Anda di halaman 1dari 1

Demam Tifoid

Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhii (S. typhii) dan Salmonella paratyphii (S.paratyphi) yang ditularkan melalui makanan atau air yang
terkontaminasi feses dan urin baik dari penderita demam tifoid atau pengidap karier kronik. Selain itu, kerangkerangan, sayuran, susu, dan produk susu yang terkontaminasi juga merupakan sumber infeksi. Seorang penyaji
makanan pun berpotensi menularkan bakteri ini kepada sejumlah orang.
Apabila dijumpai kasus demam tifoid, perlu dilakukan identifikasi apakah sumber penularannya berhubungan
dengan masyarakat luas, seperti produk makanan yang dijual, penyaji makanan,

serta usaha menghentikan

penularan dari sumber tersebut.


Penyaji makanan yang positif terinfeksi S. Typhi harus meninggalkan pekerjaannya untuk sementara. Penyaji
makanan ini diperbolehkan kembali bekerja setelah memperoleh tiga kali hasil negatif pada pemeriksaan spesimen
feses, yang diperiksa dalam jarak waktu 48 jam. Jika penderita sudah mendapat pengobatan dengan antimikroba,
pemeriksaan feses pertama kali harus dilakukan dalam waktu 48 jam setelah berakhirnya pengobatan.
Sedangkan pada penyaji makanan, baik yang menunjukkan gejala-gejala simtomatik maupun asimtomatik
yang memiliki riwayat kontak dengan penderita demam tifoid diperlakukan sama dengan penderita demam tifoid.
Sementara itu, orang yang terinfeksi apabila tidak diobati akan tetap mempunyai bakteri dalam kotorannya selama
lebih dari satu tahun (disebut karier). Beberapa dari karier tidak pernah menampakkan gejala demam tifoid. Karier ini
juga berperan dalam penyebaran bakteri S. typhii.
Tindakan preventif sebagai upaya pencegahan penularan dan terjadinya KLB demam tifoid mencakup banyak
aspek, di antaranya identifikasi dan eradikasi S. typhi pada pasien demam tifoid maupun karier yang dilakukan secara
aktif dengan mendatangi sasaran. Sasaran aktif ini lebih diutamakan pada kelompok tertentu seperti pengelola sarana
makanan dan minuman baik yang berskala kecil maupun besar.
Tindakan preventif lain termasuk pemberian vaksin yang diantaranya dianjurkan pada penyaji makanan,
karena risiko penularan kepada sejumlah masyarakat akibat dari pekerjaannya. Hal ini terutama pada daerah
endemik.

Anda mungkin juga menyukai