Anda di halaman 1dari 4

Semenjak ada penemuan dan pengembangan mikroprosessor dengan teknologi silicon,

menyebabkan dunia IT berkembang dengan pesat. Pesatnya teknologi tersebut merubah tata
cara berbisnis dunia. Teknologi informasi menjadi tulang punggung bagi perdagangan dunia.
Perkembangan dan kekuatan Teknologi informasi yang semakin meningkat membuat
perusahaan memandang bahwa sumberdaya teknologi informasi menjadi aspek yang kuat
untuk mencapai kesuksesan. Investasi untuk mengaplikasikan dan mengembangkan teknologi
informasi di perusahaan meningkat dengan pesat.
Meningkatnya investasi dan pemujaan terhadap IT merubah cara pandang terhadap IT.
Perusahaan sangat memperhatikan bahwa teknologi informasi memiliki nilai strategis dalam
upaya untuk meningkatkan sisi kompetitif perusahaan.
Pandangan tersebut merupakan sebuah kesalahan. Nilai strategis didapatkan dari
kelangkaan bukan dari benda yang bersifat ubiquity.Perusahaan akan mendapatkan
keuntungan dibanding pihak lain hanya karena perusahaan lain tidak mampu atau tidak bisa
melakukannya. Padahal, saat ini ketersediaan IT sangat mudah didapatkan. Hal ini membuat
potensi IT sebagai sumberdaya potensial berubah hanya menjadi faktor komoditas dari sebuah
produksi.
Contoh nyata fenomena tersebut adalah pada fenomena mesin uap, jalur kereta api,
telegraph, telepon, generator listrik sampai mesin pembakaran internal. Ketika sudah
meningkat ketersediannya dan menjadi benda yang jamak,maka teknologi tersebut bukan lagi
menjadistrategic standpoint dalam meningkatkan value perusahaan.

Keuntungan yang menghilang


Pemanfaatan infrastruktur teknologi akan menjadi sesuatu yang sangat potensial jika
teknologi tersebut merupakan teknologi yang sukar untuk diperoleh kompetitor. Perusahaan
akan memiliki keuntungan yang sangat tinggi jika mempunyai hak milik akan sebuah
teknologi. Namun lama-kelamaan dengan berkembangnya teknologi akan mengakibatkan
teknologi tersebut berubah menjadi infrastruktur teknologi yang umum.
Analogi pemanfaatan teknologi informasi pada saat ini memiliki gejala yang sama
dengan pemanfaatan infrastruktur-infrastruktur teknologi lain pada awal-awal abad 20-an.
Jalur kereta api, pada awalnya merupakan sebuah infrastruktur penting bagi perusahaan
untuk dapat meningkatkan nilai dari perusahaan. Perusahaan-perusahaan mulai berupaya
untuk meningkatkan kemudahan distribusi produk mulai dari pabrik, distributor sampai ke
pelanggan dengan membangun jalur-jalur kereta api pribadi. Tapi pada suatu titik,
perusahaan-perusahaan tersebut sadar bahwa teknologi tersebut tidak reliabel untuk dimiliki
secara personal oleh perusahaan. Sehingga teknologi tersebut menjadi infrastruktur umum
yang dapat diakses oleh banyak pihak. Pada titik tersebut potensi jalur kereta api sebagai
nilai tambah menjadi menghilang. Fenomena tersebut juga didukung oleh sejarah yang sama
pada teknologi-teknologi lain seperti, telegraph, telephone, mesin uap, stasiun pembangkit
listrik.
Saat teknologi sudah menjadi infrastruktur yang jamak dan dapat diperoleh dengan
mudah. Keuntungan yang didapat bukan lagi menjadi keuntungan pribadi perusahaan namun
sudah menjadi keuntungan secara makro ekonomi. Poin utama yang harus diperhatikan,
seberapa besarpun potensi strategis dari suatu teknologi yang mampu membedakan suatu

perusahaan dengan perusahaan lain akan menurun potensinya jika teknologi tersebut menjadi
mudah diakses dan tersedia bagi semua.

Komoditisasi dari IT

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Meskipun sedikit lebih kompleks dibanding teknologi-teknologi terdahulu, IT memiliki


fenomena yang mirip. Fungsi IT cenderung mengarah pada transportasi atau pemindahan
data. Sifat infrastruktur IT sebagai sarana transportasi ini akan lebih menguntungkan jika
disharing. Apalagi, IT memiliki kemungkinan yang sangat tinggi untuk ditiru. Fungsi-fungsi
yang semakin banyak diketahui oleh masyarakat umum akan mendorong terbentuknya
standarisasi teknis. Hal tersebut akan menjadi akhir dari aplikasi propietary dan akan berubah
menjadi economic obsolence. Bukan hanya software yang mudah ditiru sebagai penyebab
utama terjadinya economic obsolence, penggunaan software yang generik tentu akan
menyeragamkan bisnis proses sebagian besar perusahaan.
Kemunculan internet mendorong terjadinya komoditisasi IT dengan menyediakan jalur
pengiriman yang sempurna untuk aplikasi generik. Terlebih lagi pada saat ini perusahaan
memenuhi kebutuhan teknologi hanya dengan membeli web service dari pihak ketiga. Vendorvendor utama saat ini pun mulai berpikir untuk menempatkan diri sebagai IT utilities.
Sehingga, perusahaan mulai merubah aplikasi yang dikembangkan sendiri dengan aplikasi yang
generik.
Kesimpulan dari semua alasan yang telah dikemukakan. IT akan menjadi subyek yang
mengalami penurunan harga yang sangat cepat. Dikarenakan batasan-batasan keunggulan dari
kompetitor mulai hilang dan IT menjadi komoditas yang bisa diakses dengan mudah oleh
semua pihak.
Seperti infrastruktur-infrastruktur teknologi terdahulu, IT menyediakan kesempatan
untuk perusahaan memiliki keuntungan kompetitif hanya pada saat teknologi tersebut dimiliki
secara pribadi (propieatary). Namun akan mengalami penurunan kegunaan jika teknologi
tersebut sudah jamak dimiliki oleh masyarakat.
Contoh perusahaan yang mengalamai fenomena tersebut adalah,
AHS (American Hospital Supply dengan ASAP (Analytical Systems Automated Purchasing)
American airlines dengan Sabre Reservation System
Federal Express dengan Package-Tracking System
Mobil Oil dengan teknologi Automated Speedpass payment System
Reuter dengan financial information network
E-bay dengan usahanya yang mampu merubah industri dengan IT.
Dari contoh diatas, memiliki fenomena yang mirip. Keunggulan pemanfaatan
infrastruktur IT hanya terjadi ketika kompetitor lain belum memiliki teknologi tersebut.
Namun ketika teknologi sudah dapat dimiliki secara luas maka keunggulan tersebut menurun
dengan cepat. Namun tidak bisa dipungkiri terdapat perusahaan-perusahaan yang dapat
memanfaatkan inovasi IT untuk menjadi keunggulan utama perusahaan tersebut. Contohnya
terjadi pada Walmart dan Dell Computer.
Tetapi, pada saat ini kesempatan untuk meningkatkan keuntungan dari investasi
berbasis IT mengalami trend penurunan. Berdasarkan sejarah, teknologi yang mampu
memberikan dampak besar terhadap perubahan perilaku industri pada suatu titik akan

a.
b.
c.
d.
e.

mengalami penurunan dikarenakan waktu perkembangan teknologi tersebut sudah mendekati


akhir. Pada saat ini IT berada pada posisi penurunan tersebut. Ciri-ciri teknologi IT yang
dinilai sudah mulai mendekati akhir perkembangan antara lain, sebagai berikut,
Kekuatan IT melampaui kebutuhan perusahaan.
Harga dari fungsionalitas IT menjadi sangat murah sampai pada titik dimana teknologi dapat
dimiliki oleh orang banyak.
Kapasitas dari jaringan distribusi universal tidak seimbang dengan rendahnya kebutuhan
industri.
Vendor mulai memposisikan diri sebagai suplier komoditi atau sebagai bagian dari utilitas
perusahaan.
Gelembung investasi IT yang telah meledak, yang secara historis menjadi indikasi yang jelas
bahwa teknologi telah mencapai akhir masa perkembangan.
Walaupun nilai dari IT mengalami penurunan namun tetap terdapat beberapa
perusahaan yang mengalami perkecualian karena memiliki aplikasi yang memiliki spesifikasi
yang sangat tinggi.

Perubahan paradigma investasi IT (From Ofensif to Defensif)


Trend penurunan kegunaan IT dalam memberikan nilai tambah ke perusahaan
seharusnya disikapi dengan bijak dengan pengelolaan IT yang lebih baik. Apalagi investasi IT
memiliki resiko operasional yang relatif besar. Resiko operasional yan berhubungan erat
dengan IT antara lain,technical gliches, keusangan, berhentinya layanan, vendor atau partner
tidak terpercaya, pelanggaran keamanan, bahkan terorisme. Dan yang paling utama adalah
perusahaan mulai beralih dari sistem yang terkontrol dengan ketat dan propieatary menjadi
terbuka dan di-share.
Pada saat ini sudah seharusnya, manajemen investasi IT sudah melakukan perubahan
paradigma berinvestasi terhadap IT.Berdasarkan gejala-gejala yang timbul, paradigma
investasi yang terus berupaya melakukan investasi IT hanya demi memperoleh posisi strategis
dalam kompetisi menjadi kurang tepat. Seharusnya perusahaan saat ini lebih berpikir kearah
bagaimana untuk memanfaatkan teknologi IT yang sudah dimiliki untuk dapat menghasilkan
keuntungan yang maksimal (Pola Defensif).
Beberapa perusahaan saat ini sudah melakukan terobosan dengan berupaya
mengidentifikasi kerentanan yang mereka miliki daripada melakukan investasi pada teknologi
baru. Secara lebih jauh, bencana yang paling menakutkan yang dihadapi oleh perusahaanperusahaan adalah pengeluaran yang berlebih. Padahal investasi IT akan mengalami
penurunan harga yang sangat signifikan. Hal ini mendorong perusahaan untuk melakukan
penghematan besar-besaran untuk pengeluaran pada investasi IT. Perusahaan harus pandai
dalam menentukan skala prioritas pembelian IT.
Pada tahapan yang lebih tinggi, penghematan dilakukan dengan cara melakukan
evaluasi terhadap hasil yang didapatkan dari investasi sebuah sistem. Perusahaan tersebut
berupaya lebih kreatif dalam mencari alternatif yang lebih murah dan sederhana bahkan
membuka peluang untuk melakukan outsourcing.
Pengeluaran yang tinggi terhadap investasi pada IT sebenarnya akibat dari strategi
dagang para vendor-vendor IT. Vendor tersebut memiliki kemampuan strategis untuk

mendorong perusahaan-perusahaan terus menerus mengeluarkan investasi untuk pembelian


dan upgrade infrastruktur IT yang mereka miliki. Oleh karena itu, perusahaan harus bijak
dalam menyikapinya.
Selain bijak dalam melakukan investasi IT, perusahaan juga harus menghilangkan
kecerobohan dalam pemanfaatan IT yang selama ini dilakukan. Sebagian besar infrastruktur IT
pada saat ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak berguna bagi perusahaan.
Strategi investasi yang sangat bagus untuk dilakukan pada saat ini adalah dengan
melakukan penundaan investasi IT hingga pada saat yang tepat. Kebiasaan perusahaan yang
kurang sabar dan takut tertinggal teknologi menyebabkan investasi IT menjadi membesar.
Biaya riset dan investasi IT akan sangat tingi dan tidak relevan dengan keuntungan yang
didapatkan. Dilain pihak terdapat perusahaan yang memiliki strategi cerdas. Perusahan
tersebut mampu untuk mendapatkan keuntungan lebih dengan cara menunggu sampai
teknologi tersebut terstandarisasi dan telah tersedia best practices yang solid.
Pendapat bahwa pengurangan pengeluaran untuk IT dapat merusak posisi kompetitif
suatu perusahaan tidak sepenuhnya benar. Bahkan menurut statistik yang dikeluarkan oleh
Alineam Consulting Firm menyatakan, 25 Perusahaan teratas yang memperoleh keuntungan
tertinggi dari investasi IT justru memiliki pengeluaran relatif kecil dibanding perusahaan pada
umumnya.
Tata cara pengelolaan IT yang baik pada saat ini harusnya tidak lagi berupaya mencari
keuntungan secara agresif dari investasi IT, namun lebih kearah mengatur manajemen risiko
dan biaya dengan cermat. Dengan pola fikir defensif terhadap investasi IT pada saat ini akan
menyelamatkan perusahaan dari investasi yang mubazir.

Anda mungkin juga menyukai