BAB II Skripsi
BAB II Skripsi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kecerdasan emosional
2.1.1
emosional. Istilah kecerdasan emosional ini pertama kali diperkenalkan oleh Peter
Salovey dan John Mayer pada tahun 1990 yang sering disebut dengan Emotional
Quotient. Mayer dan Salovey mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai
himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau
perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah
semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan
tindakan.12 Menurut Purba tahun 1999 kecerdasan emosional adalah kemampuan
di bidang emosi, yaitu semangat optimisme, dan kemampuan menjalin hubungan
dengan orang lain atau empati.13
Reuven Bar-On mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah
serangkaian kemampuan, kompetensi dan kecakapan non-kognitif yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat berhasil mengatasi tuntutan
dan tekanan lingkungan.14 Goleman pada tahun 2000 menyebutkan bahwa
kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang mengatur kehidupan
emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence);
menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of
emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian
diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.15
2.1.2
berikut:16,17
1. Mengenali emosi diri (Selfs Awareness)
Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar
dari kecerdasan emosional. Individu yang memiliki kesadaran emosi
menyadari apa yang ia rasakan dan pikirkan. Kesadaran diri terhadap
emosi merupakan inti dari kecerdasan emosi, apabila seseorang ingin
mengembangkan kecerdasan emosi, maka ia harus memulai dulu
meningkatkan kesadaran diri.
2. Mengelola emosi (Self Management)
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu. Menjaga emosi yang labil tetap stabil
merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Kemampuan ini mencakup
kemampuan untuk menghibur diri, melepaskan kecemasan, serta
kemampuan untuk bangkit dari perasaan yang menekan.
3. Memotivasi diri sendiri (Motivation)
Motivasi adalah kemampuan menggunakan
hasrat
untuk
setiap
10
Stres
2.2.1
Definisi stres
Menurut kamus kedokteran
11
12
2.2.2
Penggolongan stres
Menurut Hans Selye stres digolongkan menjadi dua golongan.
Sumber-sumber stres
Menurut Greenberg sumber stres atau stresor adalah suatu stimulus yang
13
Sumber stres yang bersifat Psikososial suatu kejadian penimbul stres yang
berasal dari kondisi lingkungan tertentu. Terdapat empat macam sumber
stres yang bersifat psikososial, yaitu :
a. Tekanan
Menurut Maramis tekanan dapat datang dari dalam maupun dari luar
individu. Tekanan yang berasal dari dalam seperti cita-cita yang terlalu
tinggi yang kita tetapkan untuk diri pribadi. Sedangkan tekanan dari
luar dapat datang dari tuntutan orang tua atau orang-orang di sekitar
kita. Semakin besar tekanan yang dirasakan semakin besar
kemungkinan ia menderita stres.
b. Krisis
Krisis adalah keadaan yang mendadak menimbulkan stres pada
seseorang atau sekelompok orang, seperti kematian, masuk sekolah
pertama kali, namun tidak semua orang yang mengalami peristiwaperistiwa di atas akan mengalami stres karena tiap orang mempunyai
tingkat adaptasi yang berbeda.
c. Frustasi
Frustasi merupakan emosi negatif yang timbul sebagai akibat
terhambatnya atau tidak terpuaskannya tujuan atau keinginan individu.
Frustasi dapat timbul apabila ada hal yang menghalangi kita dengan
tujuan yang ingin kita raih. Apabila seseorang sudah merasa frustasi
maka dapat mencetuskan terjadinya stres.
d. Konflik
Konflik adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya dua atau
lebih pilihan yang bertentangan, sehingga pemenuhan suatu pilihan
akan menghalangi tercapainya pilihan yang lain.
14
2.2.4
stres pada individu disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik masingmasing individu. Perbedaan karakteristik tersebut akan menentukan respon
terhadap stimulus yang menjadi sumber stres, sehingga respon setiap individu
akan berbeda-beda walaupun stimulus yang menjadi sumber stresnya sama.
Menurut Fleming, Bann dan Singer, suatu situasi dianggap dapat menimbulkan
stres tergantung pada pandangan dan interpretasi individu terhadap situasi
tersebut.6,23
Menurut Lahey dan Ciminero, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
reaksi individu terhadap stres, yaitu :23
1. Intensitas dan lama stres
Semakin besar intensitas dan semakin lama seseorang mengalami
stres, maka semakin serius reaksi stresnya.
2. Adanya stresor lain
Suatu sumber stres tidak hanya menyebabkan individu mengalami
stres tetapi juga akan membuat individu tersebut lebih rentan terhadap
stresor lain.
3. Pengalaman terdahulu dan peringatan akan adanya sumber stres
Pada umumnya reaksi stres akan lebih kecil bila individu pernah
mengalami hal yang sama sebelumnya, dan bila ia telah mengetahui
dahulu akan adanya stres yang harus dihadapi.
4. Karakteristik individu
Beberapa karakteristik dan keadaan tertentu membuat individu
mengalami stres yang berbeda intensitasnya.
5. Dukungan sosial
Adanya hubungan yang jelas antar besarnya reaksi stres dengan adanya
dukungan sosial, antara lain berupa hubungan baik dengan teman dan
atau keluarga. Dukungan sosial yang diterima individu dapat
membantu menurunkan stres.
15
6. Kontrol personal
Kemampuan individu untuk dapat meramalkan atau mengontrol
kejadian stres sangat mempengaruhi besarnya reaksi stres. Jika ia
sudah tahu bahwa stimulus tertentu dapat menjadikannya stres, maka
ia dapat mempersiapkan dirinya untuk benar-benar menghadapi situasi
tersebut.
7. Tingkah laku koping
Tingkah laku koping merupakan perantara dalam hubungan penyebab
dan reaksi stres. Sebagian individu bereaksi kuat terhadap penyebab
stres yang ringan dan yang lain bereaksi ringan terhadap penyebab
stres yang berat.
8. Tingkat perkembangan
Dalam setiap perkembangan akan terjadi perubahan-perubahan pada
setiap individu. Tingkat perkembangan ini juga berpengaruh terhadap
seseorang maupun stresor, karena perkembangan cukup menentukan
kematangan seseorang dalam menghadapi kematangan.
Empat variabel psikologik yang dianggap mempengaruhi mekanisme
respons stres, yaitu:24
1. Kontrol: keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap stresor
yang mengurangi intensitas respons stres.
2. Prediktabilitas: stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respons stres
yang tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat
diprediksi.
3. Persepsi: pandangan individu tentang dunia dan persepsi stresor saat ini
dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas respons stres.
4. Respons koping: ketersediaan dan efektivitas mekanisme mengikat
ansietas dapat menambah atau mengurangi respons stres.
2.2.5
maka individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun secara psikologis.25
16
1. Respon fisiologi
Saat terjadi stres fisik maupun psikologis akan mengaktivasi hipotalamus
yang selanjutnya akan mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem
simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespon secara
menyeluruh terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu peningkatan curah
jantung dan ventilasi serta pengalihan darah dari daerah-daerah vasokontriksi
yang aktivitasnya ditekan seperti saluran pencernaan dan ginjal, ke otot rangka
dan jantung yang lebih aktif dan mengalami vasodilatasi untuk mempersiapkan
tubuh melalui respon fight or flight.25
Selain epinefrin, sejumlah hormon terlibat dalam respon stres. Hormon
predominan yaitu pengaktifan CRH (Cortico Releasing Hormon)-ACTH (Adeno
Corticotropin Hormon)-kortisol oleh hipotalamus yang teraktivasi. Kortisol
berperan dalam respon stres karena efek metaboliknya yang menguraikan
simpanan lemak, glukosa dan protein untuk meningkatkan kadar glukosa darah,
guna mempertahankan nutrisi otak dan sebagai zat pembangun bagi jaringan yang
rusak.25
2. Respon psikologis
Respon psikologis terhadap stres dapat meliputi sebagai berikut:21
1. Kognisi
Stres dapat melemahkan daya ingat dan perhatian dalam aktivitas kognitif.
2. Emosi
Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering menggunakan
keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Proses penilaian kognitif
dapat mempengaruhi stres dan pengalaman emosional. Reaksi emosional
terhadap stres yaitu rasa takut, phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih
dan marah.
3. Perilaku sosial
17
18
Tahapan stres
Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena
perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan jika
tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari. Robert
dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :24
Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai
dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
1. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
2. Penglihatan menjadi lebih tajam tidak sebagaimana biasanya
3. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun
tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
19
Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula menyenangkan menghilang, dan
timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi
cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat dan
tidur yang cukup bermanfaat untuk memulihkan cadangan energi yang mengalami
defisit. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada
pada stress tahap II adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
seseorang
tetap
memaksakan
diri
dalam
pekerjaannya
tanpa
20
Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk
memperoleh terapi atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh
memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang
mengalami defisit.
Stres tahap IV
Gejala stres tahap IV, akan muncul keluhan:
1. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit
2. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan
menjadi membosankan dan terasa lebih sulit
3. Mulai kehilangan kemampuan untuk merespons situasi secara memadai
(adequate)
4. Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan yang sederhana
5. Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi buruk
6. Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tidak ada semangat dan
kegairahan
7. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun
8. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya
Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka akan muncul keluhan sebagai berikut:
1. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan
psychological exhaustion)
2. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan
dan sederhana
3. Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder)
4. Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah
bingung dan panik.
Stres tahap VI
21
2.2.8
Mekanisme koping
Menurut Lazarus dan Folkman mekanisme koping adalah suatu perubahan
yang konstan dari usaha kognitif dan tingkah laku untuk mengatasi tuntutan
internal dan eksternal yang dinilai sebagai hal yang membebani atau melebihi
sumber daya individu. Koping antara individu satu dengan yang lain berbedabeda. 23,27,28
Lazarus dan Folkman membagi koping menjadi 2 bentuk yaitu :28
a. Koping yang berfokus pada masalah (Problem focused coping)
Usaha untuk mengurangi atau menghilangkan stres dengan mempelajari
cara-cara atau keterampilan-keterampilan baru untuk memodifikasi
permasalahan
yang
mendatangkan
stres.29
Individu
cenderung
menggunakan strategi ini, bila situasi tersebut yakin bisa diubah oleh
dirinya. Strategi yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah antara
22
Satu hal yang penting dalam penanganan stres yang efektif adalah bahwa
mahasiswa dapat menggunakan lebih dari satu strategi untuk membantu mereka
menghadapi stres.30 Penanganan yang tepat dapat membantu mengurangi dampak
yang ditimbulkan akibat stres. Cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres
antara lain:30
1. Mengembangkan sikap percaya
2. Mengurangi kemarahan
3. Meningkatkan self-efficacy
4. Menggunakan berbagai strategi coping
5. Menyisihkan waktu untuk bermain dan relaksasi
6. Meyakinkan diri bahwa ia memiliki teman yang bisa ia percaya
7. Olahraga rutin
8. Menggunakan strategi pemecahan masalah yang berfokus pada masalah
9. Mengembangkan gambaran diri yang lebih positif
23
hubungan
sosial,
stresor
terkait
keinginan
dan
pendidikan,
universitas,
pelajaran
atau
kompetisi
rencana,
mahasiswa
merasa
kurangnya
waktu
adanya
kompetisi
mengulang
pelajaran,
dan sulit
menjawab
yang
terkait
hubungan
intrapersonal
pada
24
belajar-mengajar
merupakan
stres
utama
pada
dengan
sosial
adalah
penyebab
waktu
stres
luang
yang
bersama
25
Secara
umum
yang
menjadi
stresor
terkait
dengan
26
Manajemen Stres
Tingkat stres
Stres ringan
Stres sedang
Stres berat
Stres sangat berat
Stresor
terkait
hubungan
intrapersonal
dan
interpersonal
Stresor
Stresor
terkait
terkait
hubungan
hubungan
belajarsosial
mengajar
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Stresor
terkait
keinginan
dan
pengendalian
Stresor
terkait
aktivitas
kelompok
27
Kecerdasan Emosional
- Kesadaran diri
- Pengendalian diri
- Motivasi diri
- Mengenali emosi
orang lain
- Keterampilan Gambar
sosial 2.2 Kerangka Konsep
Tingkat stres
- Stres ringan
- Stres sedang
- Stres berat
- Stres sangat berat