Standard
Secara umum dalam suatu langkah eksplorasi hidrokarbon, urutan penggunaan metode
seismik adalah sebagai berikut :
Tujuan utama dari suatu survei seismik adalah melakukan pengukuran seismik untuk
memperoleh rekaman yang berkualitas baik. Kualitas rekaman seismik dinilai dari
perbandingan kandungan sinyal refleksi terhadap sinyal gangguan (S/N) dan keakuratan
pengukuran waktu tempuh (travel time) gelombang seismik ketika menjalar dalam batuan.
Eksplorasi seismik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : Eksplorasi prospek dangkal dan
eksplorasi dalam. Eksplorasi seismik dangkal (shallow seismic reflection) biasanya
diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya. Sedangkan ekplorasi
seismik dalam digunakan untuk eksplorasi daerah prospek hidrokarbon yaitu minyak dan gas.
Masing-masing dari kegiatan tersebut menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda dengan
teknik lapangan yang berbeda pula.
Untuk memperoleh hasil pengukuran data seismik refleksi yang baik diperlukan pengetahuan
tentang system perekaman dan parameter lapangan yang baik pula. Parameter lapangan
sangat ditentukan oleh kondisi lapangan yang ada. oleh karena itu diperlukan pengetahuan
yang cukup untuk bisa memahami teknik pengukuran data seismik.
problem apa saja yang ada dan masalah-masalah yang mungkin akan muncul pada daerah
survey. Paling tidak ada 8 problem yang harus dijawab, yaitu :
1. Kedalaman target
Dari ke delapan problem tersebut jawabannya akan sangat menentukan nilai parameterparameter lapangan yang diperlukan. Terdapat 14 parameter pokok lapangan yang
berpengaruh pada kualitas data serta suksesnya suatu survey. Hal tersebut harus
9. frekuensi Geophone
Adalah jarak antara sumber seismik dengan geophone/receiver terjauh. Penentuan offset
terjauh didasarkan atas pertimbangan kedalaman target terdalam yang ingin dicapai dengan
baik pada perekaman (gambar 1.1)
Adalah jarak antara sumber seismik dengan geophone/receiver terdekat. Penentuan offset
terdekat didasarkan atas pertimbangan kedalaman target yang terdangkal yang masih
dikendaki (gambar 1.1)
GROUP INTERVAL
Adalah jarak antara satu kelompok geophone terhdap satu kelompok geophone berikutnya.
Satu group geophone ini memberikan satu sinyal atau trace yang merupakan stack atau
superposisi dari beberapa geophone yang ada dalam kelompok tersebut. Sususnan geophone
didalam kelompok ini tertenu untuk meredam noise.
Ukuran sumber seismik (dynamit, tekanan pada air gun,water gun, dll) merupakan energi
yang dilepaskan oleh sumber seismik. sumber yang terlalu kecil jelas tidak mampu mencapai
target terdalam, sedangkan ukuran sumber yang terlalu besar dapat merusak event (data)
dan sekaligus meningkatkan noise. Oleh karena itu diperlukan ukuran sumber yang optimal
melalui test charge.
Sumber sebaikknya ditempatkan dibawah lapisan lapuk (weathering zone), sehingga energi
sumber dapat dtransfer optimal masuk kedalam system lapisan medium dibawahnya. Untuk
mengetahui ketebalan lapisan lapuk dapat diperoleh dari hasil survey seismik refraksi atau
uphole survey.
Fold Coverage adalah jumlah atau seringnya suatu titik disubsurface terekam oleh geophone
dipermukaan. Semakin besar jumlah fold-nya, kualitas data akan semakin baik. Seperti
contoh gambar 1.2.
Gambar .1.2. Perbedaan kualitas data oleh fold yang berbeda ( 6 fold dan 12 fold)
Untuk mengetahui berapa kali titik tersebut akan terekam dapat dilakukan perhitungan
sebagai berikut ; Jika diketahui jarak trace (antara trace), jarak shot point SP (titik ledakan
dynamit) dan jumlah trace (kanal) maka banyak liputannya adalah :
Fold = (jumlah channel / 2) (jarak antar trace / Jarak titik tembak) NSP
NSP adalah jumlah penembakan yang bergantung pada geometri penembakan yang
dilakukan. Untuk split mspread dan off end maka NSP = 1, sedangkan untuk Double Off End
NSP = 2.
besarnya filter pada ambient noise dan ground roll yang masih ada
Penentuan besar kecilnya sampling rate bergantung pada frekuensi maximum sinyal yang
dapat direkam pada daerah survey tersebut. Akan tetapi pada kenyataannya, besarnya
sampling rate dalam perekaman sangat bergantung pada kemampuan instrumentasi
perekamannya itu sendiri, dan biasanya sudah ditentukan oleh pabrik pembuat instrument
tersebut.
Penentuan sampling rate ini akan memberikan batas frekuensi tertinggi yang terekam akibat
adanya aliasing. Frekuensi aliasing ini akan terjadi jika frekuensi yang terekam itu lebih besar
dari frekuensi nyquistnya. Besarnya frekuensi nyquist dapat dihitung dengan rumus :
Frekuensi Nyquist = Fq = (1/2T) = 0,5 F sampling
Dimana : T : besarnya sampling rate
Sebagai contoh, jika kita ambil sampling ratenya sebesar 4 ms, maka besarnya frekuensi
sampling adalah (1000/4) s-1atau 250 Hz, dan besarnya sampling rate adalah 125 Hz.
Hal diatas memilki arti fisis, jika besarnya frekuensi gelombang yang terekam memiliki
frekuensi lebih besar dari 125 Hz, maka frekuensi tersebut akan menjadi seolah-olah
mempunyai frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi sebenarnya. Ini yang disebut frekuensi
aliasing.
Penentuan filter ini kita lakukan pada instrumen yang kita gunakan. Pemilihan high cut
filter dapat kita tentukan atas dasar sampling rate yang kita gunakan. Pemasangan high cut
filter ini ditunjukan untuk anti alising filter dan besarnya high cut filter selalu diambil lebih
kecil atau sama dengan frekuensi nyquistnya dan selalu lebih besar atau sama dengan
frekuensi sinyal tertinggi.
Pemilihan besarnya low cut filter ditunujukan untuk merendam noise yang lebih rendah dari
frekuensi yang terdapat pada geophone. Hal ini digunakan jika noise tersebut terlalu besar
pengaruhnya terhadap sinyal sehingga sulit untuk dihilangkan walaupun dengan melakukan
pemilihan array geophone atau mungkin juga sulit dihilangkan dalam prosesing. Pemasangan
filter ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain :
resolusi vertical
adanya noise
prosesing.
Adalah lamanya merekam gelombang seismik yang ditentukan oleh kedalaman target .
Apabila targetnya dalam maka diperlukan lama perekaman yang cukup agar gelombang yang
masuk kedalam setelah terpantul kembali dapat merekam dipermukaan minimal 1 detik dari
target, namun pada umumnya 2 kali kedalaman target (dalam waktu).
Adalah sekumpulan geophone yang disusun sedemikian rupa sehingga noise yang berupa
gelombang horizontal (Ground roll, Air blas/air wave) dapat ditekan sekecil mungkin.
Kemampuan merekam noise oleh susunan geophone tersebut bergantung pada jarak antar
geophone, panjang gelombang noise, dan konfigurasi susunannya
PANJANG LINTASAN
Panjang lintasan ditentukan dengan mempertimbangkan luas sebaran/panjang target di subsurface terhadap panjangan lintasan survey di surface. Tentu saja panjang lintasan survey di
permukaan akan lebih panjang dari panjang target yang dikehendaki (gambar.1.3.)
Gambar 1.3. Ujung lintasan survey hanya merekam sejauh panjang kabel bentang
ARRAY GEOPHONE
Tujuan dari penentuan array geophone ini adalah untuk mendapatkan bentuk
penyusunan geophone yang cocok yang berfungsi untuk meredam noise yang sebesar-
besarnya, dan sebaliknya untuk mendapatkan sinyal yang sebesar-besarnya. Dengan kata lain
untuk meningkatkan signal to ratio yang besar.
Dalam penentuan array geophone, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagi
berikut.
Menentukan panjang gelombang ground roll yang dominan dengan cara seperti yang telah
dijelaskan diatas.
ARAH LINTASAN
Ditentukan berdasarkan informasi studi pendahuluan mengenai target, survey akan dilakukan
pada arah memotong atau membujur atau smebarang terhadap orientasi target pada
arah dip atau strike, up dip atau down dip
Untuk dapat memroses data yang telah tersimpan dalam format demultipleks maka data dari
masing-masing trace harus diberi lebel, sehingga memudahkan dalam proses pengelompokan
trace. Proses dinamakan trace labeling. Secara definisi trace labeling berarti suatu proses
pendefinisian identitas setiap trace yang berhubungan dengan shot pointnya, posisi
permukaanm kumpulan CDP dan offsetnya terhadap shot point. Keempat variable tersebut
sangant bergantung pada geometri penembakannya, sehingga variable tersebut harus
didefinisikan dalam suatu system koordinat referensi sehingga setiap variable dapat
digambarkan pada suatu system koordinat. Diagram yang menggambarkan model geometri
penembakan/perekaman dalam suatu system koordinat ini disebut stacing chart atau
stacking diagram. Setiap trace yang didefinisikan labelnya ini selanjutnya disimpan kedalam
tape prosesing dengan format pengamatan tertentu untuk digunkan pada proses selanjutnya.
Sebelum labeling dilakukan harus terlebih dahulu diketahui bentangan geometri
penembakan , yaitu bagaimana hubungan satu sama lain dari posisi penerima dan shot point.
Untuk itu perlu didefinisikan suatu system koordinat relatif dari suatu lintasan (line) seismic.
Informasi-informasi yang diperlukan untuk diperoleh dari stacking chart yang dibut pada saat
perekaman data.
Bentangan dari geometri lay out dapat dipandang dalam 4 aspek yaitu:
1. Berdasarkan konfigurasi bentangan kabel
2. Arah gerak perekaman
2. SPLIT SPREAD Bila jumlah trace sebelah kiri dan kanan sama, maka disebut Symitrical Split
Spread. Bila tidak sama disebut Asymitrical Split Spread.
3. ALTERNATING SPREAD Pada model ini shot point berada pada kedua ujung bentangan dan
penembakan dilakukan secara bergantian untuk setiap perubahan coverage
Ditinjau dari arah gerak perekaman, maka geometri penembakan dapat dibedakan dalam dua
jenis gerakan pushing cable (SP seolah-olah mendorong kabel) danpuiling cable (SP seolaholah menarik kabel). Pushing cable dan Pulling cable
Dari hubungan antara posisi relatif receiver terhadap titik tembak (shot point) dalam suatu
bentangan geophone, maka geometri penembakan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu:
Direct shot dan Reverse shot
GEOMETRI RAYPATH
Berdasarkan raypath (sinar gelombang) geometri penembakan dapat dibagi dalam 4 jenis
yaitu:
1. Common Source Point (CSP) Yaitu sinyal direkam oleh setiap trece yang dating dari satu titik
tembak yang sama.
2. Common Depth Point (CDP) Yaitu sinyal yang dipantulkan dari satu titik reflector direkam
oleh sekelompok receiver yang berbeda.
3. Common Receiver Point (CRP) Yaitu satu trace merekam sinyal-sinyal dari setiap titik tembak
yang ada.
4. Common Offset (CO) Yaitu sinyal setiap titik reflector masing-masing derekam oleh satu trace
dengan offset yang sama.
Dari proses geometri lay out akan diperoleh ghasil berupa stacking chart yang sesuai dengan
stacking chart yang dibuat saat perekaman data. Disamping itu juga dihasilkan posisi sot point
receiver dalam system koordinat serta pengelompokan nomor shot dan receiver sesuai dengan
CDP lengkap dengan fold dari masing-masing CDP.