Perencanaan Agregat 123 BAB X PERENCANAA
Perencanaan Agregat 123 BAB X PERENCANAA
123
BAB X
PERENCANAAN PRODUKSI
10.1. Pendahuluan
Perencaaan produksi adalah pernyataan rencana produksi ke dalam
bentuk agregat. Perencanaan produksi ini merupakan alat komunikasi antara
manajemen teras ( top management ) dan manufaktur. Di samping itu juga,
perencanaan produksi merupakan pegangan untuk merancang jadwal induk
produksi. Beberapa fungsi lain perencanan produksi adalah :
1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadapa
rencana strategis perusahaan
2. Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi
3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi
4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat
penyesuaian.
5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan
rencana startegis
6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal induik Produksi.
Perencanaan Agregat
124
Perencanaan Agregat
individual
agregat
product
product
baja rol
baja coil
baja sheet
ton baja
125
yang dapat
Perencanaan Agregat
126
Perencanaan Agregat
127
dan
untuk
mengatasi
fluktuasi
permintaan
diadakan
persediaan (inventory).
Masing-masing strategi akan memberikan konsekuensi ongkos. Dalam
kenyataannya mengandalkan pada strategi tersebut secara murni seringkali
menimbulkan ongkos yang masih tidak ekonomis sehingga strategi yang
digunakan adalah mengkombinasikan ketiga strategi tersebut.
Perencanaan Agregat
128
10.5.
Decision Rules).
Untuk menentukan perubahan production level merupakan keputusan
yang sulit, dan akan melibatkan uang dan waktu dalam jumlah yang sangat
besar. Dengan menentukan decision rules, manager pengendalian produksi dan
manager pengoperasian akan menetapkan aturan mainnya. Setelah penerapan
beberapa kebijaksanaan dan mengurangi perubahan terhadap kebijaksanaan
ini, maka keputusan mingguan dapat diambil untuk menyelesaikan masalah
masalah pengoptimal sumber daya. Untuk mengoptimalkan aturan ini , perlu
ditinjau struktur biaya yang terjadi.
129
Perencanaan Agregat
Perencanaan Agregat
Ongkos produksi
Kapasitas
dibawah
Kapasitas pada
waktu reguler atau
kapasitas desain
130
Operasi pada
waktu lembur
Laju Produksi
Perubahan Ongkos
Kecepatan Produksi
produktivitas
selama
periode
tertentu.
Begitu
juga
dengan
Perencanaan Agregat
131
Safety Stock
Periode
sama. Jika sering terjadi lost sales, maka keadaan ini akan membuka peluang
bagi kompetitor dan menyebabkan semua biaya produksi meningkat . Biaya lost
sales sangat sulit diperkirakan. Dari angka peramalan permintaan, biaya
inventory,back order, digambarkan pada gambar 10.7. pada halaman sebelah
Ongkos
sebagai berikut :
Inventori Optimal
132
Perencanaan Agregat
D. Ongkos Subkontrak.
Alternatif lain untuk merubah tingkat produksi dan persediaan, sebuah
perusahaan bisa memilih subkontrak untuk memenuhi permintaan.
Subkontrak
bisa
juga
tidak
menguntungkan,
karena
akan
akan
progamma linier
metode grafik
Tidak semua metode ini akan dijelaskan pada buku ini Namun pada
prinsipnya semua metode yang ada akan menghasilkan kecepatan produksi
pada periode perencanaan yang dibuat, jumlah tenaga kerja yang digunakan,
serta tingkat persediaan yang terjadi.
Perencanaan Agregat
133
strategi
yang
akan
digunakan
untuk
menanggulangi
Ke ce pa ta n Produksi
(unit/pe riode )
Periode
1
2
3
4
5
6
7
8
Kumulatif Permintaan
220
39-0
790
1390
1770
1970
2100
2400
800
600
Rata-rata
400
Permintaan
200
0
1
Perencanaan Agregat
134
Kumulatif Permintaan
2500
Permintaan
aktual
2000
Permintaan
rata-rata
1500
1000
Backorder
Persediaan
500
0
1
Periode
Histogram
dan
kumulatif
permintaan
di
atas
menggambarkan
Permintaan
1
2
3
4
5
6
7
8
220
170
400
600
380
200
130
300
Total
Biaya
Penambahan
Tenaga kerja
23000
20000
17000
Biaya
Pengurangan
Tenaga Kerja
500
33000
27000
10500
-
Biaya total
500
23000
20000
33000
27000
10500
17000
138000
Perencanaan Agregat
2.
135
Rencana ini
dihitung pada
tabel
dan berdasarkan
220
170
400
600
380
200
130
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
600
900
1200
1500
1800
2100
2400
80
210
110
-190
-270
-170
0
0
Penyesuaian
Biaya
Persediaan
Persediaan
(270 unit)
350
17500
480
24000
380
19000
80
4000
0
0
100
5000
270
13500
270
13500
96500
3. Alternatif 3: Subkontrak
Perusahaan menginginkan memproduksi sejumlah permintaan minimum
dan sisa permintaan dipenuhi dengan subkontrak.Biaya rencana total
Rp.108.000,- dihitung pada tabel 10.4.
Tabel 10.4.
Periode
1
2
3
4
5
6
7
8
Total
Permintaan
220
170
400
600
380
200
130
300
Kecepatan
Produksi
130
130
130
130
130
130
130
130
Subkontrak
Biaya Total
90
40
270
470
250
70
0
170
7200
3200
21600
37600
20000
5600
0
13600
108300
Perencanaan Agregat
136
Tabel 10.5.
Periode
1
2
3
4
5
6
7
8
Total
Produksi
Permintaan
jam
normal
220
170
400
600
380
200
130
300
200
200
200
200
200
200
200
200
Kebutuhan
Kebutuhan
Biaya
tambahan Produksi
setealah
Biaya
Biaya perubahan
setelah
jam
jam
persediaan lembur
tenaga
jam
lembur
normal +
kerja
normal
lembur
20
50
-30
1500
1000
0
-30
-30
3000
0
0
200
50
150
0
1000
9000
400
50
350
0
1000
26000
180
50
130
0
1000
33000
0
0
0
19500
-70
-70
3500
0
0
100
50
50
1000
1000
0
Jika
dilakukan
analisa,
subkontrak
ternyata
lebih
murah
Total
Biaya
2500
3000
10000
27000
34000
19500
3500
2000
101500
137
Perencanaan Agregat
Permintaan
Periode
Permintaan
1
500
2
800
3
1700
4
900
Kapasitas
Periode
Jam Normal
1
700
2
800
3
900
4
500
Persediaan awal : 100 unit
Jam Lembur
250
250
250
250
Subkontrak
500
500
500
500
Perencanaan Agregat
138
Tabel 10.6.
Tujuan
Bulan
1
Sumber
Bulan
Persediaan
RT
2
20
40
100
120
140
OT
125
145
165
185
150
150
150
150
100
120
140
145
165
800
125
OT
250
150
SK
RT
150
150
100
120
125
145
150
150
900
OT
250
SK
100
RT
4
500
125
OT
250
150
SK
Permintaan
500
800
1700
Kapasitas
Tersedia
300
RT
4 Kapasitas
Kapasitas
TersediaTidak
60
Terpakai
160
100
400
SK
300
1050
250
1450
500
1550
500
-
1650
500
-
1250
200
1950
6000
Keterangan :
1. Total Cost : 400 (100) + 300 (140) + 800 (100) + 250 (145) + 900 (100) + 250
(125) + 500 (100) + 350 (125)
2. Yang diproduksi adalah :
Periode
1
2
3
4
Rencana Produksi
700
1050
1150
1250
Permintaan
500
800
1700
900
Perencanaan Agregat
139
Sistem produksi tidak Back Order seghingga kebutuhan pada periode I tidak
mungkin dipenuhi oleh periode 2.
Jadwal Produksi induksinya adalah :
Kwartal I 700
unit
II 1050 unit
III 1150 unit
IV 1250 unit
10.6.3. Perencanaan Agregat dengan Metode Programma Linier
Metode transportasi melakukan perhitungan dengan variabel yang
relatif kecil.Jika variabel penambahan pengurangan tenaga kerja dilibatkan,
maka model transportasi akan menggunakan biaya denda ( penalty cost ) akibat
aktifitas tersebut. Dengan menggunakan programma linier, biaya-biaya
tersebut dapat dihitung secara eksplisit. Programma linier memberi solusi
strategi hibrid sehingga biaya total minimum.
Asumsi yang digunakan untuk meggunakan model ini yaitu :
1. Laju permintaan ( demand rate ) Dt diketahui dan diasumsikan
deterministik
2. Biaya produksi pada jam kerja normal linier dan asumsikan biaya produksi
normal,biaya produksi lembur dan biaya subkontrak secara berturut
memiliki besaran
C3>C2>C1
3.
4.
5.
C r Pt h At f Rt v Ot c It
t 1
t 1
Dengan kendala :
t 1
t 1
t 1
Perencanaan Agregat
Pt Mt
; t= 1,2,...,k
Ot Yt
; t=1,2,..,k
140
It I t 1 Pt Ot Dt ; t=1,2,...k
At Pt Pt 1
; t=1,2,...,k
Rt Pt 1 Pt
; t= 1,2,...,k
Dimana :
t,v
Pt,Ot = jumlah unit yang diproduksi berturut untuk jam normal dan lembur
h,f
= biaya penyimpanan/unit
Dt
= ramalan permintaan
Kendala kesatu dan kedua merupakan kemampuan produksi maksimum
pada jam kerja normal (Pt) dan jam kerja lembur (Ot) tidak melebihi kapasitas
(Mt & Yt) .Kendala ketiga menggambarkan hubungan persediaan.Kendala
keemapt dan kelima menunjukkan hubungan penambahan dan pengurangan
tenaga kerja jika laju produksi meningkat atau menurun.
Berikut ini contoh perencanaan produksi menggunakan program linier :
D1
D2
D3
v
h
r
Y1
Y3
=200 unit
= 50 unit
=75 unit
= Rp75/unit
= Rp 30/unit
= Rp 10/unit
= 30
= 20
M1
M2
M3
c
f
P0
Y2
I0
= 180
= 120
= 120
= Rp 5/unit
= Rp 10/unit
= 150
= 20
=0
Formulasi masalah :
Minimisasi :
P1 180
O1 30
P1 01 I1 30
P2 120
O2 20
P2 O2 I1 I 2 50
Perencanaan Agregat
P3 120
O3 20
P1 A1 150
P1 P 2 A2 0
P 2 P3 A3 0
P1 R1 150
P1 P 2 R 2 0
P1 P3 R3 0
141
P3 O3 I 2 I 3 75
5137,5
= 170
= 62.5
= 62.5
= 0
O1
O2
O3
R2
= 30
=0
=0
= 107,5
I1
I2
I3
R3
= 30
= 12.5
=0
=0
A1
A2
A3
= 20
=0
=0
RP