NIM
: K3314010/B
k=
A
C
Konsentrasi
Absorbansi
(ppm)
0.078
0.093
0.199
0.249
0.333
0.421
0.479
0.568
0.678
10
0.759
k 1=
o.o78
=0.078
1
k 6=
o.421
=0.07016
6
k 2=
o.o93
=0.0465
2
k 7=
o.479
=0.0684
7
k 3=
o.199
=0.0663
3
k 8=
o.674
=0.071
8
k 4=
o.249
=0.06225
4
k 9=
o.678
=0.07
9
o.333
=0.0666
5
k 10=
k 5=
k ratarata=
53
o.759
=0.0759
10
o.o78+0.0465+0.0663+0.06225+0.0666+0.07016+0.0684+0.071+0.0753+0.0759
10
c=
A
k
Pada 5 ppm
c=
A
k
c=
A
k
0,533
0,068041
0,135
0,068041
M 2=
SAMPEL
5 ppm
25 ppm
c=
A
k
c=
A
k
M 1x V 1
V2
=
25 x 1
50
0,027
0,068041
0,01
0,068041
= 0,5 ppm
KONDISI
ABSORBANSI
KONS.
FAKTOR
SELISIH
TERUKUR
PENGENCERAN
KONS.
3.2062
Awal
0.353
5.1912
Akhir
0.135
1.985
Awal
0.027
0.397
50
akhir
0.01
0.147
50
B. Berdasarkan Grafik
k = 0,0779
0.25
Sampel 5 ppm
c=
A
0,353
=
=4,5315 ppm
k ratarata 0,0779
c=
A
0,135
=
=1,7329 ppm
k ratarata 0,0779
(awal)
(akhir)
Sampel 25 ppm
c=
A
0,027
=
=0,3466 ppm
k ratarata 0,0779
c=
A
0,01
=
=0,1284 ppm
k ratarata 0,0779
(awal)
(akhir)
SAMPEL
KONDISI
ABSORBANSI
KONS.
FAKTOR
SELISIH
5 ppm
25 ppm
TERUKUR
PENGENCERAN
KONS.
2.7986
Awal
0.353
4.5315
Akhir
0.135
1.7329
Awal
0.027
0.3466
50
akhir
0.01
0.1284
50
0.2182
difraksi sinar-X yang terdifraksi dan sudut-sudut 2. Tiap pola yang muncul pada pola XRD
mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu.
Suatu kristal yang dikenai oleh sinar-X tersebut berupa material (sampel), maka
intensitas sinar yang ditransmisikan akan lebih rendah dari intensitas sinar datang, hal ini
disebabkan adanya penyerapan oleh material dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam
material tersebut. Berkas sinar-X yang dihamburkan ada yang saling menghilangkan
(interferensi destruktif) karena fasenya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan
(interferensi konstrktif) karena fasenya yang sama. Berkas sinar-X yang menguatkan
(interferensi konstruktif) dari gelombang yang terhambur merupakan peristiwa difraksi. SinarX yang mengenai bidang kristal akan terhambur ke segala arah, agar terjadi interferensi
konstruktif antara sinar yang terhambur dan beda jarak lintasnya maka harus memenuhi
pola n. Berdasarkan hukum Bragg diperoleh persamaan sebagai berikut :
Beda lintasan
N = 2 d sin
Dengan merupakan panjang gelombang, d adalah jarak antar bidang, n adalah
bilangan bulat (1,2,3, ) yang menyatakan orde berkas yang dihambur, dan adalah sudut
difraksi.