Anda di halaman 1dari 22

CASE REPORT SESSION

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Bagian Psikiatri

SUB KELOMPOK A-1


Dimas Dwi Harryadi
Ervina Ayu Fitria
Nur Rahayu Ningrat

4151141003
4151141412
4151141414

Pembimbing:
Prof. H. Nizar Zainal Abidin, dr. Sp.KJ (K)

BAGIAN PSIKIATRI
RS DUSTIRA / FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI
CIMAHI
2015
0

CASE REPORT SESSION (CRS)


Identitas Pasien
Nama

: Kristin Elisa

No rekam medik

: 00322758

Tempat, tanggal lahir

: Jakarta, 30 April 1992

Alamat

: Kp. Jati RT.04/01 Nanjung

Status perkawinan

: Menikah

Pendidikan terakhir

: SLTA

Agama

: Protestan

Pekerjaan

: Kasir

Masuk tanggal

: 18 Maret 2016

Penanggung Jawab Pasien


Nama

: Ny. Luciana

Hubungan

: Ibu

Alamat

: Kp. Jati RT.04/01 Nanjung

Keterangan didapat dari


Nama

: Tn.Salim

Hubungan

: Ayah

Sifat perkenalan

: Akrab

Kebenaran anamnesa : Dapat dipercaya


Lama perkenalan

: Seumur hidup

HETEROANAMNESIS

KELUHAN UTAMA
Mengamuk
Berbicara sendiri dan melantur

Agresivitas motorik
Agresivitas verbal

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Bapak Salim memberi penjelasan bahwa Kristin dibawa ke Rumah
Sakit Dustira sekarang dikarenakan Kristin memperlihatkan gejala
seperti banyak ngomong yang melantur (bicara ngaco), suka
menganggap dirinya istri yesus, kemudian sekarang jadi rajin
beribadah (berdoa) karena kristin mengatakan sering melihat dan
mendengar banyak orang jahat yang mengganggu dan akan
membunuh Kristin serta orang-orang lain di dunia, sehingga Kristin
ingin menyelamatkan orang-orang di dunia. Kristin menolak makan
dan minum karena merasa makanan dan minuman kristin ada yang
meracuni. Kemudian kristin juga menolak minum obat, sering

Logore,
waham
kebesaran,
waham curiga,
halusinasi
auditori,
halusinasi
Logore,
visual,
waham
curiga,
agresivitas
halusinasi
motorik

mengamuk dan marah-marah.

auditori,
agresivitas
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Menurut penjelasan Bapak Salim, Kristin menderita gangguan jiwa
sejak tahun 2010. Pada saat itu gejala yang terlihat cemas, banyak
diam dan melamun, sulit tidur. Hal itu disebabkan karena faktor
keuangan dikeluarga yang semakin sulit, yang memaksa Kristin
untuk bekerja supaya dapat membantu keuangan keluarga. Setelah

motorik

lulus SMA Kristin bekerja sebagai waitress di sebuah hotel. Kristin


tidak terlihat cemas lagi, Kristin bersikap normal seperti biasanya
karena kristin sudah punya gaji sendiri. Pada tahun 2014 Kristin
berhenti dari pekerjaannya di hotel dan mulai berpindah-pindah
tempat kerja, salah satunya magang untuk menjadi kasir di restoran
fastfood. Namun saat status Kristin masih pegawai magang di
tempat tersebut, Kristin sudah pindah lagi tempat kerja karena
merasa

ketakutan.

Kristin mendengar

bisikan-bisikan yang

memberitahu bahwa di tempat kerjanya ada orang jahat yang


mengganggu kristin. Sejak saat itu kristin berbicara banyak
melantur, merasa bahwa ada orang jahat yang selalu mengganggu
dirinya dan mengancam akan membunuh kristin. Sejak November
2015 bahkan Kristin sering marah-marah dan mengamuk. Pada
Januari 2016, orang tua Kristin membawa Kristin Ke RS Dustira,
lalu Kristin dirawat di Ruang Rawat Penyakit Jiwa selama 2
minggu. Kristin dibawa pulang oleh keluarganya karena sudah
membaik, Kristin tidak pernah marah-marah dan mengamuk lagi.
Namun pada tanggal 8 Maret 2016 akhirnya Kristin dibawa
kembali ke RS Dustira karena dalam beberapa hari ke belakang,
Kristin tidak mau minum obat dan mengamuk lagi.
RIWAYAT HIDUP PASIEN
Kristin adalah seorang anak yang pendiam, tidak banyak bicara,
jarang menceritakan pada orang tuanya apabila mempunyai
masalah. Karena keadaan ekonomi keluarga, setelah lulus SMA

Kristin bekerja sebagai waitress di sebuah hotel. Pada tahun 2014


Kristin berhenti dari pekerjaannya di hotel dan mulai berpindahpindah tempat kerja, salah satunya magang untuk menjadi kasir di
restoran fastfood. Kristin hidup dalam lingkungan keluarga yang
harmonis dan 4 bersaudara, Kristin adalah anak ke-2. Kedua adik
Kristin masih sekolah. Orang tua Kristin bekerja sebagai pedagang.
Keadaan ekonomi keluarga Kristin kurang baik.
RIWAYAT PERNIKAHAN
Kristin sudah menikah, namun keluarga Kristin tidak mengetahui
tentang kehidupan rumah tangga Kristin, karena Kristin tidak
pernah menceritakan apapun pada kedua orang tuanya.
Kehidupan fantasi
Tidak ada keterangan.
Kehidupan seksual
Tidak ada keterangan.
Kehidupan sosial
Hubungan sosial pasien dalam kedaan baik tetapi apabila dalam
keadaan sakit maka pasien akan membenci semua orang yang ada
di sekelilingnya karena merasa banyak orang-orang yang akan
membunuh kristin dan meracuni kristin.

Waham curiga

AUTOANAMNESIS

Keluhan Utama:
Mengamuk
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien dibawa ke rumah sakit Dustira dengan dengan keluhan
mengamuk secara tiba-tiba. Faktor pencetusnya adalah ingat
terhadap mantan istri pasien yang sudah mempunyai suami lagi.
Pasien selalu berbicara bahwa orang orang menginginkan pasien
bercerai dengan istrinya.

Gangguan Orientasi
Orientasi pasien terhadap tempat, waktu, orang lain, dan diri sendiri Agresivitas motorik
dalam keadaan baik.

Waham curiga

Gangguan Persepsi
Pasien mengalami halusinasi dengar berupas suara bisikan yang
menyuruh pasien untuk marah dan banyak bicara.

Gangguan Ingatan
Kemampuan pasien dalam mengingat dalam keadaan baik. Pasien
bisa menceritakan masa kecilnya, menceritakan dari awal mula
sakit hingga pasien di bawa berobat ke rumah sakit.

Gangguan Pikiran

Halusinasi dengar +++

Pikiran pasien ada yang tidak wajar, yaitu pasien merasa bahwa
dirinya adalah asisten tuhan. Kemampuan abstraksi pasien dalam
keadaan baik, ketika ditanya apabila melihat ada yang mencuri,
pasien menjawab akan melapor terhadap polisi. Pasien memiliki
pemikiran curiga kepada orang lain, tetapi setelah diberi obat
apabila dikoreksi pasien bisa menerima dengan baik. Sifat
pemikiran pasien tersebut mempengaruhi tingkah lakunya menjadi
malas untuk keluar dari rumah.
Waham kebesaran

Gangguan Emosi
Perkembangan emosi pasien labil. Menjadi gampang marah dan

Waham curiga

gampang sedih terutama jika disinggung tentang mantan istrinya.


Durasi pasien jika sedang marah antara 10 20 menit. Pasien Gangguan fungsi sosial
pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu
pernah mendengar tentang omongan untuk almarhum neneknya
dari orang lain dan pernah dipaksa untuk bercerai dengan istrinya.

Mood labil

Perubahan Tingkah Laku


Sebelum pasien mengalami gangguan jiwa, pasien pendiam dan Faktor presipitasi
pemalu, bicara seperlunya. Lalu setelah pasien mengalami ganguan
jiwa pasien menjadi banyak bicara dan suka mengamuk. Akhirakhir ini pasien sering mengamuk tidak jelas karena memikirkan
mantan istri dan anaknya. Kemampuan kerja pasien masih bagus,
tetapi jika sedang sakit suka terganggu, karena ada suara bisikan
yang menggangu pasien. Pasien juga mengalami penyakit diabetes
mellitus.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sudah pernah mengalami keluhan serupa sejak tahun 2004.
Pasien pernah dirawat di rumah sakit jiwa cisarua sebelumnya.
Riwayat Keluarga:
Struktur keluarga
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Nama
Pandi
Atik
Karsih
Karti
Ipah
Kasasonjaya
Karli
Norman

Hubungan
Ayah
Ibu
Kakak
Kakak
Kakak
Kakak
Adik
Adik

JK
L
P
P
P
P
L
L
L

Usia
72
Alm
51
48
Alm
41
31
28

Kesehatan
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat

Di dalam keluarga pasien tidak terdapat anggota keluarga yang


bergejala seperti pasien. Pasien merupakan anak keempat dari tujuh
7

bersaudara. Semua keadaan keluarga pasien dalam keadaan sehat.


Ibu dari pasien sudah meninggal pada tahun 2008.
Hubungan perkawinan antara ayah dan ibu pasien dalam keadaan
baik. Pasien merupakan anak kandung dari kedua orang tua nya.
Pasien memiliki status sosio-ekonomi menengah ke bawah. Status
sosio-kultural kurang, karena pasien sering diejek. Suasana
kehidupan keluarga pasien baik, kakak pasien sering menengok
pasien baik ketika pasien sehat ataupun sakit. Cara orang tua dalam
mendidik dan mengasuh pasien penuh kasih sayang.

Riwayat Hidup
Pasien lahir secara normal di rumah daerah Cipendeuy dan dibantu Faktor presipitasi
oleh paraji. Pasien merupakan anak yang diinginkan. Pasien sangat
di sayangi oleh kedua orang tuanya. Ayah pasien tegas dalam
mendidik pasien. Ketika bayi pasien dalam keadaan sehat dan
normal. Masa kecil pasien pemalu dengan orang lain. Hubungan
pasien dengan orang tua dalam keadaan baik dan cara orang tua
mendidik pasien juga baik. Pada saat pasien remaja, ketika nenek
pasien meninggal, pasien sering mendengar omongan yang tidak
mengenakan tentang neneknya yang bekerja sebagai paraji dan
membuat pasien tidak nyaman. Pasien akhir-akhir ini didiagnosis
mengalami diabetes mellitus. Kegemaran pasien pada masa
pubertas yaitu mengikuti kegiatan olahraga. Pasien mempunyai

pekerjaan sebagai tukang ojeg di daerahnya.

Riwayat Perkawinan
Pasien menikah dengan teman sekolahnya dulu. Pasien menikah
dengan Ibu Kokom sebelum akhirnya bercerai pada tahun 2012
karena keluarga istri pasien tidak nyaman dengan perilaku pasien
dan memilik satu orang anak. Hubungan pasien dengan istri baik.
Pasien menikah kembali dengan istri kedua yang bernama Ibu Ihat
pada tahun 2014. Tetapi pasien mengaku masih sering mengingat
Ibu Kokom.

Kepribadian Sebelum Sakit


Sebelum mengalami gangguan jiwa pasien pendiam dan rajin
bekerja, pasien dikenal sebagai orang yang ramah. Sehari-hari
pasien suka diam di warung dan mengopi terutama dengan teman
teman tukang ojeg.

Kehidupan Fantasi
Pasien sering berangan angan untuk rujuk kembali dengan mantan
istrinya.

Kehidupan Psikososial
Pasien bukan merupakan orang yang serng bergaul. Pasien pertama

kali mulai menyukai lawan jenis ketika pasien menduduki kelas 2


sekolah menengah pertama.

Kehidupan Emosional
Selama pasien mengalami gangguan jiwa sifat pasien menjadi
pemarah dan gelisah.

Hubungan Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga dalam keadaan baik, pasien
tidak memiliki musuh dengan tetangga atau kerabat lainnya.

Kebiasaan dan Kesenangan


Pasien senang merokok dan mengopi dalam kesehariannya.
Status Fisikus
Keadaan Umum
Kesan sakit: Tidak tampak sakit
Kesadaran: Compos Mentis
Tanda Vital:
TD

: 120/80 mmHg

Nadi

: 80 x/menit

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu

: 36,5 C

Keadaan Gizi : Baik

10

Bentuk Tubuh : Normal

Status Psikikus
Penampilan

: Dekorum : kebersihan kurang baik


Kontak: Positif (ada kerjasama dan partisipasi)
Rapport: Cukup adekuat

Cara bicara

: Logore, asosiasi longgar

Tingkah laku

: Hiperaktif

Ekspresi emosi

: Tampak gembira

Pikiran dan persepsi


Isi pikiran

: Waham curiga dan waham kebesaran

Bentuk

: Autistik

Jalan

: Inkoheren

Persepsi

: Halusinasi auditorik (+)

Fungsi kognisi
Kesadaran

: compos mentis

Orientasi

: baik (tempat, waktu, diri sendiri, orang lain)

Konsentrasi

: kurang

Memori

: baik

Kalkulasi

: cukup baik

Intelegensia

: sesuai dengan usia dan tingkat pendidikan

Penilaian abstrak

: baik

Tilikan/wawasan (insight of illness): buruk

11

Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Psikologis
Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan EEG
Tidak dilakukan pemeriksaan

Psikodinamika

Premorbid
Pasien berasal dari keluarga yang harmonis. Kepribadian pasien sejak kecil
adalah seorang yang pendiam, jarang bicara. Hubungan pasien dengan
orangtuanya dekat. Kecenderungan pasien untuk menyendiri merupakan mental
mekanisme represi, isolasi dan fantasi.

Durante morbid
Presipitasi masalah pada pasien terjadi karena pasien bercerai dengan istri
pertamanya dikarenakan tidak disetujui untuk menjalinan perkawinan dengan
pasien yang dikatakan sakit jiwa.
Status present
Kesadaran pasien baik ketika diperiksa, pasien memiliki waham curiga dan
kebesaran. Terdapat juga gangguan persepsi berupa halusinasi dengar. Ingatan
pasien masih baik, kecerdasan pasien dalam batas normal. Pasien mulai tenang
dan mengalami perbaikan.

12

Diagnosis Multiaksial
Aksis I

Gangguan klinik

: Skizofrenia Paranoid

Diagnosis banding

: Gangguan waham menetap

Aksis II

Gangguan kepribadian

: tidak ada

Retardasi mental

: tidak ada

Aksis III

Kondisi medik umum : tidak ada

Aksis IV

Masalah ekonomi

Aksis V
GAF Scale : 34-37 (Major impairment in several areas of functioning)

Diagnosis Kerja
Skizofrenia Paranoid

Diagnosis Banding
Skizofrenia paranoid
Gangguan waham menetap

13

Penatalaksanaan
Lodomer 2 x 2 ml

Haloperidol (APG-I)

Arkine 2 x 2 ml

THP (Antikolinergik)

Clopin 25 mg 0-0-1

Clozapine (APG-II)

Prognosis
Pada kasus, pasien mengalami skizofrenia paranoid. prognosis pada pasien baik.

14

PEMBAHASAN

Definisi
Skizofrenia merupakan sindrom klinis yang pada dasarnya mengganggu
fungsi kognitif, emosi, persepsi dan aspek tingkah laku.

Manifestasi klinis

bergantung pada tiap-tiap pasien sesuai dengan lamanya penyakit, tetapi efek dari
penyakitnya ini selalu berat dan biasanya bertahan lama. Kelainan ini biasanya
muncul sebelum usia 25 tahun bertahan seumur hidup, serta mengganggu fungsi
sosial dan personal karena masyarakat memandang sebelah mata terhadap
penyakit ini. Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering.
Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka.
Pada pasien yang menderita penyakit ini memiliki kesadaran yang jernih
(clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian
Etiologi
1. Faktor Biologik
Faktor biologik diantaranya karena terdapat peningkatan dopamine dan
norepinefrin. Pada skizofrenia, terjadi penurunan GABA yang secara tidak
langsung juga berpengaruh terhadap peningkatan dopamine. Sedangkan pada
pasien skizofrenia kronik terjadi keabnormalan metabolism dan kadar serotonin.
Kadar ini dapat meningkat maupun menurun.

15

Terjadi hipofungsi reseptor glutamate tipe N-methyl-D-aspartate (NMDA)


yang menyebabkan gejala negative dan positif pada skizofrenia. Menurut teori
perkembangan saraf, terdapat bukti bahwa abnormalitas perkembangan saraf
selama trimester kedua masa kehamilan menyebabkan abnormalitas fungsi saraf
yang dapat menyebabkan timbulnya gejala skizofrenia pada dewasa muda.
Faktor genetik memiliki peranan penting terhadap hampir semua kasus
skizofrenia. Belum diketahui secara pasti model genetik yang berpengaruh, namun
ditemukan beberapa gen yang menyebabkan seseorang rentan mengalami
skizofrenia yaitu 1q, 5q, 6p, 6q, 8p, 10p, 13q, 15q, dan 22q. Penelitian terbaru
menemukan bahwa adanya hubungan mutasi gen dystrobevin dan neureglin 1
berhubungan dengan gejala negative pada skizofrenia.
2. Faktor Psikosial dan lingkungan
Pasien dengan keluarga yang tidak harmonis memiliki kecenderungan
untuk relaps lebih tinggi dibandingkann pasien dengan keluarga yang harmonis.
Stress psikologis dan lingkungan merupakan faktor pencetus tersering terhadap
timbulnya gejala pada pasien.

Klasifikasi Skizofrenia
Ada beberapa subtipe skizofrenia berdasarkan PPDGJ III:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Skizofrenia paranoid
Skizofrenia hebefrenik
Skizofrenia katatonik
Skizofrenia tak terinci
Depresi pasca skizofrenia
Skizofrenia residual
Skizofrenia simpleks
Skizofrenia lainnya

16

9. Skizofrenia yang tak tergolongkan


Semua pasien skizofrenia sebaiknya digolongkan kedalam salah satu dari
subtipe. Subtipe ditegakan berdasarkan atas manifestasi perilaku yang paling
menonjol.
Skizofrenia Tipe Paranoid
Tipe ini paling stabil dan paling sering terjadi. Awitan subtipe ini biasanya
terjadi lebih belakangan bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk skizofrenia
lainnya. Gejala terlihat sangat konsisten, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai
dengan wahamnya. Pasien sering tak kooperatif dan sulit untuk kerjasama,
mungkin

agresif,

marah,

atau

ketakutan,

tetapi

pasien

jarang

sekali

memperlihatkan perilaku disorganisasi. Waham dan halusinasi menonjol


sedangkan afek dan pembicaraan hamper tidak terpengaruh. Beberapa contoh
gejala paranoid yang sering ditemui, yaitu:

Waham kejar, rujukan, kebesaran, waham dikendalikan, dipengaruhi, dan


cemburu
Halusinasi akustik berupa ancaman, perintah, atau menghina.

Kriteria Skizofrenia menurut PPDGJ III


1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas ( dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang
jelas) :
a. - tought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau

17

tought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar


masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan


- tought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
b.

lain atau umum mengetahuinya;


- delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- delusion of passifity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara
jelas merujuk ke pergerakan tubuh atau anggota gerak atau
-

kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus);


delusional perception = pengalaman inderawi yang tak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, bersifat mistik atau

c.

mukzizat;
Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri ( diantara

d.

berbagai suara yang berbicara), atau


- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemamuan
diatas manusia biasa ( misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).


2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:

18

e.

Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai


baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide
berlebihan (over- valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hariselama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus

menerus;
f.Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
g.

relevan, atau neologisme;


Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu ( posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,

h.

mutisme, dan stupor;


Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;


3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase non psikotik
prodormal);
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

19

Kriteria Skizofrenia Paranoid menurut PPDGJ III


1.
2.

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol ;
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol;
c. Waham dapat berupa

hampir

setiap

jenis

tetapi

waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of


influence), atau passivity (delusion of passivity), dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.
Penatalaksanaan
1.

Antipsikotika Generasi I (haloperidol, khlorpromazin, trifluoperazin,

2.

thioridazine, perphenazine, dll)


Antipsikotika Generasi II (risperidone, clozapine, olanzapine, dll)
Psikososial (psikoterapi individu, kelompok, terapi keluarga, latihan

3.

4.
5.

keterampilan social, remediasi kognitif, dll)


Terapi kejang listrik
Hospitalisasi bila membahayakan orang lain atau diri sendiri

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry .

10th ed. Philadelphia. 2007


2. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2003.

3. Buku Ajar Psikiatri, edisi kedua. Fakultas Universitas Indonesia. Jakarta


2013. Hal: 386-387

21

Anda mungkin juga menyukai