Kelakuan ikan yang selalu berpindah (migration) dapat berubah
disebabkan adanya perubahan suhu yang relatif cepat pada jarak yang
pendek.
3.
Lumpur erosi sebagai akibat pengelolaan tanah yang kurang baik dapat
diendapkan di pantai-pantai dan mematikan kehidupan karang atau merusak
tempat berpijak biota perairan.
4.
5.
anaerobik, sehingga air sungai busuk, dan tidak sehat bagi pertumbuhan
mikroorganisme flora dan fauna air itu. Lingkungan hidup yang demikian ini
sudah rusak dan tidak layak lagi bagi kebutuhan hidup kita (Ardhana, 1994).
BAB III
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUNGAI
3.1
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
pencemaran sungai :
1.
4.
(IPAL),
5.
Reboisasi
6.
7.
3.2
a.
Polutan makhluk hidup atau polutan biologi, air sungai dapat tercemar oleh
bakteri yang ada disampah dan kotoran
b.
Polutan zat disebut juga polutan kimia. Air sungai dapat tercemar oleh limbah
kimia, seperti logam merkuri.
c.
Polutan energy, disebut juga polutan fisik. Sungai dapat terkena polutan fisik,
seperti panas dan radiasi.
Definisi
pencemaran
air,
menurut
Surat
Keputusan
Menteri
Negara
Kegiatan pertambangan
Aktivitas penambangan tanpa izin (PETI) merupakan penyebab terbesar
terjadinya pencemaran di sungai Kapuas, karena merkuri merupakan bahan kimia
yang biasa digunakan untuk memurnikan butiran emas pada penambangan emas
tanpa izin. Hasil penelitian di Sekadau, ditemukan kandungan merkuri (Hg)
mencapai 0,2 ppb (parts per billion) dua kali lipat di atas ambang batas normal.
Penelitian di Kabupaten Sintang menemukan kandungan Hg hingga 0,4 ppb.
Pencemaran di hulu akan berdampak pula di hilir sungai. Mudahnya merkuri
dijual di pasaran Kalbar, baik dalam kemasan kantung maupun botol plastik, turut
mendukung kegiatan PETI. Harga senyawa yang dipakai untuk aktivitas
Penambangan Emas Tanpa Izin ini pun amat terjangkau bila dibandingkan dengan
harga emas yang melangit. Selain Hg, kegiatan pertambangan juga menghasilkan
cadmium dan timbal sebagai hasil dari limbah pertambangan.
2.
Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dapat berdampak buruk pada
sungai, karena pada saat hujan, tidak ada lagi pohon yang menahan aliran air
tanah, sehingga air akan mengalir kembali ke sungai bersama-sama tanah atau
lumpur sehingga dapat mengakibatkan pendangkalan dan kekeruhan air sungai.
Perlu adanya kerja sama dengan pemerintah, karena pembukaan lahan untuk
perkebunan harus memperhatikan tata ruang wilayah agar terhindar dari dampak
lingkungan yang merugikan masyarakat.
3.
4.
Limbah pertanian
Kegiatan pertanian dapat menyebabkan pencemaran terutama karena penggunaan
pupuk buatan, pestisida dan herbisida yang terbawa air hujan dan akhirnya masuk
ke aliran sungai. Pencemaran tersebut dapat meracuni organisme air dan manusia
yang menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari.
Dampak Yang Ditimbulkan Dari Pencemaran Air Sungai Kapuas
1.
2.
Bahan pencemar cadmium sangat mirip dengan seng, dan kedua metal tersebut
sering terlibat bersama-sama dalam siklus biogeokimia, karena kemiripan sifat
kimianya dengan seng, cadmium dapat menggantikan seng dalam kegiatan
enzimatis. Kedua logam tersebut berada di dalam air dengan biloks 2 +. Cadmium
dapat berefek pada manusia, yaitu tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, dan
kerusakan dari sel-sel darah merah .
3.
Timbale selain berasal dari limbah pertambangan juga dapat berasal dari bahan
bakar yang mengandung timbale. Daya racun timbale yang akut pada perairan
menyebabkan kerusakan hebat pada ginjal, system reproduksi, hati dan otak, serta
system syaraf sentral dan bisa menyebabkan kematian.
4.
5.
Unsure hara yang berasal dari pupuk dapat menyebabkan eutrofikasi pada
perairan. Istilah eutrofikasi berasal dari bahasa Yunani berarti nutrisi / hara baik,
yang menjelaskan suatu kondisi dari suatu danau atau penampungan / sumber air
yang menyebabkan kemerosotan dari kualitas airnya. Langkah pertama eutrofikasi
dari badan air adalah adanya masukan dari hara-hara tanaman yang berasal dari
air buangan hara atau nutrient mencapai badan air yang kemudian menghasilkan
sejumlah besar biomas tanaman melalui fotosintesis. Salah satu tanaman yang
dapat tumbuh adalah ganggang. Pertumbuhan ganggang yang cepat dan kemudian
mati membutuhkan banyak oksigen untuk menguraikannya, sehingga sungai
menjadi kekurangan oksigen dan mendorong pertumbuhan organism anaerob.
6.
7.
Penggunaan sabun dan dampak penggunaan detergen. Sabun yang masuk dalam
system akuatik biasanya langsung terendap sebagai garam-garam kalsium dan
magnesium, dengan biodegridasi, sabun secara sempurna dapat dihilangkan dari
lingkungan sehingga sabun tidak menyebabkan masalah pencemaran yang
penting. Detergen yang masih menggunakan surfaktan ABS, sangat lambat diurai
oleh bakteri pengurai, sehingga perairan akan dipenuhi oleh busa. Selain itu dapa
menyebabkan penurunan tegangan permukaan air,pemecahan kembali dari
gumpalan (flock) koloid, pengemulsian gemuk dan minyak dan pemusnahan
bakteri yang berguna. Saat ini ABS diganti dengan LAS.
B.
:KEP-02/MENKLH/I/1988
Tentang
Penetapan
Baku
Mutu
Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2.
Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah
sebagai air minum, dan keperluan rumah tangga.
3.
Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4.
Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan
dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industry dan listrik Negara.
Penentuan kelayakan konsumsi air sungai Kapuas, dapat melaui pengukuran
dengan parameter kualitas limbah.
Beberapa parameter kimia kualitas air antara lain sebagai berikut.
DO (Dissolved Oxcygen)
DO adalah kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin kecil nilai DO dalam air,
maka tingkat pencemarannya semakin tinggi.
pH
nilai pH limbah cair adalah ukuran keasaman atau kebasaan limbah. Air yang
tidak tercemar memiliki pH antara 6,5-7,5. Air yang mempunyai pH lebih kecil
atau lebih besar dari pH normal tidak cocok untuk kehidupan mikroorganisme.
Beberapa parameter fisika antara lain :
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic
maupun anorganic, mis : garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS
meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per Million (PPM) atau
sama dengan milligram per Liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi diatas
seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan
yang berdiameter 2 micrometer (210-6 meter).
2.
3.
4.
Peningkatan kedisiplinan.
5.
6.
7.
8.
9.