Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Ekstraksi Bijih Aluminium


Bijih alumunium yang lebih dikenal dengan nama bauksit banyak terdapat di daerah
Tropik dan Sub-Tropik, yaitu Afrika, India Barat, Amerika Selatan dan Australia. Bijih
bauksit dimurnikan menjadi alumunium oxide trihydrate (alumina) kemudian secara
elektrolisa direduksi menjadi logam alimunium. Logam alumunium sebagai produk dari
industri pertambangan yang berasal dari pengolahan bijih bauksit melalui standar yang telah
kita kenal, yaitu didapat dari proses pengolahan bauksit menjadi alumina (proses bayer) dan
pengolahan alumina menjadi alumunium (proses Hall-Heroult).
Setelah mendapatkan Alumina dari proses Bayer maka proses selanjutntya untuk
mendapatkan Aluminium adalah peleburan Alumina. Proses ini didasarkan pada prinsip
elektrolisa lelehan garam alumina pada temperature yang tinggi. Syarat alumina yang akan
dilebur menjadi logam aluminium adalah sebagai berikut :
a. kadar Al2O3 98,50% - 99,40%
b. kadar SiO2 0,015% - 0,03%
c. kadar Fe2O3 0,015% - 0,03%
d. kadar TiO2 0,001% - 0,003%
IV.2. Tahapan Proses Bayer.
Proses Bayer merupakan tahapan pemurnian bijih bauksit menjadi alumina. Pada
tahapan ini terdiri dari 4 tahap yaitu ekstraksi, pemisahan, presipitasi, dan kalsinasi.
1. Tahap ekstraksi
Tahap ekstraksi atau tahap digestion merupakan tahap pertama dalam proses Bayer.
Bauksit dan natrium hidroksida diumpankan secara terpisah ke dalam autoclaves, tubular
reactor, dan steel vessel. Kondisi operasi tahap ini adalah pada temperatur 140 C dan tekanan
34 atm. Alumina hidrat yang terdapat di dalam bauksit larut di dalam natrium hidroksida dan
menghasilkan natrium aluminat (NaAlO2).

Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :

Al(OH)3 + NaOH NaAlO2 + 2 H2O

...(1)

AlO(OH) + NaOH NaAlO2 + H2O

...(2)

Aluminium hidroksida larut di dalam natrium hidroksida, sedangkan zat zat lain
seperti silika dan semua oksida logam lainnya tidak larut di dalam natrium hidroksida.
Larutan natrium aluminat dan natrium hidroksida disebut dengan green liquor, sedangkan zat
zat yang tidak larut di dalam natrium hidroksida seperti silika, oksida besi, titanium oksida
(TiO2), kaolin (H4Al2Si2O9), dan oksida logam lain membentuk red mud. Natrium aluminat
yang terbentuk didinginkan hingga 50 85 oC dalam flash tank.
Ada dua macam reaksi lainnya yang terjadi pada proses ekstraksi yaitu :
A. Desilication
Desilication merupakan reaksi antara silika yang terdapat di dalam bauksit, seperti
kaolin, dengan natrium hidroksida membentuk natrium silikat terlarut. Pada temperatur
digestion, natrium silikat membentuk natrium aluminium silikat yang tidak larut.
Reaksi yang terjadi adalah :
5 Al2Si2O5(OH)4 + 2 Al(OH)3 + 12 NaOH 2 Na6Al6Si5O17(OH)10 + 10 H2O

...(3)

Desilication dipengaruhi oleh temperatur tinggi dan waktu tinggal unutk mendapatkan
produk yang murni.
B. Causticization of liquor
Causticization of liquor merupakan reaksi antara kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
dengan natrium karbonat untuk meregenerasi natrium hidroksida dan presipitasi kalsium
karbonat. Reaksi ini merupakan reaksi yang penting dalam proses Bayer. Reaksi yang terjadi
adalah :
Na2CO3 + Ca(OH)2 CaCO3 + 2 NaOH

...(4)

Natrium karbonat dihasilkan pada proses Bayer karena degradasi zat zat organik
oleh natrium hidroksida dan karena absorpsi CO2 selama larutan terkena udara luar.

2. Tahap pemisahan.
Tahap kedua dari proses Bayer adalah tahap pemisahan natrium aluminat dengan red
mud. Larutan natrium aluminat difiltrasi untuk memisahkan red mud. Red mud ditambahkan
flokulan untuk meningkatkan settling rate, kemudian dipindahkan dengan menggunakan
thickener yang berdiameter besar. Partikel partikel padat yang terkandung dalam red mud
dipisahkan dengan filter press. Sedangkan, aluminium yang masih terdapat di dalam red mud
didaur ulang dengan menggunakan counter current 18 decantation. Red mud ditambah
dengan kapur (Ca(OH)2) untuk causticization supaya terbentuk natrium hidroksida dan
kalsium karbonat.
Reaksi yang terjadi yaitu :
Na2CO3 + Ca(OH)2 2 NaOH + CaCO3

...(5)

Natrium hidroksida ini dapat digunakan kembali pada proses awal.


3. Tahap presipitasi.
Presipitasi dilakukan untuk memisahkan aluminium hidroksida (Al(OH)3). Reaksi
yang terjadi pada tahap ini adalah :
NaAlO2 + 2 H2O Al(OH)3 + NaOH

...(6)

Presipitasi Al(OH)3 tidak terjadi dengan sendirinya, sehingga presipitasi dilakukan


dengan cara menambahkan kristal aluminium hidroksida untuk menginisiasi presipitasi. Ada
6 macam precipitating agents yang dapat digunakan di dalam proses ini antara lain :
Hidrogen peroksida (H2O2)
Karbon dioksida (CO2)
Amonium karbonat ((NH4)2CO3)
Amonium hidrogen karbonat ((NH4)HCO3)
Amonium aluminium sulfat ((NH4)2Al(SO4)2)
Kristal aluminium hidroksida (Al(OH)3
4. Tahap kalsinasi
Aluminium hidroksida dikeringkan di dalam rotary kiln atau fluid bed calciners
pada temperatur 1100 1500 oC untuk melepaskan air. Hasil kalsinasi aluminium hidroksida
adalah alumina. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :

2 Al(OH)3 Al2O3 + 3 H2O

...(7)

Dari kedelapan proses pemisahan alumina dari spent catalyst, proses Bayer
merupakan proses yang paling akhir ditemukan. Setelah ditemukan proses Bayer, proses
proses yang lain tidak digunakan lagi. Hal ini disebabkan :
Proses Bayer merupakan proses yang paling ekonomis. Pada proses Bayer, tidak diperlukan
temperatur yang tinggi dalam proses digestion.
Proses Bayer tidak memerlukan banyak energi sehingga biaya produksi yang dibutuhkan
tidak terlalu besar.
Adapun secara skematis proses yang terjadi proses Bayer dapat dilihat pada Gambar
4.1.

Gambar 4.1. Proses Bayer

IV.3. Proses Hall-Heroult


Selanjutnya adalah tahap peleburan alumina dengan cara reduksi melalui proses
elektrolisis menurut proses Hall-Heroult. Tahapan-tahapan pada proses Hall-Heroult adalah :
1. Aluminum oksida dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6) dalam bejana baja berlapis
grafit (berfungsi sebagai katode).
2.

Elektrolisis dilakukan pada suhu 950 oC (digunakan batang grafit sebagai anode).

3.

Setelah diperoleh Al2O3 murni, proses selanjutnya adalah elektrolisis leburan Al2O3.

4. Al2O3 dicampur dengan CaF2 dan 2-8% kriolit (Na3AlF6) (berfungsi untuk menurunkan
titik lebur Al2O3 (titik lebur Al2O3 murni mencapai 2000 0C)),
5.

Campuran tersebut akan melebur pada suhu antara 850-950 0C.

6.

Anode dan katodenya terbuat dari grafit.

7.

Reaksi yang terjadi sebagai berikut:


Al2O3 (l) 2Al3+ (l) + 3O2- (l)
Anode (+): 3O2- (l) 3/2 O2 (g) + 6e
Katode (-): 2Al3+ (l) + 6e- 2Al (l)
Reaksi sel: 2Al3+ (l) + 3O2- (l) 2Al (l) + 3/2 O2 (g)
Peleburan alumina menjadi aluminium logam terjadi dalam tong baja yang disebut pot
reduksi atau sel elektrolisis (Gambar 4.2). Bagian bawah pot dilapisi dengan karbon, yang
bertindak sebagai suatu elektroda (konduktor arus listrik) dari sistem. Secara umum pada
proses ini, leburan alumina dielektrolisis, dimana lelehan tersebut dicampur dengan lelehan
elektrolit kriolit dan CaF2 di dalam pot dimana pada pot tersebut terikat serangkaian batang
karbon dibagian atas pot sebagai katoda. Karbon anoda berada dibagian bawah pot sebagai
lapisan pot, dengan aliran arus kuat 5-10 V antara anoda dan katodanya proses elektrolisis
terjadi. Tetapi, arus listrik dapat diperbesar sesuai keperluan, seperti dalam keperluan industri.
Alumina mengalami pemutusan ikatan akibat elektrolisis, lelehan aluminium akan
menuju kebawah pot, yang secara berkala akan ditampung menuju cetakan berbentuk silinder
atau lempengan. Masing masing pot dapat menghasilkan 66.000-110.000 ton aluminium
per tahun (Anonymous,2009). Secara umum, 4 ton bauksit akan menghasilkan 2 ton alumina,
yang nantinya akan menghasilkan 1 ton alumunium. Proses pemurnian alumina dapat dilihat
pada Gambar 4.3.

Gambar 4.2. Hall-Heroult Cell

Gambar 4.3. Pemurnian Alumia

Adapun sifat-sifat Aluminium antara lain sebagai berikut:


a) Ringan
Memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja, atau tembaga dan banyak digunakan
dalam industri transportasi seperti angkutan udara.
b) Tahan terhadap korosi
Sifatnya durabel sehingga baik dipakai untuk lingkungan yang dipengaruhi oleh unsur-unsur
seperti air, udara, suhu dan unsur-unsur kimia lainnya, baik di ruang angkasa atau bahkan
sampai ke dasar laut.

c) Kuat

Aluminium memiliki sifat yang kuat terutama bila dipadu dengan logam lain. Digunakan
untuk pembuatan komponen yang memerlukan kekuatan tinggi seperti: pesawat terbang,
kapal laut, bejana tekan, kendaraan dan lain-lain.
d) Mudah dibentuk
Proses pengerjaan Aluminium mudah dibentuk karena dapat disambung dengan
logam/material lainnya dengan pengelasan, brazing, solder, adhesive bonding, sambungan
mekanis, atau dengan teknik penyambungan lainnya.
e) Konduktor listrik
Aluminium dapat menghantarkan arus listrik dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan
tembaga. Karena Aluminium tidak mahal dan ringan, maka Aluminium sangat baik untuk
kabel-kabel listrik overhead maupun bawah tanah (Surdia, T. 1992).
f) Konduktor panas
Sifat ini sangat baik untuk penggunaan pada mesin-mesin/alat-alat pemindah panas sehingga
dapat memberikan penghematan energi.
g) Memantulkan sinar dan panas
Aluminium dapat dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki kemampuan pantul yang tinggi
yaitu sekitar 95% dibandingkan dengan kekuatan pantul sebuah cermin. Sifat pantul ini
menjadikan Aluminium sangat baik untuk peralatan penahan radiasi panas.
h) Non magnetik
Aluminium sangat baik untuk penggunaan pada peralatan elektronik, pemancar radio/TV dan
lain-lain. Dimana diperlukan faktor magnetisasi negatif.

Daftar Pustaka
George T, Austin. 1975, Shereves Chemical Process Industries, fifth edition. McGrawHill Book
Company. New York.
M. S. Silberberg. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change, 5th ed.,
McGraw-Hill (2009).
Nurjannah, Y. 2014. Ekstraksi Alumunium Dari Bijih Bauksit. Makalah Universitas PGRI
Indraprasta.

Anda mungkin juga menyukai