Assess severity
Pendahuluan
Ada begitu banyak kejadian gawat darurat medis yang
mungkin terjadi, dan Anda kelak selaku dokter harus
menguasai penanganannya dan siap untuk berurusan dengan
kejadian tersebut. Tujuan utama tak lain adalah
menyelamatkan nyawa atau menyelamatkan organ. Berbagai
riset medis dan pelatihan tenaga medis dan masyarakat
dilakukan agar tujuan life saving dan limb saving dapat tercapai.
Kejadian gawat darurat medis terbagi atas yang bisa ditangani
sendiri di rumah oleh masyarakat umum atau tenaga terlatih,
hingga memerlukan penanganan serius dengan fasilitas medis
yang memadai yang hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis
terlatih dan tersertifikasi.
Pada kesempatan ini, sebagai mahasiswa kedokteran, Anda
akan dibekali pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat
membantu life saving dan limb saving di komunitas sesuai
kompetensi Anda. Sebagai mahasiswa kedokteran yang tidak
dibekali peralatan medis sebagaimana masyarakat umum, yang
menjadi tanggung jawab terbesar Anda adalah bertindak
secara benar dan menjadi tenaga pendukung (supportive) yang
dapat diandalkan.
Berpegang pada prinsip: "primum no nocere" (first, do no harm).
Dari prinsip tersebut, untuk pelatihan ini dapat dijabarkan
bahwa di akhir modul Anda diharapkan:
Mengetahui bagaimana harus bertindak melakukan
penanganan secara cepat dan efektif. Tidak bertindak
gegabah tanpa pengetahuan yang memadai (tidak sesuai
kompetensi), sehingga melanggar prinsip dasar.
Mencari bantuan medis segera untuk kasus yang bersifat
mengancam jiwa.
Paham bahwa pada seluruh kasus kegawatdaruratan medis,
tujuan utamanya adalah mendampingi korban hingga
sampai ke IGD atau hingga bantuan medis datang.
Materi yang diberikan di bawah disesuaikan dengan
lingkungan tempat tinggal di daerah perkotaan dan ada di
sekitar kehidupan mahasiswa. Untuk bisa
mengimplementasikan pengetahuan di bawah, Anda harus
sudah menguasai: pengukuran Vital Signs, Algoritma BLS (DRS
ABCD - Gudeline 2011), dan penilaian GCS.
Anda juga diharapkan untuk memperbarui terus pengetahuan
Anda terkait topik-topik di bawah sesuai pola penanganan
terakhir. Silahkan cek daftar referensi yang disertakan.
Severe
airway obstruction
Mild
airway obstruction
(ineffective cough)
(effective cough)
Unconscious
Start CPR
Conscious
Encourage cough
5 back blows
5 abdominal
thrusts
Support the chest with one hand and lean the victim well forwards
Give up to five sharp blows between the shoulder blades with the
so that when
the obstructing
object is dislodged it comes out of
Untuk menilai tingkat
keparahan
obstruksi:
the mouth rather than goes further down the airway.
2
Metode Back blows
Berdiri di samping dan sedikit di belakang korban.
Tahan dada dengan 1 tangan dan condongkan tubuh
korban ke depan, sehingga ketika benda asing keluar
dalam dimuntahkan lewat mulut.
Lakukan 5 kali tepukan keras di antara scapula, dengan
tumit tangan anda yang lain.
Assess severity
Ineffective cough
Effective cough
Unconscious
Conscious
Encourage cough
Open airway
5 breaths
Start CPR
5 back blows
5 thrusts
of choking
ReliefPada
kasus bayi & anak-anak, intervensi harus dilakukan
Safety and summoning assistance
secara
lebih
hati-hati.
Safety is paramount.
Rescuers
should avoid placing themselves in danger and consider
actionboleh
to manage
the choking child:
the safest
Tidak
melakukan
manipulasi berlebihan pada
If the child is coughing effectively, then no external manoeuvre is necessary.
tenggorok
bayi
&
anak-anak.
Encourage the child to cough, and monitor continuously.
Pengeluaran
benda
asing
padaineffective,
bayi &shout
anak-anak
hanya
If the childs coughing
is, or
is becoming,
for help
immediately and determine the childs conscious level.
boleh
dilakukan pada benda asing yang terlihat di rongga
mulut.
102
RESUSCITATION GUIDELINES
2010
Catatan :
Tenggelam
Kasus tenggelam merupakan penyebab utama dalam
kecelakaan dan kematian yang tidak disengaja. Prinsip
penanganannya adalah CAB dengan beberapa catatan
tambahan terkait dengan korban tenggelam.
4
Catatan:
Penyelamat harus bisa berenang dan harus waspada
terhadap keselamatan dirinya sendiri
Penyelamat harus mengangkat korban dari air secepat
dimungkinkan
Stabilisasi tulang leher tidak dibutuhkan kecuali kondisi
ada tanda kemungkinan korban terkena trauma di air
(papan renang, tepian kolam, dll). Stabilisasi pada kondisi
ini justru dapat menghambat pemberian nafas
penyelamatan (rescue breathing)
Hal pertama dan utama pada korban tenggelam adalah
penanganan segera terhadap ventilasi korban.
Manajemennya sama dengan resusitasi henti
kardiopulmoner (CPR).
Tidak perlu membebaskan jalan nafas dari air yang
tertelan. Karena hanya sejumlah kecil air yang biasanya
teraspirasi oleh mayoritas korban tenggelam dan air ini
akan segera diserap dalam sirkualsi sentral sehingga tidak
mengalangi trakhea. Bahkan beberapa korban tenggelam
tidak menghirup apapun karena mereka menahan nafas
atau mengalami spasme laring (laryngospasm).
Percobaan pengeluaran air dari jalan nafas dengan metode
selain suction (abdominal thrust atau Heimlich maneuver) tidak
diperlukan dan berpotensi bahaya. Penggunaan metode
abdominal thrust atau Heimlich maneuver untuk korban
tenggelam tidak direkomendasikan.
Rescue breathing & Chest Compressions
Call for help
Cek airway, dan breathing, jika tidak ada pernapasan pada
pasien lakukan rescue breathing.
Rescue breathing dilakukan pada kedalaman air yang dangkal
atau setelah di luar air.
Berikan 2 recue breathing yang membuat dada terangkat (jika
di luar air)
Setelah memberikan 2 nafas efektif, segera mulai kompresi
dada dan ventilasi dengan siklus 30:2.
Cek pulsasi sentral. Jika dalam 10 detik tidak teraba, mulai
kembali kompresi dada dan ventilasi dengan siklus 30:2.
Korban mungkin muntah dalam masa resusitasi. (Data di
Australia: 86% korban tenggelam yang membutuhkan
CPR muntah selama proses). Jika muntah muncul,
posisikan mulut korban ke arah samping dan bersihkan
muntah dengan tangan, atau kain bersih, atau suction. Jika
ada kecurigaan cidera tulang belakang, gunakan metode
logroll untuk merubah posisi korban agar kepala, leher, dan
tubuh berubah posisi sebagai satu kesatuan.
Jika korban tidak responsif dan tetap tak bernafas,
lanjutkan bantuan hingga tenaga medis datang untuk
memulai ACLS dengan AED.
Cek juga apakah korban mengalami hipotermia (suhu
<35o C). Lepaskan pakaian basah korban. Keringkan dan
hangatkan tubuh pasien dengan selimut/handuk. Prioritas
utama adalah di atas, usahakan bantuan dari orang lain
(jika memungkinkan) untuk melakukan pengecekan dan
penanganan hipotermia ini (mencegah heat loss).
Hilang Kesadaran
Hilangnya kesadaran timbul dari terhentinya sesaat aktivitas
normal otak, mengancam jiwa dan memerlukan bantuan
medis seketika.
Seseorang dianggap tidak sadar jika tidak bereaksi dengan
suara keras, atau goyangan keras, atau tepukan keras, tidak
mengeluarkan suara atau gerakan dan matanya tetap tertutup.
Pada orang yang tidak sadarkan diri, setelah Anda memastikan
survey CAB baik hasilnya dan tidak ada dugaan cidera tulang
punggung, maka perlu dilakukan posisi pemulihan. Merupakan
Kejang
Saat seseorang kejang, tubuh menjadi hilang kendali dan si
penderita hilang kesadaran. tubuh korban menjadi kaku,
punggungnya melengkung, mata terbelalak ke atas, lidah
tergigit, nafas menjadi berbunyi dan kadang-kadang terhenti
5
sejenak, kemudian diikuti gerakan tubuh mengejang yang bisa
berlangsung 1 sampai 3 menit atau lebih.
Kesadaran korban pulih dalam beberapa menit namun tetap
linglung dan mengantuk. setiap penolong pertama harus
melindungi korban agar tidak mencederai diri sendiri dan
harus tetap mendampingi sampai kesadaran korban pulih
sepenuhnya.
Luka Bakar
Tindakan segera untuk luka bakar adalah segera
mendinginkan daerah yang terkena untuk memperkecil
kerusakan, mengurangi hilangnya cairan tubuh, serta
mencegah syok. Juga perlu melindungi luka dari infeksi.
Korban kebakaran mungkin akan menderita trauma inhalasi
yang disebabkan karena menghirup udara panas atau debu
kebakaran. Awasi jalan nafas secara berkala, dan bila
kesadaran hilang, lakukan resusitasi. Bila terdapat jelaga di
jalan nafas, hati-hati terhadap bahaya depresi pernafasan
(edema laring). Segera persiapkan transfer korban ke fasilitas
medis.
Rules of Nine:
Telapak tangan 1 %
Lengan (keseluruhan) 9 %
Kaki (Keseluruhan) 18 %, Pada anak 14 %
Tubuh depan 18 %
Tubuh belakang 18 %
Kepala (Keseluruhan) 9 %
Genital 1 %
Catatan:
Tidak akurat untuk anak umur < 10 tahun.
Untuk luka bakar ukuran kecil, luas luka bakar dapat
diukur dengan membandingkan area luka bakar terhadap
telapak tangan korban.
Area telapak tangan setara dengan 1 % dari seluruh area
permukaan tubuh.
Luka Tusuk
Luka tusuk dapat disebabkan antara lain : paku, pecahan kaca,
bambu, serpihan kayu, jarum, peniti, dan lain-lain.
Epistaksis
Hal-hal yang dapat Anda lakukan pada kondisi epistaksis
(perdarahan hidung):
- Tetap tenang. Jika korban adalah anak-anak, maka korban
harus di buat tenang. Menangis akan membuat perdarahan
makin banyak/deras.
- Duduk tegak dan condongkan badan ke depan.
Mencondongkan badan ke depan bermanfaat mencegah
aliran darah mengalir ke tenggorok dan membantu
mencegah korban menelan darah. Dengan tetap tegak, anda
mengurangi tekanan darah vena pada hidung. Ini akan
mengurangi perdarahan lebih lanjut.
- Minta korban memencet hidungnya. Gunakan ibu jari dan
telunjuk untuk memencet hidung. Bernafaslah melalui mulut.
Pertahankan kondisi tersebut selama 5-10 menit, kemudian
lepaskan perlahan tekanannya. Manuver ini akan menekan
lokasi perdarahan pada septum nasal dan seringkali
menghentikan aliran darah. Ulang gerakan ini sampai
perdarahan berhenti.
- Minta pasien buang semua darah yang masuk ke mulut.
Jangan menelan darah.
- Selama memencet hidung, tambahkan es batu kecil pada
pangkal hidung untuk memperlambat perdarahan.
- Jangan terus menerus memeriksa apakah perdarahan sudah
berhenti/tidak, karena darah memerlukan waktu untuk
menjendal.
- Setelah memencet hidung, lepaskan untuk memeriksa apakah
masih ada perdarahan. Jika masih, ulangi memencet hidung
dan gunakan es batu.
- Untuk mencegah perdarahan ulang setelah perdarahan
berhenti, jangan lakukan gerakan menghirup atau
menghela/mendengus dengan hidung. Jangan membungkuk
hingga beberapa jam setelah episode perdarahan. Posisikan
kepala korban lebih tinggi dibandingkan tingkat posisi
jantung.
- Jika perdarahan segera berulang lagi atau tidak berhenti
hingga 20 menit, segera bawa ke dokter.
6
Perdarahan hebat
Perdarahan hebat dapat mengancam jiwa, namun tidak berarti
juga tertipu oleh penglihatan Anda. Rumus CAB harus tetap
diutamakan, sehingga walaupun anda harus menghentikan
perdarahan secepat mungkin, namun prioritas pertama adalah
keadaan umum korban (CAB).
Penanganan :
Gunakan sarung tangan bila ada.
Jika tidak ada, cuci tangan sebelum dan sesudah
menangani perdarahan.
Letakkan perban bersih di atas luka dan tekan sampai 10
menit, sampai perdarahan berhenti. Bila tidak ada
pembalut bersih, minta korban menekan dengan telapak
tangannya sendiri.
Bila perdarahan tidak berhenti, angkat bagian yang cedera
lebih tinggi dari jantung. Namun bila anda curiga ada
tulang yang patah, jangan gerakkan anggota gerak
tersebut.
Jangan gunakan torniquet, bisa memperburuk perdarahan
dan menimbulkan kerusakan jaringan.
Jangan coba-coba melepaskan benda asing yang terbenam
dalam luka.
Catatan:
Hanya jika dapat dipastikan bahwa ular berasal dari jenis
kobra, king cobra, atau ular laut, disarankan menggunakan
metode pressure immobilitation (gambar di bawah keterangan terlampir).
Gigitan Binatang
Sebuah gigitan atau sengatan binatang bisa menyebabkan
bengkak, nyeri, dan perubahan warna di sekitar luka. Gigitan
ular atau kalajengking dapat menyebabkan muntah, sulit
bernafas, dan denyut jantung tidak teratur akibat racun yang
dikeluarkannya. sengatan lebah biasanya tidak mengancam
nyawa, tapi pda beberapa kasus, suatu sengatan dapat
menyebabkan syok anafilaktik yang bisa mengancam nyawa.
Anjing & Kucing
Pada kasus korban tergigit anjing dan kucing:
Bersihkan luka dengan air dan sabun
Penanganan luka (lihat bagian atas)
Karena jarang diketahui status rabies dari anjing dan
kucing yang ada di Indonesia, segera bawa korban ke
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan luka lebih
lanjut dan vaksin rabies. Segera dan jangan menunggu.
Anda tetap dapat mencoba menanyakan status rabies
peliharaan kepada pemilik anjing atau kucing jika
diketahui.
Ketahui juga status vaksin tetanus pasien (lihat bagian atas)
Vaksin rabies akan diberikan dokter jika status rabies
anjing atau kucing tidak jelas. Suntikan akan diberikan
segera setelah gigitan, dan serial sebanyak enam kali
suntikan tambahan dalam periode 28 hari.
Serangga penyengat
Ular/Laba-laba/Kalajengking
7
Daftar Pustaka
(NB: mohon maaf, terkait kendala teknis, metode penulisan
referensi di bawah tidak mengikuti standarisasi)
5.1.1 The special danger of rapidly developing paralytic envenoming after bites by some elapid
snakes: use of pressure-immobilisation
Bites by cobras, king cobras, kraits or sea snakes may lead, on rare occasions, to the rapid development of
life-threatening respiratory paralysis. This paralysis might be delayed by slowing down the absorption of
venom from the site of the bite. The following technique is currently recommended:
Pressure immobilisation method (Fig 39). Ideally, an elasticated, stretchy, crepe bandage, approximately 10
cm wide and at least 4.5 metres long should be used. If that it not available, any long strips of material can
be used. The bandage is bound firmly around the entire bitten limb, starting distally around the fingers or
toes and moving proximally, to include a rigid splint. The bandage is bound as tightly as for a sprained ankle,
but not so tightly that the peripheral pulse (radial, posterior tibial, dorsalis pedis) is occluded or that a finger
cannot easily be slipped between its layers.
Figure 39Pressure immobilisation method. Recommended first-aid for bites by neurotoxic elapid snakes (by
courtesy of the Australian Venom Research Unit, University of Melbourne)
Pressure immobilisation is recommended for bites by neurotoxic elapid snakes, including sea snakes but
should not be used for viper bites because of the danger of increasing the local effects of the necrotic
venom.
Ideally, compression bandages should not be released until the patient is under medical care in hospital,
resuscitation facilities are available and antivenom treatment has been started (see Caution below).
Management of Snake bites in South East Asia - Part -1
http://www.searo.who.int/en/Section10/Section17/Section53/Section1024_3899.htm
Posisi Pemulihan
(Recovery Position - A)
Posisi Pemulihan
(Recovery Position - B)
Posisi Pemulihan
(Recovery Position - C)
Posisi Pemulihan
(Recovery Position - D)