Anda di halaman 1dari 3

KISAH TOBATNYA SEORANG AYAH

Ditulis oleh: Al Ustadz Abdul Muthi Sutarman Lc

Lelaki ini tinggal di kota Riyadh (ibukota Arab Saudi), hidupnya amburadul dan tidak
mengenal Allah kecuali hanya sedikit. Sejak beberapa tahun yang lalu ia tidak
pernah masuk masjid dan tidak pernah sujud kepada Allah sama sekali. Akan tetapi
Allah berkehendak lain akan bertobat melalui putrinya yang masih kecil.

Lelaki itu menceritakan dirinya: dahulu aku biasa begadang sampai waktu shubuh
dengan teman-teman yang jelek dalam perkara yang sia-sia (maksiat). Aku biarkan
istriku merasa kesepian, kesempitan dan perasaan sakit yang hanya Alah lah yang
tahu. Istriku yang Shalihah nan setia sudah tidak bisa lagi menanganiku. Istriku
tidak pelit memberi nasehat dan bimbingan kepadaku, namun usahanya sia-sia.

Pada suatu malam, aku pulang dari begadangku yang sia-sia. Waktu itu jam
menunjukan jam 03.00 pagi. Aku dapatkan Istri dan Putriku sudah mendengkur
dalam tidurnya yang pulas. Akupun menuju kamar sebelah untuk menghabiskan
waktu-waktu malam yang masih tersisa guna menonton film yang hina
menggunakan alat video. Di waktu-waktu yang mana Rabb kita (Allah) Azza wa Jalla
turun (Kelangit dunia) seraya mengatakan, Apakah ada orang yang mau berdoa
sehingga Aku kabulkan? Adakah orang yang meminta ampun sehingga Allah
ampuni? Apakah ada orang yang meminta sehingga Aku beri permintaannya?

Tiba-tiba saat aku masih dalam kondisi yang memilukan tersebut, pintu kamar di
buka, ternyata yang membukanya adalah putriku yang masih kecil yang umurnya
belum lebih dari lima tahun. Ia memandang kepadaku dengan pandangan yang
penuh keheranan dan ketidaksukaan. Putriku mendahuluiku dengan berucap :
Wahai bapak, tidak pantas kamu melakukan ini, bertakwalah kamu kepada Allah!
Ia mengulangi ucapan itu tiga kali, lalu ia menutup pintu dan pergi

Pikiranku sangat kacau, lalu akupun mematikan alat video, aku duduk dalam
kebingungan, kata-katanya selalu terngiang-ngiang di telingaku dan hampir-hampir
membunuhku. Aku keluar menyusulnya namun dia sudah kembali ketempat
tidurnya.. Aku seperti orang gila, tidak tahu apa yang menimpaku kala itu. Peristiwa
itu tidak berlangsung lama hingga suara muadzin dari masjd yang terdekat
memecahkan keheningan malam yang mencekam, memanggil untuk menjalankan
shalat subuh.

Akupun berwudhu pergi ke masjid, dan waktu itu aku tidak ada keinginan kuat
untuk shalat. Hanyalah yang menyibukanku dan menggoncang hatiku, kata-kata
putriku yang masih kecil. Iqamat di kumandangkan, imampun bertakbir dan
membaca apa yang ia mampu dari al Quran dan saaat ia sujud aku juga sujud di
belakangnya dan meletaakkan jidatku di atas tanah. Tiba-tiba terpecah dariku
tangisan yang keras yang tidak aku tahu sebabnya.

Ini adalah awal sujud kepada Allah yang aku lakukan semenjak tujuh tahun yang
lalu. Tangisan itu menjadi pembuka kebaikan bagiku. Sungguh, dengan tangisan itu
keluar apa yang ada pada hatiku dari kekafiran, kemunafikan dan kerusakan.
Akupun merasa iman mulai masuk dalam kalbuku. Selesai shalat aku duduk
sebentar di masjid kemudian kembali kerumah. Aku tidak mencicipi tidur sampai
aku pergi ke tempat kerja.

Tatkala aku masuk pada rekan kerjaku, iapun heran tentang kehadiranku yang lebih
awal, karena biasanya aku datang terlambat. Ia menanyaiku tentang sebabnya, lalu
akupun menceritakan kepadanya peristiwa tadi malam. Rekanku berkata, Segala
puji bagi Allah yang telah mengarahkan putrimu yang masih kecil kepadamu
sehingga ia membangunkanmu dari kelalaianmu dan kematian tidak datang
kepadamu dalam keadaan lalai.

Ketika datang waktu dzuhur aku sangat letih karena aku belum tidur untuk waktu
yang lama. Aku meminta temanku untuk menjalankan tugasku. Aku pulang kerumah
untuk mengambil bagian dari waktu istirahat dalam keadaan aku merindukan
putriku yang masih kecil yang menjadi sebab aku mendapat petunjuk dan kembali
kepada Allah.

Aku masuk kerumah dan istriku menyambutku dengan tangisan. Aku bertanya
kepadanya, Ada apa kamu wahai istriku? Maka, datang jawabannya seperti
halilintar, Putrimu telah meninggal. Aku tidak mampu menguasai diriku karena
dahsyatnya benturan musibah ini. Tangispun pecah dariku lamaDan ketika diriku
sudah tenang, akupun sadar bahwa apa yang menimpaku tidak lain hanyalah ujian
dari Allah untuk menguji keimananku, lalu akupun mengucapkan pujian kepada
Allah. Kemudian aku angkat gagang telepon untuk menghubungi rekanku, aku
memintanya datang untuk membantuku.

Temanku datang, ia mengambil anak kecil itu lalu memandikannya dan


mengafaninya. Kami menyalatinya kemudian membawanya kepekuburan. Rekanku
berkata kepadaku, Tidak pantas seorang memasukan anak ini ke liang kubur
kecuali kamu. Aku angkat anak itu sementara air mata ini terus berderai, akupun
letakan ia di liang lahat(sungguh rasanya) aku bukan sedang mengubur putriku,

namun mengubur cahaya yang telah menyinari jalan hidupku. Aku memohon
kepada Allah semoga putriku di jadikan penghalang bagiku dari api neraka dan
semoga Allah membalas istriku yang mukminah dan sabar dengan sebaik-baik
balasan. (Diterjemahkansecara bebas dari sebuah bulletin dengan judul alaiduna
ilallah halaman 6-8)

Sumber : Majalah Qudwah Edisi 23 Vol.2 1436H/2014m

Anda mungkin juga menyukai