Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA Tn.

“T”
DENGAN PEMERIKSAAN DDST PADA BAYI “A” USIA 13 BULAN
DI DUSUN KEKEP DESA TULUNGREJO – KEC.BUMIAJI
TANGGAL 26 NOPEMBER 2008
KOTA BATU

OLEH :
ENI FAUZIYAH
NIM. 06.2.075

POLITEKNIK KESEHATAN
RUMAH SAKIT TK II dr. SOEPRAOEN
MALANG
2008
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA Tn. “T”


DENGAN PEMERIKSAAN DDST PADA BAYI “A” USIA 13 BULAN
DI DUSUN KEKEP DESA TULUNGREJO – KEC.BUMIAJI
TANGGAL 26 NOPEMBER 2008
KOTA BATU

OLEH :
ENI FAUZIYAH
NIM. 06.2.075

Mengetahui,

Koordinator Pembimbing Akademi Pembimbing Klinik

( Dhasih Afiat, SST ) ( Sumarmi )

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga dapat terselesaikannya
“asuhan kebidanan pada keluarga Tn. “T” dengan pemeriksaan ddst pada bayi “A”
usia 13 bulan di dusun kekep desa tulungrejo – kec.bumiaji tanggal 26 Nopember
2008”
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penilaian perkembangan
anak dengan menggunakan metode DDST ini karena ada bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. dr. Prabowo Sp.OG, selaku Ka Prodi Kebidanan Poltekkes dr. Soepraoen
Malang
2. Ibu Sumarmi selaku Bidan Desa Tulungrejo
3. Ibu Dhasih Afiat Selaku pembimbing Akademik mahasiswa Poltekkes dr.
Soepraoen Malang
4. Tn. Tambeng beserta keluarga yang telah menjadi keluarga binaan selama
PKMD berlangsung.
5.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun dan demi perbaikan laporan selanjutnya.
Semoga asuhan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya
dan khusunya bagi penulis sendiri.

Malang, Desember 2008

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani
masyarakat dan keluarga, dimana konsep tersebut berisi berbagai unsur, antara
lain bidan sebagai pelaksana pelayanan (pelayan kebidanan), komunitas sebagai
sasaran pelayanan, ilmu dan teknologi kebidanan serta factor-faktor yang
mempengaruhi lingkungan.
Dalam pelaksanaan tugasnya bidan perlu mengaitkan upaya yang
dilakukan untuk mewujudkan “Health for All” yang merupakan cita-cita
pembangunan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajad kesehatan yang
optimal bagi seluruh penduduk.
Salah satu arah pelayanan kebidanan komunitas adalah untuk mewujudkan
keluarga yang sehat dan sejahtera menuju keluarga kecil, sehat, bahagia dan
sejahtera yang mencakup upaya pencegahan penyakit, pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan, penyembuhan serta pemulihan kesehatan bagi keluarga.
(Syahlan, 1996:11-17).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga
diharapkan mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman manajemen
kebidanan komunitas pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga yang
menggunakan DDST dalam mendeteksi pertumbuhan dan perkembangan
balitanya.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengkajian pada keluarga
b. Mengidentifikasi masalah pada keluarga
c. Menentukan prioritas masalah keluarga
d. Mengidentifikasi intervensi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah
keluarga
e. Melakukan implementasi sesuai rencana pada keluarga
f. Melakukan evaluasi jangka panjang dan jangka pendek pada keluarga
C. BATASAN MASALAH
Sebenarnya terdapat berbagai masalah pada keluarga, tetapi karena
keterbatasan waktu maka penulis membatasi pada keluarga dengan kasus KPSP
D. METODE PENULISAN
Penulisan laporan menggunakan metode Varney yang disesuaikan dengan
metode asuhan kebidanan komunitas.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II : Landasan Teori
A. Konsep Keluarga
B. Perawatan Kesehatan Keluarga
C. Pertumbuhan dan Perkembangan dengan KPSP
BAB III : Tinjauan Kasus
A. Pengkajian
B. Interprestasi data dasar
C. Prioritas Masalah
D. Intervensi
E. Implementasi
BAB IV : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KELUARGA
I. PENGERTIAN
a.Keluarga adalah suatu kelompok yang hidup bersama sebagai suatu
kesatuan atau unit masyarakat terkecil, tidak selalu ada hubungan darah,
ikatan perkawinan, hidup satu rumah dibawah asuhan seorang kepala
rumah tangga dan makan satu periuk. ( Sub Dit Perkemas, Depkes RI,
1983 ).
b. Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
di bawah satu atap dan saling ketergantungan. ( Depkes RI 1988 )
c.Keluarga adalah 2 atau lebih dari individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pegangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam
peranannya masing-masing, menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan. ( Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya, 1989 )

II. STRUKTUR KELUARGA


Struktur keluarga ada bermacam-macam diantaranya adalah:
a. Patrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ayah.
b. Matrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun menurut garis
ibu.
c. Matrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
d. Patrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
e. Keluarga kawinan: Hubungan suami istri sebagai dasar dari pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena ada hubungan dengan suami atau istri.
III. TYPE/ BENTUK KELUARGA
a. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family)
Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara (nenek, bibi, keponakan
dll)
c. Keluarga Berantai (Sereal Family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria lebih dari satu kali dan
merupakan keluarga inti.
d. Keluarga Janda/ Duda (Single Family)
Keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga Oposisi (Copposite)
Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitation)
Dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu
keluarga.

IV. PEMEGANG KEKUASAAN DALAM KELUARGA


a. Patriakal
Yang dominan dan pemegang kekuasaan dalam keluarga adalah di
pihak ayah.
b. Matriakal
Yang dominan dan pemegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak
ibu.
c. Equalitarian
Yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu.

V. PERANAN KELUARGA
Peranan keluarga menggambarkan perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu
yang didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah:


a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan bapak dari anak-anak berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya,
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu
Ibu sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya berperan
mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak, pelindung dan
anggota masyarakat serta sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

VI. FUNGSI KELUARGA


Ada berbagai fungsi keluarga yang diajukan para ahli, tetapi dari berbagai
fungsi itu terdapat 3 pokok fungsi keluarga terhadap anggota keluarganya,
yaitu:
a. Asih adalah pemberian kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan
kepada keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan
mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
c. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.

VII. TUGAS KELUARGA


Pada dasarnya tugas keluarga ada 8 tugas pokok sebagai berikut:
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukan
masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

B. PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA


I. PENGERTIAN
Menurut Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978: 2)
perawatan kesehatan keluarga (Family Health Nursing) adalah tingkat
perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan dan dipusatkan pada
“keluarga” sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan “sehat”
sebagai tujuan dan melalui perawatan sebagai sarananya.

II. ALASAN KELUARGA SEBAGAI UNIT PELAYANAN


a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
mengangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mangabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan dalam
kelompoknya.
c. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah
satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu
(pasien) keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan para anggotanya.
e. Keluarga merupakan piñata yang efektif dan mudah untuk berbagai
upaya kesehatan masyarakat.

III. KELUARGA KELOMPOK RESIKO TINGGI


Dalam melaksanakan asuhan kebidanan keluarga, yang menjadi
prioritas utama adalah keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang
kesehatan, meliputi :
a. Keluarga dengan keluarga dalam masa subur dengan masalah yaitu :
1. Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.
2. Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan
sendiri.
3. Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan
penyakit keturunan.
b. Keluarga dengan resiko tinggi kebidanan wanita hamil :
1. Umur ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
2. Menderita anemia.
3. Menderita hipertensi.
4. Primipara atau multipara.
5. Riwayat persalinan dengan komplikasi.
c. Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi :
1. Lahir premature/BBLR.
2. Berat badan sukar naik.
3. Lahir dengan cacat bawaan.
4. ASI kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
5. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau
anaknya.
d. Keluarga yang mempunyai masalah :
1. Anak tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan.
2. Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga.
3. Ada anggota keluarga yang sering sakit.
4. Salah satu orang tua (suami/istri) meninggal, cerai, atau lari
meninggalkan keluarga.

IV. TUGAS KELUARGA DALAM BIDANG KESEHATAN


Freeman (1981) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh
keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberi perawatan kepada anggota keluaga yang sakit yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu
lanjut.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas
kesehatan yang ada.

V. LANGKAH-LANGKAH ASUHAN KESEHATAN KELUARGA


Dalam melaksanakan asuhan kebidanan kesehatan keluarga ada
beberapa langkah yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan sebagai
berikut:
a. Membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga.
b. Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah
kesehatan keluarga.
c. Menganalisa data keluarga untuk menentukan masalah kesehatan dan
perawatan keluarga.
d. Menggolongkan masalah kesehatan keluarga berdasarkan sifat masalah
keluarga seperti ancaman kesehatan, keadaan sakit atau kurang sehat,
situasi kritis.
e. Menentukan sifat dan luasnya masalah kesanggupan keluarga untuk
melaksanakan tugas keluarganya dalam bidang kesehatan.
f. Menentukan/menyusun skala prioritas masalah kesehatan keluarga
dalam mempertimbangkan sifat masalah, kemungkinan masalah untuk
diubah, potensi untuk menghindari masalah dan persepsi keluarga
terhadap masalah.
g. Menyusun rencana asuhan kebidanan kesehatan sesuai dengan urutan
prioritas.
1. Menentukan tujuan yang realistis
2. Merencanakan pendekatan dan tindakan.
3. Menyusun standart dan kriteria evaluasi.
h. Melaksanakan asuhan kebidanan kesehatan keluarga sesuai dengan
urutan prioritas.
i. Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan yang dilakukan.
j. Meninjau kembali masalah kesehatan yang belum dapat teratasi dan
merumuskan kembali rencana asuhan yang baru.
VI. HAMBATAN YANG SERING DIHADAPI
Hambatan yang paling besar dihadapi petugas dalam memberikan
asuhan kebidanan kesehatan keluarga, adalah:
a. Hambatan dari keluarga
1. Pendidikan keluarga yang rendah
2. Keterbatasan sumber daya keluarga (keuangan, sarana dan
prasarana).
3. Kebiasaan yang melekat.
4. Sosial budaya yang tidak menunjang.
b. Hambatan dari petugas kesehatan
1. Sarana dan prasarana yang yang tidak menunjang dan mencukupi
seperti PHN kit, transportasi
2. Kondisi alam (geografi yang sulit)
3. Kesulitan dalam berkomunikasi (bahasa)
4. Keterbatasan pengetahuan petugas kesehatan tentang kultur
keluarga.

B. KONSEP TUMBUH KEMBANG


I. PENGERTIAN
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,
meter), umur tulang dan keseimbangan metabolit (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh).
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
(Soetjiningsih, 1994 : 1)
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel seluruh bagian
tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur.
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang
dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar.
II. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak yaitu:
a. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang
terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan
kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.
Termasuk faktor genetik antara lain:
- Jenis Kelamin (seks) : anak wanita lebih cepat matang dalam
perkembangan dan anak laki-laki lebih cepat pertumbuhannya.
- Suku bangsa atau bangsa (ras) : eropa lebih besar dan tinggi
daripada asia.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan
tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik
akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan. Lingkungan ini
merupakan lingkungan bio-fisio-psiko sosial yang mempengaruhi
individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayat.
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi:
- Faktor prenatal
Faktor lingkungan prenatal yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir antara lain:
1. Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada
waktu sedang hamil akan berakibat:
 Bayi BBLR
 Anemia
 Lahir mati
 Mudah terkena infeksi
 Cacat bawaan (jarang)
 Abortus
 Pertumbuhan otak janin terhambat
 Hambatan tumbuh kembang
2. Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan:
 Cacat bawaan
 Kelainan letak (posisi janin) dalam uterus bisa
menyebabkan:
- Talipes - Palsi fasialis
- Dislokasi panggul - Krania tabes
- Kortikolis kongenital
3. Toksin/zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap
zat-zat teratogen misalnya obat-obatan seperti:
 Thalidomide
 Phenitoin
 Metadion
 Sitostatika (obat anti kanker)
Obat-obatan tersebut dapat menyebabkan kelainan bawaan.
Demikian pula ibu hamil yang perokok berat/peminum alcohol
kronis dapat menyebabkan:
 BBLR  Cacat bawaan
 Lahir mati  Retardasi mental
Keracunan logam berat (merkuri) pada ibu hamil dapat
menyebabkan:
 Mikro segali
 Palsi serebralis ( di Jepang dikenal dengan penyakit
minamata )

4. Radiasi
Pada umur kehamilan kurang dari 18 minggu terjadi
proses organogenesis. Jika sebelum umur kehamilan 18 mniggu
terkena sinar radiasi proses organogenesis terganggu sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan otak, mikrosevali dan cacat
bawaan.
5. Stress
Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat
mempengaruhi tumbuh kembang janin. Contoh: karena stress
nafsu makan ibu menjadi berkurang sehingga nutrisi yang
dialirkan ke janin menjadi berkurang. Janin yang kekurangan
nutrisi proses pertumbuhan dan perkembangan di dalam
kandungan terganggu sehingga kemungkinan besar terjadi cacat
bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain.
6. Imunitas
Rhesus atau ABO inkontabilitas sering menyebabkan:
- Abortus
- Kern ikterus
- Hidrops fetalis
- Lahir mati
7. Infeksi
Ibu yang selama hamil terkena virus seperti Herpes
simplex, rubella, toxoplasmosis maka virus tersebut akan
masuk ke sirkulasi darah janin, janin akan tertular dan proses
organogenesis terganggu mengakibatkan cacat bawaan.
Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak antara lain:
1. Lingkungan biologis
a. Ras/suku bangsa
Ras Eropa memiliki pertumbuhan fisik lebih tinggi dan
besar daripada ras Asia.
b. Jenis kelamin
 Anak wanita lebih cepat matang dalam
mental/psikologisnya daripada anak laki-laki.
 Anak laki-laki pertumbuhan fisiknya lebih cepat
daripada anak perempuan.
 Anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak
perempuan.
c. Umur
Masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian
anak. Pada masa tersebut anak mudah sakit dan mudah
terjadi kurang gizi sehingga diperlukan perhatian
khusus.
d. Gizi
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh
kembang anak. Makanan untuk pertumbuhan
dipengaruhi oleh:
- Ketahanan makanan (food security)
- Keamanan makanan (food safety)

e. Perawatan kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur misalnya pemeriksaan
kesehatan dan menimbang anak secara rutin di
posyandu setiap bulan akan menunjang tumbuh
kembang anak.
f. Kepekaan terhadap penyakit
Dengan memberikan imunisasi, maka diharapkan anak
terhindar dari penyakit yang sering menyebabkan cacat
atau kematian imunisasi yang dianjurkan sebelum anak
berumur 1 tahun:
- BCG - Hepatitis B 3x - DPT 3x
- Polio 4x - Campak
g. Penyakit kronis
Penyakit menahun akan mengganggu tumbuh kembang
dan pendidikan anak.
h. Fungsi metabolisme
Kebutuhan akan berbagai macam nutrient harus
didasarkan atas pertumbuhan fisik.
i. Hormon
Hormon-hormon yang berpengaruh antara lain:
- Samatotropin/growth hormon: pengatur utama
pada pertumbuhan fisik.
- Hormon tiroid : berfungsi dalam metabolisme
protein, lemak, karbohidrat, maturasi tulang,
pertumbuhan dan fungsi otak.
- Glukokortikoid
- Hormon-hormon seks : mempunyai peranan
dalam fertilisasi dan reproduksi.
- Insulin like grwoth factors (IGFS) : berperan
pada pertumbuhan.
2. Faktor Fisik
a. Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah
b. Sanitasi
c. Keadaan rumah (struktur bangunan, ventilasi, cahaya,
kepadatan hunian)
d. Radiasi
3. Faktor – Psikososial
a. Stimulasi
Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur
akan lebih cepat berkembang daripada anak yang
kurang/tidak mendapat stimulasi.
b. Motivasi belajar
Memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
c. Ganjaran atau hukuman yang wajar.
Jika anak berbuat benar maka wajib kita memberi
ganjaran misalnya pujian, ciuman dll. Sedangkan
menghukum dengan cara yang wajar kalau anak berbuat
salah, masih dibenarkan.

d. Kelompok sebaya
Teman sebaya diperlukan untuk proses sosialisasi
dengan lingkungan anak.
e. Stress
Stress pada anak berpengaruh terhadap tumbuh
kembangnya, misalnya anak akan menarik diri, nafsu
makan menurun dsb.
f. Sekolah
Pendidikan yang baik diharapkan dapat meningkatkan
taraf hidup anak.
g. Cinta dan kasih sayang
Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil
dari orang tuanya agar kelak menjadi anak yang tidak
sombong dan bisa memberikan kasih sayangnya pula
pada sesamanya.
4. Faktor Keluarga dan Adat Istiadat
a. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang
tumbuh kembang anak.
b. Pendidikan Ayah/Ibu
Pendidikan orang tua yang baik maka dapat menerima
informasi dari luar tentang cara pengasuhan anak yang
baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya,
pendidikannya dsb.
c. Jumlah saudara
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan
sosial ekonominya cukup, akan menyebabkan
kurangnya perhatian akan kasih sayang yang diterima
anak.
d. Jenis kelamin dalam keluarga
Pada masyarakat tradisional, wanita mempunyai status,
pendidikan yang lebih rendah daripada laki-laki.
e. Stabilitas rumah tangga
Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
f. Kepribadian Ayah/Ibu
Kepribadian orang tua yang terbuka akan berpengaruh
baik pada tumbuh kembang anak.
g. Adat-Istiadat, norma-norma, tabu-tabu (takhayul)
h. Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak
sedini mungkin karena dapat menuntun untuk berbuat
kebaikan.
i. Urbanisasi
Salah satu dampak dari urbanisasi adalah kemiskinan
dengan segala permasalahannya.

C. KEBUTUHAN DASAR ANAK


Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan
menjadi 3 kebutuhan dasar:
1. Kebutuhan fisik – Biomedis (ASUH)
Meliputi:
- Pangan/gizi merupakan kebutuhan terpenting
- Perawatan kesehatan dasar antara lain, imunisasi, pemberian ASI,
penimbangan.
- Pemukiman yang layak.
- Higiene perorangan, sanitasi lingkungan.
- Sandang
- Kesegaran jasmani, rekreasi.
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang
ada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras
antara ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh
kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial, kasih sayang dari
orang tua akan menciptakan ikatan yang erat (bounding) dan kepercayaan dasar
(basic trust).
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Asah ini mengembangkan perkembangan mental
psikososial, kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas, agama,
kepribadian, moral, etika, produktivitas dsb.

D. CIRI-CIRI TUMBUH KEMBANG ANAK


Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu
mempunyai ciri tersendiri yaitu:
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak dari konsepsi sampai
dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
2. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa
perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ.
Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat adalah pada masa janin, masa bayi 0-1
tahun, dan masa pubertas.
3. Pada perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya
berbeda antara anak satu dengan lainnya.
Contoh : Anak akan belajar duduk sebelum belajar berjalan, tapi umur saat anak
belajar duduk/berjalan, tapi umur saat anak belajar duduk/berjalan
berbeda antara anak satu dengan lainnya.
4. Perkembangan erat hubungannya dengna motivasi sistem susunan saraf.
5. Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas.
6. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
Langkah pertama sebelum berjalan adalah perkembangan menegakkan kepala.
7. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang
sebelum gerakan valunter tercapai.

E. DENVER DEVELOPMENTAL SKRINING TEST ( DDST )


I. PENGERTIAN
Menurut soetjiningsih, 1995. DDST adalah salah satu metode skrining
terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukanlah test diagnostik atau
tes IQ. Fungsinya digunakan untuk menafsirkan personal social, motorik
halus, bahasa, dan motorik kasar pada anak mulai umur 1 bulan- 6 tahun.
Tugasnya disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4
kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang meliputi:
1. Personal Sosial (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
2. Motorik Halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian- bagian tertentu dan
dilakukan otot- otot kecil memerlukan koordinasi yang cermat.
3. Bahasa
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara mengikuti
perintah pembicara spontan.

4. Gross Motor (Motorik Kasar)


Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

Adapun tugas yang harus dicapai pada anak usia 3 tahun menurut Denver,
antara lain:
 Personal Sosial
- Mengambil makan
- Gosok gigi tanpa bantuan
- Bermain ular tangga
- Berpakaian tanpa bantuan
- Memakai T-shirt
- Menyebut nama teman
- Cuci dan mengeringkan tangan
 Motorik Halus
- Memilih garis yang lebih panjang
- Mencontoh gambar +
- Menggambar orang 3 bagian
- Mencontoh gambar O
- Menggoyamgkan ibu jari
- Menara dari 8 kubus
- Meniru garis vertical
- Mencontoh gambar
- Menggambar orang 3 bagian
- Mencontoh gambar
 Bahasa
- Berlawan 2
- Mengetahui kata sifa
- Mengartikan 5 kata
- Menyebutkan 4 warna
- Mengerti 4 kata depan
- Bicara semua di mengerti
- Mengetahui 4 kegiatan
- Kegunaan 3 benda
- Menghitung 1 kubus
- Kegunaan 2 benda
- Menyebut 1 warna
 Motorik Kasar
- Berdiri 1 kaki dalam 5 detik
- Berdiri 1 kaki dalam 4 detik
- Berdiri 1 kaki dalam 3 detik
- Melompat dengan 1 kaki
- Berdiri 1 kaki dalam 2 detik
- Berdiri 1 kaki dalam 1 detik
- Berjalan dari tumi ke jari kaki
- Berdiri 1 kaki dalam 5 detik

Alat yang diperlukan


Piring, sendok, pasta gigi, sikat gigi, gelas, ular tangga, pakaian, pensil,
buku gambar, kubus bergambar binatang, dan sayur-sayuran, lembar
formulir DDST. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-
cara melakukan test dan penilaian.

Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap :


 Tahap pertama
Sacara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia :
a.3 – 6 bulan
b. 9 – 12 bulan
c.13 – 24 bulan
d. 3 tahun
e.4 tahun
f. 5 tahun
 Tahap kedua
Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan
pada tahap 5, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostic lengkap.

Penilaian
Dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan
penilaian, apakah lulus ( passed = P ), gagal ( fail = F ), dan anak menolak
( refuse = R ). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur sacara horizontal dan
melakukan tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung
pada masing-masing sector, berapa yang P dan berapa yang F serta berapa
yang R. selanjutnya berdasarkan hasil tersebut diklasifikasikan dalam :
Normal, Abnormal, Meragukan dan Tidak dapat ditest.
 Normal
Semua yang tidak tercantum dalam criteria di atas.
 Abnormal
Bila di dapat 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau lebih, bila
dalam 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sector yang
sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan
garis vertical usia.
 Tidak dapat ditest
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil test menjadi abnormal
atau meragukan.

Dalam pelaksanaanskrining dengan DDST ini, umur anak perlu ditetapkan


terlebih dahulu yaitu dengan menggunakan patokan 30 hari untuk 1 bulan dan
12 bulan untuk 1 tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang 15 hari
dibulatkan keatas 1 bulan.

BAB III
ASUHAN KELUARGA
DENGAN DDST PADA BALITA
I. PENGKAJIAN
Dilakukan pada tanggal 26 Nopember 2008, pukul 10.00 WIB

DATA SUBYEKTIF
1. Biodata Keluarga
Nama KK : Tn. “ T ”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 49 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa - Indonesia
Pekerjaan : Petani
Penghasilan :  Rp. 700.000,-
Alamat : Dsn. Kekep, Ds. Gondang, Kec. Tulungrejo, Kota Batu

2. Susunan Keluarga
No Nama L/ P Hub. Umur Status Pendi Agama Peker
Keluarga dikan jaan
1. Tambeng L KK 49 Kawin SD Islam Petani
2. Rokanah P Istri 40 Kawin SD Islam -
3. Gatot L Anak 20 Kawin SD Islam Swasta
4. Ida P Menantu 18 Kawin SMP Islam -
5. Dewi S. P Anak 8 Belum SD Islam -
6. Alivia P Cucu 1 Belum - Islam -

Genogram

Keterangan :

Laki- laki
Perempuan
Tinggal 1 rumah
3. Pengambilan Keputusan
Ibu mengatakan pengambilan keputusan dan memutuskan masalah dalam
keluarga lebih banyak dipegang oleh KK, tapi bila KK sedang bekerja, dan
membutuhkan keputusan yang segera, istri memutuskan masalah bersama
anak laki – lakinya.

4. Hubungan Dalam Keluarga


Ibu mengatakan hubungan antar keluarga, baik antara orangtua dengan anak,
antara istri dengan suami, serta antara orang tua dan menantu sagat baik.
Meskipun terjadi pertengkaran dalam keluarga, tetapi tidak pernah sampai
berlarut-larut. Karena bapak dan anak laki – laki yang bekerja, maka yang
mengurus anak-anak adalah ibu dan mengurus cucu adalah menantu.

5. Kebutuhan Sehari-hari
5.1 Kebutuhan Nutrisi
o Frekuensi makan dalam satu hari kadang-kadang 2x, kadang-kadang
3x.
o Menu dalam sehari : nasi, dengan lauk tempe/tahu, telur (jarang-
jarang), daging (1 tahun sekali)
5.2 Kebutuhan Istirahat
Ibu mengatakan kebiasaan istirahat keluarga tidak teratur tergantung pada
kemauan dan kesibukan masing-masing:
o Tn ”T” pada siang hari jarang tidur dikarenakan harus mengurus
urusan pekerjaannya, sedang pada malam hari Ayah mulai tidur mulai
sektar pukul 22.00 atau pukul 23.00 WIB dan bangun pagi ketika
subuh.
o Ny “R” biasa tidur pada siang hari, sekitar  1 – 2 jam /hari, dan
biasanyatidur malam sekitar pukul 21.00 WIB sampai subuh.
o Tn “G” jarang dan hampir tidak pernah tidur siang karena bekerja.
Dan biasanya malam tidur mulai pukul 22.00 malam sampai subuh.
o Ny. “I” tidak biasa tidur siang, karena harus merawat dan mengasuh
anaknya yang balita, dan membantu ibu mertua mengurus urusan
rumah tangga. Sedang tidur malam tidak tentu, menunggu anaknya
tertidur terlebih dahulu. Biasanya mulai pukul 20.00 WIB sampai
pukul 05.00 WIB.
o An. “D” tidur siang sekitar 1-2 jam sehari, sedang tidur malam mulai
pukul 20.00 WIB sampai subuh.
o An. “V” tidur siang pukul 11.00 – 13.00 WIB. Dan tidur malam tidak
tentu ( sering mulai pukul 20.00 – 05.00 WIB )
5.3 Kebersihan Diri
Ibu mengatakan dalam sehari anggota keluarga mandi 3 x sehari, gosok
gigi 2 x sehari menggunakan pasta gigi, anggota keluarga mengganti
pakaian 1 x sehari dan Ny “R” mengganti pakaian dalam 1x sehari.
5.4 Eliminasi
Ibu mengatakan pola BAB masing-masing anggota keluarga sama yaitu
1 x sehari dan tidak gangguan ataupun keluhan.
5.5 Olah Raga
Ibu menganggap bahwa pekerjaan rumah yang dilakukan merupakan
olah raga bagi ibu. Demikian halnya dengan suami.
5.6 Rekreasi
Ibu beserta seluruh anggota keluarga jarang berekreasi. Kurang lebih 1
tahun sekali.
5.7 Faktor Sosial, Budaya dan Ekonomi
1. Penghasilan
Setiap bulan Tn “T” mendapat penghasilan ± Rp. 700.000,- yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Sedangkan Tn “G” mendapat penghasilan ± Rp. 500.000,- yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan anak dan istrinya serta
membantu perekonomian keluarganya.

2. Pendidikan
Tn. “T”, Ny. “R” dan Tn “G” mempunyai riwayat pendidikan sampai
bangku SD, Sedangkan Ny. “I”sekolah sampai bangku SLTP
sedangkan An.“D” sekarang sekolah di bangku SD dan An “V”
masih belum sekolah.
3. Suku dan Agama
Tn. “T” dan Ny. “R” sama-sama suku jawa dan beragama Islam.
Ny “I” sebagai menantu juga berasal dari suku jawa dan beragama
islam.
4. Hubungan dengan Keluarga
Ny “R” dan Ny “D” mengatakan setiap hari sering berkunjung ke
rumah tetangga untuk mengobrol. Hubungan dengan tetangga sangat
baik, seperti saudara sendiri.
6. Faktor Lingkungan
a. Perumahan
Rumah yang ditempati keluarga Tn “T” adalah milik sendiri, dengan
luas bangunan 48 m2, terdiri dari 3 kamar tidur, ruang tamu, dapur,
kandang sapi. Ventilasi rumah berupa jendela terbuka dengan sirkulasi
udara dan cahaya sinar matahari sedang. Kamar mandi dan WC
cemplung tertutup milik sendiri.

Denah rumah

Ruang Tamu

Kandang Ruang keluarga Kamar tidur


Sapi

Kamar Tidur
WC Dapur

b. Jenis Bangunan
Lantai rumah berupa tanah, dinding terbuat dari dinding tembok,
ventilasi jendela terbuka, penerangan listrik, cahaya masuk sedang.
c. Kebersihan
Keadaan rumah cukup bersih karena tiap pagi dan sore selalu disapu.
d. Pemakaian Air
Air berasal dari air sumber yang disalurkan lewat perpipaan, jernih,
tidak berbau dan tidak berasa, milik umum.
e. Jamban Keluarga
Jamban keluarga adalah cemplung tertutup dengan jarak sumber air
>10 meter dengan staus milik sendiri.
f. Pembuangan Limbah
Pembuangan limbah rumah melalui selokan yang dialirkan ke sungai.
g. Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah dibuang dilubang sampah kemudian dibakar,
kadang di sungai.
h. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Keluarga Tn “T” biasa berobat ke tenaga kesehatan bila ada yang sakit.
Melahirkan di Polindes..

7. Psikologis
Dalam keluarga suka bergurau, sering berkumpul untuk menonton TV bila ada
waktu senggang, dan dalam keluarga terbiasa bersikap terbuka.

8. Status Kesehatan Keluarga


1. Tn “T” tidak pernah sakit hingga harus di rawat di Rumah Sakit. Hanya
sering masuk angina dan merasa sakit pada pinggang/pegel-pegel yang
apabila dibuat istirahat rasa sakit sedikit berkurang.
Tn “G” juga tidak pernah sakit, hanya batuk pilek biasa
Ny “R” dan Ny “I” juga tidak pernah sakit hingga harus dirawat di Rumah
Sakit, hanya flu biasa.
An “D” tidak pernah sakit parah, hanya flu biasa
An. “A” pernah sakit batuk panas biasa dan sembuh setelah dibawa
berobat ke bidan , tetapi sekarang sudah sehat, status imunisasinya juga
sudah lengkap
2. Riwayat Kehamilan
Pada kehamilan pertama Ny “R” tidak mengalami keluhan apapun,
kehamilan berjalan normal dan periksa kehamilanya ke petugas kesehatan
demikian juga dengan hamil kedua.
Pada Ny ”I” tidak mengalami keluhan apapun, kehamilan berjalan normal
dan periksa kehamilanya ke petugas kesehatan hanya 1 kali
3. Riwayat Persalinan
Proses persalinan yang pernah Ny “R” alami juga bersifat alami, tidak
pernah terjadi komplikas, semuanya ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih.
Pada Ny “I” persalinan yang dialami juga bersifat alami, tidak pernah
terjadi komplikas, semuanya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
4. Riwayat Nifas
Ny “R” dan Ny”I” mengatakan tidak pernah terjadi keluhan saat nifas.
5. Riwayat KB
Ny”R” mengatakan setelah melahirkan anak pertamanya menggunakan
alat kontrasepsi suntik 3 bulan, namun setelah melahirkan anak keduanya,
Ny “R” tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun sampai saat ini.
Sedankan pada Ny “I” Setelah kelahiran anak pertama mulai memakai KB
jenis suntik 1 bulanan, sampai sekarang, karena ibu merasa cocok.
Bapak tidak pernah memakai metode KB apapun, seperti kondom,
senggama terputus, maupun merencanakan untuk vasektomi. Dikarenakan
faktor ketidaknyamanan pada bapak.
6. Riwayat Perkawinan
 Usia pertama kali menikah, suami : 27 tahun
 Usia pertama kali menikah, istri : 18 tahun
 Lama menikah : 22 tahun

DATA OBYEKTIF
1. Tn “T”
Pemeriksaan umum
 Kesadaran : CM
 TD : 130/80 mmHg
 Nadi : 80 x/mnt
 Pernafasan : 24 x/mnt
 Suhu : 36,5 C
Pemeriksaan fisik
 Kepala : rambut hitam, bersih tidak rontok
 Mata : simetris, konjungtivca merah muda, sklera putih
 Hidung : bersih tidak ada sekret
 Mulut : bersih, gigi ada caries, bibir basah, tidak pucat
 Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid
 Dada : simetris, oedem (-), varises (-)
2. Ny “R”
Pemeriksaan umum
 Kesadaran : CM
 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 84 x/mnt
 Pernafasan : 24 x/mnt
 Suhu : 36,5 C
Pemeriksaan fisik
 Kepala : rambut hitam, bersih tidak rontok
 Mata : simetris, konjungtivca merah muda, sklera putih
 Hidung : bersih tidak ada sekret
 Mulut : bersih, gigi tidak ada caries, bibir basah, tidak pucat
 Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid
 Dada : simetris, oedem (-), varises (-)
3. Tn “G”
Pemeriksaan umum
 Kesadaran : CM
 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 82 x/mnt
 Pernafasan : 22 x/mnt
 Suhu : 36,5 C
Pemeriksaan fisik
 Kepala : rambut hitam, bersih tidak rontok
 Mata : simetris, konjungtivca merah muda, sklera putih
 Hidung : bersih tidak ada sekret
 Mulut : bersih, gigi tidak ada caries, bibir basah, tidak pucat
 Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid
 Dada : simetris, oedem (-), varises (-)

4. Ny “I”
Pemeriksaan umum
 Kesadaran : CM
 TD : 110/70 mmHg
 Nadi : 84 x/mnt
 Pernafasan : 24 x/mnt
 Suhu : 36,5 C
Pemeriksaan fisik
 Kepala : rambut hitam, bersih tidak rontok
 Mata : simetris, konjungtivca merah muda, sklera putih
 Hidung : bersih tidak ada sekret
 Mulut : bersih, gigi tidak ada caries, bibir basah, tidak pucat
 Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid
 Dada : simetris, oedem (-), varises (-)
5. An “D”
Pemeriksaan umum
 Kesadaran : CM
 Nadi : 84 x/mnt
 Pernafasan : 24 x/mnt
 Suhu : 36,5 C
Pemeriksaan fisik
 Kepala : rambut hitam, bersih tidak rontok
 Mata : simetris, konjungtivca merah muda, sklera putih
 Hidung : bersih tidak ada sekret
 Mulut : bersih, gigi tidak ada caries, bibir basah, tidak pucat
 Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid
 Dada : simetris, oedem (-), varises (-)
6. An “A”
a. Pemeriksaan Umum
K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : N = 100 ×/menit
R = 36×/menit
S = 36,5oC

b. Pemeriksaan Antropometri
BB/TB : 10 kg/ 72 cm
LK/LD/LILA : 50 cm/ 48 cm/ 14 cm

c. Pemeriksaan Fisik
Kepala : bentuk normal, warna rambut hitam, bersih
Muka : tidak pucat, tidak tampak sakit
Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
Hidung : simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping
hidung.
Gigi dan Mulut : bersih, tumbuh gigi, gigi tidak caries, lidah bersih
Telinga : simetris, tidak ada sekret
Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid dan
bendungan vena jugularis
Dada : tidak ada retraksi dinding dada, bentuk normal
Perut : bentuk normal, tidak tampak pembesaran hepar
Genetalia : bersih, bentuk normal (laki-laki)
Ekstremitas : simetris, tidak ada kelainan

3. Usia Anak
Tgl. Pemeriksaan : 2008-12-02
Tgl. Lahir : 2007-11-13
1 0 19 = 13 bulan
Jadi usia anak sekarang adalah 13 bulan.
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH
Dx : An. “A” usia 13 bulan dengan pemeriksaan DDST
Ds : - ibu mengatakan selalu rutin membewa anaknya ke posyandu
- ibu mengatakan anaknya sudah mulai berjalan dan berbicara
- ibu mengatakan imunisasi anaknya telah lengkap.
- ibu mengatakan anaknya bisa makan sendiri
Do : - Anak terlihat ceria dan lincah
- Terlihat tubuh anak sesuai dengan usianya saat ini.

III.INTERVENSI
Dx : An. “A” usia 13 bulan dengan pemeriksaan DDST
Tujuan : - Perkembangan anak sesuai dengan usianya
- Anak dapat tumbuh dan berkembang tanpa ada kelainan
KH : Anak dapat melakukan tugas sesuai dengan usianya

Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang hasil dengan pemeriksaan menggunakan metode
DDST.
R : Ibu mengetahui perkembangan anaknya terutama tentang keterlambatan
yang harus segera ditangani.
2. Jelaskan pada ibu tentang manfaat dari penilaian pertumbuhan dan
perkembangan menggunakan DDST.
R : Ibu mengerti tentang manfaat dari penialaian perkembangan dengan
menggunakan metode DDST
3. Motivasi orang tua untuk memberi rangsangan pertumbuhan dan perkembangan
sesuai dengan usia perkembangan berikutnya.
R : Anak dapat berkembang dengan pertumbuhan dan perkembangan sesuai
dengan usianya.
4. Sarankan ibu untuk segera kontrol bila terdapat kelainan-kelainan dalam
perkembangannya
R : Deteksi dini adanya kelainan dalam perkembangannya.

IV. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL


-

V. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


_
s

VI. IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan perkembangan dengan DDST dan
pada anaknya tidak terdapat keterlambatan.
2. Menjelaskan pada ibu tentang manfaat penilaian perkembangan dengan
menggunakan DDST sangaat diperlukan karena apabila ada keterlambatan
perkembangan dapat segera dikonsultasikan dan segera dilakukan penanganan
dengan tepat.
3. Memberi motivasi ibu untuk memberi rangsangan pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan usia perkembangan berikutnya.
4. Menyarankan ibu untuk segera kontrol bila terdapat kelainan untuk
mendeteksi dini adanya kelainan perkembangan pada anak.

VII. EVALUASI
Dilaksanakan pada tanggal : 26 Nopember 2008, pkl : 11.00 WIB
Dx : An. “A” usia 13 bulan dengan pemeriksaan DDST
S : Ibu mengatakan telah mengetahui perkembangan anaknya
O : Anak dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
A : Telah dilakukan pemeriksaan DDST pada An. “A”.
P : Sarankan ibu untuk memberikan stimulus secara teratur sesuai dengan
usianya

CATATAN PERKEMBANGAN
Dilakukan pada tanggal 30 Nopember 2008, pukul 09.00 WIB

S : Ibu mengatakan merasa sangat senang karena anaknya tidak mengalami


kelainan
O : Anak dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
A : Telah diberikan rangsangan pada An. “A”.
P : Sarankan ibu untuk memberikan stimulus secara teratur sesuai dengan
usianya.

Dilakukan pada tanggal 1 Desenberber 2008, pukul 11.00 WIB


S : Ibu mengatakan merasa sangat senang karena sampai saat ini anaknya
tidak mengalami kelainan
O : Anak terlihat lincah dan ceria, dan dapat mengerjakan tugas yang
diberikan
A : Telah diberikan rangsangan pada An. “A”.
P : Sarankan ibu untuk memberikan stimulus secara teratur sesuai dengan
usianya.

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan penilaian perkembangan pada Penilaian perkembangan


pada An.”A” usia13 bulan menggunakan DDST di Dusun Kekep tanggal 26
November sampai 05 Desember 2008, maka didapatkan hasil pengkajian didapatkan
bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat dan tidak sedang sakit sehingga menjadi
syarat dalam melakukan pemeriksaan DDST, selanjutnya ditegakkan diagnosa.
Selanjutnya dilakukan penilaian perkembangan yang menyebutkan bahwa An.”A”
telah dapat melalui beberapa tes sesuai lember denver dengan benar dan baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak tersebut baik karena dari
penilaian yang dilakukan oleh penulis tidak ada point yang gagal dilakukan oleh anak.
Dan penilaian secara keseluruhan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak,
anak masuk dalam kategori normal. Hal ini dipengaruhi oleh makanan yang diberikan
cukup bergizi dan ibu sering membawa anaknya ke posyandu walaupun hanya untuk
timbang berat badan saja. Selain itu lingkungan anak berkembang karena tetangganya
masih seumur klien. Sesuai dengan diagnosa dibuat intervensi sesuai dengan
diagnosa.Setelah itu dilakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang dibuat
yang meliputi Menjelaskan pada ibu tentang manfaat dari penilaian perkembangan
menggunakan metode DDST, yaitu ibu dapat mengetahui apakah perkembangan anak
sesuai dengan usianya, apakah pertumbuhan dan perkembangan anak tidak
mengalami keterlambatan dan mendeteksi secara dini adanya keterlambatan sehingga
dapat segera ditanggulangi, menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan dengan
menggunakan metode DDST, bahwa dalam tes tadi,berdasarkan tes yang dilakukan
terhadap anak berdasarkan lembar Denver yang tersedia ternyata semuanya dapat
dilakukan dengan baik oleh si anak., sehingga anak ibu tergolong normal / tidak ada
keterlambatan.menganjurkan ibu untuk memberi makan anaknya dengan menu yang
seimbang karena di dalam makanan dengan menu yang seimbang terdapat zat-zat
yang berguna dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, dengan contoh nasi,
sayur (bayam, sawi, kangkung, dan lain-lain), lauk (ikan, telor, tempe, tahu, dan lain-
lain), buah (apel, jeruk, pepaya, dan lain-lain), dan susus, menjelaskan pada ibu
tentang pentingnya peranan orang tua dan teman sebaya terhadap perkembangan anak,
khususnya dalam hal sosialisasi,dan menganjurkan pada ibu agar selalu mengamati
perkembangan anaknya agar bila ada keterlambatan perkembangan dapat segera
diketahui. Dan dilakukan evaluasi sesuai hasil implementasi yang di dapat ibu dapat
mengulangi penjelasan petugas dengan baik.
BAB V
PENUTUP

I. KESIMPULAN
Dari hasil pengkajian yang dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan
DDST ( Denver Developmental Screening Test ) pada An. “A” tidak ditemukan
masalah yang mengganggu dalam hal pertumbuhan dan perkembangannya. Dari
hasil penilaian perkembangan didapatkan hasil bahwa perkembangan anak tersebut
baik. Sedangkan untuk menunjang agar perkembangan anak lebih lanjut dapat
berkembang dengan baik dan normal maka harus dilakukan perencanaan untuk
tindakan yang akan dilakukan yaitu meliputi, penjelasan kepada ibu tentang hasil
dari pemeriksaan perkembangan. Jelaskan tentang kegunaan dari penilaian
perkembangan bagi anak, anjurkan agar ibu untuk selalu mengamati perkembangan
anaknya dan beritahukan juga pada ibu tentang tahapan perkembangan anaknya
dan beritahukan juga pada ibu tentang tahapan perkembangan anak selanjutnya.
Penatalakanaan dalam hal ini perlu disesuaikan dengan kasus serta umur
dari anak, sehingga tindakan yang akan kita lakukan sesuai, dan petugas nantinya
dapat mengevaluasi dari tahapan perkembangan lebih lanjut pada anak sesuai
dengan rencana asuhan kebidanan dan tindakan yang telah dilakukan.

B. SARAN
1. Sebaiknya orang tua mengetahui tentang adanya uji perkembangan pada anak
dan bisa melakukan pemeriksaan sendiri, salah satunya dengan DDST.
2. Orang tua diwajibkan untuk mengerti perkembangan anaknya sehingga dapat
mendeteksi dini jika ada keterlambatan pada perkembangan anak.
3. Apabila dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat keterlambatan,
hendaknya segera diketahui dan dirangsang untuk dilakukan pada anak agar
proses perkembangannya tidak terganggu dan tetap berjalan normal.
4. Jika terdapat keterlambatan yang tidak dapat diatasi setelah dilakukan
rangsangan pada anak hendaknya orang tua segera memeriksakan anak ke
petugas kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.


Departemen Kesehatan RI. 1995. Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita.
Jakarta : Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai