Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN KEGIATAN PENCEGAHAN PENANGGULANGAN

GIZI BURUK
(PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN & PEMBERIAN VITAMIN A)

LATAR BELAKANG
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi,
atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa
berupa protein, karbohidrat dan kalori. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga
bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor),
karena kekurangan

karbohidrat

atau

kalori

(disebut

marasmus),

dan

kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita
(bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung
lapar).
Gizi buruk pada anak sampai saat ini masih menjadi masalah di
Indonesia. Diketahui sampai tahun 2012 ini ada sekitar 1 juta anak dari 240 juta
penduduk di Indonesia yang mengalami gizi buruk, kebanyakan berada di daerah
timur Indonesia seperti di daerah NTT dan Maluku. Salah satu faktor
penyebabnya karena letak geografisnya seperti jarak yang jauh dari fasilitas
kesehatan. Menurut WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan
gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani
secara cepat dan tepat. Kurang energi dan Protein (KEP) pada anak masih
menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, diantaranya
4,9% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus,
diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat
pendek.
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan anak mengalami gizi buruk
yaitu faktor ekonomi atau faktor kesediaan pangan, dalam hal ini berhubungan
dengan jual beli seperti tidak tersedianya pangan yang cukup. Faktor perilaku,
misalnya di daerah tersebut para penduduk tidak memberikan ASI eksklusif,
kurang kesadaran tentang menimbang anak Balita setiap bulan, kebutuhan vitamin

E2- Pencegahan & Penanggulangan Gizi Buruk

yang kurang akibat salah pengolahan bahan baku makanan sehingga vitamin yang
terkandung dalam makan menghilang, pangannya tersedia tapi cara pemberian
atau pengolahannya tidak benar seperti anak baru 1 bulan sudah diberi pisang.
Faktor ketidaktahuan tersebut diatas mengakibatkan bermunculan kasus Gizi
Buruk
Asupan

gizi yang cukup seharusnya sudah dilakukan pada masa

kehamilan hingga usia balita (periode emas), karena kekurangan gizi bisa
mempengaruhi kecerdasan dan pertumbuhan anak. Salah satu solusi jangka
panjang yang bisa diberikan adalah masyarakat harus mendapat penyuluhan
mengenai pentingnya gizi dan cara mengolah makanan yang benar. Serta edukasi
mengenai pemberian ASI eksklusif terhadap anak selama 2 tahun dengan
menjelaskan keuntungan dan kerugian tanpa pemberian ASI, menyarankan agar
menimbangkan balitanya setiap bulan, menganjurkan makan manakan sayur dan
buah agar terpenuhi kebutuhan vitamin secara alami serta pemberian edukasi
tentang kebersihan, sanitasi yang baik harus diupayakan sesuai dengan
kemampuan ekonomi.
PERMASALAHAN DI MASYARAKAT:
Pada tahun 2011 atau tahun ini di Makassar ditemukan 75 kasus gizi
buruk kategori gizi buruk berat dan gizi buruk ringan. Kasus gizi buruk yang
banyak terungkap selama ini adalah kasus gizi buruk berat. Gizi buruk berat harus
segera mendapat penanganan medis, sedangkan gizi buruk ringan masih bisa
ditangani di rumah penderita. Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi
buruk dan faktor tersebut saling berkaitan. Secara langsung, anak kurang
mendapat asupan gizi seimbang dalam waktu cukup lama, dan anak menderita
penyakit infeksi. sehingga asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh
secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat penyakit infeksi
tersebut. Secara tidak langsung penyebab terjadinya gizi buruk yaitu tidak
cukupnya persediaan pangan di rumah tangga, pola asuh kurang memadai dan
sanitasi/kesehatan lingkungan kurang baik serta akses pelayanan kesehatan
terbatas. Akar masalah tersebut berkaitan erat dengan rendahnya tingkat
pendidikan,tingkat pendapatan dan kemiskinan keluarga.

E2- Pencegahan & Penanggulangan Gizi Buruk

PEMILIHAN INTERVENSI
Dalam mengatasi masalah gizi buruk dan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan harus dilakukan secara komprehensif serta menyeluruh. Cara dan
strategi yang dapat dilakukan berupa deteksi dini di posyandu dengan melakukan
penimbangan balita serta melalui KMS (Kartu Menuju Sehat) sehingga bisa
diketahui grafik pertumbuhannya. Upaya pemulihan gizi dengan mengadakan
Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) serta pemberian vitamin A
tiap 6 bulan. Jangka pemantauan perkembangan dan perbaikan gizi pasien
dilakukan oleh petugas setiap kunjungan bulan berikutnya.
PELAKSANAAN
Kunjungan dilakukan di Kelurahan Kassi-Kassi pada tanggal 18 Februari
2015. Para peserta dikumpulkan di Rumah Kader untuk dilakukan penimbangan
secara rutin, pemantauan kartu KMS, pemeriksaan pada peserta yang mengalami
sakit, pemberian bubur kacang hijau, serta pemberian vitamin A.
EVALUASI
Dari kunjungan posyandu tersebut tidak ditemukan adanya Balita yang menderita
gizi buruk. Malah pada kunjungan yang rutin diadakan tiap bulan tersebut
menampakkan adanya peningkatan berat badan pada Balita yang ada di kelurahan
tersebut. Hal ini menandakan dengan melakukan kontrol teratur ke posyandu
dimana pada ssat kunjungan tersebut selain penimbangan berat badan juga
diberikan makanan tambahan dan vitamin A, terbukti dapat mengurangi angka
gizi buruk. Namun yang perlu dievaluasi ialah angka kunjungan ibu yang
membawa Balitanya ke posyandu yang lebih sedikit dari bulan sebelumnya.
Tercatat ada 5 Balita yang tidak datang pada posyandu tersebut padahal pada
bulan sebelumnya mereka datang berkunjung. Di sinilah diperlukan peran aktif
elemen-elemen kesehatan terutama kader posyandu di kelurahan tersebut untuk
lebih aktif lagi dalam mengajak ibu-ibu yang memiliki Balita untuk rajin
membawa anaknya ke posyandu setiap bulannya.

E2- Pencegahan & Penanggulangan Gizi Buruk

Makassar,

Mei 2015

PESERTA

PENDAMPING

dr. Zulkarnain Muin

dr. Linda Tanod

E2- Pencegahan & Penanggulangan Gizi Buruk

Anda mungkin juga menyukai