GINJAL
Ginjal merupakan organ vital yang berperan dalam mempertahankan
kestabilan biologis dalam tubuh. Ginjal berperan penting dalam
pengaturan cairan tubuh, keseimbangan elektrolit, pengeluaran hasil
metabolit dan eksresi obat dari dalam tubuh 37. Berdasarkan hal tersebut,
diperlukan perhatian yang cukup besar agar organ tersebut tetap
berfungsi dengan baik.
Terdapat dua macam istilah umum gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan
gagal ginjal kronik. Gagal ginjal akut, terjadinya penurunan fungsi ginjal
secara tibatiba yang dapat disebabkan oleh kerusakan, sirkulasi yang
buruk atau penyakit ginjal lainnya 20. Gagal ginjal kronik merupakan
penurunan fungsi yang progresif selama beberapa bulan hingga bertahuntahun yang ditandai berubahnya bentuk serta fungsi dari ginjal normal
secara bertahap 26
Sebagian besar obat yang larut air dieksresikan dalam jumlah tertentu
dalam bentuk utuh melalui ginjal. Dosis obat obat tersebut, terutama
yang memiliki kisar terapetik sempit (narrow therapeutic window drugs)
butuh penyesuaian yang hatihati apabila diresepkan pada pasien dengan
fungsi ginjal menurun. Akumulasi kadar obat dalam plasma dapat terjadi
dan level toksik minimum dapat terlewati apabila dosis tidak dihitung
berdasarkan fungsi ginjal pasien. Sebagian besar obat juga memiliki efek
merusak ginjal (nefrotoksik), sehingga dosisnyajuga harus disesuaikan
pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal. 23
Strategi penyesuaian dosis pada pasien gagal ginjal dapat membantu
dalam terapi obat individu dan dapat mencegah penurunan kualitas hidup
pasien lebih lanjut 19. Metode yang direkomendasikan dalam mengatur
penyesuaian dosis adalah dengan mengurangi dosis, memperpanjang
interval dosis atau kombinasi keduanya 32
Penyesuaian dosis pada pasien gagal ginjal bertujuan untuk mendapatkan
terapi yang optimaln dan agar ginjal pasien tidak mengalami beban yang
berlebih akibat peingkatan kadar obat dalam plasma. 32,37 Efek terapi
setiap obat akan berbeda-beda pada setiap individu terkait dengan
fisiologis individu tersebut dan proses kinetika obat. Efek terapi yang
optimal diperoleh dengan mempertimbangkan respon klinis secara
farmakodinamik dengan menggunakan dosis minimal terapi (dosis
minimal yang memberikan efek optimal). Perhitungan dosis berdasarkan
prinsip farmakokinetik merupakan salah satu pedoman dalam
menetapkan dosis paling tepat pada terapi pasien terutama pasien-pasien
populasi khusus seperti pasien gagal ginjal.
Beberapa antibiotika yang sering menyebabkan gangguan ginjal antara
lain golongan aminoglikosida, golongan beta laktam,
vancomisin,sulfonamide. kotrimoksazol,azyclovir, amphotericin B,
2. GOLONGAN SULFONAMID.
Pe n g g u n a a n o b a t g o l o n g a n s u l f o n a m i d m e n i n g k a t d e n g a n
a d a n y a A I D S , b i l a dikombinasikan dengan beberapa obat
dapat digunakan untuk pengobatan malaria ( sulfadoksin dan
pyrimethamine )
Hampir semua obat golongan sulfonamid diekskresikan melalui
ginjal, baik dalam bentuk asetil maupun bentuk bebas. Masa
paruh obat tergantung dari fungsi ginjal, karenanya harus
diperhatikan bila fungsi ginjal terganggu. 46
Spektrum nefrotoksisitasnya meliputi: nefritis
interstitial
akut,arteritis nekrotikan, gangguan ginjal akut akibat anemia
hemolitik pada pasien dengan defisiensi G-6-PD dan Gangguan
ginjal akut akibat kristaluria pada pemakaian lama golongan sulfa
ini.
Pencegahan dan pengobatan dapat dilakukan dengan
a.mempertahankan hidrasi yang adekuat (3 liter /hari) atau
mempertahankan jumlah uri tetap 1500 cc/hari 46
b.alkalinisasi urin dengan sodium bikarbonat 6 -12 gram/hari
sampai pH urin > 7,5.
c.Pemeriksaan mikroskopis urin 2-3 kali seminggu untuk
mendeteksi hematuria.
d.U SG pa da s e mua he ma turia .
e.Mengurangi dosis sulfa .
f.Pemasangan ureteral stent atau dialisis bila perlu
kalau tindakan bedah tak memungkinkan.
3. AMPHOTERICIN B ( Am B)
4.RIFAMPISIN
5.ACYCLOVIR
7. VANCOMISIN
Merupakan antibiotika yang dihasilkan oleh streptomises
orientalis,yang tidak dapat diserap oleh saluran cerna,
karenanya hanya diberikan intravena untuk mendapatkan efek
sistemik. Obat ini sangat toksis, obat ini hanya dipakai kalau
obat yang lain alergi 53 Uremia yang fatal bila pemberiannya dosis
besar, terapi yang lama, atau diberikan pada gangguan ginjal,
karena itu perlu monitoring yang sangat ketat. Pemakain
sekarang biasanya sudah dengan bentuk lain yaitu dalam bentuk
kombinasi dengan D-mannitol dan makrogol 400 ( PEG 400) ,
dimana efek nefrotoksinya jauh berkurang.
Mekanisme kerusakan ginjal akibat vancomisin melalui
kerusakan glomerulus yaitu delatasi Bowman,s space dan
hipertrofi glomerulus. Sedangkan di tubulus dapat berupa
delatasi tubulus renalis, nekrosis atau dergenerasi epitel tubulus
dan adanya silinder hialin dalam tubulus. 54
2. LOADING DOSE
Waktu paruh suatu obat menentukan kecepatan akumulasinya
didalam tubuh pada pemberian berulang. Karenanya pada
pemberian obat secara berulang konsentrasi rataratanya dalam
plasma meningkat secara lebih perlahan pada setiap
pemberian obat. Kondisi stabil (steady state) dapat tercapai bib
jumlah obat yang tereliminir dalam interval dosis sebanding
dengan jumlah dosis yang diberikan. Untuk mencapai keadaan
ini biasanya diperlukan waktu 4 kali waktu paruh obat.
Bila ingin kondisi stabil dapat tercapai lebih cepat maka dapat
diberikan dengan loading dose (D1). Dl ekuivalen dengan kadar
puncak obat pada steady state ,dan sebanding dengan
konsentrasi puncak obat dalam plasma(Cs max) dan volume
distribusi obat (V)
D1 = Cs max X V
Dari formula ini loading dose yang diperlukan dapat dihitung,
walaupun konsentrasi plasma dalam prakteknya jarang diukur.
Metode ini digunakan secara implisit pada dosis yang
direkornendasikan tiap obat. Dalam kebanyakan kasus Dl tidak
dipengaruhi oleh insuffisiensi ginjal , namun terkadang V
berkurang (misal digoksin)Dl sebaiknya dikurangi pada pasien
dengan insuffisiensi ginjal berat.
Melihat beberapa antibiatica masih banyak dipakai walaupun nefrotoksis maka beberapa
hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan obat pada gagal ginjal yaitu:
Hal ini bisa dipakai pada obat yang mempunyai waktu paruh
yang panjang (misal digoksin) . Tetapi pada obat yang
mempunyai waktu paruh yang singkat ( <24 jam) kalkulasi ini
kurang dapat diterima. Pada kasus ini dapat dipakai rumus
sebagia berikut : Dm = total body load X 0,7/t 1/2 ( #1/2 = waktu
paruh).
Loading dose biasanya tidak diberikan pada penggunaan obatobat dengan waktu paruh pendek, tetapi konsep yang sama
dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi yang ingin
dicapai.
Jika kliren suatu obat berkurang maka obat akan terakumulasi
dan dibutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai kadar steady
state jika loading dose tidak diberikan fraksi karena waktu paruh
yang memanjang. Karena itu pada penderita dengan gagal ginjal
diperlukan perubahan Dm dan juga diperlukan kesabaran untuk
mencapai steady state.
Kliren total suatu obat dan konsentrasi steady state nya sangat
berhubungan , hal ini bisa dilihat dari persamaan berikut:
Konsentrasi plasma steady state = fraksi dosis yang diabsorpsi X
dosis/
Kliren total X interval dosis.
Dosis interval = normal Ccr/ patien't Ccr X normal interval.
56
57
dosis awal
Netilmisin,tobramisin )
10-29th
6 mg/kgBB/hari
24 mg/kgBB/hari
30-60th
5 mg/kgBB/hari
20 mg/kgBB/hari
> 60 th
4 mg/kgBB/hari
16 mg/kgBB/hari
rekomendasi)
> 66
100 %
54-66
85 %
42-54
70 %
30-42
55 %
21-30
40 %
<21
40-60
30-40
<30
Antibiotik
kliren kratinin
>50
ml/m
1050m1/m
<10m1/
m
CAPD
Atau
HD
CCVHD
dan
CAVHD
Aciclovir
Tiap 8
jam
12-24
jam
50%/24ja
m
Amikasin
50100%/2
4 jam
30%/48j
am s/d
50%/24ja
m
30%/48j
am
1520mg/
L
dialiasa
/hr
30%/48j
am
Ampisilin
tiap 6
jam
6- 12jam
12-24jam
612jam
6-12jam
Cefotak si
m
Tiap 68 jam
8-12jam
24ja m
812jam
812jam
Siprofloks
asin
tiap 12
jam
12-24
jam
24 jam
250mg/
8 jam
12 jam
Rifampis
in
normal
normal
50100%
norma
l
norma
l
Tetrasiklin
dilarang
dilarang
Dilaran
g
Dilaran
g
Vancomisi
n
12-24
jam
24-96jam
Tiap4-10
hari
2496jam
3,5mg/kg/ha
ri
KESIMPULAN
Pada dasarnya antibiotika nefrotoksis masih bisa diberikan pada
penderita gangguan fungsi ginjal bila diperlukan . Namun demikian
kita perlu pengetahuan tentang farmakokinetik dan farmakodinamik
dari obat antibiotika tersebut. Assesment penderita dengan
gangguan fungsi ginjal perlu diperhatikan dengan benar, terutama
dalam pemberian dosis awal dan interval dosis yang diperlukan
berdasarkan nilai kliren kreatinin penderita.
Rekomendasi untuk preskripsi antimikroba dalam gagal
ginjal
Antibiotik
GFR (mL/min)
Ringan
50-20
Sedang
20-10
Komentar
Berat
<10
*Aciclovir
Dosis
normal
tiap 12
jam
Dosis
normal
tiap 24
jam
50%
dari
dosis
normal
tiap
24
jam
Diberikan
HD
paska-
Aciclovir po
normal
Herpes
simplex:
normal
Herpes
zoster:
800 mg
Total
Dissolved
Solids
(tds)
Herpes simplex:
200 mg bid
Herpes zoster: 800
mg bd
Diberikan
HD
paska-
Amikacin
5-6 mg/kg
12 jam
3-4 mg/kg
24 jam
HD: 5
mg/kg
paska HD
dan
monitor
level
Diberikan
paskaHD
Monitor pra- dan 1
jam setelah dosis
ketiga dan
sesuaikan dosis
sesuai yang
dibutuhkan
Amoxicillin po
Normal
Normal
250 mg 8 jam
(normal)
Diberikan
HD
Amphotericin
(Liposonal+lipid
complex)
paska-
esensial
Ampicillin IV
Normal
250-500
mg 6 jam
250 mg 6 jam
(500 mg 6 jam)
Diberikan
HD
paska-
Benzylpenicillin
Normal
75%
20-50%
Max 3.6 g/hari
(1.2 g qds)
Diberikan
paskaHD
Rujuk pada
mikrobiologi untuk
dosis dalam SBE
Caspofungin
Normal
Normal
Normal
Cefotaxime
Normal
Normal
1 g stat kemudian
50%
Diberikan paskaHD
Cefradine
Normal
Normal
250 mg 6 jam
Diberikan
HD
paska-
Ceftazidime
1 g 12 jam
1 g 24 jam
500 mg 24 jam (1
g 24 jam)
Diberikan
HD
paska-
Ceftriaxone
Normal
Normal
Normal
Max 2g/hari
Cefuroxime IV
Normal
750 mg1.5 g 12
jam
750 mg 24 jam
(750 mg 12 jam)
Diberikan
HD
paska-
Normal
50%
50%
Clarithromycin IV+po
Normal
Normal
50%
Diberikan
HD
paska-
Clindamycin IV+po
Normal
Normal
Normal
Co-amoxiclav
(Augmentin)
IV
Normal
1.2 stat
kemudian
50% 12
jam
(1.2 g 12
jam)
Diberikan
HD
paska-
Co-amoxiclav
(Augmentin)
po
Normal
375-625
mg 12 jam
(375 mg 8
jam)
375 mg 12 jam
(375 mg 8 jam)
Diberikan
HD
paska-
*Co-trimoxazole IV
Normal
Normal
untuk 3/7
kemudian
50%
50%
Diberikan
HD
paska-
Doxycycline
Normal
Normal
Normal
Tetracycline
lain
terkontraindikasi
dalam kerusakan
ginjal
Erythromycin IV+po
Normal
Normal
Normal
Max 1.5g/hari
(500 mg qds)
*Ethambutol
Normal
24-36 jam
48 jam
Diberikan
HD
paska-
(kontak Mirco)
Flucloxacillin IV+po
Normal
Normal
Normal
Max 4 g/hari
Fluconazole
Normal
Normal
50%
Diberikan
paskaHD
Tidak ada
penyesuaian
dalam terapi dosis
tunggal yang
diperlukan
*Flucytosine
50 mg/kg
12 jam
50 mg/kg
24 jam
50 mg/kg stat
kemudian dosis
sesuai level
Diberikan
paskaHD
Level harus
dimonitor
pradialisis
Fusidic acid
Normal
Normal
Normal
1)Gentamicin
SEKALI SEHARI
GFR<10mL/min
2
mg/kg
(maks
200 mg)
Dosis ulang sesuai
level
KEDUA METODE
Diberikan
paskaHD
Monitor
level
darah
2)Gentamicin
KONVENSIONAL
80 mg 12
jam
80 mg 48
jam
80 mg 24 jam
HD: 1-2 mg/kg
Paska-HD: Dosis
ulang sesuai level
Imipenem
250500mg bid
Resiko kejang
gunakan
Meropenem: lihat
dibawah
Diberikan
HD
paska-
Isoniazid
Normal
Normal
200-300 mg 24
jam
Diberikan
HD
paska-
Itraconazole
Normal
Normal
Normal
Levofl axacin
500 mg
stat
kemudian
250 mg
bid**
500 mg
stat
kemudian
125 mg
bid**
500 mg stat
kemudian 125 mg
od
** Diaplikasikan
jika dosis penuh
adalah 500 mg bid
Jika dosis penuh
adalah 500 mg od,
dosis dikurangi
lima tiap hari
Linezolid
Normal
Normal
Normal
Diberikan
HD
paska-
Meropenem
12 jam
50% 12
jam
50% 24 jam
Diberikan
HD
paska-
Metronidazole
Normal
Normal
12 jam (normal)
Diberikan
HD
paska-
Nitrofurantoin
Penicillin V
Normal
Diberikan
HD
paska-
Normal
Normal
Piperacillin/
Tazobactam (Tazocin)
4.5 g 8
jam
4.5 g 12
jam
4.5 g 12 jam
Pyrazinamide
Normal
Normal
Normal
Rifampicin
Normal
Normal
50-100%
*Teicoplanin
100% 48
jam
100% 72
jam
100% 72 jam
Tetracycline
Diberikan
HD
paska-
Reduksi dosis
setelah hari
ketiga terapi
Lihat Doxycycline
Trimethoprim
Normal
Normal
untuk 3/7
kemudian
50% 18
jam
50% 24 jam
Diberikan
HD
Vancomycin
1 g od
Cek level
pra-dosis
sebelum
dosis
ketiga
1 g 48 jam
Cek level
pra-dosis
sebelum
dosis
kedua
1 g stat (atau 15
mg/kg, hingga
maks 2 g)
Cek ulang level
setelah 4-5 hari
HANYA berikan
dosis lanjutan
ketika level <12
mg/L
Vorinconazole
Normal
Normal
Normal
Diberikan
HD
paska-
paska-
TINJAUAN PUSTAKA
1.
4.
5.
6.
7.
Ashley, C., Currie, A. 2009. Renal Drug Handbook 3rd ed. New York:
Radcliffe Publishing
Bauer,
L.A. 2006. Clinical Pharmacokinetics Handbook.
Washington: McGram Hill.
8.
9.
Bailey,
C. J., Turner,
R. C. 1996. Metformin. New England
Journal of Medicine, 334, 575-579.
10.
11.
12.
13.
Cotter, G., Weissgarten, J., Metzkor, E., Moshkovitz, Y., Litinski, I.,
Tavori, U., Perry, C., Zaidenstein, R., Golik, A. 1997 Increased toxicity
of high-dose furosemide versus low-dose dopamine in the treatment
of refractory congestive heart failure. Clin Pharmacol Ther, 62, 187
193.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Henny L., et al.J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011 clinical uses. In: Alberti KGMM,
DeFronzo RA, Keen H, Zimmet P, eds. International textbook of diabetes
mellitus. Vol. 1. Chichester, England: John Wiley, 773-795.
23.
24.
25.
Jenkins, A. C., Dreslinki, G. R., Tadros, S. S., Groel, J. T., Fand, R., Herczeg,
S. A. 1985. Captopril in hypertension: seven years later. J Cardiovasc
Pharmacol, 7 (suppl 1), 96101.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
Olivera, M. E., Manzo, R. H., Junginger, H. E., Midha, K. K., Shah, V. P.,
Stavchansky, S., Dressman, J. B., Barends, D.M. 2010. Biowaiver
Monographs for Immediate Release Solid OralDosage Forms: Ciprofloxacin
Hydrochloride. Journal of Pharmaceutical Sciences, 10, 1-12.
34.
Patel, I. H., Sugihara, J. G., Weinfeld, R. E., Wong, E. G., Siemsen, A. W.,
Berman, S. J. 1984. Ceftriaxone pharmacokinetics in patients with various
degrees of renal impairment. Antimicrob Agents Chemother; 25, 438442.
35.
Raja, N., Miller, W. E., McMillan, R, Mason, J. R. 1998. Ciprofloxacinassociated Acute Renal Failure in Patients Undergoing High-Dose
Chemotherapy and Autologous Stem Cell Rescue. Bone Marrow
Transplantation, 21, 12831284.
36.
Sweetman, C. S. 2009. Martindale, The Complete Drug Reference. Thirtysix editon. London-Chicago: Pharmaceutical Press.
37.
38.
Siu-Kim, C., Chan, L. K. 2009. Drug Dose in Patient with Rena Impairment.
In Kar Neng Lai. A Practical Manual of Renal Medicine. Hongkong: World
Scientific.
39.
Vance-Bryan, K., Kyle, G., David, R. P., Rotschafer, J. C. 1990. Clinical 154
Henny L., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011 pharmacokinetics
40.
41.
42. Jha V, Chugh KS. Drug Induced renal desease. J Assoc Physicians
India 1995; 43: 40715.
43. Singh Np, Ganguli A, Prakash A. Drug induced Kidney Diseases_
JAPI 2003;51: 970977.