Anda di halaman 1dari 64

1

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP


KETERAMPILAN SOSIAL SISWA TUNAGRAHITA
SMALB PEMBINA TINGKAT NASIONAL
LAWANG

KARYA TULIS ILMIAH


ELSA BUDI SIHSILYA RAHMAWATI
NIM. 1002410013

BAB I
PENDAHULUAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV BIDAN PENDIDIK

2011

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP


KETERAMPILAN SOSIAL SISWA TUNAGRAHITA
SMALB PEMBINA TINGKAT NASIONAL
LAWANG
Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Pendidikan Diploma IV Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Malang

ELSA BUDI SIHSILYA RAHMAWATI


NIM. 1002410013

PENDAHULUAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV BIDAN PENDIDIK
2011

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

: Elsa Budi Sihsilya Rahmawati

Tempat/tanggal lahir : Malang, 16 Oktober 1989


NIM

: 1002410013
Menyatakan dan bersumpah bahwa Karya Tulis Ilmiah ini merupakan

hasil karya sendiri dan belum pernah dibuat oleh orang lain untuk memperoleh
gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun.
Jika kemudian hari saya terbukti melanggar atas pernyataan dan sumpah
tersebut diatas, maka saya bersedia untuk menerima sanksi dari akademik dan
almamater.

Malang, Juli 2011


Yang menyatakan,
TTD

Elsa Budi.S.R

LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Karya Tulis Ilmiah
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterampilan Sosial Siswa
Tunagrahita SMALB Pembina Tingkat Nasional Lawang
Elsa Budi S. R 1002420013
Telah diperiksa dan disetujui
untuk diujikan

Malang, Juli 2011


Pembimbing Utama

Malang, Juli 2011


Pembimbing Pendamping

Rita Yulifah, S. Kep, M. Kes


NIP: 19660727 199103 2 003

Heny Astutik, S. Kep. Ns, M. Kes


NIP: 19690621 199203 2 003

LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunagrahita
SMALB Pembina Tingkat Nasional Lawang
oleh Elsa Budi Sihsilya. R 1002420013
Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji
PadaTanggal .....................

Dewan Penguji
Penguji Ketua

Rita Yulifah, S. Kep, M. Kes


NIP: 19660727 199103 2 003

Penguji Anggota I

Didien Ika. S, M.Keb.


NIP. 19721210 200212 2 001

Penguji Anggota II

Heny Astutik, S. Kep. Ns, M. Kes


NIP: 19690621 199203 2 003

Mengetahui:
Ketua
Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Dep. Kes. Malang

Temu Budiarti, S. ST. M. Pd


NIP. 1951 0423 197302 2 001

ABSTRAK

Rahmawati, Elsa Budi Sihsilya. 2011. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap
Keterampilan Sosial Siswa Tunagrahita SMALB Pembina Tingkat Nasional
Lawang. Karya Tulis Ilmiah Program Studi D-IV Bidan Pendidik Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang. Pembimbing I: Rita Yulifah, S.Kp.,
M.Kes. Pembimbing II: Heny Astutik, S.Kp.Ns, M. Kes
Kata Kunci : Pola Asuh Orang Tua dan Tingkat Keterampilan Sosial,
penyusunan KTI
Keterampilan sosial dibutuhkan saat anak memasuki kelompok sebaya. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial dan salah satunya adalah
pola asuh orang tua.Penelitian ini bertujuan menganalisa prngaruh pola asuh
orang tua terhadap keterampilan sosial siswa tunagrahita, menggunakan desain
deskriptif korelasional. Populasinya semua orang tua siswa tunagrahita SMALB
Pembina Tingkat Nasional Lawang sebanyak 15 responden dan 3 wali kelas.
Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh diperoleh 15 responden
dan 3 wali kelas. Hasil pengambilan data jenis pola asuh orang tua melalui
kuesioner diperoleh 26,7% otoriter, 33,3% demokratis, 20% permisif dan 20%
ganda sedangkan data keterampilan sosial diperoleh 73,3% berketerampilan sosial
sedang dan 26,7% berketerampilan sosial rendah. Kemudian dilakukan pengujian
data menggunakan Spearman Rank dapat diketahui terdapat pengaruh antara pola
asuh orang tua terhadap keterampilan sosial siswa tunagrahita SMALB Pembina
Tingkat Nasional Lawang. Oleh karena itu, akan lebih baik jika guru dalam
mendidik siswa mengetahui tingkat keterampilan sosial siswanya.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan KaruniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunagrahita
SMALB Pembina Tingkat Nasional Lawang.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan akademis dalam
rangka menyelesaikan Pendidikan di Politeknik Kesehatan Malang Program Studi
DIV bidan Pendidik Malang sekaligus sebagai bahan bagi mahasiswa dalam
menerapkan ilmu metodologi penelitian dan statistik.
Sehubungan dengan itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Doddy RiyadiSKM., MMselaku Direktur Politeknik Kesehatan Malang.
2. Temu Budiarti, S.ST. M.Pdselaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Malang.
3. Sri Rahayu S.KpNers, M.Kes, selaku Ketua Program DIV Studi Kebidanan
Pendidik Malang.
4. Rita Yulifah, S.Kep, M.Kes selakuDosen Pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan bimbingan demi kesempurnaan Proposal ini.
5. Heny Astutik, S. Kep. Ns, M. KesselakuDosen Pembimbing II yangtelah
memberikan arahan dan bimbingan demi kesempurnaan Proposal ini.
6. Teman-teman dan adik-adik yang telah memberikan dukungan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis meyadari sepenuhnya bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai bentuk saran dan kritik yang bersifat

membangun akan diterima dengan tangan terbuka demi tercapainya Karya Tulis
Ilmiah yang lebih baik.

Malang, 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................... i


Lembar Pernyataan Keaslian....................................................................ii
Lembar Persetujuan...................................................................................iii
Lembar Pengesahan....................................................................................iv
Abstrak.........................................................................................................iv
Kata Pengantar...........................................................................................v
Daftar Isi...................................................................................................... vii
Daftar Tabel................................................................................................. x
Daftar Gambar............................................................................................ xi
Daftar Lampiran......................................................................................... xii
BAB 1: PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.............................................................................1
1.2.Rumusan Masalah........................................................................2
1.3.Tujuan Penelitian.........................................................................2
1.3.1. Tujuan Umum..........................................................................2
1.3.2. Tujuan Khusus..........................................................................2
1.4.Manfaat Penelitian.......................................................................3
1.4.1. Manfaat Teoritis ......................................................................3
1.4.2. Manfaat Praktis .......................................................................3
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Tunagrahita....................................................................4
2.1.1 Pengertian Tunagrahita.............................................................4
2.1.2 Karakteristik Umum Tunagrahita..............................................4
2.1.3 Klasifikasi Tunagrahita.............................................................5
2.1.4Penyebab Tunagrahita................................................................5
2.1.5 Implikasi Pendidikan bagi Tunagrahita.....................................5
2.2. Konsep Keterampilan Sosial.......................................................6
2.2.1 Pengertian Keterampilan Sosial................................................6
2.2.2 Atribut Keterampilan Sosial......................................................7
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial....................9
2.2.4 Aspek yang Menuntut Keterampilan Sosial..............................9
2.2.5 Manfaat Keterampilan Sosial....................................................10
2.2.6 Skala Keterampilan Sosial.......................................................11
2.3 Konsep Pola Asuh Orang Tua.....................................................11
2.3.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua..............................................11
2.3.2 Tipe-tipe Pola Asuh Orang Tua.................................................11
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh.....................................12
2.3.4 Peran Pola Asuh Orang Tua......................................................12
2.3.5 Skala Pola Asuh........................................................................13
2.4. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterampilan
Orang Tua...................................................................................13
2.5. Kerangka Konsep.........................................................................15
2.6 Hipotesis......................................................................................15
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian.........................................................................16
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling......................................16

3.2.1. Populasi....................................................................................16
3.2.2. Teknik Sampling......................................................................16
3.2.3. Sampel......................................................................................16
3.3 Variabel Penelitian......................................................................16
3.4 Defenisi Variabel Operasional.....................................................17
3.5 Instrumen Penelitian....................................................................17
3.6 Tempat Dan Waktu Penelitan......................................................18
3.7 Teknik Pengumpulan Data..........................................................18
3.8 Teknik Pengolahan Data..............................................................18
3.9 Analisis Data................................................................................20
3.10 EtikaPenelitian...........................................................................20
3.11 Jadwal Penelitian........................................................................21
3.12 Kerangka Operasional...............................................................21
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.4

Definisi Operasional....................................................................17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Konsep Pengaruh Pola Asuh Orang Tua


terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunagrahita....................16

Gambar 3.1

Bagan Kerangka Operasional Pengaruh Pola Asuh


Orang Tua terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunagrahita..18

DAFTAR LAMPIRAN

10

Lampiran 1

: Jadwal Penelitian

Lampiran 2

: Surat Studi Pendahuluan Institusi

Lampiran 3

: Surat Studi Pendahuluan Bakesbangpol Linmas

Lampiran 4

: Permohonan Bersedia Menjadi Responden

Lampiran 5

: Pernyataan Bersedia Menjadi Responden

Lampiran 6

: Kisi-kisi kuesionerKeterampilan Sosial

Lampiran 7

: Kuisioner Keterampilan Sosial

Lampiran 8

: Kisi-kisi Kuesioner Pola Asuh Orang Tua

Lampiran 9

: Kuesioner Pola Asuh Orang Tua

Lampiran 10

: Master Sheet Validitas Pola Asuh Orang Tua

Lampiran 11

: Validitas Pola Asuh Orang Tua

Lampiran 12

: Reliabilitas Pola Asuh Orang Tua

Lampiran 13

: Master Sheet Validitas Keterampilan Sosial

Lampiran 14

: Validitas Keterampilan Sosial

Lampiran 15

: Reliabilitas Keterampilan Sosialpir

Lampiran 16

: Surat Keterangan Pelaksanaan Uji Validitas Instrumen

Lampiran 17

: Tabel Distribusi Frekuensi

Lampiran 18

: Master Sheet Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap


Ketrampilan Sosial

Lampiran 19

: Master sheet pola asuh orang tua dan keterampilan sosialampian

Lampiran 20

: Hasil analisis dengan menggunakan SPSS 15

Lampiran21

: Lembar Konsultasi

11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelahiran anak merupakan kebahagiaan tiada tara yang tidak bisa
dibandingkan dengan harta ataupun nyawa, dengan melahirkan anak
membuat para perempuan merasa sempurna, dan merupakan sebuah
keberhasilan yang membanggakan bagi laki-laki (Aqila, 2010). Setiap orang
tua tentunya menginginkan anaknya terlahir dengan kesehatan dan
kelengkapan fisik yang sempurna. Tetapi kenyataan terkadang tidak sejalan
dengan kehendak, banyak anak yang terlahir dengan tidak sempurna.
Ketidaksempurnaan

dan

kecacatan

pada

anak

kerap

menimbulkan

diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari, baik yang dilakukan oleh


masyarakat hingga saudara sendiri (Tim Hukum Praktis, 2010).
Beberapa jenis anak berkebutuhan khusus yaitu tunarungu yaitu
kondisi seseorang yang mengalami gangguan dalam indra pendengaran,
tunanetra merupakan sebutan untuk individu yang mengalami gangguan pada
indra penglihatan, tunadaksa merupakan sebutan bagi seseorang yang
memiliki kelainan fisik, khususnya anggota badan, tunanetra merupakan
istilah untuk seseorang anak yang kemampuan intelektualnya dibawah ratarata, autis yaitu suau kondisi dimana seseorang hidup dalam dunianya sendiri
dan menikmati kesendirian (Aqila, 2010).
Tunagrahita lebih menunjuk kepada kecerdasan secara umum dibawah
rata-rata yang disertai dengan gangguan dalam penyesuaian sosial yang

berlebih pada setiap fase perkembangannya (Tim Praktis, 2010). Menurut


Sutjihati (2010) tuna grahita diklasifikasikan menjadi tunagrahita ringan,
yaitu mereka yang masih dapat dibimbing, tuna grahita sedang atau disebut
embisil yang masih dapat dibimbing untuk mengurus diri sendiri tetapi sangat
sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik, dan tuna grahita berat atau
sering disebut idiot yang memerlukan bantuan perawatan secara total dalam
hal berpakaian, mandi, makan dan sebagainya. Karakteristik umum tuna
grahita, yaitu keterbatasan intelegensi, keterbatasan sosial dan keterbatasan
fungsi-fungsi mental lainnya.
Keterampilan sosial adalah keterampilan untuk mengatur pikiran dan
perasaan yang dinyatakan dalam suatu tindakan atau perbuatan yang tidak
merugikan diri sendiri dan orang lain. Keterampilan ini sangat diperlukan
ketika anak mulai memasuki kelompok sebaya. Beberapa fakta menunjukkan
anak dengan ketrampilan rendah umumnya tidak disukai, dikucilkan, atau
diabaikan oleh teman-temannya (Tim Pustaka Familia, 2007).
Data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, dari 222 juta penduduk
Indonesia, sebanyak 0,7% atau 2,8 juta jiwa adalah penyandang cacat.
Sedangkan populasi anak tunagrahita menempati angka paling besar
dibanding dengan jumlah anak dengan keterbatasan lainnya. Prevalensi
tunagrahita di Indonesia saat ini diperkirakan 1-3% dari penduduk Indonesia,

sekitar 6,6 juta jiwa. Anak tunagrahita ini memperoleh pendidikan formal di
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri dan SLB swasta. Jumlah penyandang cacat
di Indonesia yang bisa bersekolah mencapai 27.998siswa untuk tunagrahita
ringan dan 10.547 siswa untuk tunagrahita sedang, dan prosentase siswa yang
tercatat mampu untuk mandiri dan bersosialisasi dengan lingkungan hanya
sebesar 1,2%. Gangguan keterampilan sosial yang dialami oleh anak tuna
grahita dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor pola asuh orang
tua,stabilitas keluarga, tingkat pendidikan dan kemampuan mental, terutama
emosi dan intelegensi(Hapsara, 2006).
Pola asuh merupakan cara orang tua memperlakukan anak, mendidik,
membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai
proses kedewasaan hingga kepada upaya-upaya pembentukan norma-norma
yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya (Casmini, 2007).
Kehidupan keluarga yang baik ditandai oleh hubungan yang harmonis, selaras
dan seimbang antar anggota keluarga, dengan demikian akan membentuk
kepribadian yang matang bagi anak, sehingga dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosialnya dengan mudah (Singgih, 2010). Orang tua yang
menunjukkan perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan
emosional yang tulus dengan anak akan membangkitkan rasa percaya diri dan
nilai yang positif bagi anak (Fatimah, 2006). Menurut pengamatan peneliti
sebagian besar orang tua yang memiliki anak tunagrahita cenderung
memperlakukan anak secara otoriter, mengatur segala tingkah laku anak,
menahan unak dirumah dan tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk
berinteraksi

dengan

lingkungan

di

sekitarnya.

Menurut

penelitian

Yuniara(2009) 47,3 % orang tua dengan anak retardasi mental menerapkan

pola asuh otoriter dengan harapan anak dapat mengembangkan perilaku


positif, berprestasi, dan mandiri, 31,6 % orang tua menerapkan pola asuh
permisif dengan harapan anak akan memperoleh hasil belajar dari
tindakannya sendiri, dan hanya 21,1 % orang tua menerapkan pola asuh
demokratis dengan alasan untuk memperlakukan anak secara adil seperti
saudaranya. Beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu
jenis kelamin orang tua, kebudayaan, kelas sosial, status ekonomi,
pengalaman masa lalu, dan pengetahuan orang tua (Shocib, 2010).
SMALB Pembina Tingkat Nasional Lawang, merupakan Sekolah Luar
Biasa tipe C yang diperuntukkan siswa tuna grahita. Para siswa berasal dari
keluarga dengan latar belakang yang berbeda-beda. Dari latar belakang
keluarga yang berbeda tersebut telah membentuk pola asuh yang berbeda di
dalam keluarga.
Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterampilan Sosial siswa
SMALB Pembina Tingkat Nasional Lawang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar

belakang

diatas

maka

didapatkan

rumusan

masalahApakah ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap keterampilan


sosial siswa SMALB Pembina Tingkat Nasional Lawang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk

mengetahui

pengaruh

pola

asuh

orang

tua

terhadapketrampilan sosial siswa SMALB Pembina Tingkat Nasional


1.3.2

Lawang
Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pola asuh orang tua siswa tunagrahita SMALB


Pembina Tingkat Nasional Lawang
2. Mengidentifikasi keterampilan sosial siswa tunagrahita SMALB
Pembina Tingkat Nasional Lawang
3. Menganalisis pengaruh pola asuh orang tua terhadap keterampilan
sosial siswa tunagrahita SMALB Pembina Tingkat Nasional Lawang
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Memberi masukan dan informasi tentang keterkaitan antara pola asuh
dengan keterampilan sosial pada anak tunagrahita
2. Sebagai bahan penelitian selanjutnya berkaitan dengan pola asuh orang
tua yaitu pengaruh pola asuh orang tua terhadap kepercayaan diri pada
anak tunadaksa
1.4.2

Manfaat Praktis
1. Tempat Pendidikan (SLB)
a. Sebagai bahan pertimbangan pengelola SLB dalam memberikan
edukasi dan bimbingan konseling kepada keluarga siswa
tunagrahita dalam mendidik dan mengasuh anak.
b. Sebagai bahan pertimbangan pengelola SLB untuk digunakan
sebagai identifikasi awal ketrampilan sosial yang dimiliki siswa
sehingga dapat mengelompokkan siswa berdasarkan keterampilan
sosialnya dalam suatu kelas.
2. Orang Tua Siswa (Wali Murid)
Sebagai bahan masukan pada orang tua dalam memberikan perawatan
dan mengasuh anak tunagrahita untuk mencapai tumbuh kembang
yang optimal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Tunagrahita


2.1.1 Pengertian Anak Tunagrahita
Tunagrahita merupakan kondisi anak yang kecerdasannya jauh
dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan
ketidakcakapan
keterbelakangan

dalam

interaksi

mental

karena

sosial.

Anak

keterbatasan

tunagrahita

atau

kecerdasannya

mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di


sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental
membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan
dengan kemampuan anak tersebut (Sutjihati, 2007).
2.1.2

Karakteristik Umum Tunagrahita

Menurut Sutjihati (2007) ada beberapa karakteristik umum tunagrahita


yang dapat dipelajari, yaitu:
1. Keterbatasan Intelegensi
Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan ketrampilanketrampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasisituasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berfikir
abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahankesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan, dan kemampuan untuk
merencanakan masa depan. Anak tunagrahita memiliki kekurangan
dalam hal tersebut. Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang
bersifat abstrak seperti belajar dan berhitung, menulis dan membaca
juga terbatas.
2. Keterbatasan Sosial
Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih
muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak
mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga
mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah
dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan
akibatnya.
3. Keterbatasan Fungsi-fungsi Mental Lainnya
Anak tunagrahita memerlukan waktu

lebih

lama

untuk

menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka


memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin
dan secara konsisten dialaminya dari hari ke hari. Anak tunagrahita
tidak dapat menghadapi suatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu
yang lama

2.1.3

Klasifikasi Anak Tunagrahita


2.1.4 Menurut Yuwono (2009), ditinjau dari IQ, anak dengan
keterbelakangan mental memiliki kesamaan pada tinjauan IQ pada anak
autistik. Ditinjau dari pengelompokannya terbagi menjadi tiga kategori,
yaitu:
1. Debil dengan IQ 51-80
2.1.5 Debil atau moron merupakan tunagrahita pada tingkat
ringan. Pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami
gangguan fisik. Mereka secara fisik tampak seperti anak normal pada
umumnya. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan
berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik,
anak terbelakang mental ringan pada saatnya akan dapat memperoleh
penghasilan untuk dirinya sendiri. Anak tunagrahita ringan dapat
dididik menjadi tenaga kerja semi skilledseperti pekerja laundry,
pertanian, peternakan, bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik
dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan.
2. Embisil ber-IQ 26-50
2.1.6 Anak tunagrahita sedang disebut embisil. Anak terbelakang
mental sedang bisa mencapai perkembangan MA (Mental Age) sampai
kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat dididik mengurus diri, melindungi
diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan di
jalan raya, berlindung dari hujan dan sebagainya. Anak tunagrahita
sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti
belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun mereka masih
dapat menulis secara rasional, misalnya menulis namanya sendiri,
alamat rumahnya, dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari, anak
tunagrahita sedang membutuhkan pengawasan terus-menerus.

10

3. Idiot ber-IQ dibawah 25


2.1.7 Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot.
Kemampuan mental atau MA maksimal yang dapat dicapai kurang dari
3 tahun. Anak tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara
total dalam hal berpakaian, mandi, makan, dan lain-lain. Bahkan

2.1.9

mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.


2.1.8
Penyebab Tunagrahita
2.1.10 Menurut Aqila (2010) beberapa penyebab tunagrahita adalah:
1. Anomegali genetik atau kromosom 2
2. Penyakit infeksi, terutama pada trimester pertama karena janin belum
memiliki

sistem

kekebalan

dan

merupakan

saat

kritis

bagi

perkembangan otak
3. Kecelakaan dan menimbulkan trauma di kepala
4. Prematuritas (bayi lahir sebelum waktunya, < 9 bulan)
5. Bahan kimia yang berbahaya, keracunan pada ibu berdampak pada
janin, atau polutan lainnya yang terhirup oleh anak.
2.1.11
2.1.12 Implikasi Pendidikan bagi Anak Tunagrahita
2.1.13 Anak tunagrahita membutuhkan perhatian yang lebih dalam
pengenalan dan pemahaman akan suatu materi. Beberapa pendekatan
untuk anak tunagrahita menurut Aqila (2010):
1. Occupasional Therapy (Terapi Gerak)
2.1.14
Terapi ini diberikan untuk anak tunagrahita agar dapat
melatih secara utuh fungsi gerak tubuh mereka (gerak kasar dan gerak
halus) karena kebanyakan dari mereka masih merasa kesulitan untuk
menggerakkan dengan baik seluruh anggota tubuh mereka.
2. Play Therapy (Terapi Bermain)
2.1.15
Terapi yang diberikan bagi anak-anak tunagrahita adalah
dengan cara bermain karena hal tersebut dapat membantu anak
penyandang tunagrahita menangkap dengan mudah suatu benda yang
menjadi

metode

belajar

bagi

mereka,

misalnya

memberikan

11

pembelajaran tentang cara berhitung, anak-anak diajarkan dengan cara


sosiodrama, bermain jual-beli dan sebagainya.
3. Activity Daily Living (ADL) atau Kemampuan Merawat Diri
2.1.16
Memandirikan anak tunagrahita bukan hal yang mudah, hal
yang perlu diperhatikan adalah dengan memberikan kesempatan anak
tersebut melakukan segala sesuatu (yang tidak berbahaya) sendiri.
Anak diajarkan untuk dapat mandiri dan mengembangkan potensi yang
ada pada dirinya sehingga dapat belajar cara mempertahankan dirinya
dari segala kemungkinan-kemungkinan yang akan datang.
4. Life Skill (Ketrampilan Hidup)
2.1.17
Keterampilan hidup dibutuhkan oleh anak tunagrahita
sebagai bekal untuk bersaing dengan anak-anak normal lainnya.
Dengan adanya keterampilan ini, membuat keberadaan mereka diakui
oleh lingkungan sekitar dan keluarganya.
5. Vocational Therapy (Terapi Bekerja)
2.1.18
Dengan adanya bekal latihan bekerja, diharapkan anak-anak
penyandang tunagrahita dapat bekerja dan hidup mandiri seperti yang
dapat dilakukan oleh anak-anak normal umumnya. Dengan demikian,
anak-anak tunagrahita tidak hanya berdiam diri dan menunggu bantuan
dari orang lain, tetapi juga mampu untuk mandiri dan bersaing dengan
dunia luar.
2.1.19
2.2 Konsep Teori Keterampilan Sosial
2.2.1 Pengertian Keterampilan Sosial
2.2.2 Keterampilan sosial merupakan serangkaian perilakuperilaku adaptif individu dalam menunjukkan komunikasi sosial antar
pribadi yang menggunakan komunikasi sosial antar pribadi menggunakan
bahasa verbal maupun non verbal. Perilaku adaptif ditandai dengan

12

kemampuan merespon dengan tepat sehingga diterima dan melibatkan


dukungan lingkungan. (Santoso, 2003)
2.2.3 Ketrampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi
dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain serta kecermatan serta
membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar serta
menggunakan ketrampilan-ketrampilan tersebut untuk mempengaruhi,
memimpin, mengatur, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan dan
untuk bekerjasama dengan tim (Wibowo, 2007).
2.2.4 Menurut Tim Pustaka Familia (2007) ketrampilan sosial
adalah ketrampilan untuk mengatur pikiran dan perasaan yang dinyatakan
dalam suatu tindakan atau perbuatan yang tidak merugikan diri sendiri dan
orang lain. Kemampuan ini sangat diperlukan ketika anak memasuki
kelompok sebaya.
2.2.5 Jadi dapat disimpulkan bahwa ketrampilan sosial adalah
kemampuan individu dalam beradaptasi dengan lingkungannya sehingga
dapat diterima dengan baik oleh lingkungan disekitarnya. Dalam
melakukan penyesuaian sosial ini tidak hanya sekedar menguntungkan diri
pribadi namun juga harus dapat diterima baik oleh masyarakat, baru dapat

2.2.7

dikatakan seseorang mempunyai ketrampilan sosial yang cukup baik.


2.2.6
Atribut Keterampilan Sosial
2.2.8 Menurut Hamzah (2010), keterampilan sosial meliputi:
1. Pengaruh
2.2.9 Salah satu unsur keterampilan sosial dalam kecerdasan
emosional adalah pengaruh, yaitu suatu taktik dalam melakukan
persuasi. Menurut Goleman dalam Hamzah (2010), orang yang
memiliki kecakapan pengaruh, adalah mereka yang:
a. Terampil dalam persuasi
b. Menyesuaikan presentasi untuk menarik hati pendengar

13

c. Menggunakan strategi yang rumit seperti member pengaruh tidak


langsung untuk membangun konsensus dan dukungan
d. Memadukan dan menyelaraskan peristiwa-peristiwa dramatis agar
menghasilkan sesuatu secara efektif
2. Komunikasi
2.2.10 Keterampilan komunikasi adalah

kemampuan

dalam

mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan kepada orang lain.


Orang yang memiliki kecakapan komunikasi adalah mereka yang
memiliki kemampuan berikut:
a. Efektif dalam memberi dan menerima, menyertakan isyarat emosi
dalam pesan-pesan mereka
b. Menghadapi masalah-masalah sulit tanpa ditunda
c. Mendengarkan dengan baik, berusaha saling memahami, dan
bersedia berbagi informasi secara utuh
d. Menggalakkan komunikasi terbuka dan tetap bersedia menerima
kabar buruk sebagaimana kabar baik
3. Kepemimpinan
2.2.11 Kepemimpinan
merupakan

kecakapan

dalam

membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain.


Orang yang memiliki kecakapan kepemimpinan adalah mereka yang:
a. Mengartikulasikan dan membangkitkan semangat utuk meraih visi
serta misi bersama
b. Melangkah di depan untuk memimpin apabila diperlukan, tidak
peduli sedang dimana
c. Memandu kinerja orang lain namun tetap memberikan tanggung
jawab kepada mereka
d. Memimpin melalui teladan
2.2.12
2.2.13
4. Katalisator perubahan

14

5. Katalisator perubahan merupakan keterampilan dalam memulai dan


mengelola perubahan. Orang yang memiliki keterampilan katalisator
perubahan adalah mereka yang mempunyai kecakapan berikut:
a. Menyadari perlunya perubahan dan dihilangkannya hambatan
b. Menantang status quo untuk menyatakan perlunya perubahan
c. Menjadi pelopor perubahan dan mengajak orang lain ke dalam
perjuangan itu
d. Membuat model perubahan seperti yang diharapkan oleh orang lain
6. Manajemen konflik
2.2.14 Manajemen
konflik
adalah
keterampilan
dalam
bernegosiasi dan pemecahan silang pendapat. Orang yang memiliki
manajemen konflik adalah mereka yang mempunyai ketrampilan
berikut:
a. Mengatasi orang-orang yang sulit dan situasi tegang dengan
diplomasi dan taktik
b. Mengidentifikasi hal-hal

yang

berpotensi

menjadi

konflik,

menyelesaikan perbedaan pendapat secara terbuka, dan membantu


mendinginkan situasi
c. Menganjurkan debat dan diskusi secara terbuka
d. Mengantar ke solusi menang-menang
7. Pengikat jaringan
2.2.15 Pengikat jaringan merupakan suatu keterampilan untuk
menumbuhkan hubungan sebagai alat. Orang yang memiliki kecakapan
membangun ikatan adalah mereka yang memiliki kemampuan berikut:
a. Menumbuhkan dan memelihara jaringan tidak formal yang meluas
b. Mencari hubungan yang saling menguntungkan
c. Membangun hubungan saling percaya dan memelihara keutuhan
anggota
d. Membangun dan memelihara persahabatan pribadi diantara sesama
8. Kolaborasi
2.2.16 Kolaborasi merupakan keterampilan dalam bekerja sama
dengan orang lain demi tujuan bersama.

Orang yang memiliki

15

kecakapan kolaborasi dan kooperasi adalah mereka yang memiliki


ketrampilan berikut:
a. Menyeimbangkan pemusatan perhatian kepada tugas dengan
perhatian kepada hubungan
b. Kolaborasi, berbagai rencana, informasi, dan sumber daya
c. Mempromosikan iklim kejasama yang bersahabat
d. Mendeteksi dan menumbuhkan peluang-peluang untuk kolaborasi
9. Kemampuan tim
2.2.17 Kemampuan tim merupakan keterampilan dalam
menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan
bersama. Orang yang memiliki kecakapan dalam kemampuan tim
adalah mereka yang:
a. Menjadi teladan dalam kualitas tim seperti respek, kesediaan
membantu orang lain, dan kooperasi
b. Mendorong setiap anggota tim agar berpartisipasi secara aktif dan
penuh antusiasme
c. Membangun identitas tim, semangat kebersamaan, dan komitmen
2.2.18
2.2.19 Faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial:
2.2.20
Menurut Fatimah (2006) faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap keterampilan sosial seseorang adalah:
1. Faktor keluarga
2.2.21 Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang
memberikan banyak pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan
sosial anak. Keluarga merupakan media sosialisasi yang paling efektif
bagi anak.
2. Kematangan
2.2.22 Proses sosialisasi tentu saja memerlukan kematangan fisik
dan psikis. Untuk memberi dan menerima pandangan atau pendapat
orang lain diperlukan kematangan intelektual dan emosional.
3. Pendidikan
2.2.23 Pendidikan merupakan media sosialisasi yang terarah bagi
anak. Sebagai proses pengoperan ilmu yang normatif, pendidikan akan

16

memberi warna terhadap kehidupan sosial anak di masa yang akan


datang.
4. Kapasitas mental: emosi dan inteligensi
2.2.24 Kapasitas emosi dan kemampuan berpikir mempengaruhi
banyak hal seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah,
berbahasa dan menyesuaikan diri terhadap kehidupan di masyarakat.
Anak yang berkemampuan intelektual tinggi dan memiliki emosi yang
stabil akan mampu memecahkan berbagai permasalahan hidupnya di
masyarakat.
2.2.25 Aspek yang Menuntut Keterampilan Sosial
2.2.26 Menurut Davis dan Forsythe dalam Fatimah (2006), dalam
kehidupan remaja terdapat delapan aspek yang menuntut keterampilan
sosial (social skill), yaitu:
1. Keluarga
2.2.27 Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak
dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak
dalam keluarga sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi
terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dari keluarga yang
tidak harmonis tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup
sehingga akan sulit untuk mengembangkan keterampilan sosialnya.
Stabilitas keluarga serta pola asuh orang tua sangat berpengaruh
terhadap perkembangan keterampilan sosial anak.
2. Lingkungan
2.2.28 Dengan pengenalan lingkungan sejak dini, anak sudah
mengetahui bahwa ia memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak
hanya terdiri dari orang tua, saudara, atau kakek dan nenek saja.
Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah,

17

pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga), lingkungan keluarga


(keluarga primer dan sekunder), lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat luas.
3. Kepribadian
2.2.29 Penampilan sering diidentikkan dengan manifestasi dari
kepribadian seseorang, padahal sebenarnya tidak demikian, karena apa
yang terlihat tidak selalu menggambarkan pribadi yang sebenarnya
(bukan apa yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi
remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata,
sehingga mengucilkan orang yang memiliki penampilan tidak menarik.
Di sinilah pentingnya orang tua memberikan penanaman nilai-nilai
tanpa mendasarkan nilai-nilai fisik.
4. Rekreasi
2.2.30 Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder yang sebaiknya
dapat terpenuhi. Dengan rekreasi, seseorang akan merasa mendapat
kesegaran fisik maupu psikis, sehingga terlepas dari rasa capek, bosan,
monoton, serta mendapatkan semangat baru.
5. Pergaulan dengan lawan jenis
2.2.31 Untuk menjalankan peran menurut jenis kelamin, anak dan
remaja seyogyanya tidak dibatasi pergaulannya hanya dengan temanteman yang mempunyai jenis kelamin sama. Pergaulan dengan lawan
jenis akan memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex role
behavior yang menjadi sangat penting dalam persiapan berkeluarga.
6. Pendidikan
2.2.32 Sekolah mengajarkan berbagai keterampilan pada anak,
salah satu keterampilan tersebut adalah keterampilan sosial yang
dikaitkan dengan cara-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik
belajar sesuai dengan jenis pelajaran.

18

7. Persahabatan dengan solidaritas kelompok


2.2.33 Pada masa remaja, peran kelompok dan teman-teman
sangatlah besar. Seringkali remaja lebih mementingkan urusan
kelompok dibanding urusan dengan keluarga. Hal tersebut merupakan
hal yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan
kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain.
8. Lapangan kerja
2.2.34 Keterampilan sosial untuk memilih lapangan

kerja

sebenarnya telah disiapkan sejak anak memasuki sekolah dasar.


Melalui berbagai pelajaran di sekolah, mereka telah mengenal berbagai
lapangan pekerjaan di masyarakat. Setelah masuk SLTA, mereka
mendapatkan bimbingan karir untuk mengarahkan karir masa depan.
2.2.35
2.2.36 Manfaat Keterampilan Sosial
2.2.37 Keterampilan sosial adalah unsur yang berfungsi untuk
menajamkan kemampuan antarpribadi, unsur pembentuk daya tarik,
keberhasilan sosial bahkan karisma. Orang-orang yang terampil dalam
kecerdasan sosial dapat menjalin hubungan dengan orang lain dengan
cukup lancar, peka membaca reaksi dan perasaan mereka, mampu
memimpin dan mengorganisasi, dan pintar menangani perselisihan yang
muncul dalam setiap kegiatan manusia (Hamzah, 2010).
2.2.38
2.2.39 Skala Keterampilan Sosial
2.2.40 Skala keterampilan sosial mengacu pada skala Likert. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan instrument yang terdiri dari 26 item
yang dirancang untuk mengukur tingkat keterampilan siswa berdasarkan
atribut keterampilan sosial yang diungkap oleh Rochman (2009).
2.3 Konsep Teori Pola Asuh Orang Tua
2.3.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua

19

2.3.2

Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara

perlakuan orang tua yang diterapkan kepada anak. Banyak ahli


mengatakan pengasuhan anak (child rearing) adalah bagian penting dan
mendasar, menyiapkan anak menjadi masyarakat yang baik (Wahyuning,
2003).
2.3.3

Pola asuh adalah cara orang tua memperlakukan anak,

mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam


mencapai proses kedewasaan hingga kepada upaya-upaya pembentukan
norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya (Casmini,
2007).
2.3.4

2.3.6

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh

merupakan pola perilaku orang tua yang diterapkan dalam mendidik anak.
2.3.5
Tipe-tipe Pola Asuh Orang Tua
2.3.7
Tipe pola asuh orang tua bermacam-macam, menurut
Gunarsa (2004), cara-cara dalam menerapkan pola asuh adalah sebagai
berikut:
1. Pola asuh autoritatif (Demokratis)
2.3.8 Pola asuh ini menggunakan pendekatan rasional dan
demokratis. Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan
mencukupinya dengan pertimbangan factor kepentingan dan kebutuhan
yang realistis. Tentu saja tidak semata-mata menuruti keinginan anak,
tetapi sekaligus mengajarkan kepada anak mengenai kebutuhan yang
penting bagi kehidupannya (Wahyuning, 2003). Karakteristik pola asuh
autoritatif menurut Widyarini (2009) yaitu:
a. Orang tua berusaha mengarahkan anaknya secara rasional tentang
masalah yang dihadapi
b. Orang tua menghargai komunikasi yang saling mmberi dan
menerima antara anak dan orang tua

20

c. Orang tua tidak mengambil posisi mutlak, tetapi juga tidak


mendasar pada kebutuhan anak semata
d. Orang tua cenderung bersifat mendukung anak (suportif) dan
memberikan norma-norma dengan menjelaskan alasannya kepada
anak
2. Pola asuh otoriter
2.3.9 Gaya pengasuhan orang tua yang otoriter yakni dimana
orang tua cenderung memberikan pembatasan yang tegas bagi perilaku
anak. Orang tua yang otoriter menyusun bentuk dengan membatasi
perilaku mereka (Yuwono, 2009).
2.3.10 Karakteristik pola asuh otoriter menurut Widyarini (2009)
yaitu:
a. Orang tua berusaha mengendalikan anaknya dengan peraturan
tanpa memberi alasan
b. Orang tua sering menuntut anak sesuai yang diinginkan oleh orang
tua
c. Orang tua tidak pernah menghargai komunikasi yang saling
memberi dan menerima antara anak dan orang tua
d. Bila anak melanggar peraturan, orang tua akan menghukum yang
biasanya dengan hukuman fisik
2.3.11
3. Pola asuh permisif atau pemanja
2.3.12 Karakteristik pola asuh permisif menurut Widyarini (2009)
yaitu:
a. Orang tua berperilaku menerima dan bersikap positif terhadap
impuls (dorongan emosi) anak
b. Orang tua hanya sedikit memberikan hukuman apabila anak
melakukan kesalahan baik kesalahan kecil maupun besar
c. Orang tua membiarkan anak untuk mengatur aktivitasnya sendiri
dan tidak mengontrol.
2.3.13

21

2.3.14 Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh


2.3.15 Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua menurut
Shocib (2010) adalah:
1. Jenis kelamin
2.3.16

Orang tua laki-laki cenderung lebih keras daripada orang

tua perempuan
2. Kebudayaan
2.3.17
Latar belakang kebudayaan menciptakan perbedaan dalam
pola pengasuhan anak. Hal ini juga terkait perbedaan peran antara
perempuan dan laki-laki dalam suatu kebudayaan di masyarakat.
3. Kelas sosial
2.3.18
Orang tua kelas menengah dan rendah cenderung keras,
memaksa dan kurang toleran dibanding kelas atas yang lebih konsisten.
2.3.19
2.3.20
4. Status ekonomi
2.3.21
Orang tua dari status ekonomi rendah cenderung lebih
menekankan kepatuhan kepada figur-figur yang mempunyai otoritas:
kelas

menengah

dan

atas

cenderung

menekankan

kepada

pengembangan inisiatif, keingintahuan,dan kreativitas anak.


5. Pengalaman masa lalu
2.3.22
Pengalaman masa lalu orang tua akan diterapakan pada
anaknya. Jika orang tua diperlakukan keras, disiplin oleh keluarga
maka orang tua akan menurunkan pola asuh keras dan disiplin juga
pada anak.
6. Pengetahuan
2.3.23 Semakin tinggi tingkat pengetahuan orang tua akan
bersikap tidak memaksa dan keras,mereka bersikap lebih konsisten.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang semakin mudah
menerima informasi, sehingga semakin banyak pengalaman dimiliki
termasuk cara mengasuh anak .

22

2.3.24
2.3.25 Peran Pola Asuh Orang Tua
2.3.26 Peran pola asuh orang tua dalam mengembangkan potensi anak
menurut Lusi (2010):
1. Menciptakan atmosfir yang penuh penghargaan, waktu yang cukup
untuk bermain dan kesempatan untuk mandiri
2. Mengembangkan pola komunikasi yang positif
3. Menyediakan aturan yang konsisten dan batas-batas yang jelas dari
setiap aturan. Aturan-aturan tersebut juga harus disertai dengan
penjelasan yang memadai.
4. Menyediakan aktivitas yang mendukung penguasaan anak akan
ketrampilan-ketrampilan yang harus dikuasainya dan membuat anak
mengembangkan perasaan mampu.
5. Menyediakan kesempatan untuk merangsang bakat anak dan belajar
dengan anggota keluarga yang lain melalui hobi, permaianan, aktivitas
fisik, dan kegiatan piknik.
6. Menekankan pentingnya belajar
7. Menjaga komunikasi dengan guru di sekolah.
2.3.27
2.3.28 Skala Pola Asuh
2.3.29

Skala pola asuh terdiri 21 item dengan dari 3 alternatif

jawaban,yaitu pada jawaban:


1. Menunjuk pada pola asuh tipe otoriter , dimana tuntutan orang tua
sangat tinggi dan kadang kurang rasional, namun didasari oleh maksud
agar anak mencapai keinginan orang tua.
2. Menunjuk pada pola asuh tipe demokratis ,dimana adanya hubungan
dan pengertian timbal balik antara orang tua dan anak. Orang tua dan
anak memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan
3. Menunjuk pada tipe pola asuh permissive, yaitu pola asuh tanpa adanya
tuntutan dan terlalu memanjakan anak. Kalaupun ada tuntutan dari

23

pihak orang tua, standarnya sangat rendah. Orang tua tidak


mengarahkan perilaku anaknya.
2.3.30 Skor untuk masing-masing item diberikan berdasar
kesesuaian antara pilihan jawaban dengan jenis pola asuh yang diungkap
oleh item yang bersangkutan. Skor untuk setiap pola asuh adalah jumlah
skor item-item dalam pola asuh tersebut. Untuk dapat digolongkan ke
dalam salah satu pola asuh, subyek harus memiliki skor pada pola asuh
tersebut 7 dari skor pada pola asuh terdekat. Apabila ada dua option yang
skornya 7 maka termasuk dalam pola asuh ganda.(Azwar, 2009).
2.3.31
2.4 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterampilan Sosial
2.4.1 Orang tua mempunyai peranan yang penting dan memiliki
tanggung jawab yang besar terhadap semua anggota keluarga. Anak akan
mudah berinteraksi dengan orang lain apabila landasan yang diterapkan tepat
atau sesuai, artinya tidak terlalu menghukum dan tidak terlalu membiarkan.
Hal ini berkaitan dengan cara orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak.
Perlakuan orang tua terhadap anak mempengaruhi perkembangan yang
tentunya berkaitan dengan keterampilan sosialnya (Iftinah, 2007).
2.4.2 Secara umum keluarga merupakan tempat untuk mengasah
keterampilan sosial, jika anak mempunyai hubungan sosial dengan anggota
keluarga, maka anak tersebut akan dapat menikmati sepenuhnya hubungan
sosial dengan orang-orang di luar keluarga (sekolah, teman sebaya,
masyarakat). Hal ini menunjukkan bahwa peran pola asuh orang tua
berpengaruh paling dominan terhadap perkembangan pribadi dan sosial anak
(Sudiarti, 2006).
2.4.3 Hurlock mengemukakan ada 3 macam pola asuh orang tua yaitu:
otoriter, demokratis dan permisif. Anak-anak dari orang tua otoriter banyak

24

menunjukkan ciri-ciri pasifitas (sikap menunggu dan menyerahkan segala


sesuatu kepada orang tua), agresifitas, kecemasan dan mudah putus asa.
Anak-anak dari orang tua yang demokratis menunjukkan ciri-ciri berinisiatif,
tidak takut, lebih giat dan lebih bertujuan. Anak-anak dari orang tua permisif
(bebas) menunjukkan ciri-ciri lebih berani pada orang tua, melaksanakan
sesuatu penuh dengan ketidakadilan, dan mengungkapkan sesuatu dengan
cara yang agak radikal atau keras. Dengan pola asuh tersebut mempengaruhi
pembentukan kepribadian anak yang berbeda-beda pula keadaannya,
termasuk keterampilan sosialnya.
2.4.4 Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam
mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam
keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan berinteraksi terhadap

Faktor yang mempengaruhi ketrampilan sosial:


Kematangan
lingkungannya. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak
Pendidikan
Faktor yang mempengaruhi pola asuh:
Kapasitas
mental:dimana
emosianak
dantidak
intelegensi
Jeniskepuasan
kelamin psikis
Orangyang
Tuacukup maka
harmonis
mendapatkan
Kebudayaan
akan
sulitOrang
mengembangkan
keterampilan
sosialnya. Hal ini dapat dilihat
Keluargaanak
(Pola
asuh
Tua)
Kelas sosial
Status ekonomi
dari kurang adanya saling pengertian,
kurang mampu
diri
Pengalaman
masamenyesuaikan
lalu
pengetahuan
dengan tuntutan orang tua dan saudara, kurang mampu berkomunikasi secara
Tipe pola asuh:
Pola asuh Autoritatif
sehat, kurang mampu mandiri, kurang mampu bekerjasama, kurang mampu
Pola asuh Otoriter
Pola asuhhubungan
Permisifyang baik dengan lingkungan dan teman sebaya.
mengadakan

2.4.5
2.4.6
2.4.7

Tingkatan Keterampilan Sosial:


Ketrampilan sosial Tinggi
aksi pertama anak dengan lingkungan yang membentuk kepribadian pada anak
Ketrampilan sosial Sedang
asan psikis anak dalam keluarga
2.4.8 menentukan interaksi dengan ligkungan
KeterampilanKetrampilan sosial Rendah

2.5
2.5.1

Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian


Sosial
Kerangka Konsep
2.5.2
2.5.3
2.5.4

25

2.5.5
2.5.6
2.5.7
2.5.8
2.5.9
2.5.10
2.5.11
2.5.12
2.5.13
2.5.14
2.5.15
2.5.16
2.5.17
2.5.18
2.5.19 Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Pola Asuh Orang Tua
terhadap Keterampilan Sosial
2.5.20
2.5.21
2.5.22
2.5.2

Hipotesis
2.5.23 Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh pola asuh orang tua
terhadap keterampilan sosial siswa tunagrahita SMALB Tingkat Nasional
Lawang
2.5.24

26

2.5.25 BAB III


2.5.26 METODE PENELITIAN
2.5.27
3.1 Desain Penelitian
2.5.28 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisa pengaruh pola asuh orang
tua terhadap keterampilan sosial pada siswa tunagrahita SMALB Pembina
Tingkat Nasional Lawang dimana pengumpulan datanya dilakukan dengan
satu kali waktu saja.
Populasi:

2.5.29
Semua orang tua dan wali kelas
siswa SMALB Tuna Grahita Tingkat Pembina Nasional Lawang dengan Juml
3.2 Kerangka Operasional
2.5.30 Runtutan langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.5.31
2.5.32
Sampling jenuh
2.5.33
2.5.34
Sampling Jenuh
Sampel:
2.5.35
Semua orang tua dan wali kelas siswa
2.5.36 SMALB Tuna Grahita Tingkat Pembina Nasional Lawang dengan Jumla
Malang, sejumlah 89 PUS
2.5.37
2.5.38
2.5.39
Pengumpulan data:
2.5.40
2.5.41
enggunakan instrumen kuisioner pola
asuh orang tua Yuniarti yang telah di modifikasi dan kuisioner ketramp
2.5.42
2.5.43
2.5.44
2.5.45

Pengolahan Data:
Editing, Coding, Scoring, Transfering, Tabulating

2.5.46
2.5.47
2.5.48

Analisis Data:
Dengan menggunakan rumus Spearman Rank

Kesimpulan :
H0 ditolak bila nilai p < 0,05

27

2.5.49
2.5.50
2.5.51
2.5.52
2.5.53
2.5.54
2.5.55
2.5.56
2.5.57
2.5.58
2.5.59
2.5.60
2.5.61
2.5.62
2.5.63
2.5.64
2.5.65
2.5.66
2.5.67
2.5.68

Gambar 3.12 Kerangka Operasional Pengaruh Pola Asuh Orang


Tua terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunagrahita Tipe C di
SMALB Pembina TinNasional Lawang
2.5.69
2.5.70
2.5.71

3.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Sampling


3.3.1 Populasi

28

2.5.72 Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua dan
wali kelas siswa SMALB Pembina Tingkat Nasional Lawang Tipe C yaitu
pendidikan untuk penyandang tunagrahita ringan (debil) dengan jumlah
3.3.2

wali murid kelas 1 s/d 3 adalah 15 wali murid dan 3 wali kelas.
Teknik Sampling
2.5.73 Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan
adalah sampling jenuh, yaitu dengan mengambil sampel dari keseluruhan

3.3.3

jumlah populasi, yaitu 15 wali murid dan 3 wali kelas.


Sampel
2.5.74 Sampel dalam penelitian ini adalah semua orang tua dan
wali kelas siswa SMALB Pembina Tingkat Nasional Malang Tipe C yaitu
pendidikan untuk penyandang tunagrahita ringan dengan jumlah 15 wali

murid dan 3 wali kelas.


3.4 Variabel Penelitian
2.5.75 Variabel dalam penelitian ini:
3.4.1 Variabel bebas (Independent Variabel)
2.5.76 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua.
3.4.2

Variabel Terikat (Dependent Variabel)


2.5.77 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan sosial.

2.5.78
2.5.79
2.5.80
3.5 Definisi Operasional Variabel
2.5.81

Definisi operasional menurut peneliti adalah:

2.5.82
Vari

2.5.83 D
e
f
i
n
i
s
i

2.5.84
Alat

2.5.85
Sk

2.5.86 Parame
ter

29

2.5.87
Vari
2.5.88
pola

2.5.89 C
a
r
a
o
r
a
n
g
t
u
a
d
a
l
a
m
m
e
n
d
i
d
i
k
,
m
e
m
b
i
m
b
i
n
g

2.5.90
Kues

2.5.91
- Pola asuh otoriter
No
bila jawaban a 7
2.5.92
- Pola asuh
demokratis bila
jawaban b 7
2.5.93
- Pola asuh permisif
bila jawaban c 7
2.5.94
- Pola asuh ganda bila
terdapat dua option
yang nilainya 7

30

d
a
n
m
e
n
g
a
s
u
h

2.5.95
Vari
2.5.96
keta

a
n
a
k
2.5.97 K
e
m
a
m
p
u
a
n
i
n
d
i
v
i
d
u
u
n
t
u
k

2.5.98
Kues

2.5.99
- Keterampilan sosial
Or
tinggi bila jumlah
skor 78-104
2.5.100
- Keterampilan sosial
sedang bila jumlah
skor 52-77
2.5.101
- Keterampilan sosial
rendah bila jumlah
skor 26-51

31

b
e
r
i
n
t
e
r
a
k
s
i
d
a
n
m
e
n
y
e
s
u
a
i
k
a
n
d
i
r
i
d
e
n
g
a
n

32

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
s
e
h
i
n
g
g
a
d
a
p
a
t
d
i
t
e
r
i
m
a
o
l
e
h
l
i

33

n
g
k
u
n
g
a
n
n
y
a
2.5.102 Tabel 3.4 Definisi Operasional
2.5.103

3.6 Instrumen Penelitian


2.5.104
Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari dua kuesioner
yaitu kuesioner pola asuh orang tua dan kuesioner keterampilan sosial.
Kuesioner dalam penelitian ini berbentuk daftar pertanyaan yang sudah
tersusun dimana responden memberi jawaban dengan memberikan tanda
tertentu.
2.5.105
2.5.106
3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.7.1 Lokasi Penelitian
2.5.107
Tempat atau lokasi penelitian yang akan dilakukan,
3.7.2

di SMALB Tipe C Pembina Tingkat Nasional Lawang.


Waktu Penelitian

2.5.108

Bulan April-Agustus 2011. Pengambilan data dilakukan


pada tanggal 11 Juli 19 Juli 2011.

3.8 Teknik Pengumpulan Data


3.8.1 Pengumpulan data
1. Tahap persiapan
a. Menentukan alat ukur pola asuh dengan menggunakan skala pola
asuh orang tua Yuniarti (2010) dalam bentuk kuesioner pola asuh

34

Yunirti (2010) yang telah dimodifikasi oleh peneliti serta


dilakukan uji validitas oleh peneliti terhadap siswa tunagrahita
ringan di SMALB Yayasan Putra Pancasila Kedungkandang. Dari
21 soal terdapat 1 soal yang tidak valid pada soal no. 1 dan soal
yang tidak valid tidak dipakai dalam penelitian. Dan dilakukan
reliabilitas dan hasilnya dengan nilai alpha 0,746 sehingga
didapatkan alat ukur ini reliabel.
b. Menentukan alat ukur untuk keterampilan sosial adalah dengan
kuisioner keterampilan sosial Rochman (2009) yang dimodifikasi
oleh peneliti dan dilakukan uji validitas terhadap siswa tunagrahita
ringan di SMALB Yayasan Putra Pancasila Kedungkandang. Dari
30 soal terdapat 4 soal yang tidak valid, yaitu soal pada no.
1,14,15 dan 17. Soal yang tidak valid tidak dipakai dalam
penelitian. Dan kemudian dilakukan uji reliabilitas dengan nilai
alpha 0,666 sehingga didapatkan alat ukur ini reliabel.
c. Meminta surat izin penelitian dari institusi (Jurusan Kebidanan)
d. Meminta surat pengantar penelitian dari Bakesbangpol Limnas
Kab. Malang yang ditujukan Dinas Sosial Kab. Malang dan SLB
Pembina tingkat Nasional Lawang
e. Setelah mendapatkan surat ijin dari Kepala SMALB Pembina
Tingkat Nasional Lawang peneliti melaksanakan penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
a. Pengumpulan data Tahap I

35

1) Pada tahap pelaksanaan pengumpulan data responden, pada


tanggal 11 Juli 2011 peneliti meminta data alamat rumah siswa
SMALB Pembina Tingkat Nasional Lawang kelas X s/d kelas
XII di bagian kesiswaan, kemudian peneliti menemui wali
kelas X s/d kelas XII
2) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada wali
kelas dan menjelaskan bagaimana cara mengisi kuesioner
keterampilan sosial. Bila wali kelas bersedia menjadi
responden terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan.
Selanjutnya, peneliti menyerahkan kuesioner beserta lembar
persetujuan kepada wali kelas sejumlah siswa pada tiap-tiap
kelas kepada wali kelas masing-masing yaitu 15 dan meminta
wali kelas untuk mengumpulkan kembali pada tanggal 16 Juli
2011.
3) Pada tanggal 16 Juli 2011, wali kelas telah mengumpulkan 15
kuesioner yang telah diisi berdasarkan keterampilan sosial
masing-masing siswa.
b. Pengumpulan data Tahap II
1) Pada tanggal 12 Juli - 18 Juli 2011, peneliti melakukan home
visit untuk mengumpulkan data pola asuh orang tua. Untuk
rumah siswa yang tidak terjangkau oleh peneliti, kuesioner
dititipkan

kepada

siswa

dan

meminta

siswa

untuk

mengumpulkan pada wali kelas bila telah diisi oleh orang tua.
2) Setelah bertatap muka dengan wali murid, peneliti menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian.

36

3) Meminta wali murid menandatangani surat persetujuan apabila


bersedia menjadi responden penelitian dan menjelaskan cara
mengisi kuesioner.
4) Memberi kesempatan bertanya apabila ada hal yang belum
dimengerti.
5) Memberi waktu selama kepada responden untuk mengisi
kuesioner.
6) Meminta responden untuk mengumpulkan kembali kuesioner
yang telah diisi kepada peneliti.
7) Sampai tanggal 18 Juli, peneliti telah mengumpulkan sebanyak
15 responden.
3.9 Teknik Pengolahan Data
3.9.1 Editing
2.5.109 Seluruh kuesioner yang sudah terkumpul diperiksa untuk
memastikan semua data telah diisi sesuai dengan maksud peneliti. Setelah
dilakukan pemeriksaan diperoleh hasil bahwa tidak satupun data yang tidak
diisi oleh responden. Jawaban sudah sesuai, maka selanjutnya dilakukan
3.9.2

coding.
Coding
2.5.110 Coding dalam penelitian ini:
1. Kode untuk responden; responden 1 (R1), responden 2 (R2),
responden 3 (R3), dst
2. Kode untuk jenis pola asuh; pola asuh otoriter (P1), pola asuh
demokratis (P2), pola asuh permisif (P3),
3. Kode untuk tingkat keterampilan sosial; keterampilan sosial tinggi (1),

3.9.3

keterampilan sosial sedang (2) dan keterampilan sosial rendah (3)


Scoring
2.5.111 Setelah data terkumpul melalui kuesioner dilakukan
pemberian skor. Skor untuk setiap pola asuh adalah jumlah skor item-item
dalam pola asuh tersebut. Untuk dapat digolongkan ke dalam salah satu pola

37

asuh, subyek harus memiliki skor pada pola asuh tersebut 7 dari skor pada
pola asuh terdekat. Apabila ada dua option yang skornya 7 maka termasuk
dalam pola asuh ganda.
2.5.112 Angket keterampilan sosial terdiri dari jawaban favorabel
dan unfavorabel dengan rentang skor 1-4. Untuk setiap item jawaban
favorabel yaitu; selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2) dan tidak pernah
(1). Untuk skor unfavorabel yaitu; selalu (1), sering (2), kadang-kadang (3)
dan tidak pernah (4).
2.5.113 Interprestasi jenjang keterampilan sosial dibedakan menjadi
keterampilan sosial tinggi, keterampilan sosial sedang dan keterampilan
sosial rendah berdasarkan rumus:
2.5.114
2.5.115

r
k

2.5.116
2.5.117
2.5.118
2.5.119

Keterangan:
i = interval kelas
k = jumlah kelompok interval
r = range

2.5.120

Sehingga diperoleh kriteria:

2.5.121
Tingkat
Keterampilan Sosial
2.5.123
Keterampilan
sosial tinggi
2.5.125
Keterampilan
sosial sedang
2.5.127
Keterampilan
sosial rendah
3.9.4

3.9.5

2.5.129
2.5.130
Pemasukan data
2.5.131

2.5.122
Skor
2.5.124
78-104
2.5.126
52-77
2.5.128
26-51

Setelah data diedit, dilakukan pemberian kode

kemudian dipindahkan ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


Tabulasi data

38

2.5.132

Pada penelitian ini, peneliti memasukkan data

dalam tabel distribusi frekuensi berdasarkan hasil jawaban dari responden


sesuai dengan kode yang telah dibuat dan dilakukan perhitungan untuk
mengetahui kriteria dari masing-masing responden.
2.5.133
.
3.10 Analisis Data
2.5.134 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara
2 variabel maka setelah penentuan masalah dirumuskan selanjutnya
hipotesis ditetapkan. Untuk menguji hipotesis pola asuh orang tua diukur
dengan menggunakan skala nominal dan keterampilan sosial diukur dengan
menggunakan skala data ordinal. Analisis data yang digunakan dengan uji
spearman rank dengan menggunakan SPSS 15 atau rumus:
rs hitung

6 b i

n(n 1)

2.5.135
2.5.136
2.5.137

Keterangan:

rshitung
2.5.138

= Nilai korelasi Spearman Rank antara variabel x dan y

2.5.139

= Jumlah kuadrat antara selisih variable independen dan

dependen
2.5.140 n

= jumlah responden

2.5.141
2.5.142

Kriteria keputusan hipotesis

39

2.5.143

Dengan menggunakan taraf kepercayaan :

0,05 dari hasil perhitungan menggunakan SPSS 15 dapat diketahui kesimpulan


yang diperoleh :
1. (Ho) ditolak bila nilai p < 0,05 maka ada Pengaruh antara pola asuh orang
tua dengan ketrampilan sosial siswa tunagrahita SMALB Pembina Tingkat
Nasional Lawang.
2. (Ho) diterima bila nilai p > 0,05 maka tidak ada pengaruh antara pola asuh
orang tua dengan keterampilan sosial siswa tunagrahita SMALB Pembina
Tingkat Nasional Lawang.
3.11 Etika Penelitian
3.11.1 Inform Concent
2.5.144
Sebelum

melakukan

penelitian,

peneliti

mengedarkan lembar persetujuan menjadi responden. Dari jumlah total


sampel 15 orang, semua telah menandatangani lembar persetujuan
tersebut.
3.11.2 Anonimity
2.5.145

Nama mahasiswa menjadi responden tidak perlu

dicantumkan pada lembar pengumpulan data. Untuk mengetahui


keikutsertaan responden diteliti dengan menuliskan kode nama pada
masing-masing lembar kuesioner.
3.11.3 Confidentiality
2.5.146

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari

sumber dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.


2.5.147
2.5.148
2.5.149
2.5.150
2.5.151
2.5.152
2.5.153

BAB IV

40

2.5.154

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


2.5.155

2.5.156

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian tentang

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunagrahita
SMALB Pembina Tingkat Nasional Lawang yang dilaksanakan pada bulan April
2011 Agustus 2011 dengan jumlah responden sebanyak 15 responden.
4.1. Hasil Penelitian
2.5.157Hasil penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu data umum dan data
khusus.
4.1.1. Data Umum
2.5.158

Data Umum adalah data yang meliputi karakteristik

responden.
a. Pendidikan
2.5.159

Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan
Orang Tua Siswa Tunagrahita Tipe C SMALB Pembina
Tingkat Nasional Lawang

2.5.160 P
e
n
d
i
d
i
k
a
n
2.5.165 T
i
d
a

2.5.161 Jumlah
2.5.163 Frekuensi
2.5.164 Persentase

2.5.170 0
2.5.171 1
2.5.172 1
2.5.173 5

2.5.175 0
2.5.176 6,7
2.5.177 6,7
2.5.178 33,3

41

k
s
e
k
o
l
a
h
2.5.166 S
D
2.5.167 S
M
P
2.5.168 S
M
A
2.5.169 P
T
2.5.180 J
u
m
l
a
h

2.5.174 8

2.5.179 53,3

2.5.181 15

2.5.182 100

2.5.183

2.5.184

Interpretasi data:

2.5.185

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden (53,3%) dalam penelitian ini berpendidikan perguruan tinggi


b. Pekerjaan
2.5.186

Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Orang Tua
Siswa Tunagrahita Tipe C SMALB Pembina Tingkat
Nasional Lawang
2.5.187
Peke
2.5.192
PNS
2.5.193

2.5.188 Jumlah
2.5.190 Frekuensi
2.5.191 Persentase
2.5.195 6
2.5.196 7
2.5.197 2

2.5.198 40
2.5.199 46,7
2.5.200 13,3

42

Swas
2.5.194
Wira
2.5.201
Juml

2.5.202 15

2.5.203 100

2.5.204
2.5.205

Interpretasi data:

2.5.206

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa hampir

setengah responden (46,7%) dalam penelitian ini mempunyai


pekerjaan swasta.
4.1.2. Data Khusus
a. Pola Asuh
2.5.207

Tabel 4.4.
Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua
Siswa Tunagrahita Tipe C SMALB Pembina Tingkat
Nasional Lawang
2.5.208 P
o
l
a
A
s
u
h
Otoriter
Demokra

1.
2.
tis
3.
4.

2.5.224

Permissif
Ganda
2.5.221 T
o
t
a
l

2.5.209 Jumlah
2.5.211 Frekuensi
2.5.212 Persenta
se

2.5.213 4
2.5.214 5
2.5.215 3
2.5.216 3

2.5.217 26,7
2.5.218 33,3
2.5.219 20
2.5.220 20

2.5.222 15

2.5.223 100

43

2.5.225

Interpretasi data:

2.5.226

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa hampir setengah

responden (33,3 %) responden menerapkan pola asuh demokratis.


2.5.227
b. Keterampilan Sosial
2.5.228

Tabel 4.5.
Distribusi Frekuensi Keterampilan Sosial
Siswa Tunagrahita Tipe C SMALB Pembina Tingkat
Nasional Lawang

2.5.229
No

2.5.230 Ket
era
mpi
lan
Sos
ial
2.5.233
2.5.236 Tin
1.
ggi
2.5.234 2.5.237 Sed
2.
ang
2.5.235 2.5.238 Ren
3.
dah
2.5.245 Jumlah

2.5.231 Frek
uens
i

2.5.232 Pres
entas
e

2.5.239 0
2.5.240 11
2.5.241 4

2.5.242 0
2.5.243 73,3
2.5.244 26,7

2.5.246 15

2.5.247 100

2.5.248
2.5.249

Interpretasi data:

2.5.250

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa

sebagian besar responden yaitu 73,3% siswa memiliki keterampilan


sosial sedang.
c. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterampilan Sosial
2.5.251

Tabel 4.6.
Tabel Silang Pengaruh Pola Asuh Orang Tua
terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunagrahita Tipe C
Pembina Tingkat Nasional Lawang

2.5.252
2.5.256

2.5.254 Keterampilan Sosial


2.5.257
2.5.258

2.5.259

44

Tin
2.5.253
Pola
2.5.269
Otorit
2.5.270
Demo
2.5.271
Permi

2.5.261 2.5.2622.5.263
%
2.5.273 2.5.2772.5.281
0
2.5.274 2.5.2782.5.282
0
2.5.275 2.5.2792.5.283
0
2.5.276 2.5.2802.5.284
0

2.5.272
Ganda
2.5.305
Jumla

Seda

Rend
2.5.2642.5.265
%
2.5.2852.5.289
1
2.5.290
2.5.286
1
2.5.291

Total

2.5.2662.5.267
%
2.5.2932.5.297
0
2.5.2942.5.298
0
2.5.2952.5.299
1
2.5.2872.5.292
2.5.300
0
2.5.296
2.5.288
3
6

2.5.268
%
2.5.301
1
2.5.302
1
2.5.303
1
2.5.304
1

2.5.306 2.5.3072.5.308 2.5.3092.5.310 2.5.3112.5.312 2.5.313


0
11
7
2
15
1

2.5.314
2.5.315
2.5.316

Interpretasi data:
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa dari seluruh

siswa (100%) dengan pola asuh otoriter memiliki keterampilan sosial


sedang, dari seluruh siswa dengan pola asuh demokratis (100%)
memiliki keterampilan sosial sedang, seluruh siswa dengan pola asuh
permisif (100%) memiliki keterampilan sosial rendah dan dari siswa
dengan pola asuh ganda, sebagian besar (66,7%)

memiliki

keterampilan sosial sedang dan hampir setengahnya (33,3%) memiliki


keterampilan sosial rendah.
2.5.317

Berdasarkan analisa menggunakan rumus Spearman

Rank, diperoleh nilai signifikansi 0,037, tetapi tidak terlalu signifikan.


Dapat disimpulkan nilai p < 0,05 maka menunjukkan bahwa korelasi
antara pola asuh orang tua dengan keterampilan sosial adalah

45

bermakna. sehingga ada pengaruh antara pola asuh orang tua dengan
keterampilan sosial siswa tunagrahita tipe C SMALB Pembina Tingkat
Nasional Lawang.
4.2. Pembahasan
2.5.318

Pola asuh adalah cara orang tua memperlakukan anak,

mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam


mencapai proses kedewasaan hingga kepada upaya-upaya pembentukan
norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya (Casmini,
2007). Menurut Yuniarti (2010) ada empat jenis pola asuh yaitu pola asuh
otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh permisif dan pola asuh ganda.
Identifikasi jenis pola asuh orang tua yang dilakukan terhadap 15 responden
diperoleh hasil bahwa setiap responden memiliki pola asuh yang bervariasi,
yaitu hampir setengah responden (26,7%) menerapkan pola asuh otoriter,
hampir setengahnya (33,3%) menerapkan pola asuh demokratis, sebagian
kecil responden (20%) menerapkan pola asuh permisif, dan sisanya 20%
menerapkan pola asuh ganda. Sehingga dapat diketahui presentase terbesar
pola asuh orang tua siswa tunagrahita tipe C SMALB Pembina Tingkat
Nasional Lawang adalah demokratis. Tidak ada salahnya bila 26,7%
responden menerapkan pola asuh otoriter, 20% responden menerapkan pola
asuh permisif dan 20% responden menerapkan pola asuh ganda, karena pola
asuh otoriter, demokratis maupun permisif atau gabungan diantara ketiganya
(ganda) tidak ada satupun yang dianggap sebagai pola asuh terbaik atau
terburuk, paling disukai maupun tidak disukai. Karena pola asuh merupakan
cara orang tua dalam mendidik, membimbing dan anak untuk menyiapkan

46

anak menjadi masyarakat yang baik yang aplikasinya disesuaikan dengan


kondisi tertentu. Pada kenyataannya pemilihaan satu diantara beberapa pola
asuh diatas seringkali menjadi perdebatan antar orang tua yang memiliki
anak tunagrahita. Mereka pada umumnya memiliki alasan yang bersifat
filosofis. Pada orang tua yang berpendidikan tinggi sebagian telah menyadari
bahwa anak tunagrahita juga memiliki keinginan dan perasaan, hanya saja
terkadang mereka kurang memiliki kemampuan dalam mengekspresikan
berbagai keinginannya selayaknya anak-anak pada umumnya sehingga
mereka dominan menerapkan pola asuh demokratis untuk memberikan
kesempatan kepada anak untuk berkembang. Pada beberapa orang tua yang
memiliki anak tunagrahita cenderung merasa bingung, malu dan kehilangan
kepercayaan diri karena pada umumnya masyarakat kurang mengacuhkan
anak tunagrahita yang mengakibatkan orang tua cenderung membatasi ruang
gerak sang anak dan menata semua perilaku anak dengan tujuan tertentu.
Beberapa orang tua menganggap bahwa mengikuti anak merupakan cara
yang terbaik dalam mengasuh anak dengan kebutuhan khusus seperti
tunagrahita,

mereka

beranggapan

bahwa

anak

tunagrahita

selalu

membutuhkan pertolongan orang tua dalam melakukan segala hal karena


keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki sang anak (Yuwono,2009).
2.5.319 Identifikasi tingkat keterampilan sosial siswa

yang

dilakukan terhadap 15 siswa diperoleh hasil hampir setengah responden


(26,7%) berketerampilan sosial rendah, sebagian besar responden (73,3%)
berketerampilan sosial sedang dan tidak satupun responden yang
berketerampilan sosial tinggi. Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui
bahwa 53,3% orang tua siswa berpendidikan Perguruan Tinggi, pendidikan

47

yang tinggi menunjang status pekerjaan dan kestabilan dalam ekonominya


pula. Menurut Shocib (2010) semakin tinggi tingkat pengetahuan orang tua
akan bersikap tidak memaksa dan keras, mereka bersikap lebih konsisten.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang semakin mudah menerima
informasi, sehingga semakin banyak pengalaman dimiliki termasuk cara
mengasuh dan mendidik anak, sehingga berpengaruh terhadap keterampilan
sosialnya

yang

ditandai

dengan

sebagian

besar

(73,3%)

siswa

berketerampilan sosial sedang. Akan tetapi dalam penelitian ini menunjukkan


0% siswa yang berketerampilan sosial tinggi, hal ini dipengaruhi oleh tingkat
intelegensi yang dimiliki oleh siswa tunagrahita memang terbatas.
2.5.320 Berdasarkan hasil penelitian ini, dari seluruh responden
(100%) dengan pola asuh otoriter seluruhnya berketerampilan sosial sedang,
seluruh responden (100%) dengan pola asuh demokratis seluruhnya
berketerampilan sosial sedang, seluruh responden (100%) dengan pola asuh
permisif seluruhnya berketerampilan sosial rendah dan dari responden
dengan pola asuh ganda, sebagian besar (66,7%) berketerampilan sosial
sedang dan hampir setengahnya (33,3%) berketerampilan sosial rendah.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan rumus Spearman Rank
didapatkan signifikansi 0,037 yaitu nilai p < 0,05, yang artinya ada pengaruh
antara pola asuh orang tua dengan keterampilan sosial siswa tunagrahita tipe
C SMALB Pembina Tingkat Nasional Lawang. Orang tua mempunyai
peranan yang penting dan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
semua anggota keluarga. Anak akan mudah berinteraksi dengan orang lain
apabila landasan yang diterapkan tepat atau sesuai, artinya tidak terlalu
menghukum dan tidak terlalu membiarkan. Hal ini berkaitan dengan cara

48

orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak. Perlakuan orang tua terhadap
anak mempengaruhi perkembangan yang tentunya berkaitan dengan
keterampilan sosialnya (Iftinah, 2007). Hanya bila orang tua tersebut sudah
sangat ekstrem ke pola asuh otoriter maka akan membuat sang anak kurang
kreatif, kurang berinisiatif, mudah cemas dan putus asa sehingga
berpengaruh terhadap aspek perkembangan sosial sang anak, bila orang tua
sangat ekstrem ke pola asuh demokratis akan membentuk anak menjadi
individu yang kreatif, tidak takut dan berinisiatif tinggi sehingga anak
dengan pola asuh demokratis biasanya mempunyai kepercayaan diri yang
kuat dan mudah beradaptasi. Hal ini memudahkan ia dalam memasuki
kelompok sebaya. Bila orang tua terlampau ekstrem ke pola asuh permisif
akan membentuk individu anak menjadi ingin selalu dilayani oleh
lingkungan disekitarnya, mengungkapkan sesuatu dengan cara agak radikal
dan keras karena terlalu dimanja dan dituruti oleh orang tua. Pada waktu
anak dengan pola asuh permisif mulai memasuki kelompok sebaya ia akan
mengalami kesulitan membaur dengan teman sebayanya karena anak
cenderung egois, ingin menang sendiri, ingin dilayani oleh lingkungan
sosialnya (Hurlock, 1998). Sehingga dapat diketahui bahwa setiap pola asuh
orang tua berpengaruh terhadap keterampilan sosial anak, akan tetapi dengan
tingkatan yang berbeda-beda.
4.3. Keterbatasan Penelitian
2.5.321

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah banyaknya faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan sosial, selain pola asuh orang
tua seperti tingkat kematangan, tingkat pendidikan dan kapasitas mental.

49

2.5.322
2.5.323

BAB V
PENUTUP

2.5.324
2.5.325
5.1. Kesimpulan
2.5.326

Dari hasil penelitian telah diuraikan pada Bab IV, maka

diambil kesimpulan mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap


keterampilan sosial siswa tunagrahita SMALB Pembina Tingkat Nasional
Lawang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
5.1.1. Dominan pola asuh orang tua di SMALB Pembina Tingkat Nasional
Lawang adalah demokratis.
5.1.2. Keterampilan sosial yang dominan adalah keterampilan sosial sedang
5.1.3. Ada pengaruh antara pola asuh orang tua dengan keterampilan siswa
tunagrahita SMALB Pembina Tingkat Nasional Lawang tetapi tidak
sangat signifikan, karena dari semua pola asuh tidak ada pola asuh
yang terbaik, maupun terburuk. Dalam aplikasinya

tetap perlu

penggabungan antara beberapa pola asuh yang ada.


2.5.327
5.2. Saran
5.2.1. Untuk Bidan Pendidik
2.5.328Diharapkan petugas kesehatan dan sebagai pendidik khususnya
bidan pendidik dapat:

50

1. Meningkatkan

keterampilan

sosial

peserta

didik

melalui

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan


keterampilan sosial peserta didik.
2. Memberikan perhatian tidak hanya pada peserta didik yang normal
saja tetapi juga pada anak berkebutuhan khusus yang mendapatkan
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan kesehatan.
5.2.2. Untuk SMALB Pembina Tingkat Nasional Lawang
2.5.329

Diharapkan

lebih

meningkatkan

kegiatan

pembelajaran yang mendukung keterampilan sosial siswa dalam bekal


hidup di masyarakat dan memantau perkembangan anak serta membantu
orang tua untuk menerapkan pola asuh yang tepat sesuai fase
perkembangan anak.
5.2.3. Untuk Orang Tua
2.5.330

Diharapkan orang tua dapat memberikan pola asuh

yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua


diharapkan untuk tidak terlalu memanjakan anak dan juga tidak selalu
memberikan tuntutan yang berlebih pada anak sehingga anak dapat
tumbuh dengan mandiri dan memiliki keterampilan sosial yang baik.
2.5.331
5.3. Rekomendasi
2.5.332

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan bisa meneliti

faktor-faktor lain yang mempengaruhi pola asuh orang tua. Dan faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi keterampilan sosial.
2.5.333
2.5.334

Anda mungkin juga menyukai