PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar tercapai
I.2
Tujuan
1. Mengetahui pentingnya penerapan dari Quality Management
System in Personnel di Industri Farmasi
2. Mengetahui perkiraan jumlah personil untuk tingkat operator
yang diperlukan
3. Mengetahui Kualifikasi, Tugas dan Tanggung Jawab Personil
Kunci
4. Mengetahui Struktur Organisasi Personil dalam industri Farmasi
5. Mengetahui pelatihan-pelatihan yang diberikan pada personil
demi terciptanya mutu dalam personil
I.3
Rumusan Masalah
1. Kenapa diperlukan adanya QMS in Personnel ?
2. Bagaimana mengetahui perkiraan jumlah personil untuk tingkat
operator yang diperlukan
3. Apa saja kualifikasi, tugas dan tanggung jawab personil kunci ?
4. Bagaimana struktur Organisasi Personil dalam industri Farmasi ?
5. Bagaimana pelatihan-pelatihan yang diberikan pada personil demi
terciptanya mutu dalam personil ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
dan
atau
menempelkan
pada
dinding.
Unsur
dasar
II.2
Personil
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan
dibidang
Industri
Farmasi
dan
keterampilan
dalam
penyusunan,
verifikasi
dan
pelaksanaan
seluruh
prosedur
Produksi, Kepala
9001
2015
memberi
persyaratan
agar
organisasi
2. Kompetensi Personil
4. Komunikasi
Organisasi
mungkin
sudah
melakukan
yang
terbaik
dalam
kepada
siapa
dikomunikasikan
dan
bagaimana
mengkomunikasikannya.
II.2.4 Pelatihan
Program dan materi pelatihan bagi personil hendaklah disiapkan
oleh masing-masing Kepala Bagian yang dikoordinasi oleh Kepala Bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Program pelatihan hendaklah
disetujui bersama oleh masing-masing kepala bagian dan Kepala Bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Program pelatihan hendaklah
mencakup antara lain:
1) Materi umum yang harus diberikan kepada semua personil pada
hari pertama kerjanya,
2) CPOB dasar (termasuk mikrobiologi dan higiene perorangan)
kepada semua personil,
3) CPOB spesifik kepada personil berkaitan, misal bagi mereka yang
menangani pembuatan produk steril, menangani pembuatan produk
toksis atau berpotensi tinggi dan / atau bersifat sensitisasi,
4) Pemahaman semua Protap, metode analisis dan prosedur lain
bagi personil berkaitan, dan
5) Pengetahuan mengenai sifat bahan / produk, cara pengolahan dan
pengemasan.
BAB III
PEMBAHASAN
III.1
Contoh :
Suatu industri farmasi akan membuat 2 jenis produk tablet dan ingin
menentukan jumlah operator yang diperlukan dalam setahun
Produk
Manhour/Bet
Tablet A
s
50
Tablet B 120
Ukuran Bets
Produksi/Tahu
Manhour
500.000 tab
n
25.000.000 tab
Total/Tahun
2.500
1.000.000
(50 bets)
40.000.000 tab
4.800
tab
(40 bets)
Total
7.300
Jumlah manhour yang diperlukan untuk membuat Tablet A dan Tablet B
III.2
Struktur Organisasi
Berikut contoh struktur organisasi model A-D dalam CPOB :
Gambar 1. Struktur Organisasi model A
Gambar 2.
Struktur
Organisasi Model B
III.3
2. Uraian Tugas
jawab
untuk
penyediaan,
evaluasi
dan
dan
induk
yang
diperlukan
Bets
serta
sebelum
Bets
menjamin
diotorisasi
dan
Catatan
bahwa
produksi
bersama
Ka.Bag.
Pemastian
Mutu
jawab
bersama
Ka.Bag.
Pemastian
Mutu
Mutu
bersama
Ka.Bag.
Pemastian
Mutu
Mutu
Mutu
mungkin
Supervisor
Laboratorium
Mikrobiologi,
dan
Supervisor
alam
dan
seorang
Apoteker,
yang
mempunyai
menggunakan
metode
termutakhir,
kemampuan
dalam
sampel,
metode
pengujian
dan
prosedur
yang
bersangkutan
membuat
produk
yang
Pemastian
Mutu
Mutu
28)Bertanggung
jawab
bersama
Ka.Bag.
Pemastian
Mutu
dan
memantau
dalam
mungkin
menyiapkan,
penyelenggaraan
program
bersangkutan.
mengotorisasinya
bersama
bagian-bagian
15)Bersama
Ka.Bag.
melaksanakan
dan
lain
menyiapkan
memantau
dan
mengotorisasi,
penyelenggaraan
program
mungkin
Mutu
(Quality
Urusan
Mutu
(Quality
A. Pelatihan Umum
1. Orientasi Umum
1) Pengenalan Perusahaan
a. Sejarah Perusahaan
b. Struktur Organisasi
c. Peraturan / Tata Tertib Pabrik
2) Pengenalan produk
3) Uraian tugas Personil bersangkutan
4) Pengenalan Pabrik / tempat bekerja, toilet, kantin dan lalu-lintas
yang diperbolehkan
1)
2)
2. CPOB Dasar
Kekhususan industri Farmasi
Higiene perorangan
a. Pentingnya memakai pakaian kerja bersih dan perlengkapan
kerja seperti masker, sarung tangan,tutup kepala,dsb.
b. Pentingnya mencuci tangan sebelum bekerja
c. Mengapa petugas yang menderita sakit dan menderita luka
terbuka tidak diperkenankan ikut serta langsung maupun tidak
langsung dalam pekerjaan pengolahan obat
d. Pengetahuan umum tentang mikrobiologi terutama mengenai
3)
4) Keselamatan Kerja
B. Pelatihan Khusus
1. Orientasi Umum
1) Penjelasan tentang bekerja di daerah tertentu misalnya di ruang
steril, ruang produksi khusus (penisilin)dan ruangan produksi
tablet efervesen
2) Penjelasan tentang penggunaan alat tertentu
2. Pelatihan di Tempat
1) Pelatihan melaksanakan Prosedur Tetap (Protap)atau tata cara
bekerja di bagian tertentu, misalnya tata cara masuk ruang steril
dan ganti pakaian untuk personil ruang steril
2) Pelatihan teknis khusus mengenai antara lain cara penggunaan
suatu alat dan cara melakukan pemeriksaan visual
C. Pelatihan Tambahan
1) Penjelasan jika ada perubahan / peraturan atau hal baru baik
mengenai CPOB, Protap, alat baru maupun produk baru
2) Studi khusus, misal membicarakan kesalahan yang pernah
terjadi dan cara mengatasinya
BAB IV
PENUTUP
IV.1
Kesimpulan
1. Pentingnya penerapan Quality Management System in Personnel
yaitu agar terwujudnya personil di industri farmasi yang memiliki
kualitas yang baik agar dapat menghasilkan produk yang
berkualitas baik pula
2. Bagi personil pada posisi tingkat tinggi, penentuan jumlah personil
tidak sederhana, karena biasanya jam kerja personil pada posisi ini
tidak dibatasi oleh jam kerja yang reguler dan aktivitas / tugasnya
lebih kompleks daripada tugas / kegiatan personil tingkat operator.
Tapi proses penentuannya dapat dimulai dengan melakukan
analisis tugas (job analysis) dan kemudian mengalokasikan waktu
dalam seminggu untuk tiap tugas yang harus diselesaikan.
3. Bagian produksi, bagian pengawasan mutu dan pemastian mutu
dalam struktur organisasi perusahaan farmasi dipimpin oleh
apoteker yang berlainan agar tangggung jawab dan wewenang
kedua bagian tersebut jelas. Model struktur organisasi yang
diterapkan adalah tergantung pada ukuran dan kebijakan industri
4. Seorang manajer produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu
harus seorang apoteker yang terampil, terlatih dan memiliki
pengalaman praktis yang memadai dibidang Industri Farmasi dan
keterampilan
dalam
kepemimpinan
sehingga
memungkinkan
Saran
meningkatkan
pemahaman,
pengetahuan
dan
DAFTAR ACUAN
1. BPOM. 2012. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jilid 1. Jakarta
2. Badan Standarisasi Nasional. ISO 9001 : 2008. Persyaratan Sistem
Manajemen Mutu. Jakarta
3. FDA. 2006. Guidance for Industry Quality Systems Approach to
Pharmaceutical CGMP Regulations. USA
4. ISO 9001 : 2015 . Quality Organization for People. Klausul 7.1.2
5. Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Edisi I. Global
Pustaka Utama.Yogyakarta
6. WHO. 2014. Good Manufacturing Practices for Pharmaceutical
Products