Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN

Proses pengeringan tanaman obat perlu perhatian khusus karena setiap


tanaman obat mengandung bahan aktif yang spesifik dimana senyawa ini dapat
hilang atau berkurang selama proses pengeringan akibat pemakaian suhu yang
relative tinggi.
Petani tanaman obat terkendala dalam penanganan pasca panen. Penanganan
yang umum dilakukan oleh petani adalah pengeringan langsung di bawah cahaya
matahari (pengeringan surya alami). Pengeringan ini tidak menjamin keseragaman
mutu karena fluktuasi intensitas cahaya matahari. Selain itu kebersihan bahan yang
dikeringkan juga tidak terjamin karena dibiarkan di alam terbuka.
Pengering Hibrida (kombinasi energi surya dan tapis molekular) yang
diciptakan pada pengeringan ini adalah suatu pengeringan novel. Pengeringan ini
beroperasi pada pagi, sore, malam hari, atau siang yang mendung/hujan dengan
menggunakan udara kering yang dihasilkan dengan cara melewatkan udara dari
atmosfir melalui suatu unggun tapis molekular. Sedangkan pada siang yang terik,
kelembapan (uap air) yang terserap pada tapis molekular akan diserap kembali
(desorp) oleh udara panas yang dihasilkan dengan cara melewatkan udara dan
atmosfir melalui pengumpul surya diteruskan ke unggun tapis molekuler (desiccant
regeneration). Adapun tujuan utama dari pada penelitian ini adalah menghasilkan
suatu sistem pengeringan yang mampu menghasilkan bahan baku obat herbal kering
dengan kualitas terbaik dan seragam. Menghasilkan prototip sistem pengering
hibrida, mendapatkan unjuk kerja ruang pengering (dryer chamber), pengumpul
surya (solar collector) dan desikator (sisi absorber dan sisi desorber).

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan...............................................................................................
Ringkasan..................................................................................................................
....................................................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................
....................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN......................................................................................
1.1.Latar Be1akang......................................................................................
1.2.Urgensi Pene1ian...................................................................................
1.3.Luaran ...................................................................................................

BAB II STUDI PUSTAKA .....................................................................................


2.1.Penangaflan Pasca Panen Tanaman Obat/Herbal .................................
.................................................................................................................................
2.1.1. Tananaman Obat/Herbal ............................................................
2.2.Prinsip Dasar Pengeringan ....................................................................
2.2.1. Pengering Surya Alami...............................................................
2.2.3. Pengering Energi Surya .............................................................
2.2.4. Pengering Tapis Molekular.........................................................
2.2.5. Pengering Hibrida ......................................................................
BAB III PETA JALAN PENELITIAN ..................................................................
3.1. Penelitian Sebelumnya .........................................................................

3.2. Penelitian Lanjutan ..............................................................................


BAB IV MANFAAT PENELITIAN .......................................................................
4.1. Lingkup Penelitian................................................................................
BAB V METODOLOG1 PENELITIAN ...............................................................
4.1. Tahapan Penelitian ...............................................................................
4.2 Bahan Penelitian ..................................................................................
4.3 Pengumpulan Data dan Analisa Sampel ..............................................
BAB VI BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN ..............................................
6.1. Ringkasan Anggaran Biaya ..................................................................
6.2 Jadwal Penelitian .................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................................................
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota.................................................................
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas.....................
Lampiran 3. Justifikasi Anggaran Penelitian............................................................
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti dan Anggota.....................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengeringan merupakan proses yang kompleks karena melibatkan perpindahan
massa dan panas secara simultan. Salah satu produk pertanian yang memerlukan
proses pengeringan adalah tanaman obat herbal. Proses pengeringan tanaman obat
perlu perhatian khusus karena setiap tanaman ohat mengandung bahan aktif yang

spesifik dimana senyawa ini dapat hilang atau berkurang selama proses pengeringan
akibat pemakaian suhu yang relative tinggi.
Bahan baku obat yang berasal dan umbi akar (rhizome) seperti: jahe, kunyit,
temu lawak, temu hitam, temu putih dll., bahan baku obat yang berasal dan daundaunan seperti daun sirib, daun kumis kucing, daun kecembling dll., bahan baku obat
dan batang seperti brotowali, sere, dll., bahan obat yang berasal dari buah seperti
buah belinibing wuluh, buah mahkota dewa, buah mengkudu dll., bahan obat yang
berasal dari bunga seperti bunga rosela, bunga melati, bunga mawar dll., merupakan
bahan obat yang tanamannya banyak tumbuh di Indonesia dan digunakan sebagai
bahan baku obat tradisional atau jamu. Bagian tanaman yang digunakan seperti umbi
akar (rhizome), batang, daun, bunga dan buah yang dipetik atau diiris kemudian
dikeringkan dan digiling menjadi serbuk/simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah
yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun yaitu
berupa bahan yang dikeringkan (Depkes 2008). Secara empinis khasiat hahan obat-o
batan di atas dapat mengobati penyakit antara lain: penyakit darah tinggi, kencing
manis, prostat, menambah nafsu makan dll.,
Khasiat tanaman obat berhubungan erat dengan zat aktif yang terdapat di dalam
tanaman ohat tersebut, sehingga keberadaan zat aktif tersebut harus dipertahankan.
Kadar air panen tanaman obat berkisar 80-90%, angka ini cukup tinggi sehingga
komoditas ini mudah rusak bila tidak segera diolah atau dikeringkan. Mengacu pada
Farmakope Herbal Indonesia (Depkes 2008) dan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 661/Menkes/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional, dengan kadar
air maksimum adalah 10%.

1.2. Perumusan Masalah


Pengeringan tanaman obat (herbal) merupakan permasalahan yang cukup rumit
karena kondisi pengeringan memberikan pengaruh yang berbeda bahkan berlawanan
terhadap parameter kadar air akhir, mutu produk dan efisiensi pengeringan. Oleh
karena itu perlu ditemukan suatu sistem pengeringan yang mampu menghasilkan

produk kering dengan kadar air S 10% tetapi zat-zat aktif yang dikandungnya tidak
rusak. Selam itu, sistem pengering ini juga harus hemat energi fosil, mudah dalam
pengoperasian dan pemeliharaan, serta higienis.
Pengeringan bahan yang rentan terhadap panas dapat dilakukan dengan
melaksanakannya pada suatu sistem pengering yang beroperasi pada suhu moderat
(sedang) yakni antara 25-55C. Sayangnya, media pengering (udara) pada suhu
moderat biasanya memiliki nilai RH tinggi sehingga laju pengeringan akan relatif
lama. Oleh karena itu, sistem pengeringan baru ini haruslah dapat beroperasi dengan
media pengering bersuhu moderat tetapi memiliki nilai RH rendah. Hal ini dapat
dicapai dengan membangun suatu system pengeringan yang mengkombinasikan
energi surya dan tapis molekuler. Pada sistem ini, energi surya selain digunakan
sebagai pemanas Iangsung (pada waktu-waktu tertentu) juga digunakan untuk
memanaskan udara yang selanjutnya digunakan untuk meregenerasi tapis molekuler
jenuh dalam desikator.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan utama dari pada penelitian ini adalah menghasilkan suatu sistem
pengeringan yang mampu menghasilkan bahan baku obat herbal kering dengan
kualitas terbaik dan seragam. Penelitian akan dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahun,
yang setiap tahunnya bertujuan:
Tahun Pertama:
a. Menghasilkan prototep sistem pengering hibrida
b. Mendapatkan unjuk kerja ruang pengering (dryer chamber)
Tahun Kedua
a. Mendapatkan unjuk kerja pengumpul surya (solar collector)
b. Mendapatkan unjuk kerja desikator (sisi absorber dan sisi desorber)

c. Mendapatkan unjuk kerja sistem pengering hibrida


Tahun Ketiga
a. Mendapatkan teknik dan karakteristik pengeringan bahan herba berasal dari daun
b. Mendapatkan teknik dan karakteristik pengeringan bahan herbal bearasal dari
umbi akar (rhizome)
c. Mendapatkan teknik dan karakteristik pengeringan bahan herbal berasal dari
batang
d. Mendapatkan teknik dan karakteristik pengeringan bahan herba yang berasal dari
bunga
e. Mendapatkan teknik dan karaktenistik pengeringan bahan herbal yang beasal dari
buah

BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1. Penanganan Pasca Panen Tanaman Obat/Herbal


Pengobatan tradisional, termasuk pengobatan herbal telah menunjukkan
peningkatan yang cukup pesat selama hampir dua dekade terakhir. Namun
sayangnya, kemajuan ini juga disertai dengan banyaknya laporan mengenai efek
negatif yang diperoleh dan pengobatan herbal tersehut. Dan hasil analisis dan
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, salah satu faktor
penyebabnya adalah karena rendahnya kualitas dan obat-obatan herbal meliputi
hahan haku dan penanganan pasca panen. Quality control sangat diperlukan terhadap
penangan pasca panen, agar diperoleh simplisia yang berkhasiat dan berkualitas.
Penanganan atau pengolahan pasca panen perlu diperhatikan sebagainiana kita
ketahui bahwa dalam pertumbuhan tanaman sampai panen ada beberapa jenis
mikrobia golongan khamir yang selalu mempengaruhi kemulusan pertumbuhan dan
produksinya. Kenyataannya jamur-jamur dan mikrobia tersebut dapat terus
berkembang dengan baik pada hasil tanaman pasca panen, sehingga penyakit yang
ditinibulkannya dapat meninibulkan kerusakan atau perubahan sifat hasil tanaman
pasca panen (terutama dalam penyinipanan).
Penanganan pasca panen hail pertanian tanaman obat herbal merupakan hal yang
sangat penting yaitu dalam hal penyinipanan/pengawetan bahan dalam jangka waktu
relatif lama. Penanganan atau pengolahan di sini terutama dalam hal pengeringan dan
penyinipanannya.

Salah satu metoda yang dilakukan para petani tanaman herbal di perdesaan saat
ini adalah dengan cara pengeringan. Sistem pengeringan yang umurn digunakan para
petani adalah pengeringan surya alami. Pada sistem pengeringan surya alami bahan
yang dikeringkan dipaparkan ke sinar surya secara langsung. Pengering model ini
tentunya tidak dapat menjamin keseragaman mutu karena cuaca yang berubah-ubah
dan suhu terlalu tinggi pada tengah hari serta bahan yang dikeringkan di tempat
terbuka tidak terjamin kebersihannya.

2.1.1. Tananaman obat/herbal


Penggunaan tanaman berkhasiat sebagai obat untuk penyembuhan berbagai
penyakit dikenal sebagai obat herbal (alami). Obat-obatan herbal ini sama sekali
tidak menggunakan bahan-bahan kimia sebagai campurannya. Namun dalam
pemilihan bahan baku untuk obat herbal ada beberapa hal yang harus diperhatikan
seperti: aroma, rasa, kandungan zat dalam bahan dan sebagai nya. Ketepatan
pemilihan bahan baku untuk obat herbal tidak semata-mata hanya pada jenis
tanaman, tetapi juga bagian tanaman yang akan digunakan. Hal in disebabkan setiap
bagian tanaman memiliki khasiat atau kegunaan yang berbeda ((Syukur 2003;
Dalimartha 1999).
Bagian dari tanaman dan contohnya; yang biasanya digunakan sebagai obat
adalah sebagai berikut:
Akar: Ginseng, pasak bumi
Rinipang: Jahe, kencur, kunyit, lengkuas
Batang: brotowali
Daun: sirih, daun dewa, daun jambu, katuk
Buah: Belinibing wuluh, rambutan, jeruk nipis
Kulit buah: Mahkota dewa
Air buah:Kelapa hijau
Beberapa hal yang perlu diperhatikan juga dalam penggunaan tanaman obat
herbal agar hasil pengobatan maksinial yaitu 1) harus mengenal dan mengetahui ciri-

cini tumbuhan obat karena banyak tumbuhan yang mirip tetapi tidak berkhasiat atau
mempunyal khasiat yang berbeda. 2) Nama tumbuhan herbal ada nama ilmiah/latin,
dan nama sinonini. 3) Waktu Pengumpulan atau pemetikan bahan obat guna
mendapatkan bahan yang berkhasiat. Waktu pengumpulan bahan obat secara umum
adalah i). Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi
masak. ii). Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar. iii). Buah dipetik
dalam keadaan masak. iv). Biji dikumpulkan dan buah yang masak sempurna.
V). Akar, rinipang (rhizoma), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus) dikumpulkan
sewaktu proses pertumbuhan terhenti. 4). Pencucian dan Pengeringan. Tanaman obat
yang sudah dikumpulkan segera dicuci bersih, sebaiknya dengan air yang mengalir.
Setelah bersih, dapat segera dimanfaatkan bila diperlukan pemakaian bahan segar.
Namun, bisa pula dikeringkan untuk disimpan dan digunakan bila sewaktu-w
aktu dibutuhkan. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mencegah
pembusukan oleh cendawan atau bakteri. Dengan demikian, bahan dapat disimpan
lebih lama dalam wadah yang tertutup rapat. Bahan kering juga mudah dihaluskan
bila ingin dibuat serbuk. 5) Sifat dan Cita Rasa di dalam Traditional Chinese
Pharmacologi dikenal 4 macam sifat dan 5 macam cita rasa tumbuhan obat, yang
merupakan bagian dari cara pengobatan tradisional timur. Adapun keempat macam
sifat tumbuhan itu ialah dingin, panas, hangat dan sejuk. Lima macam cita rasa dan
tumbuhan obat ialah pedas, manis, asam, pahit, dan asin. Cita rasa ini digunakan
untuk tujuan tertentu karena selain berhubungan dengan organ tubuh, juga
mempunyai khasiat dan kegunaan tersendiri.
Mengacu pada Farmakope Herbal Indonesia (Depkes 2008) dan Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 66/Menkes/SKJ/VII/1994 tentang Persyaratan Obat
Tradisional, standar kadar air maksimum simplisia adalah 10%. Pengeringan pada
tanaman obat adalah proses yang paling kritis, karena proses pengeringan tanaman
obat perlu perhatian khusus karena setiap tanaman obat mengandung bahan aktif
yang spesifik dimana senyawa ini dapat hilang atau berkurang selama proses
pengeringan akibat pemakaian suhu yang relative tinggi.

Kadar air beberapa bahan obat/herbal memiliki kadar air 80-90%,


angka ini cukup tinggi sehingga komoditas ini mudah rusak bila tidak segera diolah
atau dikeringkan. Pada umumnya petani dan pedagang pengumpul melakukan
pengeringan dengan cara penjemuran yang rawan kontaminasi. Petani juga
mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai kadar
air standar yang disyaratkan dengan cara ini. Untuk mempercepat pengeringan dan
untuk dapat menjamin tercapainya kadar air yang diinginkan, simplisia tanaman ohat
harus dikeringkan dengan cara pengering buatan yang lebih terjamin kebersihannya.
Adapun tujuan penting dan proses pengeringan antara lain untuk pengawetan bahan,
sehingga bahan tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu tetapi rasa dan
kandungan nutrisi tidak berubah.

2.2. Prinsip Dasar Pengeringan


Pengeringan merupakan satuan operasi teknik kimia yang paling tua, paling
umum dan paling banyak tersebar. Hampir semua industri memerlukan operasi
pengeringan seperti industri kimia, pertanian, bioteknologi, pangan, polimer,
keramik, farmasi, kertas dan bubur kertas, pengolahan mineral, dan pengolahan kayu.
Operasi pemisahan pada pengeringan adalah kegiatan mengubah umpan berbentuk
padatan, semi padatan yang basah menjadi produk padatan kering dengan adanya
perpindahan panas dan massa secara simultan (Geankoplis, C.J., 1993). Menurut
Keey, R.B. (1978) pengeringan diartikan sebagai proses penghilangan sebagian
kandungan lembaban bahan, sedangkan kandungan lembaban akhir tergantung pada
jenis produk.
Pada proses pengeringan juga dapat terjadi transformasi fisik atau kimia, yang
dapat menyebabkan perubahan mutu produk kering. Perubahan fisik meliputi
pengkerutan, penggumpalan, kristalisasi dan sebagainya, sedangkan reaksi kimia
atau biokimia dapat menyehatkan perubahan warna, tekstur, aroma atau sifat lain dan
produk kering (Chirife, J. 1983).

Proses pengeringan dapat terjadi jika ada media pengering yang memindahkan
panas ke bahan yang dikeringkan. Media pengering yang umum digunakan adalah
udara, walaupun ada media pengering lainnya seperti superheated steam, namun
memiliki kelemahan dalam pengoperasian dan tidak sesuai untuk bahan-bahan yang
sensitive panas (Rosdanelli & Daud 2003).

2.2.1. Pengering Surya Alami


Pengeringan pasca panen tanaman obat herbal banyak dilakukan petani
dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari. Sumber energi yang murah dan
mudah di perdesaan adalah energi surya. Oleh karena itu, pengeringan menggunakan
sinar surya sebagai sumber energi sangat tepat untuk diterapkan di perdesaan.
Namun pengeningan surya alami dipengaruhi oleh perubahan cuaca yang
menyebabkan intensitas cahaya matahari juga berbeda, hahkan pengeringan surya
tidak dapat dilakukan pada malam hari. Fluktuasi intensitas cahaya matahari ini tentu
menyehabkan fluktuasi suhu pengeringan yang tidak seragam sehingga mutu basil
pengeringan tidak seragam, dan tidak higienis jika dikeringkan di ruang terbuka.

2.2.2. Pengeringan Energi Surya


Pengering energi surya adalah pengering yang menggunakan udara panas
sebagai media pengering. Udara panas dihasilkan dengan cara mengalirkan udara
atmosfir ke pengumpul (collector) surya dan selanjutnya dialirkan ke kotak
pengering dengan menggunakan kipas (fan). Proses pengeringan berlangsung di
dalam kotak pengering sehingga produk kering yang dihasilkan lebih bersih
dibanding produk proses pengeringan surya alami. Sama halnya dengan pengering
surya alami, mutu produk yang dikeringkan tidak seragam karena fluktuasi intensitas
cahaya matahari.

2.2.3. Pengering Tapis Molekul (Molecular Sieve)

Pengeringan penapis molekul menggunakan udara kering sebagai media


pengering. Udara kering dihasilkan dengan melewatkan udara atmosfir ke unggun
penapis molekul dan selanjutnya dialirkan ke kotak pengering dengan bantuan kipas
(fan). Suhu udara kering relatif konstan karena pengurangan kelembahan udara
bukan disebabkan oleh naiknya suhu udara, akan tetapi disebabkan berkurangnya
kandungan lembaban (moisture content) udara akibat diserap oleh penapis molekul.
Kelemahan pengering ini adalah memerlukan penanganan khusus untuk
meregenerasi penapis molekul yang sudah jenuh. Jika penapis molekul telah jenuh
maka penapis molekul tersebut tidak dapat menyerap kelembaban. Regenerasi
penapis molekul memerlukan energi dan waktu serta teknisi khusus untuk
membongkar maupun memasang kembali. Hal ini menyebabkan pengering jenis ini
sukar digunakan oleh para petani di perdesaan.

2.2.4. Pengering Hibrida


Pengering hibrida merupakan kombinasi energi surya dan penapis molekul
yang memiliki kelebihan untuk menyelesaikan permasalahan di atas. Pengering
hibrida dioperasikan menggunakan media pengeringan berupa udara kering. Udara
kering adalah udara yang dihilangkan kelembabannya dengan mengalirkan udara dan
atmosfir ke unggun penapis molekul. Energi surya diubah menjadi energi panas pada
unit pengumpul surya. Panas terkumpul digunakan untuk menghilangkan
kelembaban udara dan atmosfir. Sebagian besar udara kering panas yang dihasilkan
digunakan untuk meregenerasi penapis molekul (desorpsion). Sebagian kecil udara
kering panas digunakan sebagai media pengering untuk mengeringkan bahan yang
berada di dalam kotak pengering.
Pada pagi, sore, malam dan jika cuaca mendung maka media pengeringan
hanya menggunakan udara kering yang kelembabannya dihilangkan dengan
melewatkan udara dan atmosfir ke dalam unit unggun penapis molekul. Pada kondisi
tersebut pengeringan berlangsung menggunakan udara kering yang memiliki

kelembaban rendah, relatif seragam dan bersuhu rendah atau sedang. Pengering ini
sangat sesuai digunakan untuk mengeringkan basil pertanian yang rentan terhadap
suhu tinggi seperti tanaman obat/herbal. Selain hemat energi, alat pengering ini
merupakan piranti kompak (compact) dan mudah dioperasikan di perdesaan. Proses
pengeringan berlangsung di dalam kotak pengering sehingga lebih higienis.
Kelebihan utama pengeringan kombinasi energi surya dan tapis molekular adalah
dapat menghasilkan bahan obat herbal kering bermutu baik dan seragam. Hal ini
disebabkan pengeringan berlangsung menggunakan media pengeringan yang
memiliki kelembahan relatif seragam.

2.2.5 Reka Bentuk Alat Pengering Hibrida Tipe I


Peralatan pengering hibrida ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu pengumpul
surya, unggun penapis molekul, dan kotak pengering (Gambar 2.1).

Gambar 2.1.Pengering Hibrida Tipe I

Pengoperasian alat pengenng hibrida ini dibagi menjadi dua kategori yakni
operasi normal dan operasi regenerasi. Pengoperasian normal dilaksanakan pada
pagi, sore, malam dan jika cuaca mendung dimana intensitas cahaya matahari relatif
kecil atau tidak ada. Pada operasi normal ini udara dan atmosfir dikeringkan dengan
cara melewatkannya ke unggun penapis molekul, selanjutnya udara kering dialirkan
ke pengumpul surya dan ke kotak pengeringan dengan bantuan kipas (fan) dipasang
di dasar kotak pengering.

Anda mungkin juga menyukai

  • Introduction Hysis
    Introduction Hysis
    Dokumen5 halaman
    Introduction Hysis
    Abdi Syahputra Harahap
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Hysys 3.2
    Tutorial Hysys 3.2
    Dokumen34 halaman
    Tutorial Hysys 3.2
    Tiansel
    100% (1)
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Abdi Syahputra Harahap
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen3 halaman
    Bab Ii
    Abdi Syahputra Harahap
    Belum ada peringkat
  • Introduction Hysis
    Introduction Hysis
    Dokumen5 halaman
    Introduction Hysis
    Abdi Syahputra Harahap
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Abdi Syahputra Harahap
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Abdi Syahputra Harahap
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Abdi Syahputra Harahap
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen4 halaman
    Bab Ii
    Abdi Syahputra Harahap
    0% (1)
  • Presentation Tekno
    Presentation Tekno
    Dokumen11 halaman
    Presentation Tekno
    Abdi Syahputra Harahap
    Belum ada peringkat
  • Tugas Buk Rosda 3
    Tugas Buk Rosda 3
    Dokumen15 halaman
    Tugas Buk Rosda 3
    Abdi Syahputra Harahap
    Belum ada peringkat
  • Tugas Buk Rosda 3
    Tugas Buk Rosda 3
    Dokumen15 halaman
    Tugas Buk Rosda 3
    Abdi Syahputra Harahap
    Belum ada peringkat