Anda di halaman 1dari 12

PERAN PEREMPUAN DALAM KELUARGA DI BIDANG EKONOMI DAN

PENDIDIKAN DI DESA WANADADI, KECAMATAN WANADADI,


KABUPATEN BANJARNEGARA
Oleh:

Yulis Setya Budi


Asep Daud Kosasih
Tanto Sukardi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Peran Perempuan dalam Keluarga di Bidang Ekonomi
dan Pendidikan di Desa Wanadadi, Kecamaan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara,
bertujuan untuk mengungkap 1) Kondisi wilayah desa Wanadadi 2) peran perempuan
dalam perekonomian keluarga 3) peran perempuan dalam mendidik anak dan
keluarga tanpa mengganggu keaktifan dalam perekonomian. Pendekatan penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Kualitatif, meliputi pemilihan
studi, rumusan masalah, pengamblan data, klasifikasi data, analisis data, pelaporan.
Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, simpulan/verifikasi. Hasil
pnelitian adalah 1) Jumlah Penduduk di Desa Wanadadi berjumlah 2.228 jiwa terdiri
dari Laki-Laki 1.073 orang dan Perempuan 1.155 orang. Sebagian besar penduduk
bermatapencaharian sebagai pedagang, dengan komoditas perdagangan berupa
sayuran, makanan, matrial, baju dll 2) di Desa Wanadadi sebagian besar perempuan
adalah pekerja dan sangat berpengaruh terhadap perekonomian keluarga, Beberapa
pekerjaan yang dilakukan wanita wanadadi adalah sebagai pedagang, sebagai guru,
sebagai pembantu rumah tangga, sebagai perawat atau bidan, dan bekerja di bank
suwasta 3) Didalam keluarga para perempuan harus bisa mengatur waktu antara
pekerjaan dan mengurus anak, karena jika bisa mengatur dengan baik maka bisa
tercapai sebuah keluarga yang bahagia.
Kata kunci: Perempuan, Ekonomi, Keluarga, Pendidikan anak

ABSTRACT
This research was aimed to reveal 1) the condition of Wanadadi Village, 2)
womens role in familys economic, 3) womens role in familys education without

interrupting economic activity. This research used qualitative approach covering the
choosing of the study, research problem, data collecting, classification, analysis, and
repoting. Data analysis consisted of data reduction, presentation, and conclusion.. the
result was 1) the total inhabitants of Wanadadi village is totaled 2228 consisted of
1073 males and 1155 female. Most of the people are merchants, with the commodity
of vegetables, food, clothing, etc. 2) most of the women in Wanadadi are workers and
affecting familys economic condition, most of them are merchant, domestic helper,
nurse or midwives, and private Bank Staffs. 3) in a family, women must be able to
manage time beteen the occupation and domestic chores.
Keywords: Women, Economic, Children Education
PENDAHULUAN
Wanita merupakan sumber daya manusia, sedangkan separuh penduduk
Indonesia adalah wanita, berarti kedudukan wanita dalam perekonomian adalah
sangat penting. Oleh karena itu, apabila kesejahteraan dan status ekonomi kaum
wanita mengalami peningkatan, maka tujuan pembangunan jangka panjang untuk
meningkatkan kesejahteraan serta status ekonomi yang berkeseimbangan akan
tercapai. Sebaliknya apabila status kaum wanita tidak terangkat dan mereka terus
menerus terabaikan maka dalam jangka panjang rendahnya status ekonomi kaum
wanita tersebut akan menjelma menjadi laju pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat
(Ikima, 2014).
Wanita di Desa Wanadadi sebagian besar adalah pekerja, hal ini sudah tidak
aneh lagi, karena sekarang sebagian wanita adalah pekerja. Beberapa pekerjaan yang
dilakukan wanita Wanadadi adalah sebagai pedagang, sebagai guru, sebagai
pembantu rumah tangga, sebagai bidan, dan bekerja di bank suwasta.
Keluarga merupakan forum pendidikan yang pertama dan utama dalam dalam
sejarah hidup sang anak yang menjadi dasar penting dalam pembentukan karakter
manusia itu sendiri. Untuk menciptakan karakter yang kuat dan jiwa baik pada anak
di dalam keluarga, diperlukan terciptanya suasana keluarga yang harmonis dan
dinamis, hal tersebut dapat tercipta jika terbangun koordinasi dan komunikasai dua
arah yang kuat antara orang tua dan anak. Keluarga tanpa kekerasan adalah salah satu
solusi efektif untuk membuat seorang anak merasa nyaman terutama di rumah.
Namun, yang terjadi belakangan ini para orang tua cenderung mendidik anak
anaknya dengan emosi tinggi, kurang perhatian, bahkan cenderung melaantarkan
mereka. Banyak orang tua cenderung menghabiskan waktunya di luar rumah dengan
berbagai macam urusan, rutinitas kantor, janji dengan relasi atau mitra bisnis,
aktivitas organisasi dan lainnya, seakan menjadi pembenar untuk mengabaikan
keluarga, sehingga si anak merasakan terabaikan. Ada juga orang tua yang merasa
cukup memberikan segala keinginan mereka, dapat memenuhi kebutuhan materi
tetapi soal pendidikan kurang di perhatikan, soal akhlak mulia, kasih sayang,

cenderung di nomor duakan. Hasilnya anak akan memiliki sifat yang tidak
menyenangkan. Pendidikan yang baik dalam keluarga akan membentuk kepribadian
anak yang baik (Yusnita, Rita Tri, 2010),

TINJAUN PUSTAKA
Peranan perempuan dalam aktivitas rumah tangga berarti perempuan
sebagai ibu rumah tangga. Dalam hal ini wanita memberikan peran yang sangat
penting bagi pembentukan keluarga sejahtera sebagai unit terkecil dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kehidupan yang sehat sejahtera harus
dapat dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Kuswardinah
(2007:134) untuk menciptakan suatu keluarga yang baik perlu didukung hal sebagai
berikut :
a. Kesehatan jasmani harus diperhatikan, mulai dari kesehatan suami, istri, dan
kesehatan anak sejak dalam kandungan, usia balita, hingga dewasa, gizi
keluarga, hidup bersih serta teratur.
b. Kesehatan rohani harus diperhatikan, mulai dari sikap perilaku orang tua
sejak anak masih dalam kandungan, mengajarkan pendidikan moral, sosial,
dan agama dalam keluarga, serta menjadi tauladan bagi anaknya.
c. Ekonomi keluarga yang dapat menunjang kehidupan rumah tangga, yaitu
adanya keseimbangan antara pengahasilan dan pengeluaran, menentukan
skala prioritas, menambah pendapatan keluarga dengan kesempatan
wanita sebagai ibu rumah tangga yang bekerja atau berwiraswasta.
Perempuan sebagai bagian dari keluarga mempunyai tugas-tugas antara lain
sebagai istri, sebagai ibu rumah tangga, sebagai pendidik bagi anak- anaknya.
Menurut Hemas (dalam Pudjiwati,1997:35) memaparkan bahwa tugas yang
disandang oleh seorang wanita yaitu :
a. Perempuan sebagai istri
Perempuan tidak hanya sebagai ibu rumah tangga tetapi juga sebagai
pendamping suami seperti sebelum menikah, sehingga dalam rumah tangga
tetap terjalin ketentraman yang dilandasi kasih sayang yang sejati. Wanita sebagai
istri dituntut untuk setia pada suami agar dapat menjadi motivator kegiatan suami.
b. Perempuan sebagai ibu rumah tangga
Sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab secara terus- menerus
memperhatikan kesehatan rumah dan tata laksana rumah tangga, mengatur segala
sesuatu didalam rumah tangga untuk meningkatkan mutu hidup. Keadaan rumah
harus mencerminkan rasa nyaman, aman tentram, dan damai bagi seluruh anggota
keluarga.
c. Perempuan sebagai pendidik

Ibu adalah Perempuan, pendidik pertama dan utama dalam keluarga bagi
putra-putrinya. Menanamkan rasa hormat, cinta kasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa serta kepada masyarakat dan orang tua. Pada lingkungan keluarga, peran ibu
sangat menentukan perkembangan anak yang tumbuh menjadi dewasa sebagai
warga negara yang berkualitas dan pandai.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan dengan
cara memandang objek kajian dilihat dari suatu sistem, artinya objek kajian dilihat
sebagai satuan yang terdiri dari unsur yang saling terkait dan mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang ada (Arikunto, 2002:7). Menurut John W. Creswell dalam
Patilima (2011:11) mendefinisikan bahwa pendekatan kualitatif sebagai sebuah
proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia
berdasarkan penciptaan gambar holistik yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan
pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.
Menurut Bogdam dan Biglen dalam Moleong (2002:10)
Letak Geografi dan Luas Wilayahnya
Ditinjau dari letak geografisnya, desa Wanadadi memiliki ketingian 239 meter
dari permukaan air laut, suhu desa Wanadadi memiliki rata - rata 20-22, sedangkan
bentang wilayahnya berbukit. Desa Wanadadi memiliki batas - batas wilayah sebagai
berikut. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Punggelan, sebelah selatan
berbatasan dengan Bendungan Mrican, sebelah timur berbatasan dengan desa
Wanakarsa dan sebelah barat berbatasan dengan desa karang jambe.
Secara topografi sebagian besar wilayah bagian utara Desa Wanadadi
merupakan Daerah datar dan sangat strategis untuk budidaya bidang perikanan,
perkebunan (durian, petai, kakao, kapulaga dan kopi), peternakan khususnya
peternakan kambing, sedangkan wilayah bagian barat termasuk daerah dataran rendah
dengan ketinggian seluruh wilayah Desa adalah berkisar 239 meter dari permukaan
air laut.
Secara keseluruhan luas wilayah Desa Wanadadi pada Tahun 2009 adalah 15
Km dimana sebanyak 19,6 % merupakan daerah atau lokasi yang digunakan untuk
pertanian. Sedangkan sisanya pemukiman penduduk, dengan dusun terluas adalah
dusun Gandu yakni 4,7 Km dan desa terkecil adalah dusun Kemantren 1 Km.
Keadaan Penduduk
Berdasarkan data kependudukan Tahun 2009 Jumlah Penduduk di Desa
Wanadadi berjumlah 2.228 jiwa terdiri dari Laki-Laki 1.073 orang dan Perempuan

1.155 orang. Sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai pedagang,


dengan komoditas perdagangan berupa sayuran, makanan, matrial, baju dll.
Disamping itu ada beberapa penduduk sebagai peternak ayam potong dan. dibeberapa
dusun yang merupakan mata pencaharian masyarakat seperti di bangkong, Wanadadi
dan gandu dengan mengembangkan budidaya perikanan darat dan karamba.
Sosial Ekonomi
Kegiatan perekonomian harus tumbuh dan berkembang sesuai
denganangkatan kerja agar tidak terjadi suatu pengangguran. Pertumbuhan penduduk
yang berkembang secara cepat diharapkan diikuti dengan perekonomian yang
berkembang secara cepat dan diharapkan diikuti puka perekonomian yang
berkembang seimbang dengan pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah. Apa
lagi jumlah angkatan kerja yang terus bertambah, ini bila tidak diikuti dengan
lapangan pekerjaan akan semakin banyak pengaguran.
Keadaan sosial tentunya tidak terlepas dari keadaan ekonomi dan budaya
karena faktor itu menjadi tolak ukur dalam kehidupan masyarakat. Peneliti
menyajikan data tentang sarana perekonomian, etos kerja, dan mata pencaharian
masyarakat desa Wanadadi.
PEREMPUAN DALAM EKONOMI KELUARGA
Perempuan dalam Kegiatan Publik
Dengan pendidikan yang rendah mengakibatkan eliminasi bagi seseorang di
masa mendatang. Yang bersangkutan akan kesulitan untuk memenangi persaingan
dalam dunia kerja yang memang pada kenyataannya sebagian besar lapangan kerja
saat ini khususnya yang bergerak disektor formal melakukan penawaran lapangan
kerja dengan kriteria pendidikan tertentu sehingga pada akhirnya pendapatan yang
diterima untuk keluarga akan tetap rendah. Kondisi yang tidak jauh berbeda ini bisa
terus berulang hingga ke generasi keluarga di masa yang akan dating dan pada
akhirnya kondisi yang tidak jauh berbeda akan terus terulang (Todaro & Smith,
2006).
Di negara-negara dunia ketiga, masyarakat yang hidup di dalam lingkaran
kemiskininan adalah masyarakat yang hidup di dalam keluarga yang dikepalai oleh
wanita, karena dalam keluarga tersebut tidak ada pria yang mampu menafkahi
keluarganya (Todaro & Smith, 2006).
Kondisi demikian juga sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh
Komnas Perempuan yang kemudian membentuk sebuah program yang melindungi
hak-hak para wanita yaitu PEKKA (Perempuan Kepala Keluarga).
Data Susenas Indonesia tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah rumah
tangga yang dikepalai perempuan mencapai 13.60% atau sekitar 6 juta rumah
tangga yang mencakup lebih dari 30 juta penduduk.Jika dibandingkan data tahun

2001 ketika PEKKA pertama digagas yang kurang dari 13%, data ini menunjukkan
kecenderungan peningkatan rumah tangga yang dikepalai perempuan rata-rata 0.1%
per tahun. Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974, dalam
kehidupan sosial politik dan kemasyarakatan di Indonesia, kepala keluarga adalah
suami atau laki-laki. Selain itu, nilai sosial budaya umumnya juga masih
menempatkan perempuan dalam posisi sub-ordinat. Oleh karena itu keberadaan
perempuan sebagai kepala keluarga tidak sepenuhnya diakui baik dalam sistem
hukum yang berlaku maupun dalam kehidupan sosial masyarakat. Sebagai akibatnya
perempuan kepala keluarga menghadapi diskriminasi hak dalam kehidupan sosial
politiknya (PEKKA, 2010).
Rumah tangga yang dikepalai perempuan umumnya miskin dan merupakan
kelompok termiskin dalam strata sosial ekonomi di Indonesia. Hal ini sangat terkait
dengan kualitas sumberdaya perempuan kepala keluarga (Pekka) yang rendah. Data
dasar Sekretariat Nasional PEKKA di 8 provinsi menunjukkan bahwa Pekka
umumnya berusia antara 2060 tahun, lebih dari 38.8% buta huruf dan tidak pernah
duduk di bangku sekolah dasar sekalipun. Sebagian wanita menghidupi antara 1-6
orang tanggungan, bekerja sebagai buruh tani dan sektor informal dengan pendapatan
rata-rata kurang dari Rp 10.000 per hari.
Sebagian wanita mengalami trauma karena tindak kekerasan dalam rumah
termasuk pembatasan hak-hak wanita dalam kegiatan ekonominya. Terlepas dari
semua kondisi kehidupan wanita yang memprihatinkan, wanita khususnya yang
hidup di negara berkembang sebenarnya memiliki peran tersendiri sebagai salah satu
instrumen pengentasan kemiskinan. Berdasarkan beberapa bukti emipiris, tingkat
pengembalian dari investasi pendidikan kaum wanita lebih tinggi dibanding dengan
tingkat pengembalian dari investasi pendidikan kaum pria. Hal ini menunjukan
bahwa kaum wanita dapat memberikan produktivitas kerja yang lebih tinggi
dibanding kaum pria. Bahkan dengan pendidikan wanita yang lebih tinggi, untuk
jangka panjang wanita tersebut dapat menjamin kualitas intelejensi anakanaknya
sehingga berguna untuk masa depan, dapat mengurangi tingkat fertilitas karena pada
umumnya wanita yang bekerja menunda untuk menikah muda sehingga momentum
ledakan penduduk dapat dikurangi. Apalagi jika dilengkapi dengan efektifnya
program-program pengentasan kemiskinan dari pemerintah melalui ibu-ibu PKK
dan program-program simpan pinjam khusus untuk wanita.
Latar Belakang Perempuan dalam Ekonomi Keluarga di Desa Wanadadi
Di desa Wanadadi peningkatan peranan dan partisipasi wanita diarahkan
untuk mencapai kondisi kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dan wanita dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat. Kata sejajar dan bermitra merupakan sebuah
kata yang menyiratkan persamaan hak saling menghormati dan bekerja sama. Di sana
tidak ada dominasi, saling menguasai dan pemaksaan kehendak. Berdiri sama tinggi,

duduk sama rendah dalam segala sisi kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan
bernegara. Pada dunia pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah, pada
aspek peningkatan derajat kesehatan dan gizi, maupun peningkatan kesejahteraan
keluarga. Dengan demikian, pada dasarnya, peningkatan peranan wanita dalam
keluarga dan masyarakat diarahkan bagi terciptanya kemitrasejajaran yang harmonis
antara pria dan wanita dalam membina keluarga maupun dalam peran aktif di
masyarakat.
Wanita merupakan sumber daya manusia, sedangkan separuh penduduk
Wanadadi adalah wanita, berarti kedudukan wanita dalam perekonomian adalah
sangat penting. Oleh karena itu apabila kesejahteraan dan status ekonomi kaum
wanita mengalami peningkatan, maka tujuan pembangunan jangka panjang untuk
meningkatkan kesejahteraan serta status ekonomi yang berkeseimbangan akan
tercapai. Sebaliknya apabila status kaum wanita tidak terangkat dan mereka terus
menerus terabaikan maka dalam jangka panjang rendahnya status ekonomi kaum
wanita tersebut akan menjelma menjadi laju pertumbuhan ekonomi yang lebih
lambat.
Wanita di Desa Wanadadi sebagian besar adalah pekerja, hal ini sudah tidak
aneh lagi, karena sekarang sebagian wanita adalah pekerja. Wanita di Wanadadi ada
beberapa pekerjaan yang dilakukan. Beberapa pekerjaan yang dilakukan wanita
wanadadi adalah sebagai pedagang, sebagai guru, sebagai pembantu rumah tangga,
sebagai perawat atau bidan, dan bekerja di bank suwasta. Ada beberapa hal yang
melatarbelakangi perempuan dalam ekonomi keluarga, di antaranya adalah
pendapatan suami yang rendah, harus membiyai diri sendiri.
Faktor Yang Mempengaruhi Perempuan Dalam Perbaikan Ekonomi Keluarga
1. Pendidikan
Dari pernyataan salah satu informan, bahwa pendidikan dan keterampilan
memang penting tetapi hal itu tidak banyak dihiraukan oleh masyarakat di desa
Wanadadi karena karakter mereka adalah tipe pekerja keras sehingga meskipun
mereka hanya mampu bekerja di sektor-sektor informal namun karena mereka mau
bekerja dengan giat, maka hal itu juga mampu mendatangkan tambahan pendapatan
yang relatif banyak dari tempat mereka bekerja.
2. Mobilitas sosial
Tingkat mobilitas sosial perempuan di Desa Wanadadi memengaruhi pengetahuan
atas informasi kerja dan memengaruhi sikap dia ketika harus memilih membantu
suami dengan bekerja atau tidak. Dan mobilitas ini memengaruhi mereka dalam
berteman sesama perempuan.
3. Akses informasi

Karena kondisi letak desa yang jauh dari kota, mengisyaratkan bahwa perempuan
desa ini sangat sulit mendapatkan informasi tentang kerja. Sehingga membuat mereka
pasrah akan keadaan dan nurut sama suami.
4. Motivasi perempuan itu sendiri
Motivasi dan semangat kerja yang terbentuk dalam diri perempuan ikut
menentukan apakah mereka bekerja atau tidak. Kuatnya motivasi tersebut tergantung
dariKuatnya motivasi tersebut tergantung dari beban ekonomi yang ia tanggung
bersama suami.
PERAN PEREMPUAN DALAM PENDIDIKAN KELUARGADI DESA
WANADADI
A. Perempuan dalam Mengatur waktu antara Pekerjaan dan Mengurus anak
Didalam keluarga para perempuan harus bisa mengatur waktu antara
pekerjaan dan mengurus anak, karena jika bisa mengatur dengan baik maka bisa
tercapai sebuah keluarga yang bahagia. Dalam hal ini beberapa Ibu rumah tangga
mempunya cara tersendiri untuk membagi waktu, Di antaranya adalah, Ibu Suhartini
(guru SD) mengatakan bahwa sebisa mungkin diatur waktunya, sebagai contoh
sebelum brangkat mengajar maka pengaturan waktunya rumah tangga pagi hari
misalnya memasak dan menyiapkan peralatan anak, maka harus bangun lebih awal
karena tanpa bangun lebih awal maka semuanya akan tercecer dan membangunkan
anak untuk persiapan sekolah sedangkan yang besar membantu didapur,semua itu
dilakukan untuk melatih anak supaya bisa mandiri. Untuk sore hari ketika butuh
kumpul dengan anak dan suami, saya harus menyempatkan waktu, setiap sore
sesudah melakukan rutinitas pada siang hari maka sore hari harus ada waktunya
untuk berkumpul dengan anak untuk bercanda dan berbagi ( bulletin sore ), sehingga
tidak ada ketimpangan dalam rumah tangga antara pekerjaan dan mengurus anak.
Sedangkan menurut Ibu Dati ( Pedagang es buah ) mengatakan bahwa
membagi waktu antara pekerjaan dengan mengurus anak itu sangat sulit, karena dari
pagi harus sudah sibuk menyiapkan barang dagangan, memang masih sempat untu
membangunkan dan menyiapkan sarapan unuk anak dan suami tetapi tidak ada waktu
buat ngobrol dan sarapan bersama, sedangkan sore harinya bisa untuk ngobrol
bareng, tetapi itu tidak maksimal karena siang sudah bekerja sampai sore, tenaganya
sudah terkuras untuk bekerja, jadi waktu untuk mengurus anak bisa dikatakan tidak
ada banyak waktu (18 Desember 2014).
Ibu Weni ( Perawat ) mengatakan bahwa antara pekerjaan dan mengurus anak
harus bisa seimbang, karena sebagai ibu yang baik hanya memikirkan pekerjaan saja
itu tidak baik, jadi harus adil antara pekerjaan dan mengurus anak. Karena saya
seorang perawat dan berangkatnya tidak terlalu pagi, maka dipagi hari masih bisa
mengurus anak dan suami, misalnya saya masih bisa memasak untuk keluarga dan

masih bisa mengantarkan anak pergi ke sekolah. Sore hari juga masih banyak waktu
untuk berbagi dan bermain bersama anak, sebenarnya rasa capek itu ada tetapi
kebersamaan bersama keluarga membuat rasa capek itu hilang (18 Desember 2014).
B. Perempuan dalam Menanamkan Sikap Anak Dalam Mencapai Pendidikan
Formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan di sekolah yang di peroleh secara
teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas. Sebagai
lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan dan berkembang secara efektif
dan efisien dari masyarakat untuk masyarakat yang berkewajiban memberikan
pelayanan kepada generasi muda dalam mendidik warga Negara.
Ada beberapa sikap yang bisa ditanamkan kepada anak, seperti disiplin,
tanggung jawab, dll. Menurut Ibu Dian (guru SMP) sikap yang di tanamkan kepada
anak adalah disiplin, disiplin itu harus ditanamkan kepada anak, pengaturan waktu
anak untuk belajar di perketat. Sikap yang berikutnya adalah kejujuran, dimana anakanak dituntut harus jujur dalam hal apapun. Sikap yang selanjutnya adalah
keterbukaan dari anak-anak, saya selalu membuka peluang kepada anak-anak untuk
bercerita, sehingga anak-anak tidak ada maslah yang di pendam. Kemudian
kemandirian masih tetap di terapkan dan kemandirian diterapkan sejak usia dini,
memang itu seperti suatu paksaan namun jika dilakukan akan menjadi suatu
kebiasaan (18 Desember 2014).
Menurut Ibu Karimah (petani ikan) sikap yang ditanamkan terhadap anak
anak adalah disiplin, karena dengan disiplin anak akan menjadi lebih taat terhadap
waktu. Sikap yang selanjutnya adalah jujur yang membantu anak menjadi anak yang
dewasa. Kemudian adalah sikap bertanggung jawab, karena semenjak masih kecil
sudah dilatih untuk bertanggung jawab maka si anak akan bertanggung jawab dengan
apa yang dia perbuat dan bisa mempertimbangkan apa yang akan dia lakukan (18
Desember 2014).
C. Dampak Positif dan Negatif Terhadap Pendidikan Anak Setelah Menjadi
Pekerja
Dalam melakukan semua hal itu tidak lepas dari dampaknya, entah itu
dampak positif ataupun dampak negative, begitu halnya pada perempuan yang
bertugas mengurus anak padahal dia adalah seorang pekerja.
Ibu Surati (pedagang) mengatakan bahwa antara dampak positif dan negatif
lebih menonjol kepada dampak negatif, karena saya bekerja sebagai pedagang jelas
tidak bisa mengawasi anak dengan ketat, apalagi sekarang tegnologi sudah meluas
dan mudah digunakan oleh anak-anak, selain itu juga kekurangan saya adalah saya
merasa kurang memberikan kasih sayang kepada anak, walaupun sang anak tidak

berkata apa-apa tapi sebagai seorang ibu merasa tidak puas, dan yang kurang itu
adalah waktu kebersamaan dengan sang anak. Sedangkan dampak positifnya adalah
saya bisa mengajarkan anak sejak dini untuk menghargai usaha orang lain, selain itu
juga bisa mengajarkan anak untuk selalu bekerja keras (18 Desember 2014).
Ibu Hartini (guru SD) mengatakan antara dmpak positif dan negatif lebih
banyak positifnya karena selalu melakukan keseimbangan, walaupun ada beberapa
dampak negatifya, salah satu contohnya adalah dalam hal belajar, saya tidak bisa
mengawasi anak untuk belajar dan membantu mengerjakan PR karena saya juga
banyak tugas, mungkin itu dampak negatifnya (18 Desember 2014).
SIMPULAN
Dari urain pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
perempuan bekerja tidaklah hanya mementingkan diris endiri, mereka bekerja karena
tuntutan ekonomi dan tekanan kebutuhan hidup yang terus menerus semakin tinggi.
Kecamatan Wanadadi berada di bagian tengah wilayah Kabupaten Banjarnegara
termasuk Kecamatan yang strategis karena merupakan daerah penyangga Ibu Kota
Kabupaten, berdasarkan jarak aksesbilitas 13 Km dari Ibu Kota Kabupaten
Banjarnegara. Wilayah Kecamatan Wanadadi terletak pada posisi 7.367 22 o LS dan
1096 630 17o BT membujur dari barat ke timur
Masyarakat pedesaan seperti Desa Wanadadi yang terdiri dari keluarga menengah
kebawah, sering kali perempuan berperan bukan hanya sebagai istri ataupun seorang
ibu, tetapi mereka juga berperan sebagai pekerja, sebagai tulang punggung keluarga
yang membantu suami mereka dalam memakmurkan dan menjaga kesetabilan
kebutuhan ekonomi keluarga.
Kontribusi disektor pendidikan menjadi prioritas para perempuan dalam
memajukan anak-anak mereka dalam pendidikan. Kontribusi perepuan disektor
kesehatan,kontribusi disektor social masyarakat dan kontribusi disektor administrasi
publik.
Para perempuan bekerja tidak dapat dianggap remeh karena para perempuan
mempunyai aktivitas yang lebih dari laki-laki. Secara otomatis peran perempuan
menjadi ganda ketika para perempuan diwajibkan untuk melayani suami dan
mendidik anak-anak. Selain menjadi ibu rumah tangga para perempuan pekerja harus
bekerja demi kesjahteraan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Asri Wahyu Widi Astuti. 2013. Peran Ibu Rumah Tangga dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga di Desa Bejan Kecamatan Bejan Kabuaten

Temanggung. Semarang. UNNES


Asih, Kuswardinah. 2007. Ilmu Kesejahteraan Keluarga. Semarang: UNNES Press.
BKKBN. 1995. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Jakarta: BKKBN
Ikima. 2014. Peran Wanita Karir dalam Melaksanakan Fungsi Keluarga. Journal
Ilmu Sosiatri, `Vol. 2, No 3.
Khairuddin, H. 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty.
Kristina. 2010. Partisipasi Perempuan dalam Perbaikan Perekonomian Keluarga
dan Masyarakat. Jurnal Ekonomi, Pamator, Vol. 3, No 1. April 2010
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Pidarta, Made. 2000. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Patilima, Hamid. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Pidarta,
Poerwadarminto. 2002. Loyalitas dan Sikap Kerja Karyawan. Journal Manajemen,
Vol 1, No 2.
Pudjiwati, Sayogyo. 1997. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat
Desa. Jakarta: CV Rajawali.
Pujosuwarno, Sayekti. 1994. Bimbingan dan Konseling Keluarga. Yogyakarta:
Menara Mas Offset.
Sartono Kartodirjo, 1992, Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah, Jakarta:
Gramedia
Soekirno Dkk, 2000, Pengantar Pendidikan, Surakarta: Graha Ilmu
Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.
Sri Suhandjati Sukri. 2002. Bias Jender dalam Pemahaman Islam. Jakarta: Gama
Media
Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.


Sutarto, Joko.2007. Pendidikan Nonformal (Konsep Dasar, Proses Pembelajaran,
& Pemberdayaan Masyarakat). Semarang. UNNES Press.

http://belajarpsikologi.com diakses 20 Desember 2014 pada 17:15


http://www.unicef.org

diakses pada 20 Desember 2014 pada 16:40

Anda mungkin juga menyukai