Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu
faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia. Oleh karena
itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya serta dilindungi
dari ancaman yang merugikannya. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak
faktor : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor
lingkungan dan perilaku sangat mempenagruhi derajat kesehatan. termasuk
lingkungan adaalh keadaan dan pemukiman/perumahan, tempat kerja, sekolah
dan tempat umum, air dan udara bersih, juga teknologi, pendidikan, sosial dan
ekonomi. Sedangkan perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti :
pola makan, kebersihan perorangan, gaya hidup dan perilaku terhadap upaya
kesehatan (Depkes RI 2009).
Kesehatan sangat diidamkan oleh setiap manusia dengan tidak
membedakan status sosial maupun usia. Kita hendaknya menyadari bahwa
kesehatan adalah sumber dari kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan.
Untuk mempertahankan kesehatan yang baik kita harus mencegah banyaknya
ancaman yang akan mengganggu kesehatan kita. Ancaman lainnya terhadap
kesehatan adalah pembuangn kotoran yang tidak menurut atauran. Buang Air
Besar disembarangan tempat itu berbahaya. Karena itu akan memudahkan
terjadinya penyebaran penyakit lewat lalat, udara dan air (Winaryanto 2009).
Ekskreta manusia merupakan sumber infksi dan merupakan salah satu.
penyebab terjadinya pencemaran lingkungan. Bahaya terhadap kesehatan
akibat pembuangan kotoran secaratidak baik adalah pencemaran tanah,
pencemaran air, kontaminasi makanan, dan perkembangbiakan lalat. Kotoran
dari manusia yang sakit atau sebagai carrier dari suatu penyakit dapat menjadi
sumber infeksi. Kotoran tersebut mengandng agen penyakit yang dapat
ditularkan pada pejamu baru dengan parantara lalat (Candra 2006).

Masalah pembuangan kotoran manusia merupamakan masalah yang


pokok karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit
multikompleks. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia
antara lain tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (Notoatmodjo,
2007)
Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara
kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup sehat. Dalam pmbuataan
jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar jamban tidak menimbulkan
bau yang tidak sedap. Penduduk indonesia yang menggunakan jamban sehat
(WC) hanya 54% saja padahal menurut studi menunjukkan bahwa
penggunaan jamban ssehat dapat mencegah penyakit diare sebesar 28%
demikian penegasan Menteri Kesehatan dr.Achmad Sujudi, September 2004
(Depkes RI 2009)
Masih banyaknya masyarakat yang buang air besar disembarang tempat
seperti di pesisir pantai, pinggiran sungai serta semak-semak bukan hal yang
baru lagi karena luasnya lahan yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk
membuang hajat atau feses (Aryani, 2009)
Pekerjaan masyarakat yang kebanyakan sebagai nelayan dan petani
serta pendapatan masyarakat yang masih kurang ditambah lagi harga kloset
dipasaran menjadi salah satu faktor penyebab kurangnya pembuatan jamban
keluarga (Winaryanto, 2009)
Hasil survey pada bulan janurai sampai juli tahun 2015 diketahui bahwa
di Kecamatan Lubuk Sikarah terdapat 21.255 jiwa dan yang memiliki jamban
hanya 57,2%. Sedangkan 42,8% masyarakat tidak memiliki jamban dan ini
sangat memprihatinkan.
Dengan adanya maslah diatas peneliti tertarik untuk meneliti di
Kecamatan Lubuk Sikarah dengan judul Tingkat Kepedulian Masyarakat
Terhadap Pentingnya Jamban Sehat se Wilayah Kerja Puskesmas Tanah
Garam.
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap
kurangnya kepemilikan jamban di Kecamatan Lubuk Sikarah tahun 2015
1.2.2 Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi tingkat ekonomi masyarakat terhadap kurangnya


kepemilikan jamban di Kecamatan Lubuk Sikarah
b) Mengidentifikasi kebiasaan masyarakat terhadap penggunaan
jamban di Kecamatan Lubuk Sikarah
1.3 Manfaat Penelitian
a) Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan masukan tambahan bagi penelitian lebih lanjut tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku buang air besar
sembarangan.
b) Bagi Instansi Keesehatan
Sebagai bahan tambahan literatur tentang penanganan dan pencegahan
perilaku buang air besar sembarangan dan masukan dalam evaluasi
program serta sebagai bahan pertimbanga dalam rangka pengambilan
keputusan kebijakan dan perbaikan sanitasi rumah masyarakat.
c) Bagi masyarakat
Untuk memberikan informasi faktor-faktor yang mempengaruhi upaya
menghentikan buang air besar sembarangan sebagai awal berhasilnya
kinerja Puskesmas Tanah Garam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah sehat


Rumah merupakan tempat tinggal bagi suatu keluarga yang berfungsi
sebagai tempat perlindungan untuk memberi keamanan, tempat istirahat, tempat
menjalin hubungan antar anggota keluara, tempat pengembangan anak,
penyediaan makanan keluarga termasuk mandi, mencuci dan sebagainya. Oleh
3

karena itu keberadaan rumah yang sehat, aman, serasi dan teratur sangat
diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
Pengertian rumah disini mencakup ruangan yang ada didalam rumah, halaman dan
area disekelilingnya.
Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan
sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan
setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia. Rumah harus dapat
mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi seluruh pemakainya,
sehingga kebutuhan ruang da aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan dengan
baik. Lingkungan rumah juga sebaiknya terhindar dari faktor-faktor yang dapat
merugikan kesehatan. Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung,
bernaung, dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang
sempurna baik fisik, rohani maupun sosial.
2.2 Fungsi Rumah
Fungsi rumah bagi manusia sebagai berikut :
a) Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat
melaksanakan kewajiban sehari-hari.
b) Sebagai temapt untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa
kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada
c) Sebaai lambang untuk melindungi diri dari bahaya yang datang
mengancam.
d) Sebagai status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan hingga saat ini.
e) Sebagai temapt untuk meletakkan atau menyimpan barang-barang
berharga yang dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat
pedesaan.
2.3 Persyaratan Rumah Sehat
Menurut Budiman Chandra (2007) persyaratan rumah sehat yang
tercantum dalam Residential Enviroment dari WHO (1974) antara lain :

a) Harus dapat berlindung dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai
tempat istirahat.
b) Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, memasakn, mandi, mencuci,
kakus, dan kamar mandi.
c) Dapat melindungi bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.
d) Bebas dari bahan bangunan berbahaya.
e) Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi
penghuninya dari gempa, keruntuhan dan penyakit menular.
f) Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.
Persyaratan rumah sehat sehat berdasarkan pedoman teknis penilaian
rumah sehat (Depkes RI 2007)
a) Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah,
adanya ruanan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-masing
penghuni.
b) Memenuhi persyaratan penceahan penularan penyakit antar penghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup.
c) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan
garis sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan
kecelakaan didalam rumah.
Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut
Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :
a) Bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain : debu total kurang ari
150mg/m2, asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum
(Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan.
5

Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan

berkembangnya mikroorganisme patogen


b) Komponen dan penataan ruangan
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.
Dinding rumah memiliki ventilasi , dikamar mandi dan kamar cuci

kedap air dan mudah dibersihkan.


Langit-langit rumah mudah dibersihkan

dan

tidak

rawan

kecelakaan.
Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir.
Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
c) Pencahayaan
Pencahayaan alam dan atau buatan langusng maupun tidak langusng
dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal
60 lux dan tidak menyilaukan mata.
d) Kualitas udara
Suhu udara nyaman antar 18-300C
Kelembaban udara 40-70%
Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam
Pertukaran udara 5 kaki 3/menit/penghuni
Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam
Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3
e) Ventilasi : Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%
luas lantai.
f) Vektor penyakit : tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang
didalam rumah.
g) Penyediaan air
Tersedia saran penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60

liter / orang / hari.


Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan
atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan

Kepmenkes 907 tahun 2002.


h) Pembuangan limbah
Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber
air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan
tanah.

Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan

bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.


i) Sarana penyimpanan makanan
Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.
j) Kepadatan hunian luas kamar tidur minimal 8m2 dan dianjurkan tidak
untuk lebih dari 2 orang tidur.

2.4 Kriteria Rumah Sehat


Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a) Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
b) Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
c) Memenuhi persyaratan pencegahan penukaran penyakit antar penghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindunginya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup.
d) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyataran
garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah
terbakar, dan tidak cenderun membuat penghuninya tergelincir.
2.5 Perilaku penghuni rumah
Perilaku baik yang dilakukan penghuni dirumah agar rumah tersebut
menjadi sehat sangat banyak, antara lain :
a) Menyapu lantai dan halaman rumah

b) Membersihkan kamar mandi dan jamban/WC


c) Menyapu lantai rumah agar erbsih dari debu dan kotoran lain
d) Menyapu halaman untuk memebersihkan sampah agar tidak menjadi
sumber penyakit kecelakaan
e) Menguras dan menyikat kamar madi agar bersih dan tidak mnjadi tempat
bertelur nyamuk
f) Membuang sampah ditempat sampah yang tertutup agar tidak dapat
dihinggapi lalat, kecoa, tikus maupun hewan lainnya sebagai pembawa
penyakit
g) Membuka jendela diwaktu pagi sampai sore hari agar udara bersih dan
segar masuk kedalam rumah akan mengurangi terjadinya sakit pernapasan
h) Tidur dengan menggunakan kelambu dapat menghindari gigitan nyamuk
sehingga dapat terhindar dari penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
i) Memasang kawat kasa nyamuk pada lubang angin atau ventilasi untuk
mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah
j) Menjemur kasur dapat membunuh kuman yang menempel dikasur dan
mengusir atau mencegah bersarangnya kutu busuk
k) Menyimpan makanan dan minuman ditempat tertutup dapat mencegah
masuknya kotoran debu ke dalam makanan serta mencegah datangnya
serangga seperti lalat dan kecoa serta tikus untuk hinggap atau makan
makanan yang disimpan
l) Buang air besar dan kencing dijamban/WC akan mengurangi bau dan
menghindari penularan penyaki diare atau mencret
m) Tidak merokok dalam rumah
2.6 Sarana Sanitasi di Rumah
a) Air bersih dan air minum
a) Pengertian
Air bersih adalah air yang jernih, tdak berwarna, tidak berbau dan
tidak ada rasa tawar, tetapi tidak boleh diminum sebelum disterilisasi
agar kuman yang ada didalamnya mati. Air minum yaitu air yang
boleh langsung diminum
b) Guna air
Air digunakan untuk keperluan rumah tangga seperti memasak,
minum, mandi, gosok gigi, mencuci.
c) Sumber air bersih

Pada dasarnya sumber air bersih berasal dari air tanah dan air
permukaan. Air yang diperoleh dari air tanah, yang kemudin
dinaikkan keatas dengan berbagai macam cara seperti sumur pompa
tangan, sumur gali dengan tali timba. Air dari mata air dapat dijadikan
sebagai sumber air bersih, agar kualitas air menjadi baik maka mata
air perlu dibuatkan perlindungan agar tidak tercemar
Air yang berasal dari sungai atau danau juga dapat dimafaatkan
menjadi air bersih setelah dilakukan pengolahan terlebih dahulu
sehingga memenuhi syarat kesehatan
Air hujan juga dapat digunakan sebgai sumber air bersih, carana
adalah dengan menampung air hujan setelah turun hujan 5-10 menit
dan disimpan untuk keperluan rumah tangga.
d) Masalah yang berkaitan dengan air
- Sarana air bersih yang tidak sehat
Sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat
menjadi sumber penularan penyakit. Masih ada masyarakat yang
mengambil air untuk eperluan rumah tangga berasal dari air sungai
atau mata air yang tidak terlindungi, tindakan ini tidak baik karena
air yang diambil tidak sehat. Sarana penampungan air hujan yang
sudah retak-retak tidak dapat melindungi air hujan yang disimpan
didalamnya agar tetap bersih, karena dinding yang retak menjadi
tempat berkembangbiaknya lumut yang dapat menngotori air.
Sumur pompa tangan yang tidak dilengkapi lantai kedap air
menjadikan sumur tersebut tidak sehat, karena air bekas pakai
-

dapat meresap kembali ke dalam sumur tersebut.


Perilaku yang sehat berkaitan dengan air
Kualitas air bersih harus selalu dijaga mulai dari sumbernya ,
sarananya, sampai air tersebut dikonsumsi oleh manusia. Tidak
membuang kotoraan, sampah maupun limbah ke sungai, danau,
sumur akan membuat air sumur selalu jernih. Memelihara sarana
air bersih agar tetap berfungsi dengan baik serta menjaga
kebersihannya maka akan membuat kualitas air menjadi baik. Air
bersih yang diambil dari sarana air bersih yang baik disimpan

dalam wadah yang tertutup dan untuk mengambilnya harus


menggunakan gayung dan tangan tidak boleh masuk ke dalam air.
Air bersih yang terjaga kualitasnya sebelum diminum harus
disterilkan dari kuman penyakit terlebih dahulu, antara lain dengan
-

cara direbus.
Perilaku tidak sehat berkaitan dengan air
Mengotori sungai dengan membuang sampah dan berak disungai
adalah tindakan yang tidak baik karena kualitas air sungai menjadi
jelek dan menjadi sumber penyakit.
Membuat sumur didekat sungai yang kotor atau tercemar juga
tidak baik karena air yang mengalir ke dalam sumur kemungkinan
masih tercemar.
Menggunakan sungai untuk keperluan mandi, mencuci, gosok gigi
maupun

untuk

memasak

dapat

membahayakan

kesehatan

masyarakat.
Mengambil air dari sumber atau sarana air bersih yang tidak sehat
untuk keperluan rumah tangga akan membahayakan kesehatan
penggunaannya
Perilaku tidak baik dengan mengambil air dari sungai atau sumur
yang tidak terjaga dapat menyebabkan sakit pemakai air tersebut
Mengambil air dari tempat penyimpanan air seperti tempayan, bak
air, tidak boleh dengan tangan masuk ke dalam air karena dapat
mengotori air. Menghambur-hamburkan air adalah termasuk
perilaku yang tidak baik karena akan mengurangi kandungan air
didalam tanah. Air limpahan yang tidak dibuang dengan benar
daapt menggenang dan menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
Minum air yang belum diolah terlebih dahulu dapat menyebabkan
-

sakit karena kuman penyakit yang ada didalam air belum mati.
Penyakit yang berhubungan dengan air
Jenis penyakit yang berhubungan dengan air antara lain sakit
perut, diare, sakit kulit, sakit mata, kecacingan, demam berdarah,
malaria, kaki gajah (filariasis), dan lain-lain:

b) Air Limbah
a) Pengertian

10

Air limbah ialah air bekas dari kamar mandi, tempat cuci dan dapur,
tidak termasuk air dari jamban/wc. Air limbah juga mengandung
kuman yang diantaranya kuman-kuman tersebut dapat menyebabkan
penyakit sehingga air limbah menjadi sumber penularan penyakit.
b) Sarana pembuangan air limbah yang sehat dan tidak sehat
- Sarana pembuangan air limbah yang sehat
Sarana pembuangan air limbah yang sehat yaitu yang dapat
mengalirkan air limbah dati sumbernya (dapur, kamar mandi) ke
tempat penampungan air limbah dengan lancar tanpa mencemari
-

lingkungan dan tidak dapat dijangkau serangga dan tikus.


Sarana pembuangan air limbah yang tidak sehat
Rumah yang membuang air limbahnya diatas tanah terbuka tanpa
adanya saluran pembuangan limbah akan membuat akan membuat
kondisi lingkungan disekitar rumah menjadi tidak sehat. Akibatnya
menjadi kotor, becek,menyebarkan bau tidak sedap dan dapat
menjadi tempat berkembang biak serangga terutama nyamuk.
Saluran limbah yang bocor atau pecah menyebabkan air keluar
dan menggenang serta meresap ketanah. Bila jarak terlalu dekat
dengan

sumur

maka

dapat

mencemari

sumur.

Tempat

penampungan air limbah yang terbuka menyebabkan nyamuk


-

dapat bertelur ditempat tersebut.


Perilaku yang sehat berkaitan dengan air limbah
Saluran air limbah agar tetap berfungsi dengan baik setiap saat
perlu dibersihkan dari sampah, lakukan perbaikan bila ada saluran
yang pecah atau retak. Menggunakan air limbah untuk menyiram
tanaman dapat meningkatan manfaat air limbah. Mengusir tikus
dari tempat pembuangan air limbah dapat menghindari penyakit

yang disebarkan oleh tikus seperti pes dan leptospirosis.


Perilaku yang tidak sehat berkaitan dengan air limbah
Bermain ditempat pembuangan limbah sangat berbahaya karena

dapat terkena bermacam-macam penyakit.


c) Penyakit yang berhubungan dengan air limbah
- Sakit perut dan diare
Disebabkan karena mengkonsumsi air yang telah tercemar
kotoran, baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan.

11

Sakit kulit
Disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar kotoran,
baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan untuk

mandi atau mencuci baju, sehingga kotoran menempel di badan,


Sakit mata
Disebabkan oleh masuknya kuman penyakit ke mata yang salah
satunya melalui air yang kotor, baik digunakan untuk mandi atau

mencuci muka.
Kecacingan
Dapat terjadi karena bermain-main ditempat pembuangan air
limbah kemudian makan dengan tanpa cuci tangan dengan sabun
terlebih dahulu. Atau bermain ditempat pembuangan air limbah
tanpa alas kaki sehingga larva cacing masuk ke dalam tubuh

melalui kaki.
Malaria
Nyamuk malaria berkembang biak di air yang tergenang, oleh
karena itu bila ada air yang menggenang harus dialirkan agar tidak
ada nyamuk yang bertelur ditempat tersebut. Tempat bertelur
nyamuk malaria antara lain sawah, kolam, danau, terutama

didaerah pantai.
Filariasis
Filariasis atau sering disebut penyakit kaki gajah, karena kaki
menjadi bengkak seperti kaki gajah, disebabkan oleh cacing filaria
yang menyumbat pembuluh darah balik, sehingga mengakibatkan
pembengkakakn. Cacing filaia terdapat didalam tubuh nyamuk
culex yang biasa berkembang biak di air kotor yang tergenang
seperti got, comberan, dan rawa. Untuk mencegahnya yaitu
mengalirkan airatau menutup agar tidak ada nyamuk yang bertelur

ditempat tersebut.
c) Sampah
Pengertian
Sampah adalah semua benda padat yang karena sifatnya tidak

dimanfaatkan lagi, tidak termasuk kotoran manusia.


Jenis-jenis sampah

12

Jenis sampah terdiri dari beberapa macam yaitu sampah kering,


sampah basah, sampah berbahaya beracun.
- Sampah kering
Sampah kering yaitu sampah yang tidak mudah membusuk atau
-

terurai seperti gelas, besi, plastik


Sampah basah
Sampah basah yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa

makanan, sisa sayuran, daun, ranting, bangkai binatang.


Sampah berbahaya beracun
Sampah berbahaya dan beracun yaitu sampah yang karena sifatnya
daapt membahayakan manusia seperti sampah yang berasal dari
rumah sakit, sampah nuklir, batu baterai bekas. Didalam sampah
banyak terdapat kuman atau bakteri. Kuman atau bakteri tersebut
ada yang membahayakan kesehatan manusia. Sampah juga
menarik perhatian serangga dan tikus untuk mencari makan,

sehingga sampah dapat menjadi sumber penularan penyakit.


Tempat pembuangan sampah
Identifikasi masalah dilakukan untk memahami sarana pembuangan
sampah yang sehat dan tidak sehat. Selain itu juga memahami perilaku
baik dan tidak baik yang berkaitan dengan sampah
- Tempat sampah
Sarana pembuangan sampah yang sehat harus memenuhi beberapa
persyaratan yaitu cukup kuat, mudah dibersihkan dan dapat
menghindarkan dari jangkauan serangga dan tikus. Oleh karena itu
tempat sampah harus mempunyai tutup dan selalu dalam keadaan
tertutup, bila tutup terbuka maka menjadi tidak sehat. Membuang
sampah diatas tanah terbuka sangat tidak sehat karena dapat
menyebarkan bau yang tidak sedap serta mengundang serangga
dan tikus. Selain itu dapat mencemari sumber air seperti sungai
-

dan sumur.
Perilaku yang sehat dan tidak sehat berkaitan dengan sampah
Sampa harus diperlalukakan dengann benar agar tidak
membahayakan manusia bahkan dapat mendatangkan manfaat.
Sapah dikumpulkan ditempat sampah yang memenuhi syarat
kesehatan atau dibuang dilubang tanah dan menguburnya,

13

sehingga

tidak

dijangkau

serangga

dan

tikus.

Seringkali

masyarakat memusnahkan sampah dengan cara dibakar, namun


cara ini tidak sehat karena asap yang ditimbulkan dapat
mengganggu kesehatan manusia bahkan keracunan. Sampah yang
sudah terkummpul diangkut setiap hari ketempat pembuangan
sampah ssementara atau ke tempat pembuangan akhir pada suatu
lahan yang diperuntukkan atau ke tempat pengolahan sampah.
Bermain ditempat sampah sangat berbahaay karena dapat sakit
atau terluka oleh benda tajam seperti beling, paku. Bila tidak

menggunakan alas kaki maka cacing dapat masuk melalui kaki.


Penyakit yang berhubungan dengan sampah
- Sakit perut dan diare
Disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minum air yang
-

tercemar kotoran dari sampah, baik yang berasal dari sampah


Sakit kulit
Disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar kotoran,
baik yang berasal dari sampah, tinja atau kotoran hewan untuk

mandi atau mencuci baju, sehingga kotoran menempel di badan.


Sakit mata
Disebabka oleh masuknya kuma penyakit ke mata yang slah
satunya melalui air yang kotor, kena sampah dan digunakan untuk

mandi atau mencuci muka


Kecacingan kecacingan dapat terjadi karena mengkonsumsi air
yang telah tercemar kotoran manusia atau binatang karena didalam

kotoran tersebut terdapat telur cacing.


Demam berdarah
Tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah yaitu di air
yang tergenang dan jernih. Untuk mencegahnya bila ada air yang
menggenang harus dialirkan agar tidak nyamuk yang bertelur di
tempat

tersebut.

Menutup

tempat

penyimpanan

air

dan

mebgurasnya minimal seminggu sekali agar telur yang berada


ditempat air tersebut tidak sempat menetas menjadi nyamuk.
Mengubur barang bekas yang dapat menampung air. Upaya
pencegahan tersebut diatas dikenal dengan istlah 3M yaitu

14

menutup, menguras, mengubur dan menggunakan racun serangga


bila diperlukan
d) Tinja/kotoran manusia
Pengertian
Kotoran manusia ialah sisa pencernaan makanan dan minuman
manusia yang biasa disebut tinja termasuk air seni atau urine. Didalam
kotoran manusia terdapat kuman penyakit yang dapat mebahayakan

kesehatan manusia oleh karena itu perlu dikelola dengan baik.


Jamban dan perilaku buang air besar
- Sarana pembuangan tinja yang sehat dan tidak sehat
Sarana pembuangan tinja yaitu temapt yang biasa digunakan untuk
buang air besar, baik berupa jamban atau sarana lainnya. Tempat
buang air besar yang sehat yaitu apabila dapat menghindarkan
kotoran manusia kontak atau bersentuhan dengan manusia baik
secara langsung maupun tidak langsung atau melalui perantara,
serta tidak mencemari sumber air. Sarana pembuangan tinja yang
sehat dapat dibuat dari bahan yang sederhana, murah dan tersedia
didaerah setempat, sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Prinsip pokok syarat jamban sehat yang harus dipenuhi yaitu tinja
dapat dijangkau oleh serangga dan tikus atau hewan lainnya, tidak
mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, tidak mengotori
-

tanah permukaan.
Perilaku yang sehat dan tidak sehat berkaitan dengan tinja
Masih sering dijumpai orang melakukan buang air besar ditempat
terbuka

seperti

disungai/parit,

dikebun/pekarangan,

di

empang/kolam/balong, dipantai. Tempat-tempat buang air tesebut


tidak memenuhi syarat kesehatan karena kotoran/tinja manusia
dapat kembali bersentuhan atau masuk ke dalam tubuh manusia.
Diperkotaan sering kita jumpai kendaraan penyedot tinja
membuang tinja ke sungai hal ini sangat berbahaay karena air
sungai menjadi kotor dan menjadi sumber penyakit. Sedangkan
masyarajat kita masih banyak yang memanfaatkan sungai untuk
keperluan sehari-hari seperti mencuci, mandi, gosok gigi.

15

Buang air besar dan kencing serta membuang kotoran anak/bayi di


tempat yang aman seperti dijamban, karena tinja dapat terjaga agar
tidak dapat dijangkau oleh serangga dan tikus atau hewan lain,
sehingga tidak dapat tersebar kemana-mana. Jamban perlu
dipelihara agar tetap dapat berfungsi dengan baik dan bersih

sehingga tidak menjadi sumber penularan penyakit.


Penyakit yang berhubungan dengan tinja
- Diare/sakit perut
Sakit diare atau dikenal masyarakat dengan sebutan mencret sering
diderita oleh masyarakat baik anak-anak maupun oang dewasa.
Pada umumnya sakit diare disebabkan oleh makan makanan atau
minum minuman yang tidak bersih. Kotoran manusia merupakan
sumber kuman penyakit yang apabila mengotori makanan atau
minuman maka orang yang memakan atau meminumnya dapat
menjadi sakit.
Alur penularan penyakit perut dan diare melalui sampah dapat
dijelaskan pada diagram gambar dibawah ini :

Masuk ke air
sehingga air
tercemar

TINJA

Tangan
memegan
g
tinja/cebo

Lalat
hinggap
ditinja

Air tercemar
diminum/cuci
tangan

Makan
dengan
tangan tidak
cuci tangan
pakai sabun

Lalat
hinggap di
makanan

Sakit
perut,
diare

Makanan
dimakan
manusia

16

Skema 1. Alur Penularan penyakit perut dan diare melalui sampah

Kecacingan
Tinja manusia dan kotoran hewan banyak mengandung telur
cacing yang dapat tertelan masuk kedalam tubuh manusia
sehingga menjadi kecacingan. Satu ekor cacing dapat bertelur
lebih dari 100.000 telur. Cacing dalam tubuh perlu makan yang
diambil dari sari makanan yang ada diusus manusia.
Penyakit kecacingan selain disebabkan masuknya telur cacing
kedalam mulut dapat pula disebabkan karena masuknya larva
cacing (cacing yang baru menetas) ke dalam tubuh melalui kulit.
Biasanya larva cacing menembus kulit kaki yang tidak memakai
alas kaki atau sepatu. Alur penularan penyakit kecacingan melalui
tinja dapat dijelaskan seperti diagram dibawah ini.

Skema 2. Alur penularan penyakit kecacingan melalui tinja

17

2.7 Pembuangan Tinja


Jamban sehat secara prinsip harus mampu memutuskan hubungan antara
tinja dan lingkungan. Sebuah jamban dikategorikan SEHAT jika:
-

Mencegah kontaminasi ke badan air


Mencegah kontak antara manusia dan tinja
Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang

lainnya
Mencegah bau yang tidak sedap
Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik & aman bagi pengguna

Gambar 1. Konstruksi Jamban Sehat


Pada prinsipnya bangunan jamban dibagi menjadi 3 bagian utama,
bangunan bagian atas (Rumah Jamban), bangunan bagian tengah
(slab/dudukan jamban), serta bangunan bagian bawah (penampung tinja).
a) Rumah Jamban (Bangunan bagian atas)

18

Bangunan bagian atas bangunan jamban terdiri dari atap, rangka, an


dindng. Dalam prakteknya disesuaikan dengan kondisi masyarakat
setempat. Beberapa pertimbangan pada bagian ini antara lain.
- Sirkulasi udara yang cukup
- Bangunan mampu menghindarkan pengguna telihat dari luar
- Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca
- Kemudahan akses di malam hari
- Disarankan untuk menggunakan bahan lokal
- Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk
cuci tangan
b) Slab/dudukan Jamban (Bangunan Bagian Tengah)
Slab berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan
tempat berpijak. Pada jamban cemplung slab dilengkapi dengan penutup
sedangkan pada kondisi jamban berbentuk bowl (leher angsa) fungsi
penutup ini diagntikan oleh keberadaan air yang secara otomatis
tertinggal didalamnya. Slab dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk
menopang penggunanya. Bahan-bahan yang digunkan harus tanah liat,
pasangan bata, dan sebagainya. Selain slab, pada bagian ini juga
dilengkapi dengan abu atau air. Penaburan sedikit abu ke dlam sumur
tinja (pit) setelah digunakan akan mengurangi bau dan kelembaban dan
membuuatnya tidak menarik bagi lalat untuk berkembang biak.
Sedangkan air dan sabun digunakan untuk cuci tangan. Petimbangan
untuk bangunan bagian tengah.
- Terdapat penutup pada lubang sebagai pelindung terhadap
-

gangguan serangga atau binatang lain


Dudukan jamban dibuat harus mempertimbangkan faktor

keamanan
Bangunan dapat menghindarkan/melindungi dari kemungkinan

timbulnya bau
- Mudah dibersihkan dan tersedia ventilasi udara yang cukup
c) Penampung tinja (Bangunan Bagian Bawah)
Penampung tinja adalah lubang dibawah tanah, dapat berbentuk persegi,
lingkaran, bundar atau yang lainnya. Kedalaman tergantung pada kondisi
tanah dan permukaan air tanah di musim hjan. Pada tanah yang kurang
stabil, penampung tinja harus dilapisi seluruhnya atau sebagian dengan

19

bahan penguat sperti anyaman bambu, batu bata, ring beton dan lainlain. Pertimbangan untuk bangunan bagian bawah antara lain :
- Daya resap tanah (jenis tanah)
- Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan)
- Ketinggian muka air tanah
- Jenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak bangunan
-

terhadap sumber air minum (lebih baik diatas 10 m)


Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman

lubang/kapasitas)
- Diutamakan dapat menggunakan bahan lokal
- Bangunan yang permanen dilengkapi dengan manhole
Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada
penyebaran penyakit berbasis lingkungan, sehingga untuk memutuskan
rantai penularan ini harus dilakukan rekayasa pada akses ini. agar usaha
tersebut berhasil, akses masyarakat pada jamban harus mencapai 100%
pada seluruh komunitas. Keadaan ini kemudian lebih dikenal dengan
istilah Open defecation Free (ODF). Suatu masyarakat disebut ODF jika :
- Semua masyarakat telah BAB (Buang Air Besar) hanya dijamban
yang sehat dan membuang tinja / kotoran bayi hanya ke jamban
-

yang sehat (termasuk disekolah)


Tidak terlihat tinja manusia dilingkungan sekitar
Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat

untuk mencegah kejadian BAB disembbarang tempat


Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk

mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat


Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai total

sanitasi.
Suatu komunitas yan sudah mencapai status Bebas dari Buang Air Besar
Sembarangan, pada tahap pasca ODF diharapkan akan mencapai tahap
yang disebut Sanitasi Total. Sanitasi Total akan dicapai jika semua
masyarakat disuatu komunitas telah:
- Mempunyai akses dan menggunakan jambban sehat
- Mencuci tanagn pakai sabun dan benar saat sebelum makan,
setelah BAB, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak
-

dan seelum menyiapakan makanan


Mengelola dan menyimpan air minum dan makanan yang aman
Mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat)

20

d) Konstruksi Jamban
Konstruksi Jamban pada daerah pasang surut pantai, daerah banjir, serta
rumah panggung. Pada kondisi khusus ini, konstruksi jamban dapat
dibuat dengan dua model :
- Jamban dengan permukaan ditinggikan. Jamban model ini dapat
dilihat sebagaimana gambar dibawah ini. dengan meninggikan
permukaan dasar bangunan jamban sehingga dapat menampung
rumah jamban sekaligus penampunggan tinja dibawahnya.

Gambar 2. Jamban dengan permukaan ditinggikan


-

Jamban untuk daerah banjir/pasang surut, atau rumah panggung.


Jamban model ini dirancang untuk digunakan pada daerah yang
biasa terkena dampak banjir selama musim hujan. Juga dicocok
digunakan pada daerah pasang surut serta rumah panggung. Jika
kita lihat gambar diatas sumur penampung tinja berada diatas
tanah. Sumur itu dihubungkan dengan slab dan closet melalui
sejumlah ring beton dan pipa. Jumlah ring beton dan panjang pipa
dapat disesuaikan dengan ketinggian air selama banjir atau pasang
surut.

21

Gambar 3. Jamban untuk daerah banjir/pasang surut


Karena sumur akan penuh selama banjir atau pasang, maka bagian
satu-satunya yang dapat digunakan dari tangki adalah bagian yang
melewati permukaan banjir atau pasang. Rumah jamban perlu
ditinggikan melebihi permukaan air yang tertinggi Jamban model
ini akan lebih mahal biaya pembuatannya daripada jamban jenis
lain. Jua harus diperhitungkan semakin berkurangnya kekuatan
bahan bangunan yang digunakan akibat terendam air. Akan sangat
disarankan jika menggunakan bahan dengan spesifikasi tahan air
Persyaratan Teknis Konstruksi model jamban diatas antara lain :
- Tangki septic menggunakan pasangan batu biasa dengan adukan
1ps:2sm:3kp, sedangkan untuk adukan kedap air/plester
-

menggunakan adukan 1sm:3ps


Tangki septic harus dilengkapi dengan pipa udara dengan diameter

50mm (2) dan tinggi 25 m dari permukaan tanah


Tangki septic harus dilengkapi dengan lubang periksa yang
berukuran 40 cm x 40 cm

Persyaratan Teknis Resapan


- Konstruksi sumur resapan merupakan sumuran yang berdiameter
-

80 cm dengan kedalaman 160 cm


Sumur resapan menggunakan pasangan batu ata sistem sarang
lebah pada bagian bawah (daerah yang terendam air) dan

22

konstruksi bata dengan adukan kapur untuk bagian atas (daerah


kering)
Pengurasan jamban jenis ini menjadi tidak mudah untuk dilakukan.
Dampak dari pengerjaan tukang yang kurang baik akan dapat
menyebabkan runtuh atau ring bergeser, sehingga nasehat ahli
pertukangan sangat disarankan selama pengerjaan.

BAB III
STUDI KASUS

23

3.1 Cakupan rumah yang memiliki akses Jamban Sehat se wilayah kerja
PUSKESMAS tanah garam
Salah satu masalah sanitasi yang ada di kecamatan Lubuk Sikarah
adalah masih rendahnya cakupan dan akses masyarakat terhadap jamban.
Cakupan kepemilikan jamban baru sekitar 70% dari sekitar jumlah rumah
yang ada. Sedangkan untuk akses terhadap jamban baru sekitar 74%, jauh
dibawah target MDGs yaitu sekitar 100%. Hal ini dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat, sosial
budaya, status ekonomi, ketersediaan air bersih dan sarana yang kurang
memadai.
Status ekonomi berkontribusi terhadap rendahnya cakupan dan akses
terhadap jamban terutama jamban sehat. Kemampuan ekonomi masyarakat
miskin sangat rendah, sehingga masyarakat tidak mampu membuat jamban,
karena untuk membuat jamban membutuhkan biaya yang tidak murah. Hal
inilah yang menyebabkan jumlah penduduk dengan cakupan kepemilikan dan
pemanfaatan jamban rendah.
Dari segi pengetahuan, masih banyak masyarakat yang belum
mengerti betapa berbahayanya jika kita buang air besar sembarangan.
Rendahnya pengetahuan masyarakat akan penyakit-penyakit yang dapat
ditularkan melalui air sangat berpengaruh terhadap kebiasaan buang air besar
mereka. Kurangnya informasi tentan penggunaan jamban di masyarakat
membuat kebiasaaan buang air besar di sembarang tempat sulit dirubah.
Tantangan lain dalam mengahadapi maslah sanitasi adaalh soial
buadaya dan perilaku masyarakat yang masih terbiasa buang air bear
disembarang tempat, khusunya dibadan air yang jua digunakan untuk mandi,
mencuci, dan kebutuhan higienis lainnya. Dilihat dari segi sosial budaya,
masyarakat Lubuk Sikarah masih ada yang mempunyai kebiasaan buang air
besar disungai. Hal ini akan menjadi sumber infeksi penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui air. Hal ini sejalan juga dengan tingkat pendidikan yang

24

rendah. Semakin rendah tingkat pendidikan masyarakat akan semakin susah


merubah kebiasaan mereka buang air besar sembarangan.
Berikut adalah tabel data Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi yang Layak
(Jamban Sehat) Puskemas Tanah Garam Tahun 2015

25

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan


Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan cakupan kepemilikan dan
akses masyarakat terhadap jamban. Ada pula upaya tidak langsung yang
dilakukan yaitu dengan melakukan sosialisasi dan advokasi kepada para
pemangku kebijakan. Hal ini dimaksudkan agar program dan kegiatan yang
sudah direncanakan mendapat dukungan baik moral maupun material.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut ada beberapa alternative
kebijakan yang bisa diterapkan antara lain dengan pemberdayaan masyaralat,
promosi kesehatan yang lebih intensif, meningkatkan dukungan pemerintah
dan pemangku kepentingan lainnya dalam meningkatkan perilaku igienis dan
saniter melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku
kepentingan lainnya secara berjenjang.
Pemberdayaan bertujuan agar masyarakat merasa lebh terpicu untuk
merubah perilaku mereka dari buang air besar disembarang tempat menjadi
buang air besar di jamban. Karena prinsip pemberdayaan adalah dari, oleh
dan untuk masyarakat. Kegiatan pemberdayaan yang akan digencarkan adalah
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Upaya promosi kesehatan juga
merupakan alternative kebijakan yang bisa dijalankan. Upaya-upaya promosi
yang bisa dilakukan antara lain penyuluhan, kampanye Stop Buang Air Besar
Sembarangan, Pemutaran film ke desa-desa terpencil yang diselingi pesanpesan kesehatan dan sebagainya. Denagn upaya promotif ini masyarakat
diharapkan meningkat pengetahuannya, khususnya pengetahuan mengenai
Stop BABS.
Dari beberapa alternative kebijakan diatas menjadikan pemberdayaan
masyarakat sebagai langkah yang tepat untuk meningkatkan cakupan dan
akses masyarakat terhadap jamban. Salah satu upaya pemberdayaan di
kecamatan Lubuk Sikarah adalah dilaksanakannya Program Pengembangan
lingkungan sehat. Bentuk kegiatannya berupa penyediaan/pemgawasan sarana
air bersih, jamban dan sarana pembuangan air limbah dimana kegiatan ini
lebih dititikberatkan pada penyediaan jamban bagi masyarakat miskin.
Kegiatan ini menjadi salah satu kebijakan yang dianggap strategis karena
berpihak untk masyarakat miskin. Selain bisa memeberikan manfaat yang
positif bagi masyarakat, keggiatan ini mempunyai dampak pencitraan yang
26

positif pula bagi para pengambil kebijakan. Dengan adanya kegiatan ini
masyarakat penerima bantuan diharapkan mampu mewujudkan stimulant
yang diberikan menjadi sebuah bangunan jamban yang layak. Pada tahun
2012 masyarakat diberikan paket berupa closet gratis. Paket yang diberikan
hanya berupa stimulant karena harapannya masyarakat bisa terpicu dengan
adanya stimulant ini dan tidak hanya menggantungkan pada pemerintah saja.
Jadi dengan pemberian paket closet gratis secara tidak langsung masyarakat
dapat secara aktif membuat jambannya sendiri.

Faktor yang mempengaruhi


Capaian Jamban Sehat
1. Ekonomi masyarakat
2. Kebiasaan masyarakat
3.pengetahuan Masyarakat

Alternatif Pemecahan Masalah

-Melakukan
penyuluhan
kepada
masyarakat
tentang
pentingnya
jamban sehat
-Pembangunan jamban percontohan
Pemberdayaan dan pembinaan kader
kesehatan
-Melakukan monitoring dan intervensi
setiapbulandandilakukan musyawarah
desa sesudahnya

4.2 Faktor yang mempengaruhi Capaian Jamban Sehat


- Ekonomi masyarakat
Berdasarkan survey yang diadakan kader-kader kesehatan setempat
maupun petugas puskesmas yang secara langsung meninjau ke
pemukiman masyarakat masalah yang paling banyak dikeluhkan
masyarakat adalah persoalan biaya yang tidak memadai untuk
membuat jamban sendiri. Tingkat perekonomian masyarakat Lubuk
Sikarah yang pada umumnya bekerja sebagai tani hanya cukup untuk
makan sehari-hari sehingga untuk membuat jamban mereka banyak
mengeluhkan tidak mempunyai dana.
- Kebiasaan masyarakat
Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat
pengetauan dan kebisaan masyarakat. Pemanfaatan jamban keluarga
oleh masyarakat belum sesuai dengan harapan karena masih ada yang

27

buang hajat ditempat-tempat yang tidak sesuai dengan kaidah


kesehatan, misalnya sungai, kebun, sawah. Kebiasaan masyarakat
yang lebih suka membuang hajat disembarang tempat membuat
mereka enggan membuat jamban dirumah masing-masing. Rendahnya
pendidikan dan kesadaran masyarakat membuat kebiasaan buang air
besar di sembarang tempat sulit dihilangkan karena warga lebih suka
membuat WC helikopter dari pada membuat jamban dirumah.
Pengetahuan
Pengetahuan tentang manfaat kepemilikan jamban yang dimiliki oleh
masyarakat kurang sehingga masyarakat tidak mengetahui pentingnya
memiliki jamban yang sehat. Dalam hal ini penyuluhan mesti
ditingkatkan sehingga masyarakat memperoleh informasi tentang
manfaat memiliki jamban sehat.
Pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan pola pikir dan
pengetahuan masyarakat sedikit tentang pentingnya jamban sehat.
Sikap
Merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan
untuk bertindak terhadap suatu objek. Sikap secara jelas menunjukkan
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap merupakan reaksi
yang masih tertutup, tidak dapat dilihat secara langsung sehingga
sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tampak.
Tingkat sarana dengan pemanfaatan jamban
Ketersediaan fasilitas yang digunakan belum memadai. Hal ini
menyebabkan pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari fasilitas
kesehatan kurang optimal. Untuk itu diharapkan kepada pemerintah
agar masa yang akan datang bila memberi bantuan sarana agar
dilengkapi dengan sarana penunjang sebagaimana layaknya jamban
sehat. Begitu juga masyarakat agar menjaga dan melengkapi sarana
penunjang yang belum ada
Tokoh masyarakat
Keterlibatan tokoh masyarakat yang masih rendah dirsakan oleh wara
dalam hal memberikan penyuluhan tentang pemanfaatan jamban dan
stop buang air besar disembarang tempat.
Peranan petugas kesehatan

Untuk berhasilnya suatu program kesehtan memerlukan dukungan dari berbagai


pihak terutama petugas kesehatan. kunci pada pengembangan petugas adalah
keterbukaan dan pengembangan komunikasi timbal balik yang horizontal maupun
vertikal. Sedangkan kunci pengembangan masyarakat dan petugas agar
masyarakat mapu mengenal masalah dan potensinya dalam memecahkan masalah
yang dihadapi secara swadaya sejauh kemampuan dan kewenangannya

28

4.3 Alternatif Pemecahan Masalah


- Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
jamban sehat
- Pembangunan jamban percontohan
- Pemberdayaan dan pembinaan kader kesehatan
- Melakukan monitoring dan intervensi setiap bulan dan dilakukan
musyawarah desa sesudahnya

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat ekonomi dan kebiasaan
masyarakat terhadap kepemilikan jamban di Kecamatan Lubuk Sikarah maka
penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
29

1. Tingkat ekonomi masyarakat terhadap kepemilikan jamban


dikategorikan kurang mampu
2. Masyarakat di Kecamatan Lubuk Sikarah mempunyai kebiasaan
buruk terhadap kepemilikan jamban
Saran
Dengan memperhatikan hasil penelitian dengan segala keterbatasan yan
dimiliki peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Perlu peran pemerintah daerah dalam program pembuatan jamban gratis
dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya jamban sehat
2. Perlu dilakukan perubahan kebiasaan terhadap buang air besar
disembarang tempat dan bahaya yang ditimbulkan dari buang air besar
disembarang tempat

DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Cet. Ke 2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
Badan Standarisasi Nasional (2000), SNI 19-6466-2000 Tata Cara Evaluasi
Lapangan untuk Sistem Peresapan Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga,
Badan Standarisasi Nasional Jakarta
Djonoputro, E.R, dkk (2011), Jamban Sehat, www.pamsimas.org, Tanggal akses
13 juli 2015

30

WSP (2009), Buku Informasi Pilihan Jamban Sehat, WSP, www.sanitasi.or.id,


Tanggal akses 16 juli 2015
Waspola (2011), Stop Buang Air Besar Sembarangan, Wapspola Jakarta

31

Anda mungkin juga menyukai