Anda di halaman 1dari 22

Laporan Home Visit

TUBERKULOSIS

Oleh:
Ramdan Puja Irwanda Timang 15014101318
Hurles I Palilu 15014101276

Masa KKM 6 Juni 2016 17 Juli 2016


Dokter Pembimbing:
dr. Margareth Sapulete, MKes
dr. B. S. Lampus, MKes, PKK, DK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kegiatan Home Visit


TUBERKULOSIS
Telah dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2016

Oleh:
Ramdan Puja Irwanda Timang 15014101318
Hurles I Palilu 15014101276

Masa KKM 6 Juni 2016 - 17 Juli 2016

Mengetahui,

Pembimbing Klinik I

Pembimbing Klinik II

dr. Margareth Sapulete, MKes

dr. B. S. Lampus, MKes, PKK, DK

BAB I
PENDAHULUAN

Di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan yang masih membebani


pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di masyarakat. Diantaranya
adalah lemahnya sistem kesehatan nasional yang meliputi terbatasnya
ketersediaan kualitas pelayanan kesehatan baik dari segi sumber daya dan dana
kesehatan, tingginya angka penyakit menular, dan penyakit degenerasi. Pada saat
yang sama terjadi peningkatan biaya untuk penatalaksanaan yang tidak terkontrol.
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak. Tidak
hanya per orang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh
anggota masyarakat. Adapun yang dimaksudkan sehat di sini ialah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No.23 tahun 1992).
Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang harus
dilaksanakan. Salah satu diantaranya yang memiliki peranan penting adalah
pelayanan kesehatan. Salah satu solusi yang diberikan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan tingkat primer adalah dengan
program dokter keluarga. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran
yang menyeluruh yang memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu
unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi
oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh atau
jenis penyakit tertentu. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi
sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila
perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.
Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran
World Health Organization (WHO) dan World Organization of National College,
Academic and Academic Assiciation of General Practitioners/Family Physician

(WONCA). Prinsip-prinsip pelayanan/pendekatan kedokteran keluarga adalah


memberikan/mewujudkan pelayanan yang holistik dan komprehensif, kontinu,
mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, personal bagi setiap
pasien sebagai bagian integral dari keluarganya, mempertimbangkan keluarga,
lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya, menjunjung tinggi etika dan
hukum, dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan, sadar biaya dan sadar
mutu. Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata
pertama untuk semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu
termasuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan
penyakit dan proteksi khusus (preventive and specific protection), pemulihan
kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi
setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta
sesuai dengan mediko legal etika kedokteran.
Keunggulan dari dokter keluarga adalah pendekatan keluarga secara aktif,
dengan melakukan kunjungan keluarga atau penderita (home visit). Home visit
merupakan salah satu cara pendekatan melalui kedatangan petugas kesehatan ke
rumah pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan memberikan
pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien. Untuk
dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran menyeluruh ini, diperlukan antara
lain tersedianya data yang lengkap tentang keadaan pasien, sedemikian rupa
sehingga dapat dikenal kehidupan pasien secara lebih lengkap. Dari home visit
akan didapatkan hubungan dokter-pasien yang lebih terbuka, pencegahan penyakit
yang dapat meminimalkan dari segi ekonomi keluarga, penanganan penyakit yang
bersifat terus-menerus, menyeluruh dan dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental, dan sosial seluruh anggota keluarga.

BAB II
LAPORAN HOME VISIT
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Status Pernikahan
Tanggal Kunjungan

: Ny. SS
: 56 tahun
: Perempuan
: Ranomuut Lingkungan 1
: Sekolah Dasar
: Ibu Rumah Tangga
: Kristen
: Janda
: 25 Juni 2016

B. STRUKTUR KELUARGA / GENOGRAM

Keterangan:
: Meninggal dunia
: Penderita
: Anak Perempuan Penderita
: Menantu laki laki penderita
: Cucu Penderita

C. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Nama Anggota
SS
AS
S
FS
TS

Umur
56 tahun
36 tahun
36 tahun
13 tahun
7 tahun

Jenis
kelamin
P
P
P
L
P

Hubunga
n
keluarga
Istri
Menantu
Anak
Cucu
Cucu

Keadaan
fisik
Sakit
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat

D. KEADAAN RUMAH DAN LINGKUNGAN

Kepemilikan rumah

: Milik sendiri

Ukuran rumah

: Panjang 11 Meter, Lebar 7 Meter

Daerah rumah

: Halaman cukup luas, rumah bersih

Bertingkat/tidak

: Tidak

Ruang tamu

: 1 ruang

Ruang makan

: 1 ruang

Kamar tidur

: 2 ruang

Kamar mandi/WC

: 1 ruang

Dapur

: 1 ruang

10 Ruang lainnya

: -

11 Dinding rumah

: Beton

12 Ventilasi rumah

: Ada di setiap ruang

13 Lantai rumah

: Tehel/keramik

14 Atap rumah

: Seng

15 Sumur/sumber air

: Air Sumur

16 Sumber/listrik

: Perusahaan Listrik Negara (PLN)

17 Septi tank

: Ada

18 Tempat Pembuangan sampah : TPS Sementara

19 Jumlah penghuni rumah: 5 orang

E. DENAH RUMAH

DAPUR DAN RUANG MAKAN

wc
KAMAR

RUANG TAMU

KAMAR

F. PEMERIKSAAN FISIK UMUM


Keadaan Umum
: Baik
Tanda Vital
: TD : 130/80 mmHg
R : 22 x/m
N
: 86 x/m
S : 36.2o C
Kepala
: Conjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Thoraks
: Cor : S1-S2 reguler, bising (-)
Pulmo : Sp.Vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen
: Cembung, lemas, BU (+) Normal, NTE (-), NTSP (-)
Ekstrimitas
: Tidak ada deformitas
Berat Badan
: 47 Kg
Tinggi Badan
: 158 cm

G. PENETAPAN MASALAH PASIEN

Riwayat Medis

Penderita mengetahui menderita Tuberkulosis sejak 6 bulan yang


lalu saat mengalami penyakit Diabetes Melitus (DM). Riwayat lain di
disangkal penderita.

Riwayat Penyakit Keluarga

Ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit Stroke dan


3

Hipertensi, yaitu Ayah dari Penderita.


Riwayat Kebiasaan
Penderita mempunyai kebiasaan mengonsumsi makanan manis yang
berkadar tinggi, daging dalam jumlah yang banyak serta sering makan
makanan yang berminyak. Kebiasaan olahraga jarang, merokok tidak
ada, minum minuman beralkohol tidak ada, minum kopi tidak ada.

Riwayat Sosial Ekonomi

Hubungan keluarga dengan tetangga atau orang sekitar baik, saling


membantu jika ada kesulitan. Tidak ada masalah baik di rumah
maupun di masyarakat. Hubungan penderita dengan keluarga baik.
Pendidikan tertinggi pada keluarga tersebut yaitu SMA. Kebutuhan
keluarga cukup terpenuhi dari sumber penghasilan keluarga.

Riwayat Gizi

Penderita memiliki berat badan 47 kg, tinggi badan 158 cm.

Diagnosis Holistik (biopsikososial)

Klinis

: Tuberkulosis Paru

H. IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi biologis

a. Penyakit Herediter : pada keluarga penderita tidak ada penyakit


herediter.

b. Penyakit Menular Kronik : penyakit menular yang diderita adalah


TB paru tapi sekarang penderita dalam proses terapi.

2. Fungsi patologis

a. Social

: Kehidupan sosial baik, hubungan sosial dengan

teman dan tetangga sekitar baik dan sering mengikuti kegiatan


dimasyarakat.

b. Cultural

: Kehidupannya sederhana serta selalu menjunjung

tinggi nilai-nilai kebersamaan.


c. Religion

: Taat beribadah dan rutin ikut kegiatan keagamaan

dimasyarakat.
d. Economic

: Ekonomi keluarga termasuk keluarga mampu.

e. Education

: Keluarga ini memandang pendidikan sebagai hal

utama.
f. Medical

: Selalu datang ke puskesmas secara rutin untuk

kontrol dan mengambil obat.

3. Fungsi psikologis
Penderita tinggal dengan anak dan cucu penderita. Hubungan keluarga
terjalin akrab dan harmonis dengan kemampuan menyelesaikan
masalah secara musyawarah.

I. WAWANCARA

Pemeriksa
Pasien
Pemeriksa
Pasien
Pemeriksa
Pasien
Pemeriksa
Pasien
Pemeriksa
Pasien

: Sejak kapan ibu menderita batuk?


: Sejak kurang lebih 6 bulan
: Apakah ibu mengkonsumsi obat batuk?
: Iya, saya mengkonsumsi obat sejak bulan Januari
: Apakah di keluarga ibu ada yang mengalami batuk lama?
: Tidak ada.
: Apakah ibu pernah periksa ke puskesmas?
: Iya, saya selalu kontrol ke Puskesmas Ranomuut.
: Jenis obat apa yang diberikan dokter untuk ibu konsumsi?
: Saya diberi 3 macam obat dan harus diminum selama 6

bulan.
Pemeriksa : Jadi begini bu, obat yang diberikan harus diminum secara
teratur. Setelah obat diminum selama 6 bulan sebaiknya ibu
segera ke puskesmas untuk kontrol. Jika batuk sebaiknya
ditutup pakai masker, dan usahakan membuka jendela pada
pagi sampai sore hari agar rumah mendapat matahari yang
cukup. Makan makanan yang bergizi seimbang, terutama
yang mengandung protein , istirahat yang cukup, dan hindari
tidur larut malam.
Pasien
: Terima kasih banyak dokter atas informasinya.
Pemeriksa : Sama-sama ibu

J. DAFTAR MASALAH

1. Masalah medis

a. Kebiasaan olahraga tidak ada

2. Masalah nonmedis

a. Status penderita adalah seorang Ibu yang tinggal bersama anak


dan cucu.

BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
2. Penyebab
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh
karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat
mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa
jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat
dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
3. Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi Tb paru yaitu menurut Depkes (2007) yaitu :
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
a. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.
b. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada
Tb Paru:

a. Tuberkulosis paru BTA positif


Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya

BTA positif.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks

dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.


1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan

kuman Tb positif.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya
hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah

pemberian antibiotika non OAT.


b. Tuberkulosis paru BTA negatif. Kriteria diagnostik Tb paru
BTA negatif harus meliputi:
Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

negatif.
Foto toraks

tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non

OAT.
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi

abnormal

menunjukkan

gambaran

pengobatan.
Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat
pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu :
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi
kambuh lagi.
c. Kasus setelah putus berobat (default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan
atau lebih dengan BTA positif.
d. Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif


atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih
selama pengobatan.
e. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas,
dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien
dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulangan (Depkes RI, 2006).
4. Manifestasi Klinis
Gejala umum TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa
sputum, malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada, batuk darah.
Keluhan yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam-macam atau
malah tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang paling banyak terjadi yaitu :
a.

Demam
Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, tetapi kadang-kadang

panas badan mencapai 40-410C. Demam biasanya menyerupai demam influenza


sehingga penderita biasanya tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza.
b.

Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk biasanya dialami

4 minggu dan bahkan berbulan-bulan. Sifat batuk dimulai dari batuk non
produktif. Keadaan ini biasanya akan berlanjut menjadi batuk darah. Kebanyakan
batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada
ulkus dinding bronkus.

c.

Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas.

Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya
sudah meliputi bagian paru-paru.
d. Nyeri dada

Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
e. Malaise
Tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (BB
menurun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan berkeringat malam. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur
(Ari Sandi, 2012)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Rontgen Toraks
Pada hasil pemeriksaan rontgen toraks, sering didapatkan adanya suatu
lesi sebelum ditemukan gejala subjektif awal. Sebelum pemeriksaan fisik,
dokter juga menemukan suatu kelainan paru. Pemeriksaan rontgen toraks
ini sangat berguna untuk mengevaluasi hasil pengobatan, di mana hal ini
bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap
OAT. Penyembuhan total sering kali terjadi di beberapa area dan ini adalah
observasi yang dapat muncul pada sebuah proses penyembuhan yang
lengkap.
b. Pemeriksaan CT-scan
Pemeriksaan CT-scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus
TB inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis
fibrotik ireguler, pita parenkimal, klasifikasi nodul dan adenopati,
perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskuler, bronkhiektasis, serta
emfisema perisikatrisial. Pemeriksaan CT-scan sangat bermanfaat untuk
mendeteksi adanya pembentukan kavitas dan lebih dapat diandalkan
daripada pemeriksaan rontgen biasa.
c. Radiologis TB Paru Milier
TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara
masif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit akut yang berat dan
sering disertai akibat fatal sebelum penggunaan OAT. Hasil pemeriksaan

rontgen toraks bergantung pada ukuran dan jumlah tuberkel milier. Pada
beberapa pasien TB milier, tidak ada lesi yang terlihat pada hasil rontgen
toraks, tetapi ada beberapa kasus dimana bentuk milier klasik berkembang
seiring dengan perjalanan penyakitnya.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit Tuberculosis diperoleh dengan
pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Untuk membedakan
species Mycobacterium yang satu dengan lainnya harus dilihat sifat
koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media,
perbedaan kepekaan terhadap OAT dan percobaan, serta perbedaan
kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen Mycobacterium.
6. Penatalaksanaan
Pengobatan

tuberkulosis

bertujuan

untuk

menyembuhkan

pasien,

mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan


dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Sifat lambat
membelah yang dimiliki mikobakteri merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan perkembangan penemuan obat antimikobakteri baru jauh lebih
sulit dan lambat dibandingkan antibakteri lain
Jenis obat utama :
(lini 1) yang digunakan adalah: INH, Rifampisin, Streptomisin, Etambutol.
Jenis obat tambahan lainnya
(lini 2): Kanamisin , Amikasin, Kuinolon.
Pengobatan Tb paru pada orang dewasa di bagi dalam beberapa kategori yaitu:

1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan
etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum

obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
a. Penderita baru TBC paru BTA positif.
b. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
2. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada :
a. Penderita kambuh.
b. Penderita gagal terapi.
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
3. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung
aktif(10).
4. Kategori 4: RHZES
Diberikan pada kasus Tb kronik .
7. Pencegahan
Pencegahan TBC harus dilakukan ketika salah seorang dari kerabat kita ada yang
tertular penyakit TBC. Karena penyakit TBC merupakan salah satu penyakit menular
yang bisa ditularkan melalui dahak penderita TBC. Selain itu makanan yang
mengandung kuman TBC juga bisa menjadi penyebab menyebarkan penyakit TBC.
Pencegahan TBC terkadang menjadi langkah yang dilupakan oleh sebagian orang.
Jika seseorang memiliki tes positif untuk infeksi laten TBC, dokter mungkin
menyarankan untuk mengkonsumsi obat untuk mengurangi resiko terkena tbc aktif.
Satu-satunya jenis TBC yang menular adalah varietas aktif, saat itu mempengaruhi
paru-paru. Jadi, jika dapat mencegah TBC dari menjadi aktif, penderita tersebut tidak
akan mengirimkan TBC ke orang lain.

Pencegahan TBC Dengan Melindungi Diri dan Orang lain


Jika seseorang memiliki tbc aktif, hal pertama yang perlu dicatat adalah
menjaga kuman dari diri sendiri. Hal ini biasanya memakan waktu beberapa
minggu pengobatan dengan obat tbc sebelum tidak menular lagi. Ikuti tips ini
untuk membantu menjaga dan pencegahan penyakit TBC kepada teman dan
keluarga dari infeksi bakteri:

Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar
dengan orang lain selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk tbc
aktif.

Ventilasi ruangan. Kuman TBC menyebar lebih mudah dalam ruang


tertutup kecil di mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan masih
kurang, membuka jendela dan menggunakan kipas untuk meniup udara
dalam ruangan luar.

Tutup mulut menggunakan masker. Gunakan masker untuk menutup mulut


kapan saja ketika di diagnosis tb merupakan langkah pencegahan TBC
secara efektif. Jangan lupa untuk membuangnya secara tepat

Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan


(air sabun)

Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan

Menghindari udara dingin

Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke


dalam tempat tidur

Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari

Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga


mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain

Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein


Selain pencegahan TBC, menyelesaikan seluruh terapi obat sangat baik

untuk melawan infeksi sehingga lebih cepat sembuh. Ini adalah langkah yang
paling penting yang dapat diambil untuk melindungi diri sendiri dan orang lain
dari tbc. Bila penderita menghentikan pengobatan dini atau melewatkan dosis,
bakteri tbc

memiliki

kesempatan

untuk mengembangkan

mutasi

yang

memungkinkan mereka untuk bertahan hidup bahkan jika diberi obat tbc yang
paling kuat sekalipun. Strain yang resistan terhadap obat yang dihasilkan jauh
lebih mematikan dan sulit diobati.

Di negara-negara di mana TB yang lebih umum, bayi divaksinasi dalam


upaya pencegahan TBC berat pada anak. Vaksin BCG tidak direkomendasikan
untuk penggunaan umum karena tidak sangat efektif pada orang dewasa dan hal
itu menyebabkan hasil positif palsu pada tes kulit.
Sistem imunitas yang kuat dapat juga menjadi cara pencegahan bagi tubuh
terhadap kuman penyakit TBC. Dengan pola hidup sehat, daya tahan tubuh kita
diharapkan akan cukup kuat. Walaupun terkena kuman TB, tetap akan bertahan
sehingga tidak akan menimbulkan gejala.
Pola hidup sehat dapat kita biasakan dengan mengonsumsi makanan
bergizi, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, sinar matahari dapat masuk ke
rumah sehingga tidak lembap, dan sirkulasi rumah yang baik. Tekanan stres dapat
pula mempengaruhi daya tahan tubuh kita. Oleh karena itu, kesehatan mental dan
jiwa pun harus mendapatkan perhatian agar pencegahan TBC bisa lebih maksimal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena
adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah
penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.
Klinis
Faktor
Psikososial

: Tuberkulosis
: Lingkungan tempat tinggal yang padat
: Penderita adalah seorang Ibu yang tinggal bersama
anak dan cucu. ..
Skala fungsi sosial : Skala 1 ( Tidak ada kesulitan )
Fungsi keluarga
: Cukup baik

B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit
yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk

minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk
memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai