Anda di halaman 1dari 12

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI PELABUHAN

IKAN JOHAN PAHLAWAN


KABUPATEN ACEH BARAT PROPINSI ACEH
Heri Suprijanto1, Very Dermawan1, Hendri Wijaya2
Dosen Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang
2
Mahasiswa Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang
e-mail: heri_swt25659@yahoo.co.id , veryderma@yahoo.com , hendrywijaya10@yahoo.com
1

ABSTRAK
Pelabuhan Ikan Johan Pahlawan terletak di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Lambatnya
hasil tangkapan ikan dibawa ke darat untuk dipasarkan dikarenakan sulitnya kapal nelayan untuk merapat
ke darat akibat tingginya ombak. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan
pembangunan breakwater yang berfungsi sebagai pemecah gelombang. Tujuan pembangunan breakwater
yaitu untuk memudahkan nelayan merapatkan kapalnya ke pelabuhan sehingga hasil tangkapan dapat
segera dipasarkan.
Perencanaan breakwater di Pelabuhan Ikan Johan Pahlawan dimulai dengan analisis
pembangkitan gelombang oleh angin dengan metode JONSWAP. Setelah itu dihitung kala ulang tinggi
gelombang 25 tahun dengan jenis gelombang Hs. Pemilihan kala ulang dan jenis gelombang sesuai dengan
jenis bangunan pengaman. Dari dasar pemilihan tinggi gelombang tersebut kemudian dicari koefisien
refraksi dan koefisien pendangkalan sehingga bisa didapatkan gelombang datang (Hi). Selanjutnya
gelombang datang dipergunakan untuk menghitung dimensi breakwater. Setelah itu dilakukan perhitungan
stabilitas dengan menggunakan progam Geoslope, kemudian menghitung pondasi tiang kelompok.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka didapatkan kedalaman alur pelayaran pada
elevasi -3,425 m, tinggi mercu breakwater pada elevasi +4,000 m, panjang breakwater kanan 368 m,
panjang breakwater kiri 377 m, berat batu pelindung bagian kepala 1,80 ton dan bagian badan 1,725 ton,
dan lebar puncak breakwater 2,900 m. Untuk stabilitas struktur dihitung gaya-gaya gelombang yang terjadi
pada struktur yaitu gelombang tidak pecah, gelombang pecah, dan gelombang telah pecah. Setelah itu dicari
stabilitas lereng dengan software Geoslope dengan metode Fellenius, Bishop dan Janbu pada kondisi gempa
dan normal. Kemudian untuk daya dukung tanah dihitung dari uji lapangan sondir, yang setelah dianalisis
harus menggunakan pondasi tiang pancang bambu dengan diameter 35 cm yang terdiri dari 5 bambu yang
dirangkap jadi satu dan kedalaman pemancangan 5 m.
Kata kunci : breakwater, refraksi, pendangkalan gelombang, stabilitas struktur, uji sondir, pondasi tiang
pancang.

ABSTRACT
Johan Pahlawan Port is located in West Aceh District, Aceh Province. The difficulty of distribution
of fishing catches to be marketed is caused by the high wave that troubling the fisherman boats to anchore
into the shore. In that case, it is necessary to build breakwater that will be useful to cleave the waves. And it
will easy to the fisherman to anchore and fish catches marketing.
The planning of the breakwater structur started with the analysis of wave generation by the wind
with the JONSWAP methods. Then followed by calculation of wave period in 25 years in Hs (significant
wave) wave type. The selection of period and wave type is according to the type of breakwater. Based on the
period selection, it will be use to look for refraction and wave shoaling coefficient, so the design wave height
(Hi) can be obtained. And then the design wave height will be used to calculate the dimensions of the
breakwater. Furthermore, stability calculations performed using the Geoslope program, then perform the
calculations of pile group foundation.
Based on the analysis that has been done, the breakwater depths can be obtained at the elevation 3,425 m, breakwater heights at the elevation +4,000 m, right-breakwater length is 368 m, left-breakwater
length is 377 m, weights of head shield is 1,80 tons, for the body is 1,725 tons, and the widths of breakwaters
is 2,900 m. For the stability of structure, calculation of force that occured in the structure performed,
including non-breaking waves, breaking-waves,and after breaking-waves. Then the slope-stability found by
using Geoslope program with Fellenius, Bishop, an Janbu methods in normal and earthquakes conditions.
From the cone penetrasion test for bearing capacity found that is must be used 5 pieces of 35 cm bamboo
piles and the pilling dept is 5m.
Keywords: breakwater, refraction, wave shoaling, structural stability, cone penetrasion test, pile foundation

PENDAHULUAN
Pantai Johan Pahlawan selalu mengalami serangan gelombang laut, baik pada kondisi air surut maupun kondisi air
pasang. Akibat dari serangan gelombang
laut, maka terjadi abrasi berkelanjutan setiap tahun. Berdasarkan informasi penduduk setempat abrasi disebabkan oleh
pengambilan karang, pasir pantai, dan penebangan hutan bakau. Sehingga garis
pantai menjadi semakin mundur ke arah
dataran. Kemunduran garis pantai ini
dikhawatirkan mempengaruhi kehidupan
ekonomi masyarakat karena mata pencaharian mereka tergantung pada kondisi
alam setempat.
Sehubungan dengan kondisi tersebut, maka upaya penanggulangan harus
segera dilakukakan guna menghindari kerugian yang lebih besar. Untuk melindungi daerah pantai yang mengalami erosi,
maka diperlukan suatu penanganan berupa pembuatan struktur pengaman yang
efektif serta ramah lingkungan. Struktur
tersebut berfungsi untuk memperkuat
atau melindungi pantai agar mampu menahan serangan gelombang sehingga dapat menekan mundurnya garis pantai.
TUJUAN
Tujuan dari studi ini adalah merencanakan struktur pengaman pantai untuk
melindungi daerah Pelabuhan Johan Pahlawan yang terancam keberadaanya karena kemunduran garis pantai akibat erosi
dan abrasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Gelombang Representatif
Pembentukan gelombang di perairan dalam (deep water waves) dianalisa
dengan formula spektrum JONSWAP berikut ini (Anonim, 2010:5-8):
gF
g td
68,8
U 2
UA
A

2/3

7,5 x10 4

gH mo
UA

gF
0,0016
U 2
A

1/ 2

0,2433
1/ 3

gF

8,134

0
,
2857
2
U 2
UA
A
Sedangkan persamaaan untuk keadaan gelombang terbentuk penuh diberikan oleh:
gt d
7,5 x10 4
UA
gT p

gH mo
UA
gTP

0,2433

8,134
2
UA
dengan:
td
= durasi angin
Hmo = tinggi gelombang signifikan
menurut energi spektral (m)
TP
= periode puncak gelombang
(detik)
TS
= periode gelombang signifikan
(detik)
= 0,95TP
UA
= 0,71U101,23 (faktor tekanan
angin m.detik-1)
U10
= kecepatan angin pada
ketinggian 10 m (m.detik-1)
F
= panjang fetch (m)
Penentuan Tinggi Gelombang dan
Kala Ulang Rencana
Makin tinggi nilai daerah yang diamankan makin besar pula kala ulang gelombang rencana yang dipilih. Sebagai
pedoman kala ulang gelombang rencanan
dapat dipakai tabel di bawah ini (Yuwono, 1992:III-1).
Tabel 1. Pedoman pemilihan jenis dan kala
ulang gelombang
No
.
1
2
3

Jenis Bangunan
Struktur fleksibel
(rubble structure)
Struktur semikaku
Struktur kaku
(rigid)

Gelombang Rencana
Jenis
Kala Ulang
Gelombang
HS

10 50 tahun

H0,1 H0,01

10 50 tahun

H0,01 Hmaks

10 50 tahun

Sumber: Yuwono, 1992:III-1

Refraksi Gelombang dan Pendangkalan Gelombang


Refraksi gelombang adalah bila gelombang merambat dengan membentuk
sudut terhadap kontur dasar perairan,
terjadi variasi kecepatan rambat gelombang di sepanjang puncak gelombang.
Untuk analisa refraksi digunakan
metode yang dikemukakan oleh Arthur
(1952) yang dikenal Sneels Law. Bila
pantai mempunyai garis kedalaman pararel, maka persamaannya menjadi (Yuwono, 1986:22):
=

Koefisien Refraksi adalah:


KR =

Pemecah Gelombang
Pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah
gelombang sambung pantai dan lepas
pantai. Tipe pertama banyak digunakan
pada perlindungan perairan pelabuhan,
sedangkan tipe kedua untuk perlindungan
pantai terhadap erosi.

Gambar 2. Pemecah gelombang sambung


pantai
Sumber: Triatmodjo, 1999:225

Koefisien pendangkalan dicari berdasar nilai n1 (d/Lo) menggunakan tabel


C-1 yang dapat dilihat pada tabel lampiran. Untuk laut dalam no = 0,5:
KS =

dengan :
1, 0 = sudut antara garis kedalaman
dan puncak gelombang ()
Co,C1 = kecepatan jalur gelombang pada
tempat yang ditinjau (m. dt2)
Lo,L1 = panjang gelombang (m)
KR
= koefisien refraksi
KS
= koefisien pendangkalan

Gambar 1. Refraksi gelombang pada


kontur lurus dan sejajar
Sumber: Triatmodjo, 1999:69

Gambar 3. Pemecah gelombang Lepas


Pantai
Sumber: Triatmodjo, 1999:225
Perhitungan Berat Armor
Untuk breakwater dengan tumpukan batu alam atau armor buatan, berat
satu unit pelapis utama (primary cover
layer) dihitung memakai persamaan berikut ini (Anonim, 2010:V-4-12):
Wr H 3
W
3
K d S r 1 cot
dengan:
W = berat satu unit batuan pelapis
(armor) (ton)
Wr = berat satuan armor (ton/m3)
Ww = berat satuan air laut (ton/m3)
(1,025~1,03 ton/m3)
H
= tinggi gelombang rencana (m)
Kd = koefisien stabilitas
Sr
= Wr/Ww

= kemiringan dinding struktur


diukur dari arah horisontal (0)

Dimensi Struktur
Lebar mercu (crest width) dapat dihitung dengan persamaan berikut ini (Triatmodjo, 2008:265) :
1 3

B nk
Wr
dengan:
B
= lebar puncak (m)
n
= jumlah butir minimum
(nminimum = 3)
k = koefisien lapis dalam (Tabel 2.8)
W = berat armor pelindung (ton)
Wr = berat jenis armor pelindung
(ton/m3)
Tebal lapisan pelindung dan jumlah
butir batu tiap satu satuan luasan diberikan oleh rumus berikut ini:

W
t nk
Wr

N
Qa

= jumlah tiang dalam baris


= daya dukung tiang tunggal
Converse Labarre mengembangkan rumus untuk menghitung efisiensi.
Rumus ini banyak dipakai walaupun di dalam mengembangkan rumus ini
hanya sedikit dukungan data.
n 1m m 1n
Eg = 1
90mn
d
= arctan
s
dengan:
d = diameter tiang (m)
s = jarak tiang (m)
n = jumlah tiang dalam baris
m = jumlah baris tiang

P W r

N Ank 1

100 W

dengan:
t
= tebal lapisan pelindung (m)
n
= jumlah lapisan armor
k
= koefisien yang diberikan dalam
(Tabel 2.8)
A
= luas permukaan (m2)
P
= porositas rerata dari lapis
pelindung (%) yang diberikan
dalam (Tabel 2.8)
N
= jumlah butir armor
Wr = berat jenis armor (ton/m3)
Kapasitas Daya Dukung Tiang Kelompok
Daya dukung kelompok tiang tidak
selalu sama dengan jumlah daya dukung
tiang tunggal yang berada dalam kelompok. Untuk itu ada efisiensi yang dipakai untuk menghitung daya dukung kelompok tiang (Suroso et al,2007:157)
Untuk menghitung daya dukung
kelompok tiang adalah:
Qag = Eg x N x Qa
dengan:
Qag = daya dukung kelompok tiang
Eg = efisiensi kelompok tiang

Gambar 4. Penjelasan parameter


kelompok tiang
Sumber: Suroso et al, 2007:158
Penurunan Kelompok Tiang
Penurunan pondasi pada tanah granuler dapat dihitung dari hasil uji kerucut
statis. De Beer dan Marten mengusulkan
persamaan angka kompresi (C) yang dikaitkan dengan persamaan Buismann, sebagai berikut (Christiady, 2010:292):
p ' p
H
Si =
ln 0
C
p0 '
dengan:
Si
= penurunan akhir (m) dari lapisan
setebal H (m)
p0 = tekanan overburden efektif ratarata, atau tegangan efektif
sebelum penerapan beban, di
tengah-tengah lapisan (kN/m2)
P = z = tambahan tegangan
Dengan faktor koreksi I sebagai
berikut:

Gambar 4. Faktor pengaruh I untuk


tegangan vertikal di bawah sudut luasan
beban terbagi rata
Sumber: Christiady, 2010:265
METODE
Data-data yang digunakan
Dalam penulisan tugas akhir ini
diperlukan data-data yang mendukung
guna memudahkan dalam menganalisa
dari permasalahan yang ada, maka perlu
disajikan beberapa data sebagai berikut:
1. Peta daerah lokasi studi.
2. Peta Bathimetri dan topografi.
3. Data kecepatan dan arah angin.
Data angin digunakan untuk memprediksi besarnya tinggi gelombang dan
periode gelombang.
4. Data pengukuran pasang surut muka
air laut digunakan untuk mengetahui
elevasi muka air laut tinggi, rata-rata,
dan rendah.
5. Data butiran sedimen pantai.
6. Data mekanika tanah untuk stabilitas
bangunan pengaman pantai.

Langkah Pengerjaan
Sesuai dengan kerangka penyelesaian tugas akhir, langkah pengerjaan studi
ini terdiri dari tahapan yang diuraikan sebagai berikut:
1. Menganalisis panjang fetch berdasarkan peta lokasi studi
2. Mengolah data angin
3. Menggambar mawar gelombang (wave rose)
4. Menghitung tinggi gelombang rencana. Metode yang digunakan adalah
dengan distribusi Fisher-Tippet Tipe
1 (gumbel) dan distribusi Weibull.
5. Menentukan jenis bangunan yang
akan digunakan.
6. Menghitung runup, wave setup,
pemanasan global, dan tinggi jagaan.
7. Dari hasil perhitungan runup , wave
setup, pemanasan global, dan tinggi
jagaan dapat ditentukan elevasi puncak konstruksi bangunan pengaman
Pelabuhan Johan Pahlawan.
8. Menganalisis arus pasang surut dan
pergerakan sedimen.
9. Merencanakan dimensi dan menentukan elevasi.
10. Merencanakan dimensi bangunan pengamanan dan menganalisis stabilitas
konstruksi bangunan.
11. Selesai

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisa JONSWAP
Pembentukan
gelombang
di
perairan dalam (deep water waves) dalam
studi ini dianalisis dengan formula spektrum JONSWAP. Prosedur peramalan ini
berlaku untuk kondisi gelombang tidak
terbentuk penuh (non fully developed
Tabel 2. Perhitungan Analisa JONSWAP
Tgl.

U10
(m/s)

UA
(m/s)

Cek FDS/
NFDS
Arah

(dalam
10)

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
4.25
4.20
S
15.887
2
3.52
3.34
S
21.605
3
4.92
5.04
S
12.468
4
4.25
4.20
S
15.887
5
4.25
4.20
S
15.887
6
4.25
4.20
S
15.887
7
5.55
5.85
S
10.228
8
4.25
4.20
S
15.887
9
4.25
4.20
S
15.887
10
4.25
4.20
S
15.887
11
7.23
8.10
S
6.629
12
4.92
5.04
S
12.468
13
7.23
8.10
S
6.629
14
4.92
5.04
N
0.000
15
4.92
5.04
S
12.468
16
7.23
8.10
S
6.629
17
3.52
3.34
S
21.605
18
5.55
5.85
S
10.228
19
3.52
3.34
S
21.605
20
4.25
4.20
S
15.887
21
4.92
5.04
S
12.468
22
4.92
5.04
S
12.468
23
4.25
4.20
S
15.887
24
3.52
3.34
S
21.605
25
4.92
5.04
S
12.468
26
5.55
5.85
S
10.228
27
4.25
4.20
S
15.887
28
4.92
5.04
S
12.468
29
4.92
5.04
S
12.468
30
5.55
5.85
S
10.228
31
4.25
4.20
S
15.887
Sumber: Perhitungan
Keterangan:
t = 21600 detik dan Feff. = 199896,608 km
NFDS : Non Fully Developed Sea
FDS: Fully Developed Sea
DL: Duration Limited

tipe
(6)
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS

sea), baik untuk kondisi fetch terba-tas


(fetch limited condition), maupun kondisi
durasi terbatas (duration limited condition). Berikut contoh perhitungan yang diberikan pada Tabel 2:

Cek Duration/ Fetch Limited


tc
(detik)
(7)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
54717.55
0
54717.55
0
0
54717.55
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

tipe
(8)
DL
DL
DL
-

Cek
Kondisi
Batas
(9)
TIDAK
TIDAK
TIDAK
-

Fully Developed
Sea
Hm0
Tp
(m)

(detik)

(10)
0.4383
0.2764
0.6304
0.4383
0.4383
0.4383
0.8485
0.4383
0.4383
0.4383
1.6260
0.6304
1.6260
0.6304
1.6260
0.2764
0.8485
0.2764
0.4383
0.6304
0.6304
0.4383
0.2764
0.6304
0.8485
0.4383
0.6304
0.6304
0.8485
0.4383

(11)
3.4856
2.7679
4.1803
3.4856
3.4856
3.4856
4.8498
3.4856
3.4856
3.4856
6.7137
4.1803
6.7137
4.1803
6.7137
2.7679
4.8498
2.7679
3.4856
4.1803
4.1803
3.4856
2.7679
4.1803
4.8498
3.4856
4.1803
4.1803
4.8498
3.4856

Rekapitulasi Perhitungan
Tipe
(12)
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS
FDS

Hm0

Ts

(m)

(detik)

(13)
0.4383
0.2764
0.6304
0.4383
0.4383
0.4383
0.8485
0.4383
0.4383
0.4383
1.6260
0.6304
1.6260
0.6304
1.6260
0.2764
0.8485
0.2764
0.4383
0.6304
0.6304
0.4383
0.2764
0.6304
0.8485
0.4383
0.6304
0.6304
0.8485
0.4383

(14)
3.3113
2.6295
3.9713
3.3113
3.3113
3.3113
4.6073
3.3113
3.3113
3.3113
6.3780
3.9713
6.3780
3.9713
6.3780
2.6295
4.6073
2.6295
3.3113
3.9713
3.9713
3.3113
2.6295
3.9713
4.6073
3.3113
3.9713
3.9713
4.6073
3.3113

terhadap garis normal dan membentuk


sudut 26 terhadap garis pantai. Sudut
datang gelombang () dibentuk oleh garis
kedalaman pantai dan garis puncak gelombang atau bisa juga oleh garis arah datang dan garis normal (tegak lurus) pantai.
Tabel 3. Arah angin yang digunakan dalam perencanaan

Analisa Refraksi dan Pendangkalan


Gelombang
Dalam perencanaan bangunan di
Pantai Johan Pahlawan didapatkan bahwa
gelombang yang paling tinggi adalah arah barat laut yang membentuk sudut 64

No.

Arah

1
2
3
4

Barat Laut
Selatan
Tenggara
Timur

Sudut gelombang terhadap


Garis pantai
Garis normal
26
64
71
19
64
26
19
71

Sudut datang
gelombang
64
19
26
71

Keterangan
Dari arah laut
Dari arah laut
Dari arah laut
Dari arah laut

Sumber: Data

Gambar 5. Sketsa sudut puncak gelombang


Perhitungan refraksi gelombang darefraksi gelombang adalah berdasarkan
pat dilakukan dengan menganggap garis
hukum Snells,. Perhitungan selanjutnya
kontur pantai relatif lurus dan sejajar.
dapat dilihat pada tabel berikut:
Persamaan yang digunakan dalam analisa
Tabel 4. Perhitungan refraksi dan pendangkalan gelombang untuk arah barat laut
d
(m)
(1)
laut
dalam
99,802
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
3,425

d/Lo

d/L

(2)

(3)

0,500
0,401
0,351
0,301
0,250
0,200
0,150
0,100
0,050
0,017

Sumber: Perhitungan

0,502
0,406
0,359
0,313
0,268
0,225
0,183
0,141
0,094
0,053

L
(m)
(4)

Kr

Ks

Hi

(5)

(6)

(7)

(8)

199,604

64,000

198,876
197,044
194,986
191,693
186,567
177,778
163,934
141,844
106,383
64,623

63,766
63,179
62,519
61,463
59,820
57,002
52,563
45,480
34,110
16,917

0,659
0,652
0,443
0,443
0,442
0,442
0,441
0,441
0,440
0,439

0,990
0,976
0,964
0,949
0,932
0,918
0,913
0,933
1,023
1,271

3,004
2,930
1,967
1,936
1,897
1,869
1,854
1,895
2,073
2,569

Perencanaan Bangunan Pengaman


Pantai
a. Lebar Alur
Lebar alur = 1,5B + 1,8B + C + 1,8B +
1,5B
= 39,8 m, diambil 40 m.
dengan:
B = lebar perahu maksimum (B = 5,5 m).
C = clearence/jarak aman (C = 4,5 m).
Untuk jelasnya, lebar alur pelayaran
dapat dilihat dibawah ini
1,5 B

1,8 B

1,8 B

Kapal

Kapal

1,5 B

Tabel 5. Jenis batuan untuk bagian kepala


breakwater
Berat Batu
(ton)
1,800
0,900
0,180
0,018
0,0018

Jenis Batu
W
W/2
W/10
W/100
W/1000

Sumber: Perhitungan
Tabel 6. Jenis batuan untuk bagian
badan breakwater
Berat Batu
(ton)
1,725
0,8625
0,1725
0,01725
0,001725

Jenis Batu
W
W/2
W/10
W/100
W/1000

Sumber: Perhitungan

Gambar 6. Lebar alur untuk dua kapal


b. Kedalaman Alur
Untuk perahu 30 GT, draft diperluas maksimum 1,75 m, squat = 0,75 m
dan jarak aman C = 1,0 m.
Kedalaman alur = LLWL + D
= 0,425 + 3 = 3,425 m
c. Tinggi Bangunan
Tinggi bangunan breakwater didapat dari persamaan berikut:
El. Puncak = DWL + Ru + tinggi jagaan
Hi
= 2,569 m
Lo
= 199,604 m
Kemiringan konstruksi = 1:3
nilai Ru/H = 0,72
Maka Ru = 0,72 x 2,569 = 1,85 m
El. Mercu = 1,7 + 1,85 + 0,5 = +4,05 m
4,00 m
d. Panjang Bangunan
Panjang bangunan pemecah gelombang kanan sepanjang 476 m dan pemecah gelombang kiri sepanjang 485 m.
Unit Lapisan Penyusun
Dalam desain bangunan breakwater
digunakan struktur tumpukan batu alam.
Berikut hasil perhitungan:

Dimensi Struktur Breakwater


Lebar puncak breakwater bagian
kepala jenis batu alam dicari dengan perhitungan sebagai berikut:
Tabel 7. Perhitungan diameter batu untuk
setiap jenis batu bagian kepala
Jenis
Batu
(1)
W
W/2
W/10
W/100
W/1000

Berat
Batu
(2)
1,8000
0,9000
0,1800
0,0180
0,0018

V
m
(3)
0,679245
0,339623
0,067925
0,006792
0,000679

r
m
(4)
1,16952
0,92824
0,54284
0,25196
0,11695

D
m
(5)
2,33903
1,85649
1,085682
0,503929
0,233903

Sumber: Perhitungan
Tabel 8. Perhitungan diameter batu untuk
setiap jenis batu bagian badan
Jenis
Batu
(1)
W
W/2
W/10
W/100
W/1000

Berat
Batu
(2)
1,7250
0,8625
0,1725
0,0173
0,0017

V
m
(3)
0,650943
0,325472
0,065094
0,006509
0,000651

Sumber: Perhitungan

r
m
(4)
1,15304
0,91517
0,53519
0,24842
0,11530

D
m
(5)
2,306082
1,830338
1,070388
0,49683
0,230608

Gambar 7. Layout breakwater sambung pantai

Gambar 8. Breakwater bagian kepala

Gambar 9. Breakwater bagian lengan

an batang menggunakan bantuan program


Stabilitas Breakwater
Perhitungan stabilitas terhadap perGeostudio Geoslope 2007. Berikut hasil
geseran lengkung pada breakwater bagidari running progam:
Tabel 9. Hasil perhitungan stabilitas terhadap pergeseran lengkung tanpa gempa
Geostudio Geoslope
Bagian
Kepala
Badan

Ordinary
2,972
2,038

Metode
Bishop
3,582
2,111

Janbu
3,175
1,928

Kesimpulan
aman
aman

Gambar 10. Gambar irisan bidang luncur pada breakwater bagian kepala untuk gelombang
datang dari arah barat laut
Sumber: Perhitungan

Gambar 11. Gambar irisan bidang luncur pada breakwater bagian badan untuk gelombang
datang dari arah barat laut
Sumber: Perhitungan
Tabel 10. Hasil perhitungan stabilitas breakwater terhadap pergeseran lengkung
dengan gempa Geostudio Geoslope
Kondisi
Kepala
Badan

Ordinary
1,850
1,410

Kapasitas Daya Dukung Kelompok


Tiang
Kapasitas dukung kelompok tiang
ijin bagian kepala:
Qdukung = Eg n Qa m/9.81
= 0,644 x 32 x 21,14 x 2/(9.81 )
= 124,988 ton

Metode
Bishop
2,111
1,419

Janbu
1,928
1,360

Kesimpulan
aman
aman

Perhitungan daya dukung tiang


Qbeban = 116,238 ton (beban Rv terbesar
yang membebani bagian badan)
Qdukung> Qbeban; AMAN
Kapasitas dukung kelompok tiang
ijin bagian badan:
Qdukung = Eg n Qa m/9.81
= 0,642 x 47 x 31,683 x 2 /(9,81 )
= 194,904ton

Perhitungan daya dukung tiang


Qbeban = 130,077 ton (beban Rv terbesar
yang membebani bagian kepala)
Qdukung > Qbeban aman

Penurunan segera kelompok tiang


dihitung dengan menggunakan metode
De Beer dan Marten. Berikut hasil perhitungan penurunan kelompok tiang:

Penurunan Kelompok Tiang


Tabel 11. Perhitungan penurunan segera pada bagian badan
Tebal
Lapisan
(m) (m)
(m)
(1)
(2)
(3)
-5
-5.5
0.5
-5.5
-6
0.5
-6
-6.5
0.5
-6.5
-7
0.5
-7
-7.5
0.5
Sumber: Perhitungan
Lapisan

qc
2

'
2

kg/cm
(4)
146.667
163.000
126.000
126.000
126.000

kN/m
(5)
14666.67
16300.00
12600.00
12600.00
12600.00

P0'
3

kN/m
(6)
9
9
9
9
9

B/z =
m

L/z =
n

Si

(8)
9777.778
3622.222
1680.000
1200.000
1200.000

(9)
2.000
1.000
0.667
0.500
0.400

(10)
64.000
32.000
21.333
16.000
12.800

(11)
0.240
0.202
0.170
0.131
0.180

(12)
42.745
35.977
30.277
23.331
32.059

(13)
2.996
1.845
1.306
0.909
1.110
si

(14)
0.0001532
0.0002547
0.0003887
0.0003787
0.0004627
0.0016379

B/z =
m

L/z =
n

Si

(8)
9777.778
3622.222
1680.000
1200.000
1200.000

(9)
2.000
1.000
0.667
0.500
0.400

(10)
94.000
47.000
31.333
23.500
18.800

(11)
0.240
0.210
0.172
0.138
0.114

(12)
43.364
37.944
31.078
24.935
20.598

(13)
3.009
1.890
1.325
0.949
0.836
si

(14)
0.0001539
0.0002609
0.0003944
0.0003954
0.0003485
0.0015531

kN/m
(7)
2.250
6.750
11.250
15.750
15.750

Tabel 12. Perhitungan penurunan segera pada bagian kepala


Tebal
Lapisan
(m) (m)
(m)
(1)
(2)
(3)
-5
-5.5
0.5
-5.5
-6
0.5
-6
-6.5
0.5
-6.5
-7
0.5
-7
-7.5
0.5
Sumber: Perhitungan
Lapisan

qc
2

kg/cm
(4)
146.667
163.000
126.000
126.000
126.000

'
2

kN/m
(5)
14666.67
16300.00
12600.00
12600.00
12600.00

P0'
3

kN/m
(6)
9
9
9
9
9

kN/m
(7)
2.250
6.750
11.250
15.750
15.750

Keterangan:
(1) Dihitung dari dasar pondasi sampai
5B
(2) Dihitung dari dasar pondasi sampai
5B
(3) (3)-(2)
(4) qc rerata dari hasil sondir pada
kedalaman range (1) (2)
(5) (4)x100
(6) pasir = 9 kN/m2
(7) (3)/2 x (6)
(8) [1,5 x (5) ] / (7) (factor
pemampatan)
(9) Lebar pondasi / [abs(2)-4]
(10) Panjang pondasi / [abs(2)-4]
(11) Dari diagram faktor schmertmann
(12) (4) x (9) x tekanan fondasi
(7) (10)
ln
(7 )
(13) (3)/(8)x(11)
Sehingga dari perhitungan tersebut
didapatkan nilai penurunan pondasi de-

ngan metode De Beer dan Marten pada


bagian badan sebesar 0,00164m = 1,64
mm. Sedangkan pada bagian kepala sebesar 0,00155 m = 1,55 mm. 1,64 mm
dan 1,55 mm < 40 mm aman.
KESIMPULAN DAN SARAN
Akibat proses di atas bisa dilakukan
analisis yang disimpulkan hal-hal pokok
sebagai berikut:
1. Kondisi gelombang berdasarkan
pembangkit gelombang:
a. Hasil analisis pembangkitan gelombang diketahui bahwa pada Johan Pahlawan gelombang dominan berasal dari arah barat laut dengan prosentase sebesar 52,151%.
b. Tinggi gelombang rencana di laut
dalam kala ulang 25 tahun adalah
sebagai berikut:
- Barat Laut
= 4,605 m
- Selatan
= 4,592 m

- Tenggara
= 3,845 m
- Timur
= 2,927 m
2. Struktur breakwater adalah sebagai
berikut:
a. Didapatkan panjang bangunan pemecah gelombang kanan sepanjang 476 m dan pemecah gelombang kiri sepanjang 485 m.
b. Didapatkan dimensi lebar muara
sebesar 40 m dan kedalaman alur
hingga elevasi -3,425 m.
c. Dari hasil hitungan gelombang
pecah maka bisa didapatkan tinggi gelombang pecah pada lokasi
breakwater sebagai berikut:
- Barat Laut
= 4,902 m
- Selatan
= 4,888 m
- Tenggara
= 4,093 m
- Timur
= 3,115 m
d. Dimensi struktur breakwater adalah sebagai berikut:
- n batu puncak = 3 butir
- Lebar puncak = 2,9 m
- Tebal lap. puncak = 1,9 m
- n batu lap. Puncak = 2 butir
3. Stabilitas dan pondasi breakwater:
a. Untuk analisis pergeseran lengkung struktur rubble mound didapatkan nilai aman baik pada kondisi normal maupun gempa. Daya
dukung tanah disimpulkan bahwa
daya dukung tanah tidak mampu
menahan beban struktur breakwater di atasnya sehingga diputuskan memakai pondasi tiang
pancang dari bambu. Bambu yang
digunakan berdiameter 0,07 m
dan jarak s = 1,0 m. Tiang dipancang hingga kedalaman 5 m di
bawah pondasi breakwater.
b. Terjadi penurunan sebesar 1,64
mm pada bagian kepala dan 1,55
mm pada bagian badan. Penurunan aman karena syarat penurunan pada tanah pasir adalah 4065 mm.
Dari hasil studi yang dilakukan
terdapat saran-saran yang diberikan, yaitu
antara lain:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam terhadap pengaruh bangunan


breakwater terhadap kondisi lingkungan dan sosial masyarakat, sehingga nantinya bila terjadi permasalahan
akibat adanya bangunan breakwater
dapat diselesaikan lebih cepat dan tepat.
2. Setelah selesainya dibangun breakwater perlu adanya pemeliharaan agar
ketika terjadi kerusakan dapat segera
diatasi dan meminimalisir biaya operasi dan pemeliharaannya.
3. Bila tidak tersedia batu alam dengan
berat sesuai hitungan maka bisa diganti dengan tetrapod dengan berat
yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

2010.
Modul
Peningkatan
Kemampuan Perencanaan Teknis
Pengamanan
Pantai.
Jakarta:
Kementerian Pekerjaan Umum.

Christiady H., Hary. 2010. Analisis dan


Perancangan Fondasi Bagian I dan
Bagian II. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Suroso, et al., 2007. Teknik Pondasi. Malang:
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
Triatmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai.
Yogyakarta: Beta Offset.
Yuwono, Nur. 1986. Teknik Pantai. Yogyakarta:
Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada.
Yuwono, Nur. 1992. Dasar-Dasar Perencanaan
Bangunan Pantai. Yogyakarta: Biro
Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah
Mada.

Anda mungkin juga menyukai