Anda di halaman 1dari 9

1

First Aid Life Rescue


Kejadian Gawat Darurat Medis
di Lingkungan Sehari-hari
Penanganan Pertama yang Bisa Anda
Lakukan sebagai Mahasiswa Kedokteran
Disusun oleh: dr. April Imam Prabowo
Untuk LRT TBM ALERT 2011 - FKIK UMY 16 Oktober 2011

Anak tidak sadar


Dewasa tidak sadar

Kesemuanya harus dinilai tingkat keparahannya terlebih


dahulu:
Obstruksi ringan
Resuscitation
Council (UK)
Obstruksi
berat
Dewasa
Adult hoking reatment lgorithm

Assess severity

Pendahuluan
Ada begitu banyak kejadian gawat darurat medis yang
mungkin terjadi, dan Anda kelak selaku dokter harus
menguasai penanganannya dan siap untuk berurusan dengan
kejadian tersebut. Tujuan utama tak lain adalah
menyelamatkan nyawa atau menyelamatkan organ. Berbagai
riset medis dan pelatihan tenaga medis dan masyarakat
dilakukan agar tujuan life saving dan limb saving dapat tercapai.
Kejadian gawat darurat medis terbagi atas yang bisa ditangani
sendiri di rumah oleh masyarakat umum atau tenaga terlatih,
hingga memerlukan penanganan serius dengan fasilitas medis
yang memadai yang hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis
terlatih dan tersertifikasi.
Pada kesempatan ini, sebagai mahasiswa kedokteran, Anda
akan dibekali pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat
membantu life saving dan limb saving di komunitas sesuai
kompetensi Anda. Sebagai mahasiswa kedokteran yang tidak
dibekali peralatan medis sebagaimana masyarakat umum, yang
menjadi tanggung jawab terbesar Anda adalah bertindak
secara benar dan menjadi tenaga pendukung (supportive) yang
dapat diandalkan.
Berpegang pada prinsip: "primum no nocere" (first, do no harm).
Dari prinsip tersebut, untuk pelatihan ini dapat dijabarkan
bahwa di akhir modul Anda diharapkan:
Mengetahui bagaimana harus bertindak melakukan
penanganan secara cepat dan efektif. Tidak bertindak
gegabah tanpa pengetahuan yang memadai (tidak sesuai
kompetensi), sehingga melanggar prinsip dasar.
Mencari bantuan medis segera untuk kasus yang bersifat
mengancam jiwa.
Paham bahwa pada seluruh kasus kegawatdaruratan medis,
tujuan utamanya adalah mendampingi korban hingga
sampai ke IGD atau hingga bantuan medis datang.
Materi yang diberikan di bawah disesuaikan dengan
lingkungan tempat tinggal di daerah perkotaan dan ada di
sekitar kehidupan mahasiswa. Untuk bisa
mengimplementasikan pengetahuan di bawah, Anda harus
sudah menguasai: pengukuran Vital Signs, Algoritma BLS (DRS
ABCD - Gudeline 2011), dan penilaian GCS.
Anda juga diharapkan untuk memperbarui terus pengetahuan
Anda terkait topik-topik di bawah sesuai pola penanganan
terakhir. Silahkan cek daftar referensi yang disertakan.

Corpus Alienum (Corpal): Tenggorok, Telinga,


Hidung, dan Mata
Tersedak (Corpal Tenggorok)
Terjadi akibat terhalangnya saluran nafas. Terbagi atas :
Anak sadar
Dewasa sadar

Severe
airway obstruction

Mild
airway obstruction

(ineffective cough)

(effective cough)

Unconscious

Start CPR

Conscious

Encourage cough

5 back blows

Continue to check for


deterioration to ineffective
cough or until obstruction
relieved

5 abdominal
thrusts

Sequence for the treatment of adult choking


(This sequence
is also suitable
for use
in children
over the age ofkasus
1 year) tersedak/
Lakukan
penapisan
awal
untuk
memastikan
bukan:
If the victim shows signs of mild airway obstruction:
1. Depresi
pernapasan dengan onset mendadak saat makan
Encourage him to continue coughing, but do nothing else.
Kecurigaan adanya benda asing di tenggorok (terkait
2. aktivitas
If the victim
shows signs of severe airway obstruction and is conscious:
terakhir)
up to five back blows.
LihatGive
apakah
korban memegang lehernya/tidak.
o Stand to the side and slightly behind the victim.
o

Support the chest with one hand and lean the victim well forwards

Give up to five sharp blows between the shoulder blades with the

so that when
the obstructing
object is dislodged it comes out of
Untuk menilai tingkat
keparahan
obstruksi:
the mouth rather than goes further down the airway.

Batuk efektif: heel of your other hand.


Mampu menjawab Ya pada pertanyaan Apakah anda
tersedak?
Sadar penuh, mampu bicara, batuk dan bernafas.
RESUSCITATION GUIDELINES 2010
26
-- Minta
pasien untuk batuk dan dimonitor.
Tanda batuk tidak efektif:
Tidak dapat menjawab pertanyaan atau hanya tersengalsengal.
Terdengar suara mengi.
Tidak dapat bernafas.
Batuk tidak bersuara.
Pasien tidak sadar.
Jika pasien sadar, tapi tidak dapat batuk secara efektif
Berikan 5 back blows, jika tidak melegakan jalan nafas
berikan 5 abdominal thrust.
Nilai ulang jika objek belum keluar dan pasien masih sadar,
lanjutkan tahapan tadi.
Jika benda asing dapat dikeluarkan dan ada kecurigaan
cedera jalan nafas sebagai akibat abdominal thrust atau masih
ada bagian yang tertinggal, rujuk ke IGD.
Jika pasien tidak sadar :
Baringkan pasien secara hati-hati.
Panggil bantuan.
Mulai CPR
Catatan:
Benda penyedak hanya boleh diambil jika benda tersebut
jelas terlihat.
Bila benda asing yang membuat tersedak diketahui tajam,
segera panggil bantuan, karena usaha penyelamatan justru
dapat membuat trauma jalan nafas.

2
Metode Back blows
Berdiri di samping dan sedikit di belakang korban.
Tahan dada dengan 1 tangan dan condongkan tubuh
korban ke depan, sehingga ketika benda asing keluar
dalam dimuntahkan lewat mulut.
Lakukan 5 kali tepukan keras di antara scapula, dengan
tumit tangan anda yang lain.

Depresi pernapasan dengan onset mendadak pada anak


yang sebelumnya baik-baik saja.
Kecurigaan adanya benda asing di tenggorok (terkait
aktivitas terakhir) misalnya bermain atau memakan bendabenda kecil

Untuk menilai tingkat keparahan obstruksi:


Batuk yang efektif:
Mampu menjawab pertanyaan.
Sadar penuh, mampu bicara, batuk dan bernafas.
Batuk keras dan mampu mengambil nafas sebelum batuk.
-- Usahakan agar anak tetap batuk dan dimonitor.
Tanda batuk tidak efektif:
Tidak mampu mengeluarkan kata-kata.
Sianosis.
Batuk sunyi atau senyap.
Penurunan kesadaran.
-- Panggil bantuan dan nilai tingkat kesadaran.

Metode Abdominal thrust


Berdiri di belakang korban dan letakkan kedua lengan
melingkari perut bagian atas di antara lengkung costa dan
umbilicus.
Condongkan korban ke depan.
Kepalkan tangan Anda dan letakkan di antara lengkung
costa dan umbilicus.
Genggam kepalan tangan Anda dengan tangan lainnya,
dan tarik ke arah dalam atas secara mantap.
Ulangi sebanyak 5 kali sebagaimana dibutuhkan.
Resuscitation Council (UK)

Kasus Bayi & Anak

Paediatric Choking Treatment Algorithm

Assess severity

Ineffective cough

Jika pasien tidak sadar:


Jangan tinggalkan pasien.
Letakkan pasien pada permukaan yang lunak dan datar.
Panggil bantuan.
Buka mulut, apakah ada benda yang terlihat, jika terlihat,
lakukan percobaan dengan mengambil benda asing
dengan 1 jari (hanya boleh dilakukan jika benda terlihat
jelas dan mudah diambil).
Buka jalan nafas dan berikan 5 rescue breath. Jika dada tidak
naik, lakukan reposisi kepala sebelum diberikan lagi.
Jika tidak ada respon, walaupun rescue breath sudah adekuat,
mulai CPR (PBLS).

Effective cough

Unconscious

Conscious

Encourage cough

Open airway
5 breaths
Start CPR

5 back blows
5 thrusts

Continue to check for


deterioration to ineffective
cough or until obstruction
relieved

(chest for infant)


(abdominal for
child > 1 year)

Jika pasien sadar, tapi tidak dapat batuk secara efektif


Berikan 5 back blows, jika tidak melegakan jalan nafas
berikan 5 chest thrust jika <1 tahun, atau abdominal thrust jika
> 1tahun sebagaimana dibutuhkan.
Nilai ulang jika objek belum keluar dan pasien masih sadar,
lanjutkan tahapan tadi.
Jangan tinggalkan pasien.
Jika benda asing dapat dikeluarkan dan ada kecurigaan
cedera jalan nafas sebagai akibat abdominal thrust atau masih
ada bagian yang tertinggal, rujuk ke IGD.

of choking
ReliefPada
kasus bayi & anak-anak, intervensi harus dilakukan
Safety and summoning assistance
secara
lebih
hati-hati.
Safety is paramount.
Rescuers
should avoid placing themselves in danger and consider
actionboleh
to manage
the choking child:
the safest
Tidak
melakukan
manipulasi berlebihan pada
If the child is coughing effectively, then no external manoeuvre is necessary.
tenggorok
bayi
&
anak-anak.
Encourage the child to cough, and monitor continuously.
Pengeluaran
benda
asing
padaineffective,
bayi &shout
anak-anak
hanya
If the childs coughing
is, or
is becoming,
for help
immediately and determine the childs conscious level.
boleh
dilakukan pada benda asing yang terlihat di rongga
mulut.

Metode Back blows for infant


Posisikan anak telungkup dengan posisi kepala agak ke
bawah.
Sangga kepala dengan memegang mandibula.
Lakukan tepukan ringan dan mantap pada daerah antara
scapula dengan tumit tangan anda yang lain.

Lakukan penapisan awal untuk memastikan kasus tersedak/


bukan:

Metode Back blows for older children


Posisikan anak membungkuk ke depan, dan disangga dari
belakang oleh penolong.

102

RESUSCITATION GUIDELINES

2010

Lakukan 5 kali tepukan ringan dan mantap pada daerah di


antara scapula, dengan tumit tangan anda yang lain.

Metode Abdominal thrust


Berdiri di belakang korban dan letakkan 2 lengan
melingkari perut bagian atas di antara lengkung costa dan
umbilicus.
Condongkan korban ke depan.
Kepalkan tangan Anda dan letakkan di antara lengkung
costa dan umbilicus.
Genggam kepalan tangan Anda dengan tangan lainnya,
dan tarik ke arah dalam atas secara mantap.
Ulangi sebanyak 5 kali sebagaimana dibutuhkan.

Benda asing lem yang kuat (cyanoakrilat) bisa diambil


secara manual setelah 24-48 jam karena telah terjadi
proses deskuamasi.
Benda asing serangga, bisa sangat mengganggu dan
menimbulkan rasa sakit yang luar biasa, harus dimatikan
terlebih dahulu, bisa dengan alkohol, lidokain 2%, atau
mineral oil ke liang telinga.
Jangan lakukan apapun bila terdapat trauma atau perforasi
membran timpani.

Corpal Pada Hidung


Adalah suatu kondisi terdapatnya benda asing pada rongga
hidung. Paling banyak terjadi pada anak-anak. Benda asing
yang sering masuk antara lain: sisa makanan, permen, mainan,
manik-manik, dan kertas.
Gejala yang muncul: hidung tersumbat, pilek dengan cairan
yang berbau pada satu sisi hidung, nafas berbau.
Evakuasi :
Kebutuhan evakuasi secara darurat jarang terjadi, oleh
karena itu dibutuhkan persiapan yang matang baik
instrumen maupun pasien.
Evakuasi sebaiknya dilakukan pada saat pasien kooperatif
dan bisa dikendalikan, karena kegagalan pada percobaan
pertama hanya akan membuat percobaan berikutnya lebih
sulit.

Metode Chest thrust


Posisikan bayi secara terlentang dengan posisi kepala agak
ke bawah, misalnya dengan memegang oksiput anak dan
baringkan pada lengan penolong di atas paha penolong.
Lakukan 5 chest thrust seperti chest compresion tetapi lebih
lambat.
pastikan tekanan tidak di lakukan pada processus
xyphoideus dan bagian bawah lengkung costa, karena
dapat mengakibatkan trauma abdomen.

Instrumen yang digunakan :


Forsep berkait (bayonet atau aliogator) bisa digunakan
untuk mengambil benda asing yng ukurannya kecil,
terletak dengan nares anterior. Namun bila benda asing
yang besar, padat, bulat cenderung sulit untuk diraih dan
biasa terdorng lebih ke dalam.
Kateter balon folley.

Corpal pada Conjungtiva (Kelilipan)


Corpal Telinga
Adalah suatu kondisi terdapatnya benda asing pada liang
telinga. Biasanya terjadi pada anak-anak. Benda yang masuk
paling banyak antara lain: manik-manik, kapas, mainan plastik,
kerikil, biji-bijian.
Gejala biasanya asimptomatis, tapi sering juga dikeluhkan :
nyeri telinga (otalgia), pendengaran berkurang, keluar cairan,
sensasi penuh pada telinga, merasa ada benda asing di telinga,
riwayat kemasukan benda asing, dan mual-muntah.
Secara klinis (dengan pemeriksaaan otoskop) : temuan
bervariasi, bisa hanya ditemui benda asing saja, atau disertai
discharge yang berbau, bisa juga disertai perdarahan akibat
iritasi mekanis. Gambaran tergantung lokasi dari jenis benda
yang masuk, lokasi, dan lamanya benda tertahan di dalam.
Proses evakuasi :

Irigasi dengan NaCl fisiologis yang dihangatkan.


Jangan mengirigasi dengan air karena benda-benda lunak,
materi organik, biji-bijian akan membengkak bila terkena
air.
Evakuasi dengan menggunakan alat seperti sendok
serumen, forsep buaya, atau selang suction.
Hindari intevensi yang menyebabkan objek terdorong lebih
ke dalam.

Catatan :

Biasanya timbul sensasi benda asing pada mata, mengganjal


dan mata berair.
Gejala klinis :
- Terlihat benda asing pada conjungtiva
- Injeksi konjungitva, edema palpebra
- Bila benda asing di kornea dapat di kelilingi infiltrat.
Evakuasi :
- Mata yang terkena benda asing diberi anestetik tetes mata.
- Benda lunak biasanya hanya menempel saja pada permukaan
mata, sehingga untuk mengeluarkannya cukup dengan kassa
steril.
- Benda yang keras biasanya menyebabkan suatu
luka,pengeluarannya menggunakan jarum suntik secara hatihati.
- Setelah dikeluarkan, mata dibilas dengan larutan garam
fisiologis sampai bersih.
- Mata ditutup dengan kain kassa sampai tidak ada tandatanda erosi kornea.
- Observasi kondisi visus pada pasien sebelum dan sesudah
evakuasi.

Tenggelam
Kasus tenggelam merupakan penyebab utama dalam
kecelakaan dan kematian yang tidak disengaja. Prinsip
penanganannya adalah CAB dengan beberapa catatan
tambahan terkait dengan korban tenggelam.

4
Catatan:
Penyelamat harus bisa berenang dan harus waspada
terhadap keselamatan dirinya sendiri
Penyelamat harus mengangkat korban dari air secepat
dimungkinkan
Stabilisasi tulang leher tidak dibutuhkan kecuali kondisi
ada tanda kemungkinan korban terkena trauma di air
(papan renang, tepian kolam, dll). Stabilisasi pada kondisi
ini justru dapat menghambat pemberian nafas
penyelamatan (rescue breathing)
Hal pertama dan utama pada korban tenggelam adalah
penanganan segera terhadap ventilasi korban.
Manajemennya sama dengan resusitasi henti
kardiopulmoner (CPR).
Tidak perlu membebaskan jalan nafas dari air yang
tertelan. Karena hanya sejumlah kecil air yang biasanya
teraspirasi oleh mayoritas korban tenggelam dan air ini
akan segera diserap dalam sirkualsi sentral sehingga tidak
mengalangi trakhea. Bahkan beberapa korban tenggelam
tidak menghirup apapun karena mereka menahan nafas
atau mengalami spasme laring (laryngospasm).
Percobaan pengeluaran air dari jalan nafas dengan metode
selain suction (abdominal thrust atau Heimlich maneuver) tidak
diperlukan dan berpotensi bahaya. Penggunaan metode
abdominal thrust atau Heimlich maneuver untuk korban
tenggelam tidak direkomendasikan.
Rescue breathing & Chest Compressions
Call for help
Cek airway, dan breathing, jika tidak ada pernapasan pada
pasien lakukan rescue breathing.
Rescue breathing dilakukan pada kedalaman air yang dangkal
atau setelah di luar air.
Berikan 2 recue breathing yang membuat dada terangkat (jika
di luar air)
Setelah memberikan 2 nafas efektif, segera mulai kompresi
dada dan ventilasi dengan siklus 30:2.
Cek pulsasi sentral. Jika dalam 10 detik tidak teraba, mulai
kembali kompresi dada dan ventilasi dengan siklus 30:2.
Korban mungkin muntah dalam masa resusitasi. (Data di
Australia: 86% korban tenggelam yang membutuhkan
CPR muntah selama proses). Jika muntah muncul,
posisikan mulut korban ke arah samping dan bersihkan
muntah dengan tangan, atau kain bersih, atau suction. Jika
ada kecurigaan cidera tulang belakang, gunakan metode
logroll untuk merubah posisi korban agar kepala, leher, dan
tubuh berubah posisi sebagai satu kesatuan.
Jika korban tidak responsif dan tetap tak bernafas,
lanjutkan bantuan hingga tenaga medis datang untuk
memulai ACLS dengan AED.
Cek juga apakah korban mengalami hipotermia (suhu
<35o C). Lepaskan pakaian basah korban. Keringkan dan
hangatkan tubuh pasien dengan selimut/handuk. Prioritas
utama adalah di atas, usahakan bantuan dari orang lain
(jika memungkinkan) untuk melakukan pengecekan dan
penanganan hipotermia ini (mencegah heat loss).

Hilang Kesadaran
Hilangnya kesadaran timbul dari terhentinya sesaat aktivitas
normal otak, mengancam jiwa dan memerlukan bantuan
medis seketika.
Seseorang dianggap tidak sadar jika tidak bereaksi dengan
suara keras, atau goyangan keras, atau tepukan keras, tidak
mengeluarkan suara atau gerakan dan matanya tetap tertutup.
Pada orang yang tidak sadarkan diri, setelah Anda memastikan
survey CAB baik hasilnya dan tidak ada dugaan cidera tulang
punggung, maka perlu dilakukan posisi pemulihan. Merupakan

posisi aman untuk korban yang tidak sadar namun bisa


bernafas.
Bila korban yang tidak bernaas terlentang, lidahnya bisa
menyumbat tenggoroan dan menahan udara melalui sauran
nafas ke paru-paru. Situasi ini berbahaya karena bisa
menghentikan pernafasan dan denyut jantung. Posisi
pemulihan menjaga kepala, leher dan punggung tetap segaris,
menjaga saluran nafas terbuka, dan memungkinkan cairan
keluar dari mulut bila korban muntah.
Ikuti semua langkah di bawah ini bila menemukan seorang
korban tertelungkup atau terbaring miring, dengan demikian
lidah akan jatuh ke depan dan membuat jalan nafas tetap
bebas.
Prinsip Utama:
Pertahankan jalan nafas yang baik
Pastikan lidah tidak mengakibatkan obstruksi jalan nafas
Meminimalisir risiko inhalasi isi lambung
Posisi Pemulihan (Recovery Position - gambar terlampir):
Lepas kaca mata pasien (jika ada)
Berlututlah di samping pasien dan pastikan kedua kaki
pasien dalam keadan lurus. (A)
Posisikan lengan yang terdekat dengan tubuh anda ke arah
luar membentuk sudut terhadap tubuh, siku menekuk
dengan telapak tangan menghadap ke atas. (A)
Posisikan lengan sisi lain menyilang dada, dan pertahankan
punggung tangan pasien bersentuhan dengan posisi pipi
yang terdekat dengan anda. (B)
Dengan menggunakan tangan lain Anda, pegang kaki dii
sisi seberang anda, di bagian lutut dan tarik ke atas,
posisikan kaki tetap menyentuh ke tanah. (B)
Dengan tetap mempertahankan tangan pasien pada
pipinya, tarik kaki untuk memutar posisi pasien ke arah
Anda. (C)
Sesuaikan kaki bagian atas terhadap tubuh sehingga
bagian panggul dan lutut tertekuk pada sudut yang benar.
(D)
Naikkan sedikit bagian belakang kepala untuk memastikan
jalan nafas tetap terbuka. (D)
Posisikan tangan di bawah pipi, jika perlu, untuk
mempertahankan posisi kepala yang sedikit dinaikkan.
Cek pernafasan dan denyut nadi korban secara berkala.
Tetap bersama korban sampai datang bantuan medis.
Sesekali periksa bila korban mulai sadar, dengan bertanya
hal-hal sederhana.
Catatan:
Pantau sirkulasi perifer lengan bawah. jika pasien harus
berada dalam posisi pemulihan >30 menit, ganti posisi
pasien ke arah berlawanan.
Jangan memberi makanan dan minuman apapun pada
korban yang tidak sadar.
Jangan tinggalkan korban sendirian.
Jangan pindahkan korban jika tidak perlu, waspadai
adanya cedera tulang punggung.
Contoh kasus yang membutuhkan penangan di atas:
Pasien DM yang hipoglikemia atau hiperglikemia
Pingsan
Pasien epilepsi
Pasien stroke

Kejang
Saat seseorang kejang, tubuh menjadi hilang kendali dan si
penderita hilang kesadaran. tubuh korban menjadi kaku,
punggungnya melengkung, mata terbelalak ke atas, lidah
tergigit, nafas menjadi berbunyi dan kadang-kadang terhenti

5
sejenak, kemudian diikuti gerakan tubuh mengejang yang bisa
berlangsung 1 sampai 3 menit atau lebih.
Kesadaran korban pulih dalam beberapa menit namun tetap
linglung dan mengantuk. setiap penolong pertama harus
melindungi korban agar tidak mencederai diri sendiri dan
harus tetap mendampingi sampai kesadaran korban pulih
sepenuhnya.

Jauhkan semua barang di sekitar pasien yang dapat


mengakibatkan kecelakaan.
Baringkan tubuh korban, kendurkan pakaian di bagian
leher, dan lindungi kepalanya dengan benda empuk,
lakukan posisi recovery setelah kejang-kejangnya mereda.
Bila kejang-kejangnya >5 menit, tidak sadar >10 menit,
atau kejang berulang, segera cari bantuan medis.
Jangan memaksa mengendurkan/merelaksasi korban.
Jangan memasukkan apapun ke mulut korban.
Cegah orang-orang mengerumuni korban.

Luka Bakar
Tindakan segera untuk luka bakar adalah segera
mendinginkan daerah yang terkena untuk memperkecil
kerusakan, mengurangi hilangnya cairan tubuh, serta
mencegah syok. Juga perlu melindungi luka dari infeksi.
Korban kebakaran mungkin akan menderita trauma inhalasi
yang disebabkan karena menghirup udara panas atau debu
kebakaran. Awasi jalan nafas secara berkala, dan bila
kesadaran hilang, lakukan resusitasi. Bila terdapat jelaga di
jalan nafas, hati-hati terhadap bahaya depresi pernafasan
(edema laring). Segera persiapkan transfer korban ke fasilitas
medis.

Jangan sentuh atau mengolesi apapun di area luka bakar.


Jangan berikan es atau air es secara langsung ke luka bakar.
Jangan pecahkan bula luka bakar.
Tutup luka bakar dengan bahan steril dan tidak berbulu.
Guyur luka bakar dengan air mengalir +- 10 menit atau
hingga nyeri hilang.
Pada luka bakar sengatan listrik, wajib merujuk ke tenaga
medis secara langsung.
Jangan coba-coba memegang korban, sebelum meastikan
sumber sengatan listrik sudah terputus.

Rules of Nine:
Telapak tangan 1 %
Lengan (keseluruhan) 9 %
Kaki (Keseluruhan) 18 %, Pada anak 14 %
Tubuh depan 18 %
Tubuh belakang 18 %
Kepala (Keseluruhan) 9 %
Genital 1 %
Catatan:
Tidak akurat untuk anak umur < 10 tahun.
Untuk luka bakar ukuran kecil, luas luka bakar dapat
diukur dengan membandingkan area luka bakar terhadap
telapak tangan korban.
Area telapak tangan setara dengan 1 % dari seluruh area
permukaan tubuh.

Luka Tusuk
Luka tusuk dapat disebabkan antara lain : paku, pecahan kaca,
bambu, serpihan kayu, jarum, peniti, dan lain-lain.

Pada kondisi luka tertusuk, ada beberapa hal yang harus


diperhatikan antara lain kondisi penyebab luka apakah bersih
atau kotor (misalnya berkarat), kedalaman luka, dan status
imunitas korban.
Hal-hal di atas akan mempengaruhi bagaimana tata laksana
yang harus dilakukan pada korban yang terkena luka tusuk.
Luka yang beresiko tetanus yaitu setiap luka bakar atau luka
lainnya yang > 6 jam belum mendapat pengobatan apapun
atau setiap luka atau luka bakar yang termasuk di bawah ini:
Terdapat jaringan-jaringan mati dalam jumlah yang
signifikan pada luka tersebut.
Luka tipe tertusuk.
Luka yang terdapat kontak dengan tanah atau pupuk yang
beresiko terdapat organisme tetanus.
Secara klinis ada infeksi pada luka.
Status imunitas tetanus korban:
Vaksinasi terakhir < 10 tahun: tidak perlu diberikan
vaksinasi tetanus
Vaksinasi terakhir > 10 tahun: booster-dose vaksin tetanus +
tetanus immunoglobulin jika luka mengarah pada tetanus.
Tidak ada riwayat vaksinasi: 3 dosis vaksin diberikan
dengan jeda tiap 1 bulan + human tetanus imunoglobulin jika
luka mengarah pada tetanus.

Epistaksis
Hal-hal yang dapat Anda lakukan pada kondisi epistaksis
(perdarahan hidung):
- Tetap tenang. Jika korban adalah anak-anak, maka korban
harus di buat tenang. Menangis akan membuat perdarahan
makin banyak/deras.
- Duduk tegak dan condongkan badan ke depan.
Mencondongkan badan ke depan bermanfaat mencegah
aliran darah mengalir ke tenggorok dan membantu
mencegah korban menelan darah. Dengan tetap tegak, anda
mengurangi tekanan darah vena pada hidung. Ini akan
mengurangi perdarahan lebih lanjut.
- Minta korban memencet hidungnya. Gunakan ibu jari dan
telunjuk untuk memencet hidung. Bernafaslah melalui mulut.
Pertahankan kondisi tersebut selama 5-10 menit, kemudian
lepaskan perlahan tekanannya. Manuver ini akan menekan
lokasi perdarahan pada septum nasal dan seringkali
menghentikan aliran darah. Ulang gerakan ini sampai
perdarahan berhenti.
- Minta pasien buang semua darah yang masuk ke mulut.
Jangan menelan darah.
- Selama memencet hidung, tambahkan es batu kecil pada
pangkal hidung untuk memperlambat perdarahan.
- Jangan terus menerus memeriksa apakah perdarahan sudah
berhenti/tidak, karena darah memerlukan waktu untuk
menjendal.
- Setelah memencet hidung, lepaskan untuk memeriksa apakah
masih ada perdarahan. Jika masih, ulangi memencet hidung
dan gunakan es batu.
- Untuk mencegah perdarahan ulang setelah perdarahan
berhenti, jangan lakukan gerakan menghirup atau
menghela/mendengus dengan hidung. Jangan membungkuk
hingga beberapa jam setelah episode perdarahan. Posisikan
kepala korban lebih tinggi dibandingkan tingkat posisi
jantung.
- Jika perdarahan segera berulang lagi atau tidak berhenti
hingga 20 menit, segera bawa ke dokter.

6
Perdarahan hebat
Perdarahan hebat dapat mengancam jiwa, namun tidak berarti
juga tertipu oleh penglihatan Anda. Rumus CAB harus tetap
diutamakan, sehingga walaupun anda harus menghentikan
perdarahan secepat mungkin, namun prioritas pertama adalah
keadaan umum korban (CAB).

Orang yang mengalami perdarahan hebat bisa mengalami


kehilangan kesadaran, syok, tersedak (jika perdarahan di wajah
atau leher).

Penanganan :
Gunakan sarung tangan bila ada.
Jika tidak ada, cuci tangan sebelum dan sesudah
menangani perdarahan.
Letakkan perban bersih di atas luka dan tekan sampai 10
menit, sampai perdarahan berhenti. Bila tidak ada
pembalut bersih, minta korban menekan dengan telapak
tangannya sendiri.
Bila perdarahan tidak berhenti, angkat bagian yang cedera
lebih tinggi dari jantung. Namun bila anda curiga ada
tulang yang patah, jangan gerakkan anggota gerak
tersebut.
Jangan gunakan torniquet, bisa memperburuk perdarahan
dan menimbulkan kerusakan jaringan.
Jangan coba-coba melepaskan benda asing yang terbenam
dalam luka.

(immobilisasi). Anda dapat juga menggunakan splint atau


sling. Karena berbagai gerakan atau kontraksi otot dapat
meningkatkan absorbsi bisa yang lebih cepat dalam
pembuluh darah dan pembuluh limfa.
Hindari kontak atau mengintervensi luka, karena dapat
meningkatkan risiko infeksi, meningkatkan absorbsi bisa
dan perdarahan lokal.
Bila terkena gigitan laba-laba atau kalajengking, berilah
kompres dingin pada luka, dan segera cari bantuan medis.
Segera persiapkan transfer korban ke fasilitas medis.

Catatan:
Hanya jika dapat dipastikan bahwa ular berasal dari jenis
kobra, king cobra, atau ular laut, disarankan menggunakan
metode pressure immobilitation (gambar di bawah keterangan terlampir).

Gigitan Binatang
Sebuah gigitan atau sengatan binatang bisa menyebabkan
bengkak, nyeri, dan perubahan warna di sekitar luka. Gigitan
ular atau kalajengking dapat menyebabkan muntah, sulit
bernafas, dan denyut jantung tidak teratur akibat racun yang
dikeluarkannya. sengatan lebah biasanya tidak mengancam
nyawa, tapi pda beberapa kasus, suatu sengatan dapat
menyebabkan syok anafilaktik yang bisa mengancam nyawa.
Anjing & Kucing
Pada kasus korban tergigit anjing dan kucing:
Bersihkan luka dengan air dan sabun
Penanganan luka (lihat bagian atas)
Karena jarang diketahui status rabies dari anjing dan
kucing yang ada di Indonesia, segera bawa korban ke
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan luka lebih
lanjut dan vaksin rabies. Segera dan jangan menunggu.
Anda tetap dapat mencoba menanyakan status rabies
peliharaan kepada pemilik anjing atau kucing jika
diketahui.
Ketahui juga status vaksin tetanus pasien (lihat bagian atas)
Vaksin rabies akan diberikan dokter jika status rabies
anjing atau kucing tidak jelas. Suntikan akan diberikan
segera setelah gigitan, dan serial sebanyak enam kali
suntikan tambahan dalam periode 28 hari.

Pada kasus gigitan hewan ini :


Jangan coba-coba mengenali ular atau laba-laba beracun
dengan memegangnya.
Jangan gunakan toniquet pada anggota tubuh yang terluka
karena dapat menyebabkan hipoksia jaringan,
pembentukan gangren yang bisa berakibat fatal
(kehilangan fungsi organ)
Jangan menghisap bisa dari lukanya.

Serangga penyengat
Ular/Laba-laba/Kalajengking

Ketiga hewan ini bila menggigit dapat mengeluarkan bisa


yang membahayakan jiwa.
Bila terkena gigitan ular baringkan korban dengan posisi
bagian tubuh yang terkena gigitan lebih rendah dari
jantung.
Tidak semua ular berbisa, namun kelanjutan hidup korban
tergantung pada ketepatan diagnosis, maka anggaplah
semua gigitan ular adalah gigitan ular berbisa.
Mintalah agar korban mengurangi gerakan pada anggota
tubuh yang terkena gigitan. Lakukan fiksasi anggota gerak

Kondisi ini harus ditangani secara hati-hati pada korban


dengan riwayat alergi sengatan binatang. Bila ada gejala syok
anafilaktik, segera hubungi tenaga medis profesional.
Bila tidak ada, rawat bekas luka sengatan dengan memberi
kompres dingin di atas kasa atau kain penutup untuk
mengurangi nyeri dan bengkak. Bila sengatnya masih
tertinggal, dengan hati-hati cabutlah dengan pinset. Beri saran
kepada korban untuk pergi ke dokter bila gejala masih
berlanjut.

7
Daftar Pustaka
(NB: mohon maaf, terkait kendala teknis, metode penulisan
referensi di bawah tidak mengikuti standarisasi)

Oxord handbook of General Practice, Third Edition, 2010


Resuscitation Guideline, 2010, Resuscitation UK www.resus.org.uk
Resuscitation Guideline 2006, American Heart Association
Resuscitation Guideline 2006, American Red Cross
2010 AHA Guidelines for CPR and ECC
Choking and Foreign Body Airway Obstruction (FBAO) www.patient.co.uk
Mantooth, R, 2007. Foreign bodies, Ear. Available at
www.emedicine.com
Weim, S.W. 2007. Foreign body In The Ear, Nose, and
Throat. Available at www.aafp.org
Cox, R.J. 2007. Foreign bodies, Nose. Available at
www.emedicine.com
Weim, S.W. 2007. Foreign body In The Ear, Nose, and
Throat. Available at www.aafp.org
Ilyas, S, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata untu dokter umum
dan mahasiswa kedokteran Ed. 2. SAgung Seto, Jakarta.
Fong DS, Law SK, Schimdt-Erfurth U. 2006. Drugs in
Opthalmology. Springer : Germany.
Management of Snake bites in South East Asia www.searo.who.int
James B et al, SnakebiteTreatment & Management www.emedicine.medscape.com
Cat and Dog Bites, American Academy of Family
Physician, www.familydoctor.org
Smith T and Davidson S, Dokter di Rumah Anda, Dian
Rakyat.

Tentang Penulis. Dosen di FKIK UMY dan merupakan Dokter


lulusan FKIK UMY. Semasa kuliah juga menjalani kegiatan organisasi
mahasiswa. Sebagai Staff akademik, tergabung di Departemen IKM dan
IKK, juga Medical Education Unit. Kini memegang amanah sebagai
Koordinator Bidang Kemahasiswaan, Promosi, dan Alumni FKIK UMY.
Saat ini sembari menjalankan aktivitas sebagai staff akademik di FKIK
UMY dan sebagai klinisi, juga sedang menjalani pendidikan Magister
Manajemen RS di FKIK UMY. Penerima World Bank-DIKTI Scholarship
untuk pendidkan Master of Family Medicine di luar negeri dan bebas
menentukan negara pilihan. Passion of life as a doctor: being a FIve Star
Doctor and contributing on creating a better medical service in Indonesia.
Jika ada pertanyaan, silahkan kirim ke alamat Email:
april.prabowo@umy.ac.id

5.1.1 The special danger of rapidly developing paralytic envenoming after bites by some elapid
snakes: use of pressure-immobilisation
Bites by cobras, king cobras, kraits or sea snakes may lead, on rare occasions, to the rapid development of
life-threatening respiratory paralysis. This paralysis might be delayed by slowing down the absorption of
venom from the site of the bite. The following technique is currently recommended:
Pressure immobilisation method (Fig 39). Ideally, an elasticated, stretchy, crepe bandage, approximately 10
cm wide and at least 4.5 metres long should be used. If that it not available, any long strips of material can
be used. The bandage is bound firmly around the entire bitten limb, starting distally around the fingers or
toes and moving proximally, to include a rigid splint. The bandage is bound as tightly as for a sprained ankle,
but not so tightly that the peripheral pulse (radial, posterior tibial, dorsalis pedis) is occluded or that a finger
cannot easily be slipped between its layers.

Figure 39Pressure immobilisation method. Recommended first-aid for bites by neurotoxic elapid snakes (by
courtesy of the Australian Venom Research Unit, University of Melbourne)

Pressure immobilisation is recommended for bites by neurotoxic elapid snakes, including sea snakes but
should not be used for viper bites because of the danger of increasing the local effects of the necrotic
venom.

Ideally, compression bandages should not be released until the patient is under medical care in hospital,
resuscitation facilities are available and antivenom treatment has been started (see Caution below).
Management of Snake bites in South East Asia - Part -1
http://www.searo.who.int/en/Section10/Section17/Section53/Section1024_3899.htm

Management of Snake bites in South East Asia - Part -1


http://www.searo.who.int/en/Section10/Section17/Section53/Section1024_3899.htm

Posisi Pemulihan
(Recovery Position - A)

Posisi Pemulihan
(Recovery Position - B)

Posisi Pemulihan
(Recovery Position - C)

Posisi Pemulihan
(Recovery Position - D)

Anda mungkin juga menyukai