ABSTRAK
Korupsi adalah salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh
masyarakat nasional maupun internasional. Korupsi sesungguhnya sudah lama
ada sejak manusia pertama kali mengenal tata kelola administrasi. Korupsi sering
dikaitkan dengan politik, juga dikaitkan dengan perekonomian, kebijakan publik,
kebijakan internasional, kesejahteraan sosial, dan pembangunan nasional. Korupsi
di tanah air kita ibarat warisan haram tanpa surat wasiat. Korupsi di negeri ini
sekarang sedang merajalela bahkan telah menjadi suatu kebiasaan.
Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja.
Korupsi menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan
negara. Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik untuk mengatasi korupsi
adalah dengan memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan generasi
muda sekarang. Karena generasi muda terutama mahasiswa adalah generasi
penerus yang akan menggantikan kedudukan para penjabat terdahulu.
Jadi, kita lebih mudah mendidik dan memengaruhi generasi muda supaya
tidak melakukan tindak pidana korupsi sebelum mereka lebih dulu dipengaruhi
oleh budaya korupsi dari generasi pendahulunya. Makalah ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman terhadap pola pikir generasi muda agar tidak melakukan
tindak korupsi yang bisa merugikan diri sendiri, keluarga ataupun masyarakat
luas. Diharapkan dapat membantu memberikan pembelajaran khususnya terhadap
generasi muda untuk membenahi dan meningkatkan peranan dan dukungan
terhadap edukasi anti korupsi sejak dini.
Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu:
intelegensia, ide-ide kreatif, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk
menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut
mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan bagi dirinya sendiri,
keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar, mereka mampu menyuarakan
kepentingan`rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan
mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.
Kata Kunci:
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Korupsi adalah salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh
masyarakat nasional maupun internasional. Korupsi sering dikaitkan dengan
politik, juga dikaitkan dengan perekonomian, kebijakan publik, kebijakan
internasional, kesejahteraan sosial, dan pembangunan nasional. Korupsi di tanah
air kita ibarat warisan haram tanpa surat wasiat.
Faktor internal penyebab korupsi dari diri pribadi sedang faktor eksternal
adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor
internal terdiri aspek moral, aspek sikap atau perilaku dan aspek sosial. Faktor
eksternal dilacak dari aspek ekonomi, aspek politis, aspek manajemen dan
organisasi, aspek hukum dan lemahnya penegakkan hukum, serta aspek sosial
yaitu lingkungan atau masyarakat kurang mendukung perilaku anti korupsi.
Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja.
Korupsi menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan
negara. Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat, khususnya
dalam sisi ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan masyarakat. Pada
keadaan ini, inefisiensi terjadi, yaitu ketika pemerintah mengeluarkan lebih
banyak kebijakan namum disertai dengan maraknya praktek korupsi, bukannya
memberikan nilai positif yang semakin tertata, namun memberikan efek negatif
bagi perekonomian secara umum.
Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik mengatasi korupsi adalah
dengan memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan generasi muda
sekarang khususnya mahasiswa di Perguruan Tinggi. Karena mahasiswa adalah
generasi penerus yang akan menggantikan kedudukan para penjabat terdahulu.
Juga karena generasi muda sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan di
sekitarnya. Jadi, kita lebih mudah mendidik dan memengaruhi generasi muda
supaya tidak melakukan tindak pidana korupsi sebelum mereka lebih dulu
dipengaruhi oleh budaya korupsi dari generasi pendahulunya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
Makalah ini diharapkan bisa menjadi tolok ukur dan motivasi terhadap
mahasiswa agar bisa mencegah tindak korupsi
2.
3.
LANDASAN TEORI
Definisi Korupsi
1. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 pengertian korupsi adalah
perbuatan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri atau
orang lain yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara.
2. Resuah berasal dari bahasa Arab risywah menurut kamus umum ArabIndonesia artinya sama dengan korupsi (Andi Hamzah: 2002). Risywah
(suap) berarti pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim atau
lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan
atau untuk memperoleh kedudukan.
3. Baharuddin Lopa mengutip pendapat David M. Chalmers, menguraikan
istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni menyangkut masalah
penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi bidang ekonomi, dan
yang menyangkut kepentingan umum.
4. Korupsi sebagai suatu fenomena sosial bersifat kompleks, sehingga sulit
untuk mendefisinikannya secara tepat tentang ruang lingkup konsep korupsi.
Yamamah,
ketika
perilaku
konsumtif
dan
materialistik
masyarakat serta sistem politik yang masih mendewakan materi maka dapat
memaksa terjadinya permainan uang dan korupsi (Ansari Yamamah: 2009).
Nur Syam (2000) memberikan pandangan bahwa penyebab seseorang
melakukan korupsi adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau
kekayaan yang tidak mampu ditahannya. Cara pandang terhadap kekayaan
yang salah akan menyebabkan cara yang salah dalam mengakses kekayaan.
Secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjadi karena faktor politik,
hukum, ekonomi, sebagaimana dalam buku berjudul Peran Parlemen dalam
Membasmi Korupsi (ICW: 2000) yang mengidentifikasikan empat faktor
penyebab korupsi yaitu faktor politik, faktor hukum, faktor ekonomi dan
birokrasi serta faktor transnasional.
1. Faktor Politik
Politik salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dilihat ketika
terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan
bahkan ketika meraih dan mempertahankan kekuasaan. Menurut Susanto
(2002) korupsi level pemerintahan adalah dari sisi penerimaan, pemerasan
uang suap, pemberian perlindungan, pencurian barang-barang publik untuk
kepentingan pribadi, disebabkan suatu hal yang disebut konstelasi politik.
Sementara menurut De Asis, korupsi politik misalnya perilaku curang
(politik uang) pada pemilihan anggota legislatif atau pejabat-pejabat
eksekutif, dana illegal untuk pembiayaan kampanye, penyelesaian konflik
parlemen melalui cara-cara illegal dan teknik lobi yang menyimpang (De
Asis: 2000). Dapat dikatakan bahwa korupsi adalah hasil dari adanya
monopoli (kekuasaan) ditambah dengan kewenangan yang begitu besar
tanpa keterbukaan dan pertanggungjawaban.
2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek
perundang-undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak
baiknya substansi hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang
diskriminatif dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas-tegas sehingga
menjadi multi tafsir, kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain,
sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan yang dilarang, sehingga tidak
tepat sasaran, dan sebagainya, memungkinkan peraturan tidak kompatibel
dengan realitas di masa mendatang akan mengalami resistensi.
Banyak produk hukum menjadi ajang perebutan legitimasi bagi
berbagai kepentingan kekuasaan politik, untuk tujuan mempertahankan dan
mengakumulasi kekuasaan. Bibit Samad Riyanto (2009) mengatakan lima
hal yang dianggap berpotensi menjadi penyebab timbulnya korupsi.
Pertama, sistem politik; kedua, intensitas moral seseorang atau kelompok;
ketiga, remunerasi (pendapatan) yang minim; keempat, pengawasan baik
bersifat internal-eksternal; kelima, budaya taat aturan.
Hal senada juga dikemukakan oleh Basyaib, dkk (Basyaib: 2002) yang
menyatakan bahwa lemahnya sistem peraturan perundang-undangan
memberikan peluang untuk melakukan tindak pidana korupsi. Di samping
itu, praktik penegakan hukum juga masih dililiy berbagai permasalahan
yang menjauhkan hukum dari tujuannya.
3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal
itu dapat dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi
kebutuhan. Pendapat ini tidak mutlak benar karena dalam teori kebutuhan
Maslow, korupsi seharusnya dilakukan orang untuk memenuhi
dua
2. Faktor Eksternal
a. Aspek Sikap Masyarakat Terhadap Korupsi
Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang
dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Sikap masyarakat
yang berpotensi menyuburkan tindak korupsi terjadi karena:
1) Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi.
2) Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah
masyakarat sendiri. Apabila negara merugi esensinya yang paling
rugi adalah masyarakat juga.
PEMBAHASAN
A. Peran Mahasiswa dalam Mencegah Tindak Korupsi
Pemuda khususnya mahasiswa adalah aset paling menentukan kondisi
zaman tersebut dimasa depan. Mahasiswa salah satu bagian dari gerakan
pemuda. Belajar dari masa lalu, sejarah telah membuktikan bahwa perjalanan
bangsa ini tidak lepas dari peran kaum muda yang menjadi bagian kekuatan
perubahan. Tokoh-tokoh Sumpah Pemuda 1928 telah memberikan semangat
nasionalisme bahasa, bangsa dan tanah air yang satu yaitu Indonesia.
Peristiwa Sumpah Pemuda memberikan inspirasi tanpa batas terhadap
gerakan-gerakan perjuangan kemerdekaan di Indonesia. Peranan tokoh-tokoh
pemuda lainnya adalag Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945, lahirnya Orde
Baru tahun 1966, dan Reformasi tahun 1998. Tidak dapat dipungkiri bahwa
dalam peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil di depan sebagai
motor penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan idealisme yang
mereka miliki dan jalankan.
Untuk konteks sekarang dan mungkin masa-masa yang akan datang
yang menjadi musuh bersama masyarakat adalah praktek bernama Korupsi.
Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik
yang mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda dan idealisme. Dengan
kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan
idealisme yang murni terlah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil
peran penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa
besar perjalanan bangsa ini telah terbukti mahasiswa berperan penting sebagai
agen perubahan (agent of change).
Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu:
intelegensia, ide-ide kreatif, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk
menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut
mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mereka mampu
menyuarakan kepentingan`rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan
yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara dan
penegak hukum.
B. Keterlibatan Mahasiswa
1. Di Lingkungan Keluarga
Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai
dari lingkungan keluarga. Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan
keluarga ini adalah tingkat ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib
yang berlaku. Substansi dari dilanggarnya aturan/tata tertib adalah
dirugikannya orang lain karena haknya terampas.
Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa
yang diawali dari lingkungan keluarga yang sangat sulit dilakukan. Justru
karena anggota keluarga adalah orang-orang terdekat, yang setiap saat
bertemu dan berkumpul, maka pengamatan terhadap adanya perilaku
korupsi yang dilakukan di dalam keluarga seringkali menjadi bias.
2. Di Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus
dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya
sendiri, dan untuk komunitas mahasiswa. Untuk konteks individu, seseorang
mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar dirinya sendiri tidak akan
berperilaku koruptif dan tidak korupsi. Sedangkan untuk konteks komunitas
seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah rekan-rekannya sesama
mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan kampus untuk tidak berperilaku
koruptif dan tidak korupsi.
3. Di Masyarakat Sekitar
Hal yang sama dapat dilakukan mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk
mengamati lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar.
4. Di Tingkat Lokal dan Nasional
Mahasiswa dengan kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin
(leader) dalam gerakan massa anti korupsi baik yang bersifat lokal maupun
nasional. Kegiatan-kegiatan anti korupsi yang dirancang dan dilaksanakan
secara bersama dan berkesinambungan oleh mahasiswa dari berbagai
perguruan tinggi akan mampu membangunkan kesadaran masyarakat akan
buruknya korupsi yang terjadi di suatu Negara.
Satu hal yang pasti, korupsi bukanlah selalu terkait dengan korupsi
uang. Seperti yang dilansir dari program KPK yang akan datang bahwa
pendidikan dan pembudayaan antikorupsi akan masuk ke kurikulum
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi mulai tahun 2012. Pemerintah akan
memulai proyek percontohan pendidikan antikorupsi di pendidikan tinggi. Jika
hal tersebut dapat terealisasi dengan lancar maka masyarakat Indonesia bisa
optimis di masa depan kasus korupsi bisa diminimalisir.
2.
3.
4.
5.
6.
Kurang
optimalnya
fungsi
komponen-komponen
pengawas
atau
8.
9.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pendidikan anti korupsi dini sebagai langkah awal terhadap penanganan kasus
korupsi yang bermula dari diri sendiri dan diharapkan berimplikasi terhadap
kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Dalam jangka panjang, pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu
mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta mampu
melaksanakan Undang-Undang Dasar 45 demi terwujudnya good goverment.
3. Pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu memberikan pola pikir baru
terhadap generasi muda dalam mewujudkan negara yang bebas dari KKN
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).
4. Pedidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan masyarakat demokrasi
yang madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam hal pencegahan
korupsi. Salah satu yang bisa menjadi gagasan baik dalam kasus korupsi ini
adalah penerapan anti korupsi dalam pendidikan karakter bangsa di Indonesia,
khususnya ditujukan bagi mahasiswa. Karena pada dasarnya mereka adalah
agen perubahan bangsa dalam perjalanan sejarah bangsa.
5. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat,
dan idealisme yang murni terlah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil
peran penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa
besar perjalanan bangsa ini telah terbukti mahasiswa berperan penting sebagai
agen perubahan (agent of change).
Saran-Saran
1. Perlu peningkatan peran keluarga dalam penerapan pendidikan anti korupsi
dini sebagai figur dalam pembentukan karakter. Karena pendidikan utama yang
paling awal didapatkan generasi muda berasal dari keluarga.
2. Pemerintah dalam halnya melalui Dinas Pendidikan memformulasikan
pendidikan anti korupsi dalam mata pelajaran pada jenjang pendidikan formal.
3. Pendidikan anti korupsi (PAK) seharusnya diterapkan di bangku Perguruan
Tinggi sebagai mata kuliah wajib maupun pilihan. Karena, Mahasiswa sebagai
Daftar Pustaka
Anonim. 2013. Korupsi. Diambil dari
(diakses tanggal 2 Oktober 2013).
http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi .
dari