Anda di halaman 1dari 4

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa
penyelenggaraan

upaya

kesehatan

perlu

dilakukan

dengan

pendekatan

pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),


penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat (Depkes RI, 2004).
Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu
mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun perawat
gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90%
penduduk Indonesia (Anitasari dan Rahayu, 2005).
Karies gigi atau gigi berlubang merupakan kerusakan pada jaringan gigi
mulai dariemail gigi hingga dentin. Gigi berlubang disebabkan oleh beberapa
faktor seperti mikroorganisme, struktur gigi, substrat, dan waktu. Penjalaran gigi
berlubang dimulai dari email sampai ruang pulpa yang berisi pembuluh saraf dan
pembuluh darah yang menyebabkan rasa nyeri (Hermawan, 2010).
Kesehatan gigi dan mulut telah mengalami peningkatan pada abad terakhir
tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik
yang signifikan. Indeks DMF-T anak umur 12 tahun menunjukkan rata-rata 2,25
dengan angka prevalensi sebesar 77% dan mempunyai target untuk indeks DMFT anak umur 12 tahun adalah < 2 dengan sasaran global WHO < 1. Status
kesehatan gigi dan mulut pada anak kelompok usia 12 tahun merupakan indikator
utama dalam kriteria pengukuran pengalaman karies gigi (Alhamda, 2011).
Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia
pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Hasil penelitian
Kusnoto, dkk. (2003) mengenai kebersihan gigi dan mulut yang diukur dengan
menggunakan OHI-S indeks menunjukkan bahwa rata-rata kebersihan gigi dan

mulut murid-murid sekolah dasar kelas IV VI di wilayah DKI Jakarta termasuk


kategori sedang yaitu 53,8% dari seluruh murid yang diperiksa. Salah satu faktor
yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies adalah kebersihan
gigi dan mulut. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kebersihan mulut
menduduki urutan pertama sebagai penyebab timbulnya karies. Kidd dan Bechal
(2002) berpendapat bahwa gigi yang bersih, misalnya gigi yang bebas dari plak
tidak akan mempunyai karies.
Prevalensi karies gigi di Indonesia menurut Riskesdas, pada tahun 2007
terdapat 43,4% penduduk Indonesia menderita karies aktif yang belum ditangani.
Prevalensi tersebut meningkat menjadi 53,2% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan laporan kunjungan di puskesmas Ambulu yang wilayah kerjanya
mencakup Desa Tegalsari, didapatkan data bahwa karies gigi mengalami
peningkatan, yakni sebanyak 261 kunjungan pada tahun 2014 dan 297 kunjungan
pada tahun 2015 (Laporan Kunjungan Puskesmas Ambulu, 2015). Hal ini
menimbulkan dugaan bahwa perilaku masyarakat khususnya desa Tegalsari masih
mengabaikan kesehatan gigi dan mulut.
Sehubungan dengan masalah diatas menjadi kebutuhan yang mendasar
untuk memenuhi pelayanan kesehatan gigi pada anak sekolah. Anak usia sekolah
merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena
selain jumlahnya yang besar, mereka juga merupakan sasaran yang mudah
dijangkau karena terorganisir dengan baik. Upaya kesehatan gigi dan mulut pada
anak sekolah dilaksanakan melalui kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di
puskesmas yang diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan usaha kesehatan
sekolah (UKS) dalam bentuk program usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS).
Kegiatan program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah meliputi upaya peningkatan dan
pencegahan (promotif-preventif) dan upaya pengobatan dan pemulihan terhadap
penyakit karies gigi (kuratif-rehabilitatif). Penyelenggaraan pendidikan kesehatan
gigi dan mulut untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya
menjaga kesehatan gigi dan mulut pada khususnya dan kesehatan tubuh serta
lingkungan pada umumnya. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk
mengetahui secara dini masalah-masalah kesehatan anak sekolah sehingga dapat

dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah keadaan yang lebih buruk, juga
untuk memperoleh data atau informasi dalam menilai perkembangan kesehatan
anak sekolah, maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun
perencanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah juga perlu dilakukan untuk kerjasama
antara masyarakat sekolah (guru, murid, pegawai sekolah, orang tua murid, dan
masyarakat) (Depkes RI, 2004).
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kebersihan gigi dan mulut
pada anak sekolah adalah perilaku menyikat gigi yang masih belum baik. Data
SKRT 2001 menunjukkan perilaku sikat gigi anak sekolah yang sangat baik hanya
9% dan cukup baik 13%, sedangkan 61% lainnya mempunyai perilaku yang
kurang baik dalam menyikat gigi. Salah satu faktor lokal timbulnya penyakit gigi
adalah plak. Plak memegang peranan penting sebagai penyebab dua penyakit
utama yaitu karies dan gingiviti. (Survey Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta,
2001). Usaha yang paling penting untuk mencegah atau mengurangi pembentukan
plak adalah penyikatan gigi (Alhamda, 2011).
Tim UKGS kelompok 3 melakukan usaha promotif dan preventif terhadap
kesehatan gigi dan mulut pada siswa-siswi SDN Tegalsari 01, SDN Tegalsari 02
dan MIMA 30 Bustanul Ulum. Usaha promotif dan preventif yang dilakukan
dengan cara pretest dan post test kesehatan gigi dan mulut, penyuluhan,
pemeriksaan gigi, dan sikat gigi bersama. Kegiatan UKGS ini dilaksanakan
dengan melibatkan siswa-siswi kelas III, IV dan V di setiap sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin mengetahui hubungan antara
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut serta tindakan membersihkan gigi terhadap
kebersihan gigi pada siswa Sekolah Dasar di Desa Tegalsari, Kecamatan Ambulu,
Kabupaten Jember.
1.1 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswasiswi SDN Tegalsari 01, SDN Tegalsari 02 dan MIMA 30 Bustanul Ulum
mengenai kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut?

b. Berapa indeks karies dan indeks kebersihan gigi siswa-siswi SDN Tegalsari
01, SDN Tegalsari 02 dan MIMA 30 Bustanul Ulum?

1.2 Tujuan
a. Mengetahui cara meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SDN Tegalsari 01,
SDN Tegalsari 02 dan MIMA 30 Bustanul Ulum mengenai kebersihan dan
kesehatan gigi dan mulut.
b. Mengetahui indeks karies dan indeks kebersihan gigi siswa-siswi SDN
Tegalsari 01, SDN Tegalsari 02 dan MIMA 30 Bustanul Ulum.

1.3 Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Meningkatkan pengalaman dan pengetahuan mahasiswa mengenai indeks
karies dan indeks kebersihan mulut di tingkat Sekolah Dasar.
b. Bagi sekolah
Meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SDN Tegalsari 01, SDN Tegalsari 02
dan MIMA 30 Bustanul Ulum akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut.
c. Bagi Puskesmas
1) Mendapatkan informasi tentang banyaknya siswa-siswi yang perlu perawatan
di puskesmas.
2) Mendapatkan data indeks kebersihan rongga mulut pada SDN Tegalsari 01,
SDN Tegalsari 02 dan MIMA 30 Bustanul Ulum.

Anda mungkin juga menyukai