Anda di halaman 1dari 10

I.

Pendahuluan
Kanker ovarium adalah proses keganasan primer yang terjadi pada organ ovarium. Keganasan
ovarium dapat terjadi pada seluruh usia kehidupan wanita. Pada wanita umur kurang dari 20
tahun terbanyak ditemukan jenis tumor sel germinal sedangkan pada usia yang lebih tua tumor
jenis sel epithelial sering didapatkan. Mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitelial yang
berasal dari epitel ovarium. Kelompok lainnya adalah non epithelial yang termasuk diantaranya
germ sel tumor granulosa sel tumor dan sex cord strumal tumor. Faktor herediter berkaitan
dengan 5-10% berkaitan dengan kanker ovarium yang berkaitan dengan kanker payudara, kanker
usus dan ovarium. Kanker ovarium merupakan urutan ketiga terbanyak pada kanker ginekologi.
1.1 Tumor Primer
Ovarium merupakan organ genitalia interna yang berbentuk oval dengan diameter 2- 4 cm, yang
terhubung dengan uterus melalui lipatan peritoneum dari ligamentum latum dan ligamentum
infundibulopelvikum ke sisi lateral dinding pelvis.
1.2 Aliran Limfatik
Penting memahami drainase limfatik dari ovarium :
Aliran limfatik melalui vasa ovarika, lig infundibulopelvicum ke paraaorta. Yang lain melalui
Ovarii proprium, hipogastrika, iliaka comunis ke paraaorta. Frekuensi yang kecil melalui
kelenjar inguinal .
1.3 Metastasi
Metatasis utama pada kanker ovarium adalah peritoneum, termasuk omentum dan organ visceral
pada rongga abdomen dan pelvis, termasuk permukaan hepar dan diaphragm.
Metastasis pada pleura juga sering ditemukan. Metastasis ekstra peritoneal dan ekstrapleura
kadang juga ditemukan dengan frekuensi yang kecil.
II. Skrining pada Kanker Ovarium
Hingga saat ini belum ada data tentang manfaat program skrining kanker ovarium.
Penelitian mengenai petanda tumor Ca125, USG pelvis dan pemeriksaan pelvis tidak
menghasilkan sensitivitas dan spesifisitas yang memadai untuk dipakai sebagai skrining pada
wanita normal tanpa faktor risiko. Hanya pada pasien dengan riwayat keluarga dekat yang
menderita kanker ovarium jenis epithelial terutama pada breast-ovarian syndrome yang
dihubungkan dengan mutasi genetik pada BRCA 1 dan BRCA 2 serta Lynch Syndrome type 2
harus mendapatkan perhatian khusus untuk dilakukan skrining. Pada saat ini belum ada skrining
yang diperuntukkan pada kanker ovarium jenis non-epitheial.
III. Manifestasi Klinis
Kanker ovarium stadium awal pada umumnya tidak memberi tanda dan gejala yang khas seperti
dispepsia, merasakan perut membesar dan adanya benjolan di perut. Bila massa besar gejala
yang ada adalah akibat penekanan massa pada organ rongga pelvis/abdomen. Kanker ovarium
yang lanjut, pada umumnya penderita datang dengan gejala umum kanker: antara lain berat
badan menurun, malaise, fatique.

Abdomen: nyeri abdomen, dispepsia, obstruksi.


Pelvik: nyeri pelvik, kontipasi.
Toraks: dispnoe dan nyeri pleura.
Secara klinis dapat ditemukan adanya massa tumor di pelvis pada saat pemeriksaan ginekologi,
atau massa di abdomen. Bila tumor tersebut padat, bentuk irreguler dan sering terfiksir dengan
dinding panggul, pada keadaan tersebut maka keganasan perlu dicurigai.
IV. Kriteria Diagnosis
Anamnesis : Berat badan menurun, keluhan dispepsia, cepat lelah.
Klinis : pemeriksaan fisik umum ditemukan massa di abdomen/ pelvik, dan asites.
Penunjang : USG abdominal dan vagina (dianjurkan pemeriksaan dengan color Doppler).
CT scan atau MRI optional
Laboratorium: Petanda tumor Ca 125, CEA
Bila usia muda AFP dan LDH.
Diagnosis pasti dengan histopatologis
Penentuan Stadium dilakukan dengan surgical staging.
Prosedur pembedahan
1. Surgical staging (Massa terbatas pada ovarium/stadium dini)
2. Debulking (Stadium lanjut).
Pada pra pembedahan diperlukan persiapan colon dengan tujuan agar bisa dilakukan repair
bila terjadi cedera dan atau dilakukan anastomosis bila dilakukan reseksi.
Prosedur pembedahan penentuan stadium (Complete surgical staging)
1. Pembilasan peritoneum
2. Inspeksi dan perabaan secara cermat seluruh permukaan peritoneum
3. Biopsi setiap lesi yang dicurigai metastasis tumor
4. Histerektomi total abdominal dan salpingo-ooforektomia bilateral
5. Omentektomi infrakolika
6. Biopsi atau reseksi setiap perlekatan di dekat tumor primer
7. Biopsi secara buta (> 2) peritoneum buli-buli dan cul de sac
8. Biopsi secara buta (> 2) cekungan parakolik kiri dan kanan
9. Biopsi secara buta (> 2) atau hapusan hemidiafragma kanan
10. Biopsi secara buta (> 2) peritoneum dinding samping panggul pada sisi tumor primer
(Ovarian fossa)
11. Sampling KGB sepanjang arteri dan vena iliaka eksterna dan iliaka kommunis
12. Sampling KGB sepanjang aorta dan vena cava termasuk daerah antara a. Mesenterika
inferior dan vena renalis kiri
Pada kasus dimana fungsi reproduksi masih diperlukan dapat dilakukan (Conservative
surgical staging).
Stadium Kanker Ovarium
Stadium I

: Tumor terbatas pada ovarium.

Stadium Ia
Stadium Ib
Stadium Ic

: Pertumbuhan terbatas pada 1 ovarium


: Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium;
: Tumor dengan stadium la atau Ib dengan pertumbuhan tumor di permukaan
luar satu atau kedua ovarium; atau dengan kapsul pecah; atau dengan
asites berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif
Stadium II
: Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke panggul
Stadium IIa : Perluasan dan atau metastasis ke uterus dan/ atau tuba
Stadium IIb : Perluasan ke jaringan pelvis lainnya
Stadium IIc : Tumor stadium Ila atau llb tetapi dengan tumor pada permukaan satu atau
kedua ovarium, kapsul pecah; atau dengan asites yang mengandung sel
ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
Stadium III : Tumor mengenai satu atau kedua tumor dengan implan di peritoneum, di
luar pelvis dan/atau KGB retroperitoneal atau inguinal positif. Metastasis
permukaan hati masuk stadium III. Tumor terbatas dalam pelvis kecil,
tetapi secara histologik terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
Stadium IIIa : Tumor terbatas di pelvis kecil dengan KGB negatif tetapi secara histologik
dan dikonfirmasi secara mikroskopik adanya penumbuhan (seeding) di
permukaan peritoneum abdominal
Stadium IIIb : Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implan di permukaan
peritoneum dan terbukti secara mikroskopik, diameter tidak melebihi 2
cm, dan KGB negatif
Stadium IIIc : Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm dan / atau KGB retroperitoneal
atau inguinal positif.
Stadium IV : Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh.
Disertai efusi pleura dengan hasil sitologi positif dimasukkan dalam
stadum IV. Begitu juga metastasis ke parenkim hati.
Klasifikasi Histopatologis

Sebagian besar kanker ovarium berasal dari jenis epithelial.


Kanker ovarium jenis epithelial diklasifikan seperti tersebut di bawah ini :
Serous tumours
Mucinous tumours
Endometrioid tumours
Clear cell tumours
Brenner tumours
Undifferentiated carcinomas
Mixed epithelial tumours

Kanker ovarium jenis epithelial juga dibagi sesuai grading / differensiasinya seperti :
GX : Grading tidak dapat ditentukan
G1 : Berdifferensiasi baik
G2 : Berdifferensiasi sedang
G3 : Berdifferensiasi buruk.

Keganasan ovarium jenis non-epithelial juga penting diketahui di antaranya :


Jenis Tumor Ovarium Sel Germinal
Dysgerminoma
Teatoma
Mature
Immature
Endodermal sinus tumor
Embryonal carcinoma
Polyembryoma
Choiocarcinoma
Mixed forms
Jenis Tumor Sex-cord Stromal

1.
2.
a.
b.
3.
4.
5.
6.
7.

1. Granulosa-stromal-cell tumors
A. Granulosa-cell tumors
B. Tumors in thecoma-fibroma group
1. Thecoma
2. Fibroma-Fibrocarcoma
3. Sclerosing stromal tumor
2. Androblastomas; Sertoli-Leydig-cell tumors
3. Gynandroblastoma
4. Unclassified.
V. Diagnosis Differensial
Tumor ovarium jinak, tumor korpus uteri, mioma uteri, TBC peritoneal,
non-ginekologis lainnya.

Tumor abdomen

VI. Pemeriksaan Penunjang

Radiodiagnostik : Foto toraks. Bila memungkinkan dilakukan CT-Scan abdominopelvik. Ba


enema kalau dicurigai adanya kanker traktus gastro intestinal. Pada kasus-kasus tertentu
yang tidak mungkin dilakukan operasi, maka dilakukan pungsi asites (pemeriksaan sitologi)
atau biopsi jarum.
USG, merupakan pemeriksaan yang non invasif dan relatif murah dapat secara tegas
membedakan tumor kistik dengan tumor padat. Tumor dengan bagian padat kemungkinan
ganas meningkat. Sebaliknya tumor kistik tanpa ekointernal kemungkinan keganasan rendah.
Pemakaian USG transvagina dapat meningkatkan ketajaman diagnosis karena mampu
menjabarkan morfologi dengan baik.
Indeks morfologi USG yang perlu diperiksa adalah:
Volume
Adanya bagian padat
Tebal septum ( > 3 mm)
Adanya pertumbuhan papil
Jika alat USG dilengkapi dengan color doppler, perlu diperiksa neovaskularisasi dengan
penurunan indeks resistensi ( < 0.41).
Pemeriksaan petanda tumor :

CA-125 (epitel), Alfa-fetoprotein (pasien usia muda) perlu diperiksa untuk menyingkirkan
tumor sel germinal, khususnya tumor sinus endodermal.
Jika memungkinkan dapat dilengkapi CA 724, CEA (Carcino-embryogenic Antigen), CA199
Untuk memudahkan memprediksi keganasan
dipergunakan penilaian skor sebagai berikut:

Penurunan
Berat
Badan ??
Asites
USG: ada bagian padat
USG: RI< 0.40
CA- 125 > 35

Sko
r
2

pada

tumor

ovarium

dapat

RR

2
2
2
2

Setiap variabel skoring mempunyai risiko keganasan yang berbeda.

Formula lain yang dapat dipakai adalah RMI ( Risk of Malignancy Index ) demgam rumus formula
RMI = U x M x Ca 125
U ; Temuan USG transvaginal (multilokuler, solid, bilateral asites dan metastasis inta abdomen)
temuan 0-1 nilai 1 , temuan > 2 nilai 4
M : Status Menopause . Pre menopause nilai :1 Postmenopause nilai :4
Ca 125 : nilai Ca 125 dalam IU/L

Nilai RMI > 125 = risiko tinggi terjadinya keganasan


VII. Konsultasi
-

Konsultan Ginekologi Onkologi


Konsultan Bedah / Bedah Digestif.
VIII. Terapi

Pembedahan
Laparatomi
Potong beku dilakukan atas indikasi kecurigaan keganasan
Hasil potong beku menjadi pertimbangan untuk tindakan selanjutnya selama operasi
berlangsung.
Pada usia muda, potong beku masih diperlukan untuk pertimbangan konservasi fertilitas.
Dari hasil potong beku ada beberapa kemungkinan hasil :
Tumor ovarium jinak (benign)
Tumor ovarium borderline

Tumor ovarium ganas (maligna)


Keganasan ovarium belum dapat dipastikan, untuk kepastian diagnosis menunggu hasil
pemeriksaan parafin.

Jika hasil potong beku adalah boderline (diperlakukan seperti tumor ganas ovarium), hasil
potong beku tumor ovarium ganas, maka tindakan selanjutnya:
1) Surgical staging pada stadium awal;
Complete surgical staging
Sitologi bilasan peritoneal, histerektomi, salpingo-ooforektomi bilateral, limfadenektomi
pelvik dan para-aorta, omentektomi, appendektomi, biopsi-biopsi peritoneum (parakolika,
subdiafragma, prevesikal, kavum Douglasi, dan pada perlekatan dari lesi yang dicurigai)
Conservative surgical staging (fungsi reproduksi), konservatif yaitu tindakan
salpingoofarektomi unilateral, omentektomi, limfadenektomi ipsilateral, sitologi, biopsi,
appendiktomi.
2) Debulking atau sitoreduksi pada stadium lanjut.
Terapi adjuvant kemoterapi
Kemoterapi pada kanker ovarium dengan menggunakan Platinum (Cysplatin dosis 50100
mg/m2 / carboplatin AUC 5-6 )
Tumor ovarium epithelial dapat dikombinasi dengan :
CAP : Cyclophosphamide Adriamycin Platinum
CP : Cyclophosphamide Platinum
AP : Adryamycin dan platinum
EP : Epirubicyn dan Platinum
Docetaxel 75 mg/m2 dan Platinum
Paclitaxel 175 mg/m2 dan Platinum .
Tumor ovarium non-epitel
BEP (Bleomycin Etoposide Platinum)
Kanker Ovarium Residif
Kemoterapi pada kasus kanker ovarium residif
Dibagi menjadi pasien sensitif platinum (jika terjadinya residif lebih dari 6 bulan) dan pasien
resisten platinum (jika terjadinya residif kurang dari 6 bulan).
Pasien sensitif platinum dapat diberikan kemoterapi pada lini pertama, atau dapat diberikan
kemoterapi lini ke dua antara lain:
- Gemcitabin 10001250 mg/m2 ( D1, D8 setiap 3 minggu sekali)
- Liposomal doxorubicin 5080 mg/m2 (setiap 4 minggu sekali)
- Topotekan / Irinotekan
- Etoposide.
Sementara pasien yang resisten platinum dapat dipilihkan terapi:
- Oxalopalatin dikombinasikan dengan regimen lini ke-2
- Bisa ditambahkan penghambat angiogenesis (seperti Bevacizumab)

Rentang respon pada kanker ovarium residif berkisar 10-15%

Kemoterapi Neoadjuvant
Kemoterapi neoadjuvant adalah pemberian kemoterapi sebelum pembedahan primer.
Indikasi kemoterapi neoadjuvant antara lain kanker ovarium stadium lanjut, yaitu yang diduga
stadium IIIC dan IV, dan operasi primer diperkirakan sukar mencapai pembedahan debulking
yang optimal, atau kondisi pasien diprediksi berisiko tinggi untuk tindak pembedahan, misalnya
ada efusi pleura, asites masif, diduga per-lekatan sangat berat, maka dapat dipertimbangkan
untuk pemberian kemoterapi neoadjuvant.
Kriteria kasus yang diberikan kemoterapi neoadjuvant:
- Diduga kanker ovarium stadium lanjut (pada pemeriksaan klinik/ USG terdapat asites, atau
efusi pleura)
- CA-125
- Sitologi (efusi pleura atau asites) positif sel ganas
Walaupun hasil negatif tidak menyingkirkan kanker ovarium.
Pilihan regimen (lihat pilihan kemoterapi lini pertama)
Lama pemberian: 3 seri pra bedah, lihat respons berdasar klinis, petanda tumor, imaging.
IX. Bagan / Algoritma

Bagan : Penanganan Kanker Ovarium (1)

Bagan : Penanganan Kanker Ovarium (2)

Bagan : Penanganan Kanker Ovarium (3)

Bagan : Penanganan Kanker Ovarium (4)

Bagan : Penanganan Kanker Ovarium


X. Pengamatan Lanjut
Tujuan dari pengamatan lanjutan adalah :
- Untuk mengetahui respon awal dari pasien dari program terapi yang diberikan
- Untuk mengetahui dengan segera komplikasi yang mungkin timbul akibat dari terapi yang
diberikan dan melakukan program terapi komplikasi.
- Deteksi dini terhadap rekurensi dan kanker yang persisten

- Pengumpulan data yang berkaitan dengan respon terapi dan komplikasi yang timbul akibat terapi
yang diberikan
Secara umum biasanya pasien dilakukan pengamatan lanjutan tiap 3 bulan sekali dalam 1 tahun
pertama, secara perlahan-lahan dinaikkan tiap 4-6 bulan dan selanjutnya tiap tahun setelah 5
tahun pengamatan.
Pada tiap kunjungan harus dilakukan anamnesis ulang, pemeriksaan fisik lengkap, pemeriksaan
ginekologis termasuk pemeriksaan colok dubur untuk menentukan deteksi dini terhadap
terjadinya rekurensi. Pemeriksaan petanda tumor Ca 125 juga dapat dilakukan secara rutin.
Sedangkan pemeriksaan radiologis, USG, CT-scan dan MRI dilakukan hanya atas indikasi.
Level of Evidance C
Seluruh pasien yang masih tersisa serviksnya harus dilakukan pemeriksaan pap-test secara
teratur. Sedangkan pasien yang berumur lebih dari 40 tahun dan pasien muda dengan riwata
keluarga terdekat pernah menderita kanker ovarium dan payudara harus dilakukan pemeriksaan
mammografi tiap tahun. Level of Evidance A.
Daftar Pustaka
1.

Berek JS. Epithelial Ovarian Cancer. In: Berek JS, Hacker NF, eds. Practical gynecologic
oncology. 2d ed. Baltimore: Williams & Wilkins, June 2000.
2. Havrilesky LJ, Whitehead CM, Rubatt JM. Evaluation of Biomarker panels for early stage
ovarian cancer detection and monitoring for disease recurrance. Gynecologic Oncology.
Elsevir, Vo1 10. No.3. September 2008.
3. Benedet JL, Ngan HYS, Hacker NF. Staging classifications and clinical practice guidelines of
gynaecologic cancer. FIGO and IGCS, 3th Ed, November 2006.
4. Crowder S, Lee Christine. Ovarian Cancer. In: JT Santoso and RL Coleman, Handbook of Gyn
Oncology, Mc Graw-Hill, New York, 2000: 50-8.
5. Berek JS, Hacker NF. Nonepithelial Ovarian and Fallopian Tube Cancer. In: Berek JS, Hacker
NF, eds. Practical gynecologic oncology. 2d ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1994:377-402.
6. Rubin SC, Suton GP. Ovarian Cancer. 2nd Edition. Lippincott William and Wilkins Publisher.
Baltimore 2004.
7. Rubin SC. Chemotherapy of Gynecologic Cancer. Second Edition. Lippincott Williams and
Wilkins. Philadelphia. 2004.
8. Hoskins WJ et all. Principles and Practice of Gynecologic. Forth Edition. Lippincott Williams
and Wilkins. Philadelphia. 2005.
9. Gerhenson DM, McGuire WP, Gore M, Quuin MA, Thomas G. Gynecologic Cancer
Controversies in Management. Elsevier. Churchil Livingstone. Toronto. 2004.
10. Hegazy MA. Neoadjuvant chemotherapy versus primary surgery in advanced ovarian
carcinoma World Journal of Surgical Oncology 2005.
11. Azis MF, Andrijono, Saifudin AB, Editors. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi Yayasan
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawiroharjo.
Jakarta.
2007.

Anda mungkin juga menyukai