Case Tifoid Final DR Roestanti
Case Tifoid Final DR Roestanti
: Reynaldo
NIM
: 112014285
Tanda Tangan:
: Tn. D. H
Nama Ibu
: Ny. R
Umur
: 37 tahun
Umur
: 35 tahun
Pendidikan terakhir
: SD
Pekerjaan
: Karyawan
Pekerjaan
Penghasilan
: 2.000.000
Penghasilan
:-
ANAMNESIS
Alloanamnesis dari ibu pasien tanggal 28 April 2015
Keluhan utama
Keluhan tambahan
Sejak 4 hari SMRS pasien memiliki demam yang naik-turun. Ibu pasien
mengaku panas yang dirasakan pada saat menjelang malam lebih panas
dibanding pagi ataupun siang. Selama demam pasien tidak menggigil, tidak
pernah ada kejang sebelumnya, tidak keluar keringat malam. Sebelumnya pasien
sempat diberi obat penurun panas, panasnya turun, tetapi kemudian panasnya
meningkat kembali. Selain itu pasien juga ada sakit kepala pada bagian
belakang, nafsu makan menurun, ada muntah dan batuk yang jarang dan tidak
produktif. Ibu pasien juga menyangkal anaknya mengalami mimisan ataupun
gusi berdarah.
Tiga hari SMRS pasien tetap merasakan demam yang tak kunjung hilang.
Nafsu makan pasien mulai menurun dibanding dengan sebelumnya, sakit kepala
tetap dirasakan pasien. Pasien mulai sulit untuk BAB, BAK normal warna
kuning, tidak ada nyeri. Pasien lalu dibawa ke dokter dan diberikan obat
antibiotika, penurun panas. Setelah minum obat ternyata belum ada perbaikan.
Sejak 2 hari SMRS pasien masih demam, pusing, nafsu makan menurun.
Badan pasien terasa lemah, mual disertai muntah 1 x, sebanyak gelas aqua,
berisi air dan bewarna kuning, tidak ada darah. Kadang-kadang mengeluh nyeri
perut di bagian epigastrium. Nafsu makan pasien menurun, sulit untuk BAB,
BAK warna kuning, tidak ada darah dan nyeri. Pasien lalu dibawa lagi ke dokter
dan diperiksa darah, dari pemeriksaan pasien dikatakan menderita tifus serta
dianjurkan dirawat.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pernah dirawat di RS Husada saat usia 4 tahun dengan diagnosa Demam
Berdarah Dengue.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ayah: Darah tinggi
Ibu: Appendicitis, Maag
IBU/WALI
35 tahun
1
Sehat
bila ada
: Teratur
f. Masa gestasi
: Cukup bulan
b. Tempat kelahiran
: Rumah bidan
: 3000 gram
c. Ditolong oleh
: Bidan
d. Cara persalinan
: Spontan
i. Sianosis
: Tidak ada
j. Ikterus
: Tidak ada
Kurva lubchenko
Kesan : Neonatus cukup bulan dan sesuai masa kehamilan
CORAK REPRODUKSI
Pasien anak tunggal dalam keluarga
DATA PERUMAHAN
Kepemilikan rumah
Keadaan rumah
Keadaan lingkungan : saluran air sekitar rumah lancar, tidak bau dan sering
dibersihkan.
RIWAYAT IMUNISASI
Ibu pasien mengaku melakukan imunisasi dasar lengkap tetapi tidak mengingat
kapan waktu pemberiannya. Booster dan imunisasi tambahan (non-PPI) belum
dilakukan.
RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Umur
0 tahun
9 bulan
11 tahun
Berat Badan
3000 gram
8 kg
29 kg
- Berjalan
- Duduk
: 7 bulan
: 9 bulan
Berdiri
: 8 bulan
- Merangkak: 6 bulan
- Berbicara
: 12 bulan
b. Usia 4 - 6 bulan
c. Usia 6 - 10 bulan
kuantitas : cukup
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 28 April 2015
Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
: - Tekanan darah
Berat Badan
: 110/70 mmHg
- Nadi
: 78 x / menit
- Suhu
: 38,9 0C
- Pernapasan
: 20 x / menit
: 29 kg
Pemeriksaan Sistematis
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
: Bentuk tidak ada kelainan, bibir merah tidak kering, sianosis (-),
lidah kotor dengan tepi hiperemis, tremor (-), tonsil T1-T1,
faring sedikit hiperemis,
Leher
I II III IV V
V IV III II I
I II III IV V
Thorax
Paru-paru
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Jantung
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
: Tidak di lakukan
- Auskultasi
Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Ekstremitas
Kulit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 25 April 2015 :
Hematologi
- Hemoglobin
: 12,0 g / dl
(11,8-15 g / dl)
- Hematokrit
: 36 %
(33-45 Vol %)
- Eritrosit
: 4,62 juta / l
(4,6-6,2 juta / l)
- Leukosit
: 6800 / l
(5-10 x 10 3 / l)
- Trombosit
: 197.000 / l
(150-350 x 103 / l)
Widal
RESUME
An. A. R, laki-laki berusia 11 tahun datang dengan keluhan demam sejak
4 hari SMRS. Demam sering meningkat pada sore menjelang malam hari. Pasien
juga merasakan sakit pada kepala bagian belakang, adanya mual dan muntah
yang berisi air dan bewarna kuning. Nafsu makan semakin hari juga menurun.
Pada hari ke2 pasien merasakan demam, pasien mulai merasakan kesulitan BAB,
BAk normal warna kuning, tidak nyeri dan tidak ada darah.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
KU : Tampak sakit sedang
Antibiotik
: Ceftriaxon 1x 1g IV
Antipiretik
Ondancentron : 2 x 4mg
Non-MedikaMentosa
Tirah baring
PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad fungsionam: bonam
Ad sanationam : bonam
Follow up
28 April 2015
S; Demam +, mual +, sakit kepala +, nyeri perut epigastrium +
O: KU: tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis; TTV: 100/70; N:
70x/menit; suhu 37,9oC; RR 20x/menit
A: Demam Tifoid
P: - ondancentron 2 x 4mg
-
Inj. Ceftriaxon 1x 1g IV
29 April 2015
S: Demam -, mual -, sakit kepala +, nyeri perut bagian epigastrium sedikit
baikan
O: KU: tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis; TTV: 110/80; N:
74x/menit; suhu 37,3oC; RR 20x/menit
A: Demam tifoid dengan perbaikan
Inj. Ceftriaxon 1x 1g IV
30 April 2015
S: Demam -, mual -, nyeri perut bagian epigastrium sudah membaik
O: KU: tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis; TTV: 120/80; N:
74x/menit; suhu 36,6oC; RR 20x/menit
A: Demam tifoid dengan perbaikan
P: - terapi dilanjutkan
-
Tinjauan Pustaka
DEMAM TIFOID ( TYPHOID FEVER )
PENDAHULUAN
Penyakit demam tifoid atau lebih dikenal dengan nama penyakit tifus
merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica,
khususnya turunannya yaitu bakteri Salmonella typhi. Penyakit tifus ini
menyerang saluran pencernaan yang penularannya atau penyebarannya
melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh bakteri
Salmonella tersebut. Anak-anak dan Orang dewasa bisa terkena penyakit
demam tifoid. Bila tak terawat, demam tifoid dapat berlangsung selama
tiga minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari
kasus yang tidak terawat
Penyakit demam tifoid biasanya akan menunjukan gejala-gejala antara
lain seperti nyeri pada perut, mual, muntah, demam tinggi (39 sampai
40C), sakit kepala dan diare yang kadang-kadang bercampur darah,
nyeri otot myalgia, badan lemah, kehilangan nafsu makan, denyut
jantung lemah, dan pada kasus tertentu muncul penyebaran vlek merah
muda (rose spots).
PATOGENESIS
Kuman Salmonella typhi (S. typhi) dan Salmonella paratyphi (S.
paratyphi) ke dalam tubuh manusia setelah memakan makanan yang
terkontaminasi kuman tersebut. Sebagian kuman akan dimusnahkan di
lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan seterusnya
berkembang biak. Apabila respons imunitas humoral mukosa (IgA) usus
kurang baik maka kuman akan menembus sel epitel, terutamanya sel-M,
dan selanjutnya ke lamina propia.
Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel sel
fagosit terutamanya oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang
biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum
distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya
melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini
masuk ke sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang
asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh
terutama hati dan limpa. Di organ organ ini kuman meninggalkan
makrofag dan membiak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya
masuk ke dalam sirkulasi darah lagi, mengakibatkan bakterimia kedua
yang disertai dengan tanda tanda dan gejala gejala penyakit infeksi
sistemik.
Di dalam hati, kuman masuk ke kandung empedu, berkembang
biak, dan dieksresikan secara intermiten ke dalam lumen usus bersama
cairan empedu. Sebagian kuman dikeluarkan bersama feses dan sebagian
lagi masuk ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama
berulang kembali, berhubung makrofag yang telah teraktivasi dan
hiperaktif maka saat fagositosis kuman Salmonella terjadi pelepasan
beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala
reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, myalgia, sakit kepala,
sakit perut, instabilasi vascular, gangguan mental dan koagulasi.
10
akibat
timbulnya
komplikasi
gangguan
neuropsikiatrik,
Pemeriksaan Fisik
11
Anemia,
Leukosit normal/meningkat/menurun
Trombositopenia
Pemeriksaan serologi
12
Pemeriksaan Salmonella
Pemeriksaan darah terutama pada minggu 1 2 dari
perjalanan penyakit
KOMPLIKASI
1. Perforasi usus atau perdarahan saluran cerna : Biasanya timbul pada
minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Selainn
gejala umum dari demam tifoid, penderita yang disertai dengan perforasi
akan mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di kuadran kanan bawah
yang kemudian menyebar ke seluruh bagian perut.
2. Ekstraintestinal : Hepatitis tifosa
Pembengkakan hati ringan sampai sedang dijumpai pada 50% kasus
dengan demam tifoid dan lebih banyak dijumpai karena S. Typhi dan S.
Paratyphi.
3. DIAGNOSIS BANDING
Malaria
Suatu infeksi pada bagian dari sel darah yaitu infeksi pada sel darah
merah. Ditularkan oleh nyamuk yang membawa parasit yang
menyebabkan malaria. Apabila nyamuk pembawa parasit ini menggigit
anda, parasit dapat masuk ke dalam aliran darah.
Leptospirosis
Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan air, atau tanah, lumpur
yang telah terkontaminasi dengan urine binatang yang telah terinfeksi
leptospira, melalui luka/erosi pada kulit ataupun selaput lendir.
13
4. PENALAKSANAAN
Non-medika mentosa
1. Istirahat dan perawatan, dengan tujuan mencegah komplikasi dan
mempercepat pertumbuhan
Tirah baring dan perawatan professional bertujuan untuk mencegah
komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti
makan, minum, mandi, buang air kecil, dan buang air besar akan
membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan
kebersihan tempat tidur, pakaian dan perlengkapan yang dipakai harus
dijaga.
2. Diet dan terapi penunjang
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses
penyembuhan penyakit demam tifoid karena makanan yang kurang akan
menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan
proses penyembuhan akan menjadi lama
Dimasa lampau pasien akan diberikan diet bubur saring,
kemudian ditingkatkan kepada bubur kasar, dan akhirnya nasi. Perubahan
diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian
bubur saring
tersebut ditujukan
untuk menghindari
komplikasi
14
Obat obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengubati demam tifoid
adalah seperti berikut:
Kloramfenikol. 100mg/KgBB/hari per oral atau intravena, dibagi
menjadi 4 dosis, selama 10-14 hari atau sampai 5-7 hari setelah
demam turun. Tetapi tidak dapat diberikan pada pasien dengan
leukosit <2000/L.
Amoksisilin. 100mg/Kg/BB per oral atau intravena selama 10 hari.
PENCEGAHAN
Higiene perorangan dan lingkungan
Panas
tinggi
(hiperpireksia)
atau
febris
kontinua
2.
15
3.
4.
Referensi :
1. Darmowandowo W. Demam Tifoid. Dalam : Soedarmo SS, Garna H,
Hadinegoro SR, Eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi &
Penyakit Tropis, edisi 1. Jakarta : BP FKUI, 2002:367-75.
2. Hassan R, Alatas H. Demam tifoid. Dalam : Buku Kuliah 2 Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta :FKUI, 2002 .hal 593-598.
3. Rampengan T, Laurentz I. Demam tifoid. Dalam : penyakit infeksi
Tropik pada Anak. Jakarta : EGC,1997. hal 53-71.
4. Sudoyo AW, et al.. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Ed 5.
Jakarta: Internal Publishing; 2009. H 2797-805
5. Soedarmo SPS, Garna K, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar infeksi
dan pediatri tropis. Ed 2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008.
h.338-45.
16