Anda di halaman 1dari 3

2.

4 Anti angina
Obat yang digunakan untuk menanggulangi serangan akut angina pektoris dan
profilaksisnya meliputi :
2.4.1

Nitrat

2.4.2

Antagonis kalsium

2.4.3

Beta-bloker

2.4.4

Antiangina lain

Nitrat, antagonis kalsium dan aktivator kanal kalium (potassium-channel activators)


mempunyai efek vasodilatasi. Pada gagal jantung, vasodilator bekerja dengan mendilatasi
arteri yang menurunkan resistensi vaskular perifer dan tekanan sistolik ventrikel kiri
sehingga mengakibatkan meningkatnya curah jantung, atau dilatasi vena yang
menyebabkan meningkatnya kapasitas vena, dan berkurangnya aliran balik vena menuju
jantung (menurunkan tekanan diastolik ventrikel kiri).
ANGINA. Angina stabil biasanya disebabkan oleh plak aterosklerosis pada arteri
koroner, sedangkan angina tidak stabil biasanya disebabkan oleh ruptur plak dan dapat
terjadi pada pasien dengan riwayat angina stabil atau pada pasien yang sebelumnya
menderita penyakit arteri koroner tanpa gejala. Penting untuk membedakan angina tidak
stabil dan angina stabil; ciri-ciri angina tidak stabil adalah angina yang baru terjadi dan
langsung berat atau angina stabil yang sebelumnya ada dan tiba-tiba memburuk.
ANGINA STABIL. Serangan akut angina stabil harus diobati dengan gliseril trinitrat
sublingual. Jika serangan terjadi lebih dari dua kali dalam seminggu, diperlukan terapi
obat dan harus diberikan bertahap sesuai dengan respons yang diperoleh. Asetosal dengan
dosis 75 mg/hari (lihat bagian 2.7) harus diberikan pada pasien dengan angina. Prosedur
revaskularisasi dapat dilakukan.
Pasien angina stabil ringan atau sedang tanpa disfungsi ventrikel kiri, dapat diobati
dengan gliseril trinitrat sublingual dan pemberian beta-bloker secara teratur (lihat bagian
2.3.4). Apabila diperlukan, antagonis kalsium dihidropiridin kerja panjang (lihat bagian
2.4.2) dan nitrat kerja panjang (lihat bagian 2.4.1) dapat ditambahkan. Pada pasien tanpa
disfungsi ventrikel kiri dan pada pasien di mana beta-bloker tidak sesuai, dapat diberikan
diltiazem atau verapamil (lihat bagian 2.4.2) dan dapat ditambahkan nitrat kerja panjang

(lihat bagian 2.4.1) apabila gejala tidak cukup teratasi. Pada pasien yang gagal diobati
atau tidak dapat mentoleransi terapi standar, dapat dicoba diberikan nikorandil (di
Indonesia obat ini belum tersedia)
Bagi pasien dengan disfungsi ventrikel kiri, dapat digunakan nitrat kerja panjang (lihat
bagian 2.4.1) dan apabila diperlukan dapat ditambahkan antagonis kalsium dihidropiridin
kerja panjang (lihat bagian 2.4.2).
Statin (lihat bagian 2.10.4) harus dipertimbangkan untuk menurunkan risiko serangan
jantung.
ANGINA TIDAK STABIL. Pasien dengan angina tidak stabil harus dirawat di rumah
sakit. Tujuan tata laksana angina tidak stabil adalah untuk memberikan terapi pendukung
dan mengurangi rasa sakit selama serangan akut dan mencegah terjadinya infark miokard
dan kematian.
Pengobatan awal dengan asetosal (kunyah atau didispersikan dalam air) dengan dosis 300
mg diberikan untuk mendapatkan efek antiagregasi. Apabila asetosal sudah diberikan
sebelum pasien dirawat, maka hal ini harus dilaporkan ke dokter.
Heparin (lihat bagian 2.6.2) atau heparin dengan berat molekul rendah yaitu dalteparin
atau enoksaparin (lihat bagian 2.6.2) sebaiknya juga diberikan.
Nitrat (lihat bagian 2.4.1) digunakan untuk menghilangkan nyeri iskemik. Apabila gliseril
trinitrat sublingual tidak efektif, dapat diberikan gliseril trinitrat bukal atau intravena atau
isosorbid dinitrat intravena.
Pasien tanpa kontraindikasi sebaiknya menerima beta-bloker oral atau intravena (lihat
bagian 2.3.4). Pada pasien tanpa disfungsi ventrikel kiri dan pada pasien yang tidak dapat
menggunakan beta-bloker, dapat diberikan diltiazem atau verapamil (lihat bagian 2.4.2).
Penghambat glikoprotein IIb/IIIa eptifibatid dan tirofiban (lihat bagian 2.7) dianjurkan
(bersama dengan asetosal dan heparin) untuk angina tidak stabil pada pasien yang
berisiko tinggi mengalami infark miokard.
Absiksimab, eftifibatid atau tirofiban dapat digunakan bersama dengan asetosal dan
heparin pada pasien yang sedang menjalani intervensi koroner perkutan (PCI), untuk
menurunkan risiko oklusi vaskuler yang segera.
Prosedur revaskularisasi seringkali efektif untuk pasien dengan angina tidak stabil.

Pengobatan jangka panjang. Pentingnya perubahan gaya hidup, terutama berhenti


merokok, harus ditekankan. Pasien harus segera menerima asetosal dosis rendah yaitu 75
mg/hari. Statin (bagian 2.10.4) sebaiknya diresepkan juga. Perlunya pengobatan jangka
panjang angina maupun angiografi jantung harus dievaluasi. Apabila berlanjut menjadi
iskemia, standar pengobatan angina sebaiknya dilanjutkan; jika tidak, penghentian
pengobatan dengan angina harus dilakukan dengan hati-hati sekurang-kurangnya 2 bulan
setelah serangan akut.

Anda mungkin juga menyukai