Anda di halaman 1dari 10

BAB I

KONSEP MEDIS
A. Definisi
Tuberkolosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru-paru atau
di berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial
oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mengandung lemak yang tinggi pada
membrane selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan asam dan
pertumbuhan dari kumannya berlangsung lambat. Bakteri ini tidak tahan
terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari
(Rab, 2010).
B. Etiologi
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberkulosa, yaitu tipe Human dan
tipe Bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan
di udara yang berasal dari penderita TB, dan orang yang terkenan rentan
terinfeksi bila menghirupnya (Nurarif & Kusuma, 2015).
C. Manifestasi Klinis
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau
malah banyak padien TB paru tanpa keluhan sama sekali. Adapun keluhan
terbanyak, yaitu :
1. Demam
Biasanya subferil menyerupai demam influenza. Tetapi, kadangkadang panas badan mencapai 40-41C. Serangan demam pertama kali
dapat sembuh sebentar, tetspi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
seterunya, hilang timbul demam ini sehingga pasien merasa tidak pernah
bebas dsri serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
tuberkulosis yang masuk (Sudoyo & Setiyohadi, 2006).
2. Batuk/Batuk darah
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya
bronkus pada setiap penyakit yang tidak sama, mungkin saja batuk baru

ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah


berminggu-minggu atau setelah berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat
batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang
lanjut adalh batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi
dapat juga terjadi pads dinding ulkus bronkus (Sudoyo & Setiyohadi,
2006).
3. Sesak napas
Pada oenyakut ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, ipyang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagiam paru-paru (Sudoyo &
Setiyohadi, 2006).
4. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan. Badan makin
kurus (bb turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam,dll.
Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara
tidak teratur (Sudoyo & Setiyohadi, 2006).
D. Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidk ditangani dengan benar akan
menimbukkan komplikasi. Komplikasi diabagi atas komplikasi dinidan
komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, poncets
arthropathy.
2. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas : SOFT (sindrom obstruksi pasca
tuberkulosis), kerusakan parenkim berat, SOPT/fibrilasi paru, kor
pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa
(ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sputum (S-P-S)
Pemeriksaan sputum penting untuk dilakukan karena dengan
pemeriksaan tersebut akan ditemukan kuman BTA. Di samping itu
pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan

yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat
dikerjakan di lapangan (puskesmas).
Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapat sputum, terutama
pasien yang tidak batuk atau batuk yang non produktif, dalam hal ini
dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan
minum air sebanyak +2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk.
Dapat juga dengan memberikan tambahan obat-obat mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30
menit. Bila masih sulit, sputum dapat diperoieh dengan cara bronkoskopi
diambil dengan brushing atau bronchial washing atau BAL (bronchn
alveolar lavage).
BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan lambung. Hal
ini sering dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan
dahaknya. Sputum yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin. Bila
sputum sudah didapat. kuman BTA pun kadang-kadang sulit ditemukan.
Kuman dapat ditemukan bila bronkus yang terlibat proses penyakit ini
terbuka ke luar, sehingga sputum yang mengandung kuman BTA mudah ke
luar.
Kriteria

sputum

BTA

positif adalah

bila

sekurang-kurangnya

ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain
diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mil sputum.
2. Pemeriksaan tuberculin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat
untuk

menunjukkan

sedang/pernah

terinfeksi Mikobakterium

tuberkulosa dan sering digunakan dalam "Screening TBC". Efektifitas


dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari
90%.
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji
tuberkulin positif 100%, umur 12 tahun 92%, 24 tahun 78%, 46 tahun
75%, dan umur 612 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat
bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang
spesifik.

Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang


cara mantoux lebih

sering

digunakan.

Lokasi

penyuntikan

uji mantoux umumnya pada bagian atas lengan bawah kiri bagian
depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin
dilakukan 4872 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari
pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
3. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya
suatu lesi sebelum ditemukan adanya gejala subjektif awal dan sebelum
pemeriksaan fisik menemukan kelainan pada paru. Bila pemeriksaan
rontgen menemukan suatu kelainan, tidak ada gambaran khusus mengenai
TB paru awal kecuali di lobus bawah dan biasanya berada di sekitar hilus.
Karakteristik kelainan ini terlihat sebagai daerah bergaris-garis opaque
yang ukurannya bervariasi dengan batas lesi yang tidak jelas. Kriteria yang
kabur dan gambar yang kurang jelas ini sering diduga sebagai pneumonia
atau suatu proses edukatif, yang akan tampak lebih jelas dengan pemberian
kontras.
Pemeriksaan rontgen thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil
pengobatan dan ini bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan
bakteri tuberkel terhadap obat antituberkulosis, apakah sama baiknya
dengan respons dari klien.
Penyembuhan yang lengkap serinng kali terjadi di beberapa area dan
ini adalah observasi yang dapat terjadi pada penyembuhan yang lengkap.
Hal ini tampak paling menyolok pada klien dengan penyakit akut yang
relatif di mana prosesnya dianggap berasal dari tingkat eksudatif yang
besar.
4. Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus
TB inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis
fibrotik ireguler, pita parenkimal, kalsifikasi nodul dan adenopati,
perubahan kelengkungan beras bronkhovaskuler, bronkhiektasis, dan
emifesema perisikatriksial.
Sebagaimana pemeriksaan Rontgen thoraks, penentuan bahwa kelainan
inaktif tidak dapat hanya berdasarkan pada temuan CT scan pada

pemeriksaan tunggal, namun selalu dihubungkan dengan kultur sputum


yang negatif dan pemeriksaan secara serial setiap saat. Pemeriksaan CT
scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya pembentukan kavasitas
dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan Rontgen thoraks biasa.
F. Penatalaksanaan
Dalam pengobatan TB paru dibagi menjadi 2 bagian (Bararah & Jauhar,
2013), yaitu :
1. Jangka pendek
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1-3 bulan.
- streptomisin inj 750mg
- pas 10mg
- ethambutol 1000mg
- isoniazid 400mg
Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya
adalah

setiap

2xseminggu,

selama

13-18

bulan,

tetapi

setelah

perkembangan pengobatan, ditemukan terapi. Terapi TB paru dapat


dilakukan dengan minum obat sajam obat yang diberikan dengan jenis
INH, firampicin, ethambutol dengan fase 2 x seminggu, dengan lama
pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
2. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan
dalam pemeriksaan sputum BTA (+) dengan kombinasi obat rifampicin,
isoniazid (INH), ethambutol, pyridoxin (B6).

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas/istirahat
-

Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja,


kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari,
menggigil atau berkeringat, mimpi buruk.

Tanda : Takhikardia, takhipnu/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri


dan sesak (tahap lanjut).

2. Integritas EGO
-

Gejala : Adanya /factor stress lama, masalah keuangan, rumah,


perasaan tdk berdaya/
tdk ada harapan.

Tanda : Menyangkal, ansietas, ketakutan dan mudah terangsang.

3. Makanan/cairan
-

Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan


berat badan.

Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan


otot/hilang lemak subkutan.

4. Nyeri/kenyamanan
-

Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda : Berhati-hati pada area sakit, perilaku distraksi, gelisah.

5. Pernapasan
-

Gejala : Batuk produktif atau tidak, nafas pendek, riwayat


TBC/terpajan pada
individu terinfeksi.

Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, pengembangan pernapasan


tidak simetris, perkusi pekak dan penurunan fremitus,
karakteristik sputum (hijau,/purulen, mukoid kuning atau
bercak darah), deviasi tracheal, tdk perhatian, mudah
terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut.

6. Keamanan
-

Gejala : Adanya kondisi penekanan imun.

Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.

7. Interaksi social
-

Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular,


perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan
kapasitas fisikuntuk melaksanakan peran.

8. Penyuluhan/pembelajaran
-

Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status


kesehatan buruk, gagal untuk membaik, tidak berpartisipasi
dalam terapi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit (proses inflamasi)
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus
berlebihan
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolar-kapiler
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah
C.
Rencana/Intervensi Keperawatan
1.
Hipertermia berhubungan dengan penyakit (proses inflamasi)
NOC:
Klien menunjukkan suhu tubuh dalam rentang normal
NIC:
Fever treatment

- Monitor TTV terutama suhu sesering mungkin


- Monitor IWL, WBC, HB, Hct, intake , output
- Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Selimuti pasien
- Kolaborasi pemberian cairan IV dan antipiretik
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus
berlebihan
NOC:
Klien mampu menunjukkan status respirasi (ventilasi dan jalan napas)
paten
NIC:
Airway suction
- Pastikan kebutuhan suctioning
- Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning
- Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
- Anjurkan klien untuk istirahat dan anaps dalam setelah suctioning
- Monitor status oksigen pasien
Airway management
- Buka jalan napas (chin lift atau jaw thrust bila perlu)
- Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret
- Auskultasi suara napas (catat suara tambahan)
- Berikan bronkodilator bila perlu
3. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveolar-kapiler
NOC :
Klien menunjukkan status pernafasan (pertukaran gas) tidak terganggu.
NIC :
- Tempatkan klien pada posisi semi fowler
- Monitor aktivitas klien yang dapat meningkatkan konsumsi
-

oksigen (misalnya, demam, menggigil, kejang, nyeri)


Monitor gejala yang menunjukkan peningkatan pernafasan
(peningkatan denyut nadi dan pernafasan, peningkatan tekanan

darah, diaphoresis, dan perubahan status mental)


Pastikan adanya periode istirahat setiap harinya (misalnya 15

sampai 30 menit setiap 4 jam sampai 6 jam).


4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan mual dan muntah


NOC :
Klien menunjukkan asupan makanan dan minuman (Intake adekuat)
NIC

Nutrition management
- Kaji adanya riwayat alergi pasien
- Kaji makanan kesukaan pasien
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
- Monitor perubahan dalaam berat badan
Nutritional monitoring
- Kaji BB pasien
- Monitor perubahan BB pasien
- Monitor mual dan muntah
- Monitor aktivitas yang dilakukan pasien

Daftar Pustaka
Bararah, T., & Jauhar, M. (2013). Asuhan keperawatan : panduan lengkap
menjadi perawat profesional jilid 1. Jakarta: Prestasi pustaka karya.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013).
Nursing Interventions Classification (NIC). United States of America:
Elsevier.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Nanda International Nursing


Diagnoses: Defenitions and Classification 2015-2017. Jakarta: EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC). United States of America: Elsevier.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.
Rab, T. (2010). Ilmu penyakit paru. Jakarta: TIM.
Sudoyo, A. W., & Setiyohadi, B. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III
edisi keempat. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai