Anda di halaman 1dari 25

Idealisme Dalam Film Kill the Messenger

(Analisis Semiotik Idealisme Dalam Film Kill The Messenger)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial da Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
Komunikasi

Oleh:
Fendi Suprastyo
NIM: 09220149

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYA MALANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A; Latar Belakang

Sebagai media massa, film merupakan bagian dari respons terhadap


penemuan waktu luang, waktu libur dari kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan
untuk cara menghabiskan waktu luang keluarga yang sifatnya terjangkau dan
(biasanya) terhormat. Film memberikan keuntungan budaya bagi kelas pekerja
yang telah dinikmati oleh kehidupan sosial mereka yang cukup baik, (McQuail;
2010: 35). Film terbagi menjadi 2 jenis yakni film fiksi dan film yang berdasarkan
kisah nyata

(Based On True Story) atau sering dikenal dengan jenis film

dokumenter yang telah mampu merubah gaya hidup dan menambah wawasan
pengetahuan pada setiap orang melalui audio, visual, maupun isi cerita dari
sebuah film. Isu-isu yang diambil kedalam film semakin menarik, mulai dari
biografi seseorang, sosial, politik dan alam. Canggihnya teknologi telah
mempermuda proses pembuatan film.
Seperti film dokumenter, merupakan film yang diadopsi dari cerita nyata
dan bahkan biasanya ada sepenggal cuplikan video asli yang ditampilkan untuk
memperkuat kesan film tersebut. Sebut saja film yang mengangkat biografi
seseorang. Dengan munculnya film-film yang mengkisahkan biografi seseorang
maupun realitas sosial telah memberikan suatu gambaran yang dapat dijadikan
sumber informasi oleh setiap orang agar tidak melupakan sejarah, suatu perkara
atau kejadian yang pernah terjadi di masa lampau. Dengan begitu film menjadi
alat yang efektif dalam memberikan wawasan dan edukasi terhadap masyarakat.
Sampai saat ini perkembangan film terus berlanjut dalam menyampaikan
pesan agar komunikasi kepada masyarakat tetap terjalin. Karena film mudah
dipahami serta diminati oleh semua kalangan usia mulai dari anak-anak hingga

yang lanjut usia. Bahkan pembuat film (film-maker) rela menguras tenaga dan
pikiran hanya untuk membuat naskah dengan melakukan observasi terlebih
dahulu bahkan ada pula dengan wawancara seperti jenis film dokumenter, selain
itu juga bisa menghabiskan banyak waktu dan biaya.
Pada intinya pembuat film (film-maker) ingin menampilkan sebuah gagasan,
misal; tentang kedamain, pelestarian alam, pengenalan lingkungan, dan lain-lain.
Berdasarkan fakta-fakta yang sesuai dengan data dan informasi dari narasumber
maupun sumber yang berkaitan langsung, hasil dari film tersebut ditujukan
kepada masyarakat agar bisa mengubah lingkungannya sesuai yang dibutuhkan.
Pengaruh film begitu besar dikalangan masyarakat demi terciptanya kebudayaan
yang lebih beradab.
Seperti pada film Kill The Messenger yang diambil dari kisah nyata
seorang jurnalisyang sedang melakukan investigasi bernama Gary Stephen Webb,
yang menceritakan sebuah peristiwa tentang keterlibatan pihak CIA dengan
kelompok keras (radical) yang bernama CONTRAS (Nikaragua) dalam
penyelundupan narkoba di Amerika Serikat, usaha untuk mengungkap kebenaran
dari peristiwa tersebut dengan mencari informasi informasi layaknya detektif
sampai ke luar kota, dimana bukti-bukti yang didapat harus benar-benar detil dan
akurat. Kemudian hasil dari bukti-bukti yang dia dapat dari narasumber menjadi
jawaban dari kasus tersebut, profesinya sebagai jurnalis dalam menulis berita
kasus tersebut memberikan dampak (feedback) kepada masyarakat umum ketika
artikelnya diterbitkan melalui media massa yang juga pada akhirnya terjadi protes
keras terhadap CIA. Film tersebut memberikan gambaran perjuangan hingga
idealismenya sebagai jurnalis ketika menginvestigasi penyelundupan narkoba.
Melakukan investigasi dalam dunia jurnalistik tidak lepas dengan
banyaknya kritikan bahkan ancaman dari berbagai pihak khususnya pihak yang
bersangkutan langsung. Karena, mereka tidak sekedar mendeskripsikan ketepatan,

penjelasan, atau pengembangan pemberitaan. Mereka lebih menganlisis pelbagai


data yang layak dilaporkan, dan telah dikonfigurasikan. Mereka membantu
pertanyaan masyarakat, mengenai sebuah situasi atau pernyataan atau kenyataan,
dengan cara yang berbeda dari pemberitaan biasanya. mereka mencoba untuk
mendapatkan dasar kepastian apa yang telah terjadi, kekuatan kekuatan yang
ada dibaliknya, menurut Clive Edwards (1999), dari programa Panorama di
BBCs.4 (Septian Santana K, :97). Investigasi yang seharusnya dilakukan oleh
pihak hukum kini bisa dilakukan oleh profesi jurnalis.
Webb mencoba mengungkap kebenaran dengan melakukan investigasi, agar
kasus yang sengaja ditutup-tutupi oleh pihak CIA terbongkar. Ketika aparat
hukum luput dari sebuah kasus besar maka seorang jurnalis akan mencari
kesempatan untuk menginvestigasi sebuah kasus tersebut. Dalam hal ini jurnalis
memiliki batasan-batasan dalam melakukan investigasi meskipun dengan
melakukan tindakan independensi (tidak terpengaruh dengan pihak lain), karena
yang berhak untuk melakukan investigasi adalah aparat hukum atau orang /
kelompok yang berwenang. Meskipun mendapat berbagai macam tekanan dari
informan agar berhati-hati dalam membuat berita yang sedang dilakukan, dia terus
berusaha

melakukan

pencarian

informasi-informasi

yang

lengkap

demi

kepentingan masyarakat, hal tersebut dilakukan sebagai bentuk kewajiban moral


di suatu lingkungan.
Profesinya sebagai jurnalis yang berkecimpung di dunia media massa tidak
lepas dengan rasa tanggung jawab, karena media massa mempunyai kewajiban
dalam mengontrol pemerintahan dan masyarakat. Keberaniannya dalam
menuliskan kasus tersebut kedalam beritanya harus didukung kuat dengan adanya
data-data, fakta, informasi agar tidak dianggap sebagai pemberitaaan bohong
(hoax) dan tidak hanya untuk berspekulasi terkait dengan sebuah peristiwa.

Jurnalis investigasi memberikan masyarakat akan kesadaran hukum. Agar


tidak terjadi tindakan-tindakan yang merugikan kepada publik maupun di dalam
suatu negara. Dengan begitu peran media massa bisa dikatakan sebagai
penyeimbang (cover both side) antara masyarakat dan pihak pemerintahan
sehingga terwujud keadilan yang mampu menentramkan berbagai kondisi sosial
masyarkat.
Mereka mengekspos kepentingan publik yang terganggu. Usaha mereka,
jika berhasil, memberi tahu masyarakat akan kegagalan sistem para politisi,
penegak hukum, dan kalangan kepolisian, (Septian Santana K, :99). Pembahasan
beritanya harus jelas, tegas, serta dapat memberikan efek perubahan yang lebih
baik kepada masyarakat serta pemerintahan. Mula-mula seorang wartawan
investigator adalah wartawan yang tidak menerima mentah-mentah pernyataan
sumber-sumber resmi. Seorang wartawan yang mau melakukan pekerjaan riset
yang dalam, tekun merekonstruksi suatu kejahatan, dan tidak kenal lelah untuk
mengejar sumber-sumber pentingkira-kira itulah bayangan pekerjaan dalam
jurnalisme investigasi, (Andreas Harsono 2010;255). Ciri utama saat mencari
informasi adalah dengan pandangan yang skeptis, agar tidak terpengaruh dengan
informasi yang berubah-ubah dari narasumber, maka jurnalis investigasi harus
mempunyai idealisme.
Segala kegiatan jurnalis investigasi memiliki konsekuensi yang besar dan
resiko yang sangat tinggi bagi dirinya sendiri maupun keluarganya, semakin besar
kemaunnya dalam meliput semakin berat beban yang harus di tanggung dan juga
harus berani dalam mengambil keputusan untuk membongkar kesalahankesalahan, kecurangan dari sebuah kasus yang sengaja ditutupi oleh pihak yang
bersangkutan.
Masih sedikit jurnalis-jurnalis yang berani untuk melakukan investigasi
pada sebuah kasus besar, karena banyak wartawan-wartwan yang hanya untuk

mencari uang. Idealisme pun dikorbankan hanya untuk profesionalisme yang


merugikan warga. Peran media pun massa juga mempengaruhi kinerja para
wartawannya untuk melakukan investigasi karena adanya batasan-batasan yang
ada di dalam kode etik jurnalistik. Selain itu ada rasa takut dan rasa tidak aman
terhadap ancaman-ancaman dari berbagai pihak. Selain mempunyai sifat yang
skeptis jurnalis investigasi memiliki ciri tersendiri agar sikap-sikap dalam
menginvestigasi sebuah kasus tetap sesuai dengan idealismenya. Agar keakuratan
judul dan isi beritanya tidak dipengaruhi oleh pihak lain dan harus menjadi
informasi yang terbuka kepada masyarakat.
Melakukan investigatif bukanlah suatu tindakan / kegiatan yang mudah
untuk dilakukan oleh masing-masing individu. Peliputannya, melalui produk
kerja dan inisiatif wartawan, dengan demikian, berkaitan dengan kepentingan para
pembaca, pemirsa atau pendengar, (Septain Santana K, 2003: 138). Mental dan
kemantapan idealisme yang dimiliki tidak boleh setengah-setangah agar segala
yang berkaitan dengan pemberitaannya tetap mengikuti arus, terjadwal hingga
mendapat titik temu pada kasus yang diselidiki. Kreatifitas pada saat pencarian
data, informasi, dan dokumen juga dibutuhkan agar selalu mendapat informasiinformasi yang terus berkembang (update) serta akurat.
Tujuan dari jurnalis investigasi juga merupakan bentuk mral kepada
masyarakat, pengabdiannya kepada negara agar bisa mengetahui kebenaran dari
permasalahan yang sedang terjadi. Walaupun proses dalam pencarian berita
terkadang melanggar kode etik jurnalistik, hal tersebut bukan bermaksud untuk
merugikan salah satu pihak akan tetapi tutjuannya demi kepentingan bersama baik
dari pemerintah maupun masyarakat. Besarnya rasa keingin tahuan dan kemauan
dalam mendapatkan informasi merupakan modal utama untuk mendapatkan faktafakta

Dari film Kill The Messenger bisa dijelaskan melalui sikap Gary Webb
selaku wartawan memiliki idealisme yang tinggi sebagai jurnalis dalam
menginvestigasi sebuah kasus yang dilakukan oleh CIA. Pada dasarnya
investigasi hanya bisa dilakukan oleh pihak kepolisian maupun aparat hukum
yang berwenang. Apabila investigasi dilakukan seorang jurnalis itu bukanlah
wewenangnya karena ada pihak-pihak tertentu yang berhak melakukan
investigasi. Akan tetapi dari kemampuan dan ketertarikan Webb dalam melakukan
investigasi kasus tersebut mendapat dukungan dari keluarga dan masyakat luas,
dia pun berani dan melanjutkan investigasinya. Berita yang dibuatnya mampu
mengajak / mempersuasif dan menjadi sorotan masyarakat.
Dari hasil karyanya yang menjadi berita besar dia mendapatkan
penghargaan Assosciation Journalist of the Year, akan tetapi sebelum
mendapatkan penghargaan tersebut sempat terjadi konflik antara Webb dengan
lingkungan media massa dan tempat kerjanya, bahkan dia sendiri diragukan
tentang beritanya. Banyak dari teman-teman kerjanya yang pada akhirnya mengira
/ menduga bahwa Webb telah melakukan kebohongan dalam. Hal tersebut
dilakukan

dengan

tujuan

untuk

menghentikan

investigasinya

terkait

penyelundupan narkoba. Di sisi lain dia juga mendapat teror dan berbagai
ancaman dari pihak CIA, akan tetapi dia tidak mengubah pendiriannya untuk
berhenti dan terus melanjutkan untuk melakukan investigasi.
Demi menjaga reputasinya sebagai jurnalis, dia rela pindah sendirian dari
rumahnya ke sebuah apartemen. Dengan tujuan agar istri dan anak-anaknya tidak
ikut terlibat oleh kegiatannya sebagai jurnalis investigasi. Akhir cerita dari film
Kill The Messenger juga menunjukkan serta memberikan kesan tersendiri
tentang suka duka Webb sebagai jurnalis, hal tersebut terlihat ketika dia berpidato
didepan rekan-rekan kerjanya. Setelah itu dia memberikan sebuah surat
pengunduran dirinya kepada pimpinan tempat dia bekerja.

Pemaparan diatas merupakan alasan peneliti untuk melakukan penelitian


terhadap film tentang jurnalistik yang diambil dari kisah nyata. Film yang dikaji
oleh peneliti adalah film biografi seoarang jurnalis yang berpegang teguh pada
prinsip-prinsip jurnalisme pada film Kill The Messenger karya Michael Cuesta
yang dirilis pada tahun 2014.

B; Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah dari
peneliti:
1; Bagaimana makna judul film Kill the Mesengger ?
2; Bagaimana makna simbol-simbol idealisme yang ada di dalam film Kill

the Mesengger?
C; Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1; Makna judul film Kill the Mesengger
2; Makna simbol-simbol idealisme yang ada di dalam film Kill the

Mesengger
D; Manfaat Penelitian
1;

Manfaat Akademis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan bahan referensi bagi kajian
ilmu komunikasi terlebih tentang Jurnalisme Investigasi, khususnya tentang
idealisme dalam bidang jurnalistik serta memberikan kontribusi akademis
tentang analisis deskriptif yang berguna bagi peneliti maupun pihak pihak
yang berkepenitngan.

2;

Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran, informasi atau pesan
serta menjadi suatu wacana untuk khlayak yang ingin memahami tentang
semiotik Roland Barthes dan sebagai bahan referensi untuk penelitianpenelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A; Komunikasi Massa

Merupakan proses menciptakan kesamaan arti antara media massa dengan


khalayak mereka. Komunikasi Massa adalah komunikasi melalui media massa
(media cetak dan media elektronik). Sebab awal perkembangannya saja komunikasi
masa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media
komunikasi massa). Media massa apa? Media massa (atau saluran) yang dihasilkan
oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan
media massa yakni media tradisional seperti kentongan, angklung, gamelan, dan
lain-lain. Jadi, disini jelas media massa menunjuk pada hasil produk teknologi
modern sebagai saluran dalam komunikasi massa. (Nurudin, 2011; 3)
B; Film

Secara harfiah, film (sinema) adalah cinematographie yang berasal dari kata
cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau grhap (tulisan, gambar,
citra). Jadi pengertian dari film adalah melukis gerak dengan pandang-dengar
cahaya. Agar dapat melukis gerak dengan cahaya, harus menggunakan alat khusus,
yang biasa disebut kamera.
Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang
menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya. Namun, audio
dan visual dapat dikatakan sebagai sebuah film karena memiliki unsur-unsur
tertentu.

1;

Unsur-unsur Pembentukan Film


Film merupakan fungsi hiburan bagi penonton. Di dalam film terdapat
pemain cerita, tema, adegan, aksi, efek visual, musik, setting, akting, sudut dan
pergerakan kamera atau lainnya. Untuk memahami sebuah film tidak terlepas
dari unsur-unsur pembentuk film. Film, secara umum dapat dibagi atas dua
unsur pembentukan yakni, unsur naratif dan unsur sinematik (Pratista, 2008:1).
FILM

UNSUR

UNSUR

Sumber : Memahami Film (Patrista, 2008 : 2)

Menurut konsep diatas maka dalam unsur naratif berhubungan dengan


aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur
naratif. Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur seperti tokoh, masalah,
konflik, lokasi, waktu, serta lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk
unsur naratif secara keseluruhan.
Sedangkan dalam unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam
produksi film. Mise-en-scene adalah segala hal yang berada dalam kamera.
Mise-en-scene memiliki empat elemen pokok yakni, setting atau latar, tata
cahaya, kostum dan make-up, serta akting dan pergerakan pemain. Sinematografi
adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan
obyek yang diambil. Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) ke gambar
(shot) lainnya. Sedangkan suara adalah segala hal dalam film yang mampu kita
tangkap melalui indera pendengaran. Seluruh unsur sinematik tersebut saling
terkait, mengisi, serta berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk unsur
sinematik secara keseluruhan, (Pratista, 2008:2).

Film sebagai media populer memiliki aspek ekonomi karena semakin


banyak massa, film tersebut akan banyak memberikan keuntungan finansial bagi
para film-maker. Dalam perkembangannya berbagai jenis film ada karena sebuah
aspek atau alasan tertentu. Salah satunya jenis film dokumenter dimana saat ini
banyak diproduksi.
2;

Film Dokumenter
Film dokumenter merupakan media komunikasi yang bisa dijadikan acuan
kepada khalayak umum untuk mengetahui realitas sosial yang sudah maupun
yang sedang terjadi, agar bisa dijadikan media pembelajaran kepada khalayak
tentang kehidupan dan budaya lain.
Ada empat kriteria yang menerangkan bahwa dokumenter adalah film nonfiksi, (Gerzon R. Ayawaila, 2008;23):
1;

Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman kejadian yang


sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi.
Bola pada film fiksi latarbelakang (setting) adegan dirancang, pada film
dokumenter harus spontan otentik dengan situasi dan kondisi asli (apa
adanya).

2;

Yang dituturkan dalam dokumenter berdasarkan peristiwa nyata (realita),


sedangkan pada film fiksi isi cerita berdasarkan karangan (imajinatif). Bila
film dokumenter memiliki interpretasi, kreatif, maka dalam fiksi yang
dimiliki adalah interpreatsi imajinatif.

3;

Sebagai film sebuah film non-fiksi, sutradara melakukan observasi pada


suatu peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa
adanya, dan

4;

Apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot,
dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan.

3;

Genre Sebagai Karakter Sebuah Film

Dalam film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau spesifikasi dari
sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang sama (khas) seperti
setting, isi dan subjek cerita, tema struktur cerita, aksi atau peristiwa, periode,
gaya, situasi, icon, mood, serta karakter.
Fungsi utama genre adalah untuk memudahkan klasifikasi sebuah film.
Film yang diproduksi sejak awal perkembangan sinema hingga kini mungkin
telah jutaan lebih jumlahnya. Genre membantu kita memilah film-film
tersebut sesuai dengan spesifikasinya. Sistem signifikasi yang mendasari
bagaimana kita menarik makna dari film juga merupakan metafora dari
pengalaman hidup kita yang terpecah, (Danesi, 2010 : 158). Selain klasifikasi,
genre juga dapat berfungsi sebagai antisipasi penonton terhadap film yang akan
ditonton.
Ada banyak tipe, kategori, dan bentuk penuturan dalam dokumenter.
Dalam beberapa hal terjadi adanya kemiripan; yang membedahkan adalah
spesifikasinya, (Gerzon R. Ayawaila, 2008;41).

3.1; Potret / Biografi

Isi film jenis ini merupakan representasi kisah pengalaman hidup


seorang terkenal ataupun anggota masyarakat biasa yang riwayat hidupnya
dianggap hebat, menarik, unik atau menyedihkan. Bentuk potret umumnya
berkaitan dengan aspek Human Interest, sementara isi tuturan bisa
merupakan kritik, penghormatan, atau simpati.
Potret tidak harus seseorang atau individu, tetapi dapat pula mengenai
sebuah komunitas, sekelompok kecil individu atau sebuah lokasi.
Sedangkan biografi, jelas ini mengenai seorang tokoh atau individu, selain
mengenai profesi atau posisi, juga dikupas dan diketengahkan gambaran
sejak masa kecil hingga dewasa, (Gerzon R. Ayawaila, 2008;45).
3.2; Investigasi

Dokumenter investigasi mencoba mengungkap misteri sebuah


peristiwa yang belum atau tidak pernah terungkap jelas, yang dipilih
biasanya berupa peristiwa besar yang pernah menjadi berita hangat dalam
media massa.
Tipe ini disebut pula investigative journalism, karena metode kerjanya
dianggap berkaitan erat dengan jurnalistik karena itu ada pula yang
menyebutnya dokumenter jurnalistik, (Gerzon R. Ayawaila, 2008;50).

3.3; Dokudrama

Ini merupakan gaya dan bentuk bertutur yang memiliki motivasi


komersial, karena itu subyek yang berperan disini adalah artis film,
(Gerzon R. Ayawaila, 2008;53).
Film Kill the Mesengger merupakan film dengan genre dokumenter yang
membahas tentang biografi seorang jurnalis dalam melakukan investigasi.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa film ini memiliki cerita kehidupan
seseorang yang pernah mengalami peristiwa dari sebuah kasus besar di negara
Amerika Serikat. Karena obyek penelitian yang sedang peneliti bahas
merupakan film dengan judul Kill the Mesengger Karya Michael Cuesta
memiliki unsur yang sangat menonjol pada idealisme jurnalis dalam
melakukan investigasi.

C; Idealisme

Sebagai filsafat, idealisme ialah pandangan yang menganggap atau


memandang ide itu primer dan materi itu sekunder, dengan kata lain menganggap
materi berasal dari ide atau diciptakan oleh ide. (Nurani Soyomukti, 2011;261).
Dalam hal ini lebih mengarah pada kemauan dan keinginan seseorang. Diri
dalam pemahaman Rogers, terdiri atas semua ide, persepsi,dan nilai-nilai yang
mengkarakterisasi saya atau aku; ia mencakup kesadaranapa saya dan apa
yang didapat saya lakukan. Selanjutnya, diri yang dihayati ini mempengaruhi
persepsi orang tentang dunia dan perilakunya. (Alex Sobur; 2013:110)
Investigasi yang dilakukan jurnalis didasari karena kemaunya yang mempunyai
prinsip kuat dari hati dan nuraninya, sehingga dalam melakukan tugasnya sebagai
seorang jurnalis benar-benar berani mengungkap fakta dari sebuah kasus dan
bertanggung jawab untuk kepetingan publik.

D; Investigasi

Menurut Atma kusumah5 coba menyidiknya dari asal kata Latin. Investigative
berasal dari kata Latin vetsigum, yang berarti jejak kaki. Pada sisi ini, hal itu
menyiratkan pelbagai bukti yang telah menjadi suatu fakta, berbentuk data dan
keterangan, dari sebuah peristiwa, (Septian Santana, 2003;135)
E;

Jurnalisme
Jurnalistik atau journalisme berasal dari perkataan journal, artinya catatan
harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti surat
kabar. Journal berasal dari perkataan latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari.
Dari perkataan itulah lahir kata jurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan
jurnalistik.
MacDaugall1 menyebutkan bahwa journalisme adalah kegiatan menghimpun
berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat penting dimana
pun dan kapan pun. Jurnalisme sangat diperlukan dalam suatu negara demokrasi.
Tak peduli apa pun perubahan-perubahan yang terjadi dimasa depan baik sosial,
ekonomi, politik maupun yang lain-lainya. Tak dapat dibayangkan, akan pernah ada
saatnya ketika tiada seorang pun yang fungsinya mencari berita tentang peristiwa
yang terjadi dan menyampaikan berita tersebut kepada khalayak ramai, dibarengi
dengan penjelasan tentang peristiwa itu, (Hikmat Kusumaningrat & Purnama
Kusumanigrat: 2014;15).

1;

Prinsip Jurnalisme
Bill Kovach dan Tom Rosentieldengan dukungan dan bantuan para ahli
media yang tergabung dalam Committee of Concerned Journalistmelakukan
riset yang ekstensif terhadap apa yang sesungguhnya harus dikerjakan oleh
para wartawan. Hasil riset tersebut kemudian ditulis dalam buku The Elements
of Journalism.10, (Luwi Ishwarah, 2005;9):
1;

Kewajiban Pertama Jurnalisme Adalah Pada Kebenaran.


Jurnalisme bukan mengejar kebenaran dalam pengertian yang absolut
atau filosofis, tetapi bisadan harus mengejar kebenaran dalam pengertian
yang praktis. Kebenaran journalistikjournalistic truthini adalah suatu
proses yang dimulai dengan disiplin profesional dalam pengumpulan dan
verifikasi fakta.

2;

Loyalitas Pertama Jurnalisme Adalah Kepada Warga Masyarakat.


Bila wartawan harus menyediakan berita tanpa rasa takut atau
memihakwithout fear or favor, maka mereka harus memelihara kesetiaan
kepada warga masyarakat dan kepentingan publik yang lebih luas di atas
yang lainnya. Prioritas komitmen kepada warga masyarakat ini adalah
basis dari kepercayaan sebuah organisasi berita.

3;

Inti Jurnalisme Adalah Disiplin Untuk Melakukan Verifikasi.


Wartawan mengandalkan diri pada disiplin profesional untuk
memverifikasi informasi. Ketika konsep obyektivitas semula disusun,
tidak berarti bahwa wartawan itu terbebas dari prasangkabias. Yang
obyektif adalah metodenya, tidak wartawannya. Mencari berbagai saksi,
menyingkap sebanyak mungkin sumber, atau bertanya berbagai pihak
untuk komentar, semua mengisyaratkan adanya standar yang profesional.
Disiplin verifikasi inilah yang membedakan jurnalisme dengan bentukbentuk komunikasi yang lain, seperti propaganda, fiksi, atau hiburan.

4;

Para Wartawan Harus Memiliki Kebebasan Dari Sumber Yang


Diliput.
Kebebasan adalah syarat dasar dari jurnalisme. ia menjadi landasan
dari kepercayaan. Kebebasan jiwa dan pemikiranbukan hanya netralitas
adalah prinsip yang harus dijaga oleh wartawan. Walaupun editorial dan
komentar tidak netral, namun sumber dari kredibilitas mereka tetap, yaitu
akurasi, kejujuran intelektual dan kemampuan untuk menyampaikan
informasi, bukan kesetiaan pada kelompok atau hasil tertentu.

5;

Wartawan Harus Mengemban Tugas Sebagai Pemantau Yang bebas


Terhadap Kekuasaan.
Prinsip ini menekankan pentingnya peran penjagawatchdog sebagai
wartawan, kita wajib melindungi kebebasan peran jaga ini dengan tidak
merendahkannya, misalnya dengan menggunakannya secara sembarangan
atau mengeksploitasinya untuk keuntungan komersial.

6;

Jurnalisme Harus Menyediakan Forum Untuk Kritik dan Komentar


Publik.
Diskusi publik ini bisa melayani masyarakat dengan baik jika mereka
mendapatkan informasi berdasarkan fakta, dan bukan atas dasar prasangka
atau dugaan-dugaan. Selain itu, berbagai pandangan dan kepentingan
dalam masyarakat harus terwakili dengan baik. Akurasi dan kebenaran
mengharuskan bahwa sebagai penyusun diskusi publik, kita tidak boleh
mengabaikan titik-titik persamaan dasar di mana penanggulangan masalah
dimungkinkan.

7;

Jurnalisme Harus Berusaha Membuat Yang Penting Jadi Menarik


Dan Relevan.

Jurnalisme adalah bercerita dengan suatu tujuanstory telling with a


purpose. Karena itu, jurnalisme harus berbuat lebih dari sekedar
mengumpulkan audience atau membuat daftar penting.
8;

Wartawan Harus Menajga Agar Berita Itu Proposional Dan


Komprehensif.
Prinsip di sisni adalah jurnalisme adalah suatu bentuk dari
kartografi. Ia menciptakan peta bagi warga masyarakat guna menentukan
arah kehidupan. Menjaga berita agar tetap proporsional dan tidak
menghilangkan hal-hal yang penting adalah juga dasar dari kebenaran.

9;

Wartawan Iitu Memiliki Kewajiban Utama Terhadap Suara Hatinya.


Setiap Wartawan Harus Memiliki Rasa Etik Dan Tanggung Jawab
Sebuah Kompas Moral (Moral Compas). Kita harus mau, bila rasa
keadilan dan akurasi mewajibkan, untuk menyuarakan perbedaan dengan
rekan-rekan kita, apakah itu diruang redaksi atau kantor eksekutif

2;

Jurnalisme Investigasi
Terminologi investigative journalisme memberikan atribut penyelidikan,
keingintahuan dan misi tertenu dari para wartawannya. Jurnalisme ini tidak mau
terjebak dengan adonan pemberitaan entertainment. Liputan beritanya bukan
lagi berdasar agenda pemberitaan harian yang sudah terjadwal di ruang redaksi.
Para wartawan investigasi tidak bekerja berdasarkan pengagendaan berita seperti
yang dalam peliputan reguler. Mereka memasuki subyek pemberitaan tatkala
mereka tertarik untuk mengetahui sesuatu. Kerja peliputannya tidak lagi dibatasi
oleh tekanan tekanan waktu. Ada kekhususan kerja peliputan dibanding
biasanya.
Perkerjaan jurnalisme investigatif, menurut Chris White6 dari The
Parliament Magazine di Brussels: pertama, tertuju untuk mengungkapkan dan
mendapatkan sebuah kisah berita yang bagus dan, kedua, menjaga masyarakat

untuk memiliki kecukupan informasi dan mengetahui adanya bahaya di tengah


kehidupan mereka, (Setiawan Santana K, 2003: 136). Selain itu, jurnalisme
invetigasi mempunyai ciri peliputannya meliputi kegiatan pengujian berbagai
dokumen dan rekaman, pemakaian informasi informan, keseriusan dan perluasan
riset. Reportase investigastif seringkali mengekspos penyimpangan yang
dilakukan para pekerja publik dan aktivitasnya, (Setiawan Santana K, 2003:
137).
3;

Elemen-Elemen Jurnalisme Investigasi


Agar berita invetigasi berjalan lancar dan sesuai agenda dari wartawan.
Maka, jurnalis investigasi biasanya memenuhi elemen-elemen ini (Dhandy Dwi
Laksono, 2010:6):
1; Mengungkap kejahatan terhadap kepentingan publik, atau tindakan yang

merugikan orang lain.


2; Skala dari kasus yang diungkap cenderung terjadi secara luas atau sistematis

(ada kaitan atau benang merah).


3; Menjawab semua pertanyaan penting yang muncul dan memetakan persoalan

dengan gamblang.
4; Mendudukkan aktor-aktor yang terlibat secara lugas, didukung bukti-bukti

yang kuat.
5; Publik bisa memahami kompleksitas masalah yang dilaporkan dan bisa

membuat keputusan atau perubahan berdasarkan laporan itu.


4;

Proses Kerja Investigasi


Paul N. Williams, seorang wartawan investigasi mengidealisasikan
gambaran reportase investigasi secara lengkap melalui bukunya Investigasi
Reporting and Writing. William memberikan sebelas langkah investigasi
reporting, yang terdiri dari:
1;

Conception

Unsur awal dari kerja investigasi ini berkaitan dengan apa yang disebut
pencarian berbagai ide. Meneurut Williams, ide atau gagasan bisa didapat
melalui: saran seseorang, menyimak berbagai narasumber regule, membaca,
memanfaatkan potongan berita, mengembangkan sudut pandang lain dari
peristiwa berita, dan observasi langsung.
2;

Feasibility Study
Usai mengonsep gagasan, langkah selanjutnya adalah mengukur
kemampuan dan perlengkapan yang diperlukan. Berikut adalah beberapa hal
yang perlu dipelajari wartawan sebelum memulai liputan investigasi:
berbagai halangan yang harus diatasi, orang-orang yang diperlukan,
kemungkinan adanya tekanan terhadap media, serta menjaga kerahasiaan
dari media lain.

3;

Go-No-Go Decision
Langkah ini merupakan pengukuran terhadap hasil investigasi yang akan
dilakukan. Setiap liputan investigasi mesti memperhitungkan hasil akhir dari
proyek penyelidikan yang akan dikerjakan.

4;

Basebuilding
Langkah ini berkaitan dengan upaya wartawan untuk mencari dasar
pijakan dalam menganalisis sebuah kasus.

5;

Planning
Langkah perencanaan ini berkaitan dengan kerja pengumpulan,
penyusunan, dan pemilihan orang yang akan melaksanakan tugas-tugas
tertentu.

6;

Original Research
Kegiatan riset di sini berarti kerja pencarian data, penggalian bahan, yang
umumnya terdiri dari dua kerja penelusuran, yaitu: penelusuran paper trails
dan penelusuran people trails

7;

Re-evaluation
Segala tindakan invetigasi dilaksanakan dan mendapat banyak masukan
data dan informasi, diadakan kegiatan mengevaluasi kembali segala hal
yang telah dikerjakan dan didapat.

8;

Filling the Gaps


Pada fase ini, kegiatan investigasi mengupayakan menutupi beberapa
bagian bahan yang belum terdata.

9;

Final Evaluation
Tahap evaluasi ini adalah pekerjaan mengukur hasil investigasi dengan
kemungkinan buruk atau negatif. Yang terpenting adalah mengevaluasi
keakurasian pihak-pihak yang hendak dilaporkan di dalam standar pekerjaan
jurnalistik.

10; Writing and Rewriting

Pekerjaan menulis laporan memerlukan kesabaran, ketekunan, dan


kemauan untuk terus memperbaiki penulisan berita jika diperlukan.
11; Publication and Follow up Stories.

Pelaporan berita investigasi biasanya tidak hanya muncul didalam satu


kali penerbitan. Masyarakat kerap memerlukan perkembangan dari masalah
yang diungakap.
5;

Mengembangkan Fakta Dengan Dangerous Project


Jurnalis investigasi dialokasikan sebagai perkerjaan yang berbahya atau
dangerous projects. Para wartawannya berhadapan dengan kesengajaan pihakpihak yang tidak mau urusannya diselidiki, dinilai, dan dinilai juga dilaporkan
kepada masyarakat. Oleh karena itu, kewaspadaan karier kewartawanan menjadi
hal penting. (Septian Santan K, 2003: )
Banyak kasus terkait dengan tindakan-tindakan represif (serangan) terhadap
jurnalis investigasi. Mulai dari kritikan, fitnah, pemukulan, teror, penculikan
bahkan pembunuhan sering dialami oleh para jurnalis investigasi.

F; Semiotika

Secara epistomologi, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang
berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar
konvesni sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewaikili sesuatu
yang lain (Eco, 1979:16). Sedangkan Van Zoest (1996;5) mengartikan semiotik
sebagai ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubugan dengannya: cara

berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimanny, dan penerimaannya


oleh mereka yang mempergunakannya. (Alex Sobur 2006; 96)
Sebagaimana dipaparkan Lecthe (2001:227) seringkali mengulang-ulang
bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang,
perumusan yang terlalu sederhana ini menyalahi kenyataan tentang adanya
fungsi tanda: Tanda A menunjukkan suatu fakta (Objek B), kepada
penafsirannya, yaitu C. Oleh karena itu, suatu tanda itu tidak pernah berupa
suatu entintas yang sendirian, tetapi yang memiliki ketiga aspek tersebut. Pierce
mengatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan contoh dari kepertamaan,
objeknya adalah keduaan, dan penafsiranunsur pengantaraadalah contoh dari
ketigaan. Pierce berusaha untuk menemukan struktur terner dimana pun mereka
bisa terjadi. Keketigaan yang ada dalam konteks pembentukan tanda juga
membangkitkan semitoka yang tak terbatas, selama suatu penafsir (gagasan)
yang membaca tanda sebagai tanda bagi yang lain (yaitu wakil dari suatu makna
atau penanda) bisa ditangkap oleh penafsir lainnya. Penafsir ini adalah unsur
yang harus ada untuk mengaitkan tanda dengan objeknya (induksi, deduksi, dan
penangkapan [hipotesis] membentuk tiga jenis penafsir yang penting). Agar bisa
ada sebagai suatu tanda, maka tanda tersebut harus ditafsirkan (dan berart harus
memiliki penafsir). (Alex Sobur, 2009;40).
Bagi Pierce (Pateda, 2001;44) tanda is something which stands to
somebody for something in some respect or capaity. Sesuatu yang digunakan
agar tanda bisa berfungsi, oleh Pierce disebut ground. Konsekuensinya, tanda
(sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground
project, object dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Pierce (lihat Pateda,
2001;44) mengadakan klasifikasi tanda, tanda yang dikaitkan dengan ground
dibaginya menjadi qulisign, sinsign, dan legisgn. Qualisgn adalah kualitas yang
ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign

eksistensi aktual benda atau peristiwa yang pada tanda; misalnya kata kabur atau
keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada
hujan dihulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda,
misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau
tidak boleh dilakukan manusia,

Anda mungkin juga menyukai