kebakaran. Maka bila terjadi kebakaran akan banyak pihak yang akan
merasakan kerugiannya, antara lain pihak investor, para pekerja,
pemerintah maupun masyarakat luas.
Sesuai dengan Undang undang No. 1 Bab III pasal 3 tahun 1970
mengenai Keselamatan Kerja :
Syarat syarat keselamatan kerja yang berhubungan dengan
penanggulangan kebakaran antara lain mencegah, mengurangi,
dan memadamkan kebakaran, penyediaan sarana jalan untuk
menyelamatkan diri, pengendalian asap, panas dan gas serta
melakukan latihan bagi semua karyawan.
Masih ingat kasus kebakaran yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya ?
Jumlah kasus yang terjadi banyak, data yang diperoleh dari Dinas
Kebakaran Jakarta Barat menunjukkan frekuensi kebakaran yang
terjadi pada industri kimia pada tahun 2005 sebanyak 10 kasus
kebakaran, tahun 2006 sebanyak 9 kasus kebakaran dan tahun 2007
sebanyak 5 kasus kebakaran di industri kimia. Dan kasus kebakaran
lain yang terjadi di Industri kimia adalah kejadian kebakaran di PT.
Petro widada, Gresik yang mengakibatkan 59 korban jiwa yaitu 3
orang meninggal dunia dan 59 orang luka luka, dari hasil penelitian
Bappedal Jawa Timur kebakaran ini ditimbulkan oleh terbakarnya
bahan bahan kimia hasil produksi.
Tingginya angka kasus kebakaran di industri menunjukkan bahwa
kasus kebakaran merupakan salah satu bentuk kecelakaan atau
musibah yang memerlukan perhatian khusus, terbukti dengan dampak
kebakaran tersebut dapat menelan kerugian yang sangat besar.
Dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya terjadi kebakaran
yang sebenarnya tidak sengaja (real fire), dan kebakaran yang
disengaja (arson fire).
Manajemen Penanggulangan Bahaya Kebakaran adalah suatu sistem
penataan dini dalam rangka mencegah dan mengendalikan bahaya
kebakaran sehingga kerugian berupa meterial dan jiwa manusia dapat
dicegah atau diminimalkan, yang diwujudkan baik berupa kebijakan
dan prosedur yang dikeluarkan perusahaan, seperti inspeksi
peralatan, pemberian pendidikan dan pelatihan bagi
penghuni/pekerja, penyusunan rencana tindakan darurat kebakaran,
Sumber
O Fire Nyala
Fuel
Gambar 2.1 : Segi tiga api
Sumber : Depertemen Tenaga Kerja, 1997
Akan tetapi dalan studi lanjut mengenai fisika dan kimia, menyatakan
bahwa peristiwa pembakaran mempunyai tambahan teori lagi yang
disebut dengan bidang empat api (tetrahedron of fire). Teori ini
mengemukakan dimana sisi dasar yang keempat yaitu adanya suatu
rantai reaksi pembakaran yaitu CO, CO, SO, asap dan gas.
Reaksi berantai
Bahan bakar
Sumber panas
Zat pengoksidasi
Gambar 2.2 : Bidang 4 api
Sumber : Depertemen Tenaga Kerja, 1997
2.1.2 Pengertian tentang kebakaran
Kebakaran adalah reaksi kimia yang berlangsung cepat serta
memancarkan panas dan sinar. Reaksi kimia yang timbul termasuk
jenis reaksi oksidasi.
Menurut Direktorat pengawasan keselamatan kerja Ditjen pembinaan
pengawasan ketenagakerjaan, 2001:8) Kebakaran adalah api yang
tidak dikehendaki, boleh jadi api itu kecil tetapi tidak dikehendaki
adalah termasuk kebakaran
Sedangkan menurut Depertemen Tenaga Kerja dalam bukunya yang
berjudul Training Material K3 bidang penanggulangan kebakaran
(1997) menyatakan bahwa, kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi
eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar
yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan. Bahan bakar
dapat berupa bahan padat, cair atau uap/gas akan tetapi bahan bakar
yang terbentuk uap dan cairan biasanya lebih mudah menyala.
3. Tegangan listrik
Banyak titik kelemahan pada instalasi listrik yang dapat mendorong
terjadinya kebakaran yaitu karena hubungan pendek yang
menimbulkan panas dan bunga api yang dapat menyalakan dan
membakar komponen lain.
C. Faktor Alam
Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat
faktor alam adalah : Petir dan gunung meletus yang dapat
menyebabkan kebakaran hutan yang luas dan juga perumahan
perumahan yang dilalui oleh lahar panas dan lain lain.
Penyebab terjadinya kebakaran kebakaran di industri
Jika diatas disebutkan beberapa penyebab kebakaran di industri,
dapat terjadi kerena beberapa hal :
1. Nyala api atau sumber api
Sumber api bebas, percikan api, maupun putung rokok yang dapat
menyebabkan kebakaran jika terjadi kontak dengan bahan bahan
yang mudah terbakar.
2. Gangguan aliran listrik
ILO (1992) menyatakan bahwa gangguan listrik merupakan penyebab
utama kebakaran dalam industri.
3. Ledakan cairan atau uap yang bertemperatur dan bertekanan
tinggi.
4. Ledakan atau kebocoran unsur kimia.
Secara lebih lengkap, sebuah analisis terhadap 25.000 kebakaran
yang dilaporkan ke badan bantuan teknik pabrik (Factory Manual
Engineering Coorporation) diketahui beberapa penyebab umum pada
kebakaran di industri yang dapat di tampilan pada tabel 2.1:
TABEL 2.1
DISTRIBUSI PEYEBAB TERJADINYA KEBAKARAN UMUM DI
INDUSTRI
NO PENYEBAB PROSENTASE (%)
1 Gangguan listrik 23
2 Merokok 18
3 Gesekan oleh mesin yang menimbulkan panas yang terlalu tinggi 10
4 Bahan yang terlalu panas 8
5 Permukaan panas 7
6 Nyala pembakar/ brander 7
7 Letikan api 5
8 Perapian spontan 4
9 Pengelasan atau pemotongan 4
10 Letikan mekanis 2
11 Lelehan bahan 2
12 Reaksi kimia 1
13 Petir 1
14 Sebab lain 1
Sumber : (Dalam Skripsi Muhammad Asep Ramdan, 2000)
2.1.4 Klasifikasi kebakaran
Klasifikasi kebakaran ialah penggolongan atau pembagian kebakaran
berdasarkan jenis bahayanya, dengan adanya klasifikasi tersebut
akan lebih mudah, cepat dan lebih tepat dalam pemilihan media
pemadam yang digunakan untuk memadamkan kebakaran. Dengan
mengacu pada standar (Depnaker, Traning Material K3 bidang
penanggulangan kebakaran :1997:14).
Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2004:24)
terdapt dua versi standar klasifikasi jenis kebakaran yang sedikit agak
berbeda. Klasifikasi jenis kebakaran menurut standar inggris yaitu
LPC (Loss Prevention Committee) menetapkan klasifikasi kebakaran
dibagi dalam dua klas A, B, C, D, E sedangkan Standar Amerika yaitu
NFPA (National Fire Prevention Assosiation), menetapkan klasifikasi
kebakaran menjadi klas A, B, C, D pengklasifikasian menurut jenis
material yang terbakar seperti dalam tabel 2.2 berikut :
TABEL 2.2
DISTRIBUSI TENTANG KLASIFIKASI KEBAKARAN
STANDAR AMERIKA (NFPA) STANDAR INGGRIS (LPC)
KELAS JENIS KEBAKARAN KELAS JENIS KEBAKARAN
A Bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang, kertas, tekstil,
plastik dan sejenisnya
A Bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang, kertas, tekstil,
plastik dan sejenisnya
B Bahan cair dan gas, seperti bensin, solar, minyak tanah, aspal,
gemuk alkohol gas alam, gas LPG dan sejenisnya
B Bahan cair, seperti bensin, solar, minyak tanah dan sejenisnya
C Peralatan listrik yang bertegangan
C Bahan gas, seperti gas alam, gas LPG
D Bahan logam, seperti Magnesium, aluminium, kalsiun dan lain lain
D Bahan logam, seperti magnesium, aluminium, kalsium dan lain
lain
E E Peralatan listrik yang bertegangan
Sumber : Departemen tenaga kerja dan transmigrasi RI, 2001
Sedangkan Indonesia menganut klasifikasi yang ditetapkan dalam
Peraturan menteri tenaga kerja dan Transmigrasi
No.Per.04/MEN/1980 yang pembagiannya adalah sebagai berikut :
a. Kelas A : Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat
terbakar dengan sendirinya, kebakaran kelas A ini akibat panas yang
datang dari luar, molekul molekul benda padat terurai dan
membentuk gas dan gas lainlah yang terbakar, hal kebakaran ini
menimbulkan panas dan selanjutnya mengurai lebih banyak molekul
molekul dan menimbulkan gas akan terbakar.
Sifat utama dari kebakaran benda padat adalah bahan bakarnya tidak
mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam
bentuk bara.
b. Kelas B : Seperti bahan cairan dan gas tak dapat terbakar dengan
sendirinya diatas cairan pada umunya terdapat gas, dan gas ini yang
dapat terbakar. Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api kecil
sanggup mencetuskan api yang akan meninbulkan kebakaran. Sifat
cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat lain.
c. Kelas C : Kebanyakkan pada peralatan listrik yang bertegangan,
yang mana sebenarnya kelas C ini tidak lain kebakaran kelas A dan
kelas B atau kombinasi dimana ada aliran listrik.
Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media pemadam yaitu
tidak menghantar listrik untuk melindungi orang yang memadamkan
kebakaran dari aliran listrik.
d. Kelas D : Kebakaran logam seperti magnesium, titanium, uranium,
TABEL 2.4
PEMILIHAN JENIS DETEKTOR SESUAI FUNGSI RUANGAN
BT-1 KNT KOMBINASI
ASAP
NYALA API
GAS
putih.
2. Kotak hydrant mudah dibuka.
3. Panjang maksimal slang 30 cm dan dalam keadaan baik yaitu tidak
membelit bila ditarik.
4. Pipa pemancar (nozzle) terpasang pada slang.
C. Sprinkler
Adalah alat yang bekerja otomatis memancarkan air kesegala arah
untuk memadamkan kebakaran dalam suatu ruangan.
Dan sumber lain menyebutkan bahwa Sprinkler adalah instalasi
pemadam kebakaran yang dipasang secara permanen untuk
melindungi bangunan dari bahaya kebakaran yang akan bekerja
secara otomatik memancarkan air, apabila alat tersebut terkena panas
pada temperatur tertentu.
2.4.6.3 Sarana penyelamat jiwa
Upaya penyelamatan jiwa (evakuasi) saat terjadi kebakaran dalam
gedung atau bangunan industri dapat berjalan lancar, suatu bangunan
dan gedung harus mempunyai beberapa hal sebagai berikut :
A. Rute evakuasi
Adalah sarana penyelamatan dari daerah kebakaran ketempat aman
atau daerah yang aman, baik secara vertikal maupun horizontal, yang
dapat berupa pintu, tangga, koridor, jalan keluar atau kombinasi dari
komponen komponen tersebut.
Ada tiga (3) tipe rute penyelamat diri yang dapat digunakan untuk
melarikan diri dari bahaya kebakaran yaitu :
Langsung menuju tempat terbuka
Melalui koridor atau gang
Melalui terowongan atau tangga kedap asap / api.
Syarat syarat rute evakuasi, yaitu :
Rute evakuasi harus bebas dari barang barang yang dapat
mengganggu kelancaran evakuasi dan mudah dicapai.
Koridor, terowongan, tangga harus merupakan daerah aman
sementara dari bahaya api, asap dan gas. Dalam penempatan pintu
keluar darurat harus diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja
penghuni dapat ,menjangkau pintu keluar (exit).
Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas hambatan dan
Struktur organisasi sub unit PPC terdiri dari tiga bagian yang berada
langsung dibawah manajer PPC, yaitu bagian perencanaan dan
pengendalian produksi, bagian sarana, bagian penyimpanan dan satu
koordinator teknis yaitu umum dan personalia. Sub unit ini berfungsi
menjaga kalancaran dan kesinambungan proses produksi serta
membuat rencana kerja dan jadwal penyerahan obat sesuai dengan
permintaan dari bagian pemasaran.
d) Sub Unit Produksi
Kegiatan dalam sub unit berdasarkan permintaan dari pemasaran
sesuai dengan perencanaan dari sub unit PPC. Sub unit ini terdiri dari
seksi penimbangan sentral dengan lima bagian produksi, yaitu :
1. Bagian produksi tablet dan narkotika.
2. Bagian produksi krim, kosmetika dan cairan.
3. Bagian produksi aseptic.
4. Bagian pengemasan.
5. Bagian produksi beta laktam.
Sub unit ini juga mengatur proses penimbangan bahan baku melalui
seksi penimbangan sentral. Bagian produksi tablet, krim, kosmetika
dan cairan. Aseptic dan bagian pengemasan hanya mengolah produk
non beta laktam. Produksi beta laktam mengatur proses produksi,
penimbangan dan pengemasan tersendiri.
e) Seksi Penimbangan Sentral
Seksi penimbangan sentral merupakan pusat penimbangan bahan
baku untuk masing masing produk per batch atau lot yang berasal
dari gudang untuk keperluan industri.
f) Bagian Produksi Tablet
Bagian produksi tablet dari sub bagian proses tablet dan sub bagian
penyalutan. Bagian proses tablet ini membawahi seksi granulasi dan
seksi pencetakan.
1. Produksi tablet
Bagian tablet memproduksi tablet inti, tablet salut gula dan tablet salut
selaput. Proses produksi tablet ada tiga cara, yaitu granulasi basah,
granulasi kering dan cetak langsung.
2. Narkotika
Berdasarkan SK Menkes RI No. HK.00.05.6.01596, maka PT.
(persero kimia farma adalah satu satunya perusahaan yang berizin
oleh pemerintah untuk melaksanakan import, produksi dan distribusi
b. Tidak memenuhi syarat, jika ada satu atau lebih item yang diteliti
yang tidak sesuai dengan standar yang digunakan.
BAB 6
HASIL PENELITIAN
6.1 Hasil
Berdasarkan data primer yang didapat melalui wawancara, kuesioner
kepada Tim pemadam kebakaran di PT. Kimia Farma Plant Jakarta
sebanyak 30 orang responden, serta hasil checklist yang disesuaikan
dengan variabel variabel yang terdapat pada kerangka konsep
maka didapatkan hasil penelitian yang disusun sebagai berikut :
6.1.1 Kebijakan Sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran
Dari hasil penyebaran kuesioner dapat diketahui bahwa Tim
pemadam kebakaran sebanyak 30 orang responden (100 %)
menyatakan ada kebijakan sistem manajemen penanggulangan
kebakaran di PT. Kimia Farma Plant Jakarta. Dan dari hasil
wawancara dengan Manager staff K3L menyatakan Ada kebijakan
sistem manajemen penanggulangan kebakaran di PT. Kimia Farma
Plant Jakarta.
Dari hasil observasi langsung dapat diketahui bahwa kebijakan sistem
manajemen penanggulangan kebakaran PT. Kimia Farma Plant
Jakarta yaitu berupa dibentuknya pembentukan Tim pemadam
kebakaran, tujuan dari pembentukan Tim pemadam kebakaran,
kriteria menjadi Tim pemadam kebakaran dan kebijakan yang
diberikan pihak perusahaan kepada Tim pemadam kebakaran yang
berupa pemberian pelatihan dan pemberian jaminan keselamatan
kerja.
6.1.2 Perencanaan Program Penanggulangan Kebakaran
Dari hasil peyebaran kuesioner dapat diketahui bahwa Tim pemadam
kebakaran sebanyak 30 orang responden (100 %) menyatakan ada
perencanaan program penanggulangan kebakaran di PT. Kimia
Farma Plant Jakarta dan dari hasil wawancara dengan Manager staff
a. Rute evakuasi
Dalam upaya penyelamatan diri dari keadaan darurat kebakaran di
PT. Kimia Farma Plant Jakarta belum mempunyai rute evakuasi,
namun arah petunjuk pintu keluar sudah terpasang pada tiap koridor
lantai yang berbentuk kotak dengan tulisan exit berwarna putih.
Menurut Departemen Tenaga Kerja, syarat syarat rute evakuasi
yaitu :
5. Rute evakuasi harus bebas dari barang barang yang dapat
mengganggu kelancaran evakuasi dan mudah dicapai.
6. Koridor, terowongan, tangga harus merupakan daerah aman
sementara dari bahaya api, asap dan gas. Serta dalam penempatan
pintu keluar darurat harus diatur sedemikian rupa sehingga dimana
saja penghuni dapat ,menjangkau pintu keluar (exit).
7. Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas hambatan dan
mempunyai lebar : untuk koridor minimum 1,2 m dan untuk jalan
keluar 2 m.
8. Rute penerangan harus diberi penerangan yang cukup dan tidak
tergantung dari sumber utama.
9. Arah menuju exit harus dipasang petunjuk yang jelas.
10. Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan,
Warna tulisan hijau diatas dasar putih tembus cahaya dan dubagian
belakang tanda tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu
menyala.
Dari hasil observasi yang dilakukan bahwa Rute evakuasi dalam
keadaan darurat kebakaran di PT. Kimia Farma Plant Jakarta tidak
memenuhi syarat Departemen Tenaga Kerja, karena tidak terdapatnya
Rute evakuasi resmi di PT. Kimia Farma Plant Jakarta yang dapat
menyulitkan jika terjadi kebakaran.
b. Pintu darurat
Dalam upaya penyelamatan diri dari keadaan darurat kebakaran di
PT. Kimia Farma Plant Jakarta sudah mempunyai sarana yang berupa
pintu darurat, yang berjumlah 8 pintu darurat yang berada pada
gedung bagian produksi, dan pintu darurat ini berhubungan langsung
dengan alarm kebakaran dimana jika pintu darurat tersebut dibuka
http://garasi.in/sistem-manajemen-penanggulangan-kebakaran-sop-studikasus-di-pt-kimia-farma-plant-jakarta.html