Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori


1. Lansia
a. Definisi
Pengertian lansia di bedakan atas 2 macam, yaitu lansia
kronologis ( kalender ) dan lansia biologis. Lansia kronologis mudah
diketahui dan dihitung, sedangkan lansia biologis berpatokan pada
keadaan jaringan tubuh. Individu berusia muda tetapi secara biologis
dapat tergolong lansia jika di lihat dari keadaan jaringan tubuhnya.
Lanjut usia merupakan proses alamiah dan berkesinambungan
yang mengalami perubahan anatomi, fisiologis, dan biokimia pada
jaringan atau organ yang pada akhirnya mempengaruhi keadaan
fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Fatmah, 2010).
Berikut ini adalah definisi usia lanjut dalam beberapa literatur :
1) Menurut Smith dan Smith, usia lanjut digolongkan menjadi tiga,
yaitu : young old ( 65-74 tahun) ; middle old ( 75-84 tahun ) ; dan
old old ( lebih dari 85 tahun ).
2) Menurut Setyonegoro, yang disebut usia lanjut (geriatric age)
adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Selanjutnya
terbagi ke dalam usia 70-75 tahun ( young old ) ; 75-80 tahun (
old ) ; dan lebih dari 80 tahun ( very old ).
3) Menurut Bab I Pasal 1 ayat ( 2 ) Undang-Undang No. 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut, lansia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun ke atas. ( Tamher, Noorkasiani,
2011)
Menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu :

1) Usia pertengahan ( midlle age ), yaitu usia 45-59 tahun


2) Lansia ( elderly ), yaitu usia 60-74 tahun
3) Lansia tua ( old ), yaitu usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua ( very old ), yaitu usia di atas 90 tahun
Departemen Kesehatan RI memberikan batasan lansia sebagai
berikut :
1) Virilitas ( prasenium ) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa ( usia 55-59 tahun )
2) Usia lanjut dini ( senescen ) yaitu kelompok yang memulai
memasuki masa usia lanjut dini ( usia 60-64 tahun )
3) Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeratif
yaitu usia di atas 65 tahun ( Fatmah, 2010).
Menurut Maryam, Ekasari (2012), lansia diklasifikasikan menjadi lima
yaitu :
1) Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2) Lansia
Seseorang yang berusi 60 tahun atau lebih
3) Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
5) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,2003).
b. Teori teori Proses Penuaan ( Maryam, Ekasari, 2012 )
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan,
yaitu teori biologi, teori psikologis, teori social, dan teori spiritual.
1) Teori biologi
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi , immunology
slow theory, teori stress, teori radikal bebas, dan teori rantai
silang
a) Teori genetic dan mutasi

Menurut teori genetic dan mutasi, menua terprogram secara


genetic untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai
akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekulmolekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi dari sel-sel kelamin ( terjadi penurunan kemampuan
fungsi sel ).
Terjadi pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh
yang disebut teori akumulasi dari produk sisa, sebagai contoh
adalah adanya pigmen lipofusin di sel otot jantung, dnn sel
susunan

saraf

pusat

pada

lansia

yang

mengakibatkan

terganggunya fungsi sel itu sendiri


Pada teori biologi dikenal istilah pemakaian dan perusakan
( wear and tear ) yang terjadi karena kelebihan usaha dan stress
yang menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah ( pemakaian ).
Pada teori ini juga di dapatkan terjadinya peningkatan jumlah
kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada perlindungan terhadap
radiasi, penyakit, dan kekurangan gizi.
b) Immunology slow theory
Menurut Immunology slow theory , system imun menjadi
efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
c) Teori stress
Teori stress mengungkapkan menua terjadi akibat
hilangnya sel-sel yng biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan

internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel


tubuh lelah terpakai.
d) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahanbahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
e) Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia
sel-sel yang tua atau using menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
2) Teori psikologi
Pada
usia
lanjut
proses
penuaan
terjadi

secara

alamiahseiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis


yang terjadi dapat dihubungkan pila dengan keakuratan mental
dan keadaan fungsional yabg efektif.
Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan
inteligensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang
lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia
mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada
ditunjang dengan status sosialnya.
Adanya penurunan dari intelektualitas

yang

meliputi

persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia


lanjut

menyebabkan

mereka

sulit

untuk

dipahami

dan

berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada


lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi system sensorik,

maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima,


memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang akan
muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.
Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan
fisiologis organ otak. Namun untuk fungsi-fungsi positif yang dapat
dikaji ternyata mempunyai fungsi lebih tinggi, sepeti simpanan
informasi usia lanjut, kemampuan memberi alas an secara
abstrak, dan melakukan penghitungan.
Memori adalah kemampuan daya ingat lansia terhadap
suatu kejadian/peristiwa baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Memori terdiri atas tiga komponen sebagai berikut :
a) Ingatan yang paling singkat dan segera. Contohnya
pengulangan kata.
b) Ingatan jangka pendek. Contohnya peristiwa beberapa menit
hingga beberapa hari yang lalu.
c) Ingatann jangka panjang.
Kemampuan belajar yang menurun dapat terjadi karena
banyak hal. Selain keadaan fungsional organ otak, kurangnya
motivasi pada lansia juga berperan. Motivasi akan semakin
menurun dengan menganggap bahwa lansia sendiri merupakan
beban bagi orang lain dan keluarga.
3) Teori sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan,
yaitu :
a) Teori interaksi soaial ( social exchange theory )
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat. Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang,

sehingga menyebabkan interaksi soaial juga berkurang, yang


tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk
mengikuti perintah.
b) Teori penarikan diri ( disengagement theory )
teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling
awal dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry
pada

tahun

1961.

Kemiskinan

yang

diderita

lansia

dan

menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia


secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.
Selain hal tersebut, masyarakat juga perlu mempersiapkan
kondisi agar para lansia tidak menarik diri. Proses penuaan
mengakibatkan interaksi sosial lansia mulai menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas.
c) Teori aktivitas
Teori aktivitas dikembangkan oleh palmone dan lemon pada
tahun 1972, yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses
bergantung

dari

bagaimana

seorang

lansia

merasakan

kepuasan dalam melakukan aktivtas serta mempertahankan


aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan
aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat
menurun, tetapi di lain sisi dapat dikembangkan, misalnya
peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau nenek, ketua RT,
seorang duda atau janda, serta karena ditinggal wafat pasangan
hidupnya.
Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses
penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan

berusaha untuk mempertahankan perilaku mereka semasa


mudanya.
Pokok-pokok teori aktivitas adalah moral dan kepuasan dengan
interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di
masyarakat

dan

kehilangan

peran

akan

menghilangkan

kepuasan seorang lansia.


Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam penyusunan
kebijakan terhadap lansia, karena memungkinkan para lansia
untuk berinteraksi sepenuhnya di masyarakat.
d) Teori kesinambungan
Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial.

Teori

ini

mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan


lansia.

Pengalaman

hidup

seseorang

pada

suatu

saat

merupakan gambarannya kelak pada saat menjadi lansia. Hal


ini dapat terlihat bahwa gaya hidup perilaku, dan harapan
seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah menjadi
lansia.
Menurut teori penarikan diri da teori aktivitas, proses penuaan
merupakan suatu pergerakan dan prosses yang searah, akan
tetapi pada tteori kesinambungan merupakan pergerakan dan
proses banyak arah, bergantung dari bagaimana penerimaan
seseorang terhadap status kehidupannya.
Kesulitan untuk menerapkan teori ini adalah bahwa sulit untuk
memperoleh gambaran umum tentang seseorang, karena kasus
tiap orang sangat berbeda.
Pokok-pokok teori kesinambungan adalah sebagai berikut :

(1)Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus


aktif

dalam proses

penuaan,

tetapi

berdasarkan pada

pengalamannya di masa lalu, lansia harus memilih peran apa


yang harus dipertahankan atau dihilangkan.
(2)Peran lansia yang hilang tidak perlu diganti.
(3)Lansia berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara
untuk beradaptasi.
e) Teori perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah
dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa. Teori
perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua
merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia
terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai
positif atau negative. Akan tetapi, teori ini tidak menggariskan
bagaimana menjadi tua yang diinginkan atau yang seharusnya
diterapkan oleh lansia tersebut.
Pokok-pokok dalam teori perkembangan

adalah

sebagai

berikut :
(1)Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa
kehidupannya.
(2)Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap
kenyataan

soaial

yang

baru,

yaitu

pension

dan/atau

menduda/ menjanda.
(3)Lansia harus menyesuaikan diri terhadap perannya yang
berakhir

di

dalam

keluarga,

kehilangan

identitas

dan

hubungan sosialnya akibat pension, serta ditinggal mati oleh


pasangan hidup dan teman-temannya.
f) Teori stratifikasi usia ( age stratification theory )

Stratifikasi

usia

nenggambarkan

disusun
serta

berdasarkanusia
membentuk

kronologis

adanya

yang

perbedaan

kapasitas, peran, kewajiban, dan hak mereka berdasarkan usia.


Pokok-pokok dari teori stratifikasi usia adalah sebagai berikut :
(1)Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat.
(2)Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
(3)Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara
penduduk.
Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan
yang dilakukan bersifat deterministic, dan dapat dipergunakan
untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok dan bersifat
makro. Setiap kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang
demografi dan keterkaitannya dengan kelompok usia lain.
Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk
menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa stratifikasi
sangat kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi
kelas dan kelompok etnik.
4) Teori spiritual
Komponen spiritual

dan

tumbuh

kembang

merujuk

pada

pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi


individu tentang arti kehidupan.
James Fowler mengungkapkan

bahwa

kepercayaan/demensia

spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan


seseorang.
Fowler mengungkapkan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk
pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir.
Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena timbal balik,

yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain


dalam menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih, dan harapan.
Fowler meyakini bahwa perkembangan kepercayaan antara orang
dan lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai
dan pengetahuan. Fowler juga berpendapat bahwa perkembangan
spiritual pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip
cinta dan keadilan.
c. Faktor faktor yang mempengaruhi mekanisme koping pada
lansia :
( Tamher, Noorkasiani, 2011 )
1) Usia dan jenis pekerjaan
Semakin bertambah usia seseorang, semakin siap pula dalam
menerima cobaan, hal ini di dukung oleh teori aktivitas yang
menyatakan bahwa hubungan antar system sosial dengan individu
bertahan stabil pada saat individu bergerak dari usia pertengahan
menuju usia tua. Teori ini menekankan bahwa kestabilan system
kepribadian sebagai individu, bergerak kea rah usia tua. Oleh
sebab

itu

tidak

dibutuhkan

suatu

kompensasi

terhadap

kehilangan, seperti pension dari peran sosial karena menua.


Keterkaitannya dengan jenis pekerjaan juga membawa dampak
yang berarti.
Tuckman dan Lorge menemukan bahwa pada waktu
menginjak usia pension ( 65 tahun ) hanya 20% diantara orangorang tua tersebut yang masih
sedangkan

sisanya

sebenarnya

betul-betul ingin pension,


masih

ingin

bekerja

terus.

Dinyatakan bahwa diantara pekerja-pekerja usia 55 tahun ke atas

yang mempunyai penghasilan berkecukupan, keinginan untuk


segera pension berbanding terbalik dengan variasi, otonomi, dan
tanggung jawab yang terkait dengan pekerjaannya. Pada pekerja
kasar, keinginan untuk pension sebelum usia 65 tahun di Amerika
semakin

bertambah.

Sebaliknya,

orang

mempunyai

penghasilan/gaji yang besar adalah yang paling sedikit ingin


dipensiunkan.
2) Jenis kelamin
Perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada
bentuk

adaptasi

yang

digunakan.

Menurut

hasil

penelitian,

ternyata keadaan psikososial lansia di Indonesia secara umum


masih lebih baik dibandingkan lansia di Negara maju, antara lain
tanda-tanda depresi (pria 4,3% dan wanita 4,2%), menunjukkan
kelakuan/tabiat buruk (pria 7,3% dan wanita 3,7%), serta cepat
marah (pria 17,2% dan wanita 7,1%). Jadi, dapat diasumsikan
bahwa

wanita

lebih

siap

dalam

menghadapi

masalah

dibandingkan laki-laki, karena wanita lebih mampu menghadapi


masalah daripada kaum lelaki yang cenderung lebih emosional.
3) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan juga merupakan hal terpenting dalam
menghadapimasalah.

Semakin

tinggi

pendidikan

seseorang,

semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga


akan

lebih

siap

dalam

menghadapi

masalah

yang

terjadi.

Umumnya, lansia yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi

masih

dapat

produktif,

nereka

justru

banyak

memberikan

konstribusinya sebagai pengisi waktu luang dengan menulis bukubuku ilmiah maupun biografi sendiri.
4) Motivasi
Adanya motivasi akan sangat membantu

individu

dalam

menghadpi dan menyelesaikan masalah. Individu yang tidak


mempunyai motivasi untuk menghadapi dan menyelesaikan
masalah akan membentuk koping yang destruktif. Menurut
Maslow, jika tiap-tiap kebutuhan dapat dicapai, maka individu
termotivasi untuk mencari kebutuhan pada tahap yang lebih tinggi
berikutnya, sehingga individu akan mempunyai kemampuan
dalam memecahkan masalh.
5) Dukungan keluarga
Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling disukai
para lansia. Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting
dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada
dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk
menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat.
6) Dukungan sosial
Kebiasaan sosial budaya masyarakat di dunia timur sampai
sekarang masih menempatkan orang-orang usia lanjut pada
tempat terhormat dan penghargaan yang tinggi. Lansia sering
dianggap lamban, baik dalam berfikir maupun dalam bertindak.
Anggapan ini bertentangan dengan pendapat-pendapat pada
zaman sekarang , yang menganjurkan masih tetap ada socil
involvement (keterlibatan sosial) yang dianggap penting dan

meyakinkan. Contohnya dalam bidang pendidikan, lansia masih


tetap

butuh

melanjutkan

pendidikannya,

sehingga

dapat

meningkatkan intelegensi dan memperluas wawasannya. Hal ini


merupakan suatu dukungan bagi lansia dalam menghadapi
masalah yang terjadi.
d. Gangguan kesehatan

pada

lansia

(Tamher,

Noorkasiani,

2011)
1) Delirum
Salah satu karakteristik pasien geriatric adalah gejala dan tanda
penyakit tidak khas sesuai organ/system tubuh yang sakit. Sering
kali suatu penyakit sistemik muncul berupa gangguan kesadaran
walaupun

system

syaraf

pusat

tidak

terganggu.

Meskipun

demikian, penyakit susunan syaraf pusat pun dapat muncul dalam


bentuk tersebut. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan
kewaswadaan untuk mendeteksi sedini mungkin kelainan-kelainan
sistemik yang dapat mendasari delirium agar penyakit tidak
bertambah berat.
Faktor penyebabnya antara lain adalah : stroke, tumor otak,
pneumonia, infeksi saluran kemih, dehidrasi, diare, hiperglikemi,
hipoksia,, dan putus obat. Gejala yang tampak berupa kurang
perhatian, gelisah, gangguan pola tidur, murung, perubahan
kesadaran,

disorientasi,

halusinasi,

mudah lupa, hipoaktif, dan hiperaktif.


2) Jatuh

sulit

konsentrasi,

sangat

Jatuh akan menyebabkan cidera jaringan lunak, bahkan fraktur


pangkal paha, atau pergelangan tangan. Keadaan tersebut
menyebabkan nyeri dan imobilisasi dengan segala akibatnya.
3) Inkontensia Urin
Mengompol tidak hanya menimbulkan problem hygiene seperti
penyakitkulit, decubitus, dan bau tak sedap, namun lebih dari itu
dapat pula menyebabkan perasaan rendah diri atau isolasi.
4) Imobilisasi
Lansia yang terus-menerus berada di tempat tidur, berakibat
atrofi otot, decubitus dan malnutrisi, serta pneumonia.
5) Gizi kurang/buruk
Kekebalan tubuh sangat ditentukan oleh keadaan gizi. Demikian
pula dengan mobilitas, kemampuan beraktifitas sehari-hari, dan
penyembuhan penyakit. Gejala kurang gizi biasanya tersembunyi,
maka bila tidak dengan sengaja dicari, akan terlewatkan sampai
keadaan menjadi sangat nyata terjadi gizi buruk
6) Osteoporosis
Osteoporosis dan jatuh menyebabkan tingginya angka kematian,
distabilitas, serta tingkat ketergantungan. Lansia dalam tingkat
ketergantungan tinggi akan jadi beban lingkungannya.
7) Depresi/Demensia
Depresi yaitu keadaan jiwa yang tertekan dan menurun fungsi
kognitif

hingga

berpotensi

menimbulkan

berbagai

kendala.

Penyebab terjadinya depresi adalah kehilangan/meninggal orang


yang

dicintai,

sikap

pesimistik,

kecenderungan

berasumsi

negative terhadap pengalaman yang mengecewakan, kehilangan


integritas pribadi, dan berpenyakit degeneratif kronik tanpa
dukungan sosial yang adekuat.

Faktor penyebab terjadinya demensia adalah riwayat keluarga,


sindrom down, trauma kepala, penyakit tiroid, dan stroke/CVA.
8) Decubitus
Decubitus bisa dicegah, namun bila terlanjur terjadi akan
memerlukan perawatan khusus. Decubitus
2. Posyandu Lansia
a. Definisi
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lansia adalah suatu wadah pelayanan
kesehatan bersumber daya masyarakat untuk melayani penduduk lansia, yang proses
pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga
swadaya masyarakat, lintas sektor pemerindah dan non pemerintah, swasta, organisasi
sosial dan lain lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya
promotif dan preventif. (Kemenkes RI, 2014)
b. Tujuan dan manfaat
Membudayakan gaya hidup sehat, mawas diri, menyediakan
layanan kesehatan yang mudah di jangkau dan murah dilaksanakan
(Maryam, Widyastuti, 2010).
c. Kegiatan (Maryam, Widyastuti, 2010)
1) Deteksi dini faktor resiko penyakit. Faktor resiko penyakit tidak
menular adalah :
a) Faktor resiko fisik :
(1)Tekanan darah (bila lebih dari atau sama dengan 140/90
mmHg)
(2)Kegemukan (dilihat nilai Indeks Masa Tubuh bila lebih dari
25).
b) Faktor resiko biologis :
(1)Gula darah (bila 200 mg/dL).
(2)Kolesterol (bila 250 Mg/dL).
(3)Asam Urat (laki-laki > 7,2 mg/dL dan perempuan > 6 mg/dL)
c) Faktor resiko gaya hidup
(1)Merokok.
(2)Aktivitas fisik kurang (kurang olah raga).

(3)Konsumsi makanan (diet tidak sesuai dan teratur).


(4)Stress (banyak pikiran).
d) Faktor resiko lingkungan
(1)Rumah tangga.
(2)Tempat kerja.
(3)Kondisi geografis.
e) Faktor resiko status sosial ekonomi
(1)Umur.
(2)Jenis kelamin.
(3)Status ekonomi.
2) Menyelenggarakan posyandu lansia dengan pelayanan kesehatan
5 meja.
3) Kegiatan kelompok mandiri:
a) Kelompok swabantu (self-help

group)

yaitu

kelompok

masyarakat dengan penyakit yang sama, misaln : kelompok


lansia penderita hipertensi.
b) Kelompok mandiri masyarakat

(peer

group)

terdiri

dari

kelompok pengajian, kelompok arisan, kelompok senam, dan


lain-lain.
4) Kemitraan yaitu kerjasama dengan pihak lain (instansi swasta,
industry, pakar, LSM, dan lain-lain).
3. Senam Lansia
a. Definisi
Senam menurut kamus umum bahasa Indonesia mempunyai arti
latihan gerak badan untuk menguatkan atau menyehatkan badan.
Menurut Setyoadi & Kushariyadi, 2011 mengemukakan bahwa senam adalah
serangkaian gerakan nada yang teratur, terarah, serta terencana yang dilakukan secara
sendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga.
Senam lansia adalah serangkaian gerakan yang terarah dan teratur dan kemudian
di ikuti oleh para lanjut usia yang pelaksanannya dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan raga secara fungsional (www.bimbie.com, diakses pada tanggal 21 Juni
2016).
b. Manfaat melakukan senam secara teratur dan benar dalam jangka waktu yang
cukup adalah sebagai berikut (Maryam, Ekasari, 2012) :
1) Mempertahankan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani yang baik
2) Mengadakan koreksi terhadap kesalahan sikap dan gerak.
3) Membentuk sikap dan gerak

4) Memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia.


5) Membentuk kondisi fisik (kekuatan otot, kelenturan, keseimbangan, ketahanan,
keluwesan, dan kecepatan.
6) Membentuk berbagai sikap kejiwaan (membentuk keberanian, kepercayaan diri,
kesiapan diri, dan kesanggupan bekerja sama).
7) Memberikan rangsangan bagi syaraf-syaraf yang lemah bagi lansia.
8) Memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan masyarakat.
c. Tujuan senam lansia (www.bimbie.com, diakses pada tanggal 21 Juni 2016) :
Tujuan senam lansia adalah untuk menjaga tubuh agar tetap dalam keadaan sehat serta
aktif baik secara jasmani maupun rohani. Tujuan lain dari senam lansia adalah sebagai
berikut :
1) Sebagai pencegahan : untuk mencegah penyakit masuk dalam tubuh.
2) Sebagai pengobatan : mengobati atau mengurangi rasa sakit karena penyakit,
misalnya penyakit karena adanya kelemahan sirkulasi darah, kelainan pembuluh
darah tepi, dan osteoporosis.
3) Sebagai rehabilitasi : merehabilitasi tubuh yang sudah mengalami degradasi karena
perubahan usia, juga mempermudah tubuh dalam penyesuaian kesehatan jasmani,
selain itu juga untuk memperbaiki tenaga cadangan ketika fungsi tubuh menurun.
4. Motivasi
a. Definisi
Menurut Maryam, dkk (2007), motivasi adalah upaya untuk menimbulkan
rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga seseorang agar mau berbuat dan
melaksanakan sesuatu.
Adanya motivasi

akan

sangat

membantu

individu

dalam

menghadapi dan menyelesaikan masalah. Individu yang tidak


mempunyai motivasi untuk menghadapi dan menyelesaikan
masalah akan membentuk koping yang destruktif. Menurut
Maslow, jika tiap-tiap kebutuhan dapat dicapai, maka individu
termotivasi untuk mencari kebutuhan pada tahap yang lebih tinggi
berikutnya, sehingga individu akan mempunyai kemampuan
dalam memecahkan masalah (Tamher, Noorkasiani, 2011).
b. Jenis motivasi (Sardiman, 2010)

1) Motivasi intrinsik yakni motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar. Motif tersebut sudah ada dalam diri setiap individu
sehingga mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu.
2) Motivasi ekstrinsik yakni motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar yaitu pengaruh dari orang lain atau lingkungan

Anda mungkin juga menyukai