Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KELUARGA TN “S”

DI DUSUN BABANA PANTAI DESA BAMBU


KEC. MAMUJU KAB. MAMUJU
TANGGAL 01 s.d 8 JULI 2021

OLEH
PRATIWI
PO76302191007

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAMUJU
JURUSAN KEBIDANAN
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga saya dapat
menyelesaikan Asuhan kebidanan family health care II.Askeb ini berisi
pembahasan mengenai asuhan kebidanan pada keluarga binaan.
Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam penyusunan askeb ini baik secara moril maupun
spritual, terutama kepada pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan arahan kepada saya dalam penyususnan askeb ini
Walaupun demikian, saya menyadari akan keterbatasan
kemampuan maupun kesempatan saya dalam menyusun askeb ini
sehingga tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan pendata. Oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran perbaikan demi kesempurnaan
askeb ini untuk kepentingan kita semua. Akhir kata semoga askeb ini
dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi parah
pembaca

Mamuju, 08 juli 2021

penulis

iii
DAFTAR ISI

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera
fisik,mental,dan sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam suatu yang b erkaitan dengan
system reproduksi, fungsi dan prosesnya . Kesehatan reproduksi
adalah keadaan sempurna fisik, mental dan kesejahteraan social
dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam
segala hal yang berkaitan dengan system reproduksi dan fungsi
serta proses .
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik
dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang
berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi
dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan
serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki hubungan
yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat
memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya
dapat menjalani kehamilannya dan persalinan serta aman
mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby)
dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal.
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara
menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang
berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang
pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari
penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki

5
kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan
sesudah menikah.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mampu untuk mengerti, memahami dan dapat memberikan serta
menerapkan Asuhan Kebidanan pada Keluarga.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan identifikasi masalah kesehatan keluarga
b. Melakukan pengkajian masalah kesehatan keluarga
c. Melakukan perumusan masalah kesehatan keluarga
d. Melakukan penentuan prioritas masalah kesehatan keluarga
e. Melakukan intervensi kebidanan pada keluarga.
f. Melakukan evaluasi dan pendokumentasian
C. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara,
pengamatan secara langsung, dan pemeriksaan kesehatan pada
keluarga serta studi dokumentasi

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep keluarga
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah salah satu bagian dalam masyarakat yang
memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk atau
menciptakan kebudayaan yang sehat. Dengan adanya keluarga,
akan tercipta suatu tatanan masyarakat yang baik olehnya itu
dimulai dari keluarga itu sendiri sehingga akan membangun suatu
kebudayaan yang baik.
2. Struktur keluarga
Struktur keluarga menggambarkanbagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga
terdiri dari bermacam-macam di antaranya adalah:
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hbungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawin

7
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
3. Ciri-ciri keluarga
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (nomenclature)
termasuk perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh
anggota-anggota berkaitan dengan kemampuan untuk
mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau
rumah tangga.
f. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat
gotong royong
g. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
h. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemustakaan
dilakukan secara musyawarah.
4. Bentuk-bentuk keluarga
Keluarga dibagi menjadi beberapa bentuk berdasarkan garis
keturunan, jenis perkawinan, pemukiman, jenis anggota keluarga
dan kekuasaan.
a. Berdasarkan garis keturunan
1) Patrilinear adalah keturunan sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2) Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
b. Berdasarkan jenis perkawinan

8
1) Monogamy adalah keluarga dimana terdapat seorang suami
dengan seorang istri.
2) Poligami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami
dengan lebih dari satu istri.
c. Berdasarkan pemukiman
1) Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami
dengan seorang istri.
2) Poligami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami
dengan lebih dari satu istri.
d. Berdasarkan pemukiman
1) Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau
dekat dengan dengan keluarga sedarah suami.
2) Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau
dekat dengan keluarga satu istri.
3) Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari dari
keluarga suami maupun istri.
e. Berdasarkan jenis anggota keluarga
1) Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti
ditambahkan dengan sanak saudara. Misalnya: kakak,
nenek, keponakan, dan lain-lain.
3) Keluarga berantai (Serial Family) adalah keluarga yang
terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali
dan merupakan satu keluarga inti.
4) Keluarga duda/janda (Single Family) adalah keluarga yang
terjadi karena perceraian atau kematian.
5) Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
6) Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang
terjadi tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

9
f. Berdasarkan kekuasaan
1) Patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang
kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ayah.
2) Matriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang
kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.
3) Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan
adalah ayah dan ibu
5. Peran keluarga
Setiap anggota keluarga masyarakatmempunyai peran masing-
masing antara lain adalah:
a. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa
aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota
masyarakat kelompok sosial tertentu.
b. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik
anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat
kelompok sosial tertentu.
c. Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, sosial, mental dan spiritual.
6. Fungsi keluarga
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi kegamaan
1) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan
tujuan hidup seluruh anggota keluarga.
2) Menerjemahkan agama ke dalam tingkah laku hidup sehari-
hari kepada seluruh anggota keluarga.

10
3) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam
pengalaman dari ajaran agama.
4) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak
tentang keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah
atau masyarakat.
5) Membina rasa, sikap dan praktik kehidupan keluarga
beragama sebagai pondasi menuju keluarga kecil bahagia
sejahtera.
b. Fungsi budaya
1) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk
meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan
bangsa yang ingin dipertahankan.
2) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk
menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai.
3) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang
anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai
pengaruh negatif globalisasi dunia.
4) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang
anggotanya dapat berperilaku yang baik sesuai dengan
norma bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan
globalisasi.
5) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan
seimbang dengaan budaya masyarakat atau bangsa untuk
mnjungjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia
sejahtera.
c. Fungsi cinta kasih
1) Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah
ada antar anggota keluarga ke dalam simbol-simbola nyata
secara optimal dan terus menerus.
2) Membinah tingkah laku saling menyayangi baik antar
anggota keluarga secara kuantitatif dan kualitatif.

11
3) Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan
ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan
seimbang.
4) Membina rasa, sikap dan praktik hidup keluarga yang
mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai
pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
d. Fungsi perlindungan
1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari
rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang
timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari
berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang dating dari
luar.
3) Membina dan menjadikan stabilisasi dan keamanan keluarga
sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
e. Fungsi Reproduksi
1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahanan pendidikan
reproduksi sehat, baik anggota maupun bagi keluarga
sekitarnya.
2) Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah
pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik
maupun mental.
3) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang
berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara 2 anak dan
jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga.
4) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal
yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
f. Fungsi sosialisasi
1) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan
keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak
pertama dan utama.

12
2) Menadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan
keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari
pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang
dijumpainya baik di lingkungan sekolag maupun masyarakat.
3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang
hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan
dan kedewasaan (fisik dan mental), yang tidak kurang
diberikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat.
4) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi
dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif
bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka
perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera.
g. Fungsi ekonomi
1) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun di dalam
lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan
dan perkembangan kehidupan keluarga.
2) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran keluarga.
3) Mengatur waktu sehingga kegiatan orangtua di luar rumah
dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara
serasi, selaras dan seimbang.
4) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai
modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.
h. Fungsi pelestarian lingkungan
1) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian
lingkungan intern keluarga.
2) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian
lingkungan ekstern keluarga.

13
3) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian
lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang antara
lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat
sekitarnya.
4) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian
lingkungan hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia
sejahtera.
7. Tugas keluarga
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab
keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu
segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan
seberapa besar perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga
maka segara melakukan tindakan yang tepat agar masalah
kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan sebisanya meminta bantuan orang
lain di sekitar keluarganya.
c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya
yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan
pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh
tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

14
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timble balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang
ada).
8. Tahap-tahap perkembangan keluarga
a. Keluarga baru (bargaining family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak.
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Mentapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
kelompok social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB
5) Persiapan menjadi orang tua
6) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan
dan menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan
menimbulkan krisis keluarga.
1) Adaptasi perubahan angota keluarga (peran, interaksi,
seksual daan kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran
orangtua terhadap bayi dengan member sentuhan dan
kehangatan.
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu.
6) Menata ruang untuk anak
7) Biaya/dana child bearing.

15
8) Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dan anak pra sekolah
1) Pemenuhan anggota keluarga
2) Membantu anak bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga
terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar
keluarga.
5) Pembagian waktu individu, pasangan dan anak.
6) Pembagian tanggung jawab
7) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan
kembang anak.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun)
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan di luar
rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas.
2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut
sertakan anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
1) Perkembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan
yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja
adalah seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki
otonomi).
2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi)
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga

16
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan
anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa (anak 1 meninggalkan rumah)
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya.
5) Menata kembali fasiliitas dan sumber pangan pada keluarga.
6) Berperan suami-istri kakek dan nenek
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh
bagi anak-anaknya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam
mengolah minat social dan waktu santai.
2) Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.
3) Keakraban dengan pasangan
4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
5) Persiapan masa tua/pension.
h. Keluarga lanjut usia
1) Penyesuaian tahap masa pension dengan merubah cara
hidup
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan
kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan live review masa lalu.
B. Konsep Manajemen Asuhan Keluarga
Tinjauan teori tentang manajemen asuhan keluarga mengacu pada
langkah-langkah proses pemberian asuhan yang meliputi:

17
1. Pengkajian (Assesment)
a. Pengumpulan Data
Dalam identifikasi masalah bidan melakukan pengumpulan
data berdasarkan sumber data, pengumpulan dilakukan secara
langsung di masyarakat (data subjektif) dan secara tidak
langsung (data objektif).
Data subjektif di dapat dari informasi yang langsung diterima
di masyarakat melalui wawancara. Data objektif adalah data
yang diperoleh dari hasil observasi pemeriksaan dan penelaan
catatan keluarga, masyarakat dan lingkungannya.
b. Analisis data
Tujuan analisis adalah menggunakan data yang tekumpul
dan mencari kaitan satu dengan yang lain sehingga ditemukan
berbagai masalah, melalui proses analisis ditemukan jawaban
tentang hubungan penyakit atau kasus kesehatan dengan
lingkungan keadaan sosial, budaya (perilaku). Pelayanan
kesehatan serta faktor keturunan yang berpengaruh terhadap
kesehatan.
c. Perumusan Masalah
Perumusan msalah dapat dikumpulkan berdasarkan hasil
analisis. Dalam rumusan masalah mencakup masalah utama
dan penyebabnya serta masalah potensial.
d. Prioritas Masalah
Menentukan prioritas masalah keluarga sangat perlu
dilakukan, karena masalah kesehatan keluarga memerlukan
penanganan berkelanjutan tidak memungkinkan untuk
diselesaikan dalam waktu bersamaan, dapat dipertimbangkan,
membutuhkan sumber daya keluarga, pengetahuan dan
norma/nilai-nilai budaya yang tertanam dalam keluarga.
Skala prioritas disusun dengan memperhatikan: sfat
permasalahan, apakah masalah tersebut dapat mengancam

18
kesehatan keluarga, merupakan keadaan kesakitan, ataukah
merupakan maslaah kegawatdaruratan, kemungkinan
melakukan pencegahan, mengurangi, atau menuntaskan
permasalahan, berat ringannya masalah untuk dilakukan
pencegahan dan dikurangi, masalah yang memerlukan
penanganann segera.
Skala prioritas masalah kesehatan keluarga
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah: 1
 Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman kesehatan 2

 Krisis 1
2 Kemungkinan masih 2
dapat diubah:
 Dengan mudah 2
 Hanya sebagaian 1

 Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk 1
dicegah:
 Tinggi 3
 Cukup 2

 Rendah 1
4 Menonjolnya masalah: 1
 Masalah berat harus 2
segera ditangani
 Ada masalah tetapi 1
tidak segera ditangani
 Masalah tidak 0
dirasakan

e. Diagnosis permasalahan

19
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah
berdasarkan interprestasi yang benar atas data yang telah
dikumpulkan
2. Perencanaan
Rencana untuk memecah maslah kesehatan lingkungan di
komuitas dapat dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan dan
evaluasi. Untuk mecapai tujuan tersebut perlu ditetapkan sasaran,
maka disusun rencana pelaksaan.
3. Pelaksaan (Implementasi)
Didalam pelaksanaan kegiatan bidan harus memonitor
perkembangan dan perubahan yang terjadi terhadap lingkungan
kemungkinan penetapan tujuan juga tidak tepat, bila hal ini terjadi,
maka perlu dilkukan modifikasi dan juga menyebabkan perubahan
dalam meaksanakan tindakan dan evaluasi.
4. Evaluasi
Tujuan Evaluasi adalah mengetahui ketetapan dan kesempurnaan
antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu
pengkjian dinyatakan berhasil bila evaluasi menunjukkan data
yang sesuai dengn tujuan yang akan dicapai. Bila tujuan tidak
tercapai, maka perlu dikaji kembali penyebabnya. Bila kegiatan
behasil mencapai tujuan maka identifikasi dilakukan dalam.
C. Konsep Permasalahan Keluarga
1. Pengertian Permasalahan Keluarga
Masalah keluarga artinya kacau, tak teratur dan terarah, orang tua
kehilangan kewibawaan untuk mengendalikan anak-anak terutama
remaja, mereka melawan orang tua, dan terjadi pertengkaran terus
menerus antara ibu dengan bapak terutama mengenai soal
mendidik anak-anak. Bahkan masalah keluarga bisa membawa
kepada perceraian suami istri. Dengan kata lain permasalahan
keluarga adalah kondisi yang sangat labil dikeluarga, dimana
komunikasi dua arah dalam kondisi demokratis sudah tidak ada.

20
Jika terjadi perceraian sebagai puncak dari masalah yang
berkepanjangan, maka yang paling menderita adalah anak-anak.
Sering perkara perceraian di pengadilan agama, yang paling rumit
adalah siapakah yang akan mengurus anak-anak. Sering
pengadilan memenangkan hak asuh kepada pihak laki-laki atau
bapak. Dalam hal ini pengadilan agama hanya berdasarkan fakta
hokum belaka
2. Jenis-jenis Masalah, Faktor-faktor dan Upaya Mengatasi Masalah
Keluarga
Ada sejumlah masalah di dalam sebuah keluarga. Maslaah
tersebut bisa berdiri sendiri tetapi kecenderungannya saling
berkaitan satu sama lain. Beragam masalah keluarga diantaranya:
a. Masalah perekonomian
Keluarga miskin masih besar jumlahnya di negeri ini.
Berbagai cara diusahakan pemerintah untuk mengentaskan
kemiskinan. Akan tetapi tetap saja kemiskinan tidak terkendali.
Terakhir pemerintah memberikan bantuan langsung tunai (BLT)
pada tahun 2007 dan 2008. Kemiskinan jelas berdampak
terhadap keluarga. Jika kehidupan emosional suami isteri tidak
dewasa, maka akan timbul pertengkaran. Sebab, isteri banyak
menuntut hal-hal di luar makan dan minum. Padahal
penghasilan suami sebagai buruh lepas, hanya dapat member
makan dan rumah petak tempat berlindung yang sewanya
terjangkau. Akan tetapi yang namanya manusia sering bernafsu
contohnya ingin memiliki televisi, radio dan sebagainya
sebagaimana layaknya sebuah keluarga yang normal. Karena
suami tidak sanggup memenuhi tuntutan isteri dan anak-
anaknya akan kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan tadi,
maka timbullah pertengkaran suami isteri yang sering menjurus
kearah perceraian. Suami yang egois dan tidak dapat menahan
emosinya lalu menceraikan isterinya. Akibatnya terjadilah

21
kehancuran sebuah keluarga sebagai dampak kekurangan
ekonomi.
1) Faktor-faktor Penyebab dari problem perekonomian:
a) Keadaan ekonomi keluarga yang lemah berpengaruh
pada sandang, pangan, papan yang baik.
b) Penghasilan istri yang lebih besarr
c) Gaya hidup yang berbeda
2) Upaya mengatasi problem Perekonomian:
a) Terbuka
Hal pertama yang harus dilakukan untuk menghindari
keuangan adalah bersikap terbuka. Baik pasangan sama-
sama mencari uang atau hanya salah satu saja yang
menghasilkan uang, seharusnya tak ada yang
disembunyikan masalah pengeluaran. Selalu diskusikan
semua keputusan yang menyangkut keuangan, seperti
pengeluaran, pemasukan, tabungan, dan lainnya.
b) Tentukan tujuan jangka panjang
Dalam hal keuangan, Anda juga harus cermat dan bijak
dalam melihat masa depan. Tentukan beberapa hal di
masa depan yang membutuhkan banyak uang. Misalkan
biaya pendidikan anak, liburan, dan lainnya. Ini akan
membantu Anda menyimpan uang dan tak kewalahan
ketika saatnya tiba.
c) Menabung
Anda tak harus menabung banyak di bank, namun
sediakan tabungan kecil di rumah yang bisa Anda isi
setiap minggu. Mungkin terdengar remeh, namun uang
yang terkumpul bisa jadi sangat berguna saat dibutuhkan
d) Sisihkan “uang senang-senang”
Sisakan sedikit uang untuk hiburan atau bersenang.
Jangan banyak-banyak agar tidak terlalu boros. Anda bisa

22
menggunakan uang tersebut untuk makan malam
bersama, nonton film, atau membeli sesuatu untuk
keluarga. Anggap saja uang ini adalah sebuah reward
atas kerja keras Anda dan pasangan.
e) Bekerjasama untuk mengatur keuangan
Pastikan Anda dan pasangan saling bekerjasama untuk
mengatur keuangan. Jangan terlalu mendominasi atau
malah pasif jika berkaitan dengan pengeluaran atau
pengaturan keuangan. Mungkin awalnya akan canggung,
namun jika dibiasakan Anda akan mendapatkan manfaat
mengatur keuangan sebagai tim bersama pasangan.
f) Memiliki usaha sampingan
Mungkin dengan isteri bekerja membuka toko sembako
,maka sedikit demi sedikit keluarga tersebut tidak
kekurangan kebutuhan ekonomi karena saling membantu
antara suami dan isteri.
b. Masalah Kesehatan
Kesehatan sangatlah penting bagi diri kita karena jika
diantara anggota keluarga kita sering sakit-sakitan maka
pengeluaran untuk dokter, obat-obatan dan rumah sakit akan
bertambah. Apalagi jika salah satu anggota keluarga terjangkit
penyakit menular itu akan membutuhkan pengeluaran yang
lebih banyak lagi. Masalah gizi buruk menghantui banyak
keluarga miskin di Indonesia dan Kurang kesadaran
masyarakat akan kesehatan semakin menambah parahnya
masalah kesehatan keluarga . Contohnya dalam sebuah
keluarga ada yang mudah sakit karena mungkin kekurangan
gizi yang tidak baik.
1) Faktor-faktor penyebab dari problem kesehatan adalah:
a) Biaya kesehatan semakin mahal tidak sebanding dengan
pendapatan per capita

23
b) Beragam penyakit semakin bermunculan bersamaan
dengan makin majunya ilmu kedokteran
2) Upaya Mengatasi problem kesehatan:
a) Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi dengan
baik
Ajarkan anak hidup sehat dimulai dari “diri sendiri”. Dapat
dikatakan bahwa kesehatan yang kita miliki adalah karena
“upaya” kita sendiri.
b) Makan makanan sehat
Makan merupakan kebutuhan penting, tidak saja bagi
penyediaan energi untuk tubuh, tetapi juga merupakan
kebutuhan penting untuk kesehatan dan kelangsungan
hidup.
c) Memelihara Kesehatan Lingkungan
Hidup sehat memerlukan situasi, kondisi, dan lingkungan
yang sehat. karena itu, kondisi lingkungan perlu benar-
benar diperhatikan agar tidak merusak kesehatan.
Kesehatan lingkungan harus dipelihara agar mendukung
kesehatan keluarga dan setiap orang yang hidup di
sekitarnya. Memelihara berarti menjaga kebersihannya.
Lingkungan kotor dapat menjadi sumber penyakit.
c. Masalah Seksual
Hubungan seksual yang tidak harmonis menjadi salah satu
pemicu konflik dalam kehidupan rumah tangga, Banyak
pasangan tidak menyadari pentingnya hubungan seksual ini.
Bahkan banyak diantara pasangan menjalani hubungan
seksual sebagai hal rutinitas semata. Sekedar menjalankan
kewajiban, tidak ada nuansa keindahan di dalamnya. Sering
kita baca di surat kabar bahwa suatu masalah yang rumit untuk
di kaji adalah masalah perselingkuhan yang di lakukan oleh
suami atau isteri karena masalah seksual.

24
1) Faktor-faktor penyebab problem seksual adalah:
a) Kurang puas terhadap pelayanan dari pasangan.
b) Hubungan seks tidak dapat dikendalikan mengakibatkan
pertambahan anggota keluarga.
2) Upaya mengatasi problem seksual:
a) Komunikasi, Hilangkan rasa sungkan dan malu. Bicarakan
semua masalah seks yang Anda rasakan bersama
pasangan, biar pasangan tahu problem seks yang sedang
Anda alami.
b) Menahan emosi seks. Salah satu penyebab ejakulasi dini
adalah tidak bisa menahan emosi seks ketika bersetubuh.
Kebanyakan pria selalu ingin cepat ejakulasi.
c) Menghalangi semua permasalahan terbawa ke tempat
tidur. Hindari berhubungan seks bila amarah dan
kejengkelan masih bersemayam di hati.
d) Luangkan waktu untuk berduaan dengan istri. Kesibukan
seringkali menghalangi suami-istri untuk bersama, hingga
tidak bisa menikmati kehidupan secara pribadi.
e) Peliharalah kesehatan dengan mengatur pola makan dan
tetap berolahraga. Selain itu hindarilah minuman
beralkohol secara berlebihan
d. Masalah Pendidikan
Masalah pendidikan sering merupakan penyebab terjadinya
problem di dalam keluarga. Jika pendidikan agak lumayan pada
suami-isteri, maka wawasan tentang kehidupan keluarga dapat
dipahami oleh mereka. Sebaliknya pada suami-isteri yang
pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami liku-liku
keluarga. Akibatnya terjadi selalu pertengkaran yang mungkin
menjadi perceraian. Jika pendidikan agama ada atau lumayan,
mungkin sekali kelemahan dibidang pendidikan akan diatasi.
Artinya suami-isteri akan dapat mngekang nafsu masing-

25
masing sehingga pertengkaran dapat dihindari. Mengapa
demikian? karena agama islam mengajarkan agar orang
bersabar dan shalat di dalam menghadapi gejolak hidup rumah
tangga.
1) Faktor-faktor penyebab problem pendidikan adalah:
a) Pendidikan yang tidak seimbang antara suami dan istri.
b) Berpengaruh pula segala keputusan yang akan diambil
dalam keluarga.
c) Pasangan yang sama-sama memiliki pendidikan yang
rendah.
2) Upaya mengatasi problem pendidikan:
Untuk masalah pendidikan dalam keluarga memiliki arti yang
sangat komplek, karena pada dasarnya pendidikan di
indonesia tergantung pda latar belakang masing-masing
keluarga, tetapi tinggal bagaimana masing-masing keluarga
menerapkanya diantaranya:
a) mengikuti wajib belajar 9 tahun
b) memprogram dan merencanakan pendidikan dengan baik
untuk keluarga.
c) memberikan kebebasan memilih pendidikan yang akan
ditempuh anggota keluarga.
d) menyiapkan dana atau tabungan pendidikan sedini
mungkin untuk merealisasikan pendidikan yang akan
ditempuh.
e) menyiapkan solusi jika mungkin pilihan pendidikan yang
kita inginkan tidak tercapai.
e. Masalah Pekerjaan
Peluang kerja semakin terbatas tidak sebanding dengan
jumlah pencari kerja. Persaingan dalam dunia kerja dan dunia
usaha juga semakin tajam menambah makin beratnya beban
keluarga adakalanya pasangan suami-isteri terpaksa bekerja

26
serabutan atau bekerja di luar kompetensinya demi
memperoleh penghasilan, Persoalan pekerjaan di kantor sering
berimbas pada rumah tangga. Kesibukannya terfokus pada
pekerjaan pencarian materi yaitu harta dan uang.Makna
kesuksesan hidup tidaklah semata-mata berorientasi materi.
1) Faktor-faktor penyebab problem pekerjaan adalah:
a) Orang tua sibuk dengan pekerjaannya
b) Tidak punya pekerjaan atau baru di PHK.
2) Upaya mengatasi problem pekerjaan:
a) Adanya komunikasi dan interaksi hubungan yang baik
antar keluarga masalah pekerjaan agar salah satu di
antara suami atau isteri dapat mengerti dan memahami
beban pekerjaan masing-masing yang sedang di jalankan
sehingga tidak ada kesalah pahaman.
b) Sebelum kita memutuskan untuk menikahi pasangan
kita,pasti kita sudah melihat dari segi pekerjaan, jadi saat
kita sudah memutuskan untuk menikah pun berarti kita
sudah menerima pekerjaan pasangan dan berjalan
bersama memelihara dan mencintai pekerjaan pasangan
kita.
f. Masalah Agama
Agama sangat penting peranannya dalam membangun
keluarga bahagia. Termasuk dalam hal menentukan arah
keluarga, pernikahan yang di bangun atas dasar kesamaan
agama terkadang sering bermasalah apa lagi dengan
pernikahan yang beda agama pasti mempunyai masalah. Dari
perbedaan agama inilah muncul permasalahan dalam sebuah
rumah tangga.
1) Faktor-faktor penyebab problem agama adalah:
a) Perbedaan agama antara suami dan isteri.

27
b) Jauh dari agama hanya mementingkan materi dan duniawi
semata maka tinggal menunggu kehancuran keluarga
tersebut saja.
2) Upaya mengatasi problem agama:
a) Luangkan waktu untuk selalu berintropeksi diri.
b) Lebih memahami agama masing-masing pasangan
sehingga tidak muncul permasalahan diantara pasangan.
c) Berusaha selalu mendekatkan diri kepada sang pencipta.
g. Masalah Komunikasi
Masalah komunikasi merupakan masalah fundamental yang
menentukan kebahagiaan keluarga, kesenjangan komunikasi
sering memicu timbulnya permasalahan lain yang lebih
kompleks dan perlu disadari bahwa apapun permasalahan
dalam keluarga (suami-isteri dan anak) solusinya melalui
proses komunikasi yang baik. Komunikasi interpersonal yang
dilandasi sikap keterbukaan, pemahaman, penerimaan
membuka peluang sukses bagi pemecahan masalah keluarga.
Setiap anggota keluarga harus menyadari setiap kata dan
tindakannya betapa berpengaruh pada orang lain. Semuanya
perlu belajar berkomunikasi yang baik demi keutuhan keluarga.
Contohnya seperti diantara salah satu orangtua mereka pulang
hampir malam, karena jalan macet. Badan capek, sampai
dirumah mata sudah mengantuk dan tertidur. Tentu orangtua
tidak punya kesempatan untuk berdiskusi atau berkomunikasi
dengan suami atau istri dan anak-anaknya.
1) Faktor-faktor penyebab problem komunikasi:
a) Anak yang takut kepada orang tua
b) Orang tua sering cekcok
c) Kakak adik tidak cocok
d) Orang tua tidak adil
e) Tidak cocok antara mertua dan menantu

28
f) Masalah dengan para tetangga
2) Upaya mengatasi problem komunikasi:
a) Luangkan waktu untuk mendengarkan
b) Berusaha untuk komunikasi intens dengan anggota
keluarga yang lain
c) Buat tradisi keluarga
d) Pergi berlibur bersama
D. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera
fisik,mental,dan sosial secara utuh tidak semata-mata bebas
dari penyakit atau kecacatan dalam suatu yang berkaitan
dengan system reproduksi, fungsi dan prosesnya (WHO).
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik,
mental dan kesejahteraan social dan tidak semata-mata
ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang
berkaitan dengan system reproduksi dan fungsi serta
proses. Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat
mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada
semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi
serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang
bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk
berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara
anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat
dan lingkungan. Kesehatan reproduksi adalah kemampuan
seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi
dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani
kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan bayi

29
tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan
selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal
(IBG. Manuaba, 1998). Kesehatan Reproduksi adalah suatu
keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental
dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi
serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan
reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit
melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan
seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah
menikah.
2. Komponen kesehatan reproduksi
Strategi kesehatan reproduksi menurut komponen
pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Komponen Kesejahteraan Ibu dan Anak
Peristiwa kehamilan, persalinan dan nifas merupakan kurun
kehidupan wanita yang paling tinggi resikonya karena dapat
membawa kematian, makna kematian seorang ibu bukan
hanya satu anggota keluarga tetapi hilangnya kehidupan
sebuah keluarga. Peran ibu sebagai wakil pimpinan rumah
tangga, ibu dari anak-anak yang dilahirkan, istri dari suami,
anak bagi seorang ibu yang melahirkan, ataupun tulang
punggung bagi sebuah keluarga, semua sulit untuk
digantikan. Tindakan untuk mengurangi terjadinya kematian
ibu karena kehamilan dan persalinan, harus dilakukan
pemantauan sejak dini agar dapat mengambil tindakan yang
cepat dan tepat sebelum berlanjut pada keadaan kebidanan
darurat. Upaya intervensi dapat berupa pelayanan ante
natal, pelayanan persalinan dan masa nifas. Upaya
intervensi tersebut merupakan dimensi pertama dari
paradigma baru pendekatan secara Continuum of Care yaitu

30
sejak kehamilan, persalinan, nifas, hari-hari dan tahun-tahun
kehidupan perempuan. Dimensi kedua adalah tempat yaitu
menghubungkan berbagai tingkat pelayanan di rumah,
masyarakat dan kesehatan.Informasi akurat perlu diberikan
atas ketidaktahuan bahwa hubungan seks yang dilakukan,
akan mengakibatkan kehamilan, dan bahwa tanpa
menggunakan kotrasepsi kehamilan yang tidak diinginkan
bisa terjadi, bila jalan keluar yang ditempuh dengan
melakukan pengguguran maka hal ini akan mengancam jiwa
ibu tersebut.
2. Komponen Keluarga Berencana
Komponen ini penting karena Indonesia menempati urutan
keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.
Indonesia diprediksi akan mendapat “bonus demografi“ yaitu
bonus yang dinikmati oleh suatu Negara sebagai akibat dari
besarnya proporsi penduduk produktif (rentang 15–64 tahun)
dalam evolusi kependudukan yang akan dialami dan
diperkirakan terjadi pada tahun 2020–2030. Untuk
mengantisipasi kemungkinan timbulnya masalah tersebut
pemerintah mempersiapkan kondisi ini dengan Program
Keluarga Berencana yang ditujukan pada upaya
peningkatan kesejahteraan ibu dan kesejahteraan keluarga.
Calon suami-istri agar merencanakan hidup berkeluarga
atas dasar cinta kasih, serta pertimbangan rasional tentang
masa depan yang baik bagi kehidupan suami istri dan anak-
anak mereka dikemudian hari. Keluarga berencana bukan
hanya sebagai upaya/strategi kependudukan dalam
menekan pertumbuhan penduduk agar sesuai dengan daya
dukung lingkungan tetapi juga merupakan strategi bidang
kesehatan dalam upaya meningkatan kesehatan ibu melalui
pengaturan kapan ingin mempunyai anak, mengatur jarak

31
anak dan merencanakan jumlah kelahiran nantinya.
Sehingga seorang ibu mempunyai kesempatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
kesejahteraan dirinya. Pelayanan yang berkualitas juga perlu
ditingkatkan dengan lebih memperhatikan pandangan klien
terhadap pelayanan kesehatan yang ada.
3. Komponen Pencegahan dan Penanganan Infeksi Saluran
Reproduksi (ISR), termasuk Penyakit Menular Seksual
dan HIV/AIDS.
Pencegahan dan penanganan infeksi ditujukan pada
penyakit dan gangguan yang berdampak pada saluran
reproduksi. Baik yang disebabkan penyakit infeksi yang
non PMS. Seperti Tuberculosis, Malaria, Filariasis,
maupun infeksi yang tergolong penyakit menular seksual,
seperti gonorhoea, sifilis, herpes genital, chlamydia,
ataupun kondisi infeksi yang mengakibatkan infeksi
rongga panggul (pelvic inflammatory diseases/PID)
seperti penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) yang tidak steril. Semua contoh penyakit tersebut
bila tidak mendapatkan penanganan yang baik dapat
berakibat seumur hidup pada wanita maupun pria, yaitu
misalnya kemandulan, hal ini akan menurunkan kualitas
hidup wanita maupun pria.
4. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja
Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan
reproduksi juga perlu diarahkan pada masa remaja,
dimana terjadi peralihan dari masa anak menjadi
dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan
fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat. Hal ini
ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder
dan berkembangnya jasmani secara pesat,

32
menyebabkan remaja secara fisik mampu melakukan
fungsi proses reproduksi tetapi belum dapat
mempertanggung jawabkan akibat dari proses reproduksi
tersebut.Informasi dan penyuluhan, konseling dan
pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi
masalah kesehatan reproduksi remaja ini. Selain itu
lingkungan keluarga dan masyarakat harus ikut peduli
dengan kondisi remaja ini sehingga dapat membantu
memberikan jalan keluar bila remaja mengalami masalah
tidak malah di salahkan, tetapi perlu diarahkan dan
dicarikan jalan keluar yang baik dengan mengenalkan
tempat–tempat pelayanan kesehatan reproduksi remaja
untuk mendapatkan konseling ataupun pelayanan klinis
sehingga remaja masih dapat melanjutkan kehidupanya.
5. Komponen Usia Lanjut
Melengkapi siklus kehidupan keluarga, komponen ini
akan mempromosikan peningkatan kualitas penduduk
usia lanjut pada saat menjelang dan setelah akhir kurun
usia reproduksi (menopouse/andropause). Upaya
pencegahan dapat dilakukan melalui skrining keganasan
organ reproduksi misalnya kanker rahim pada wanita,
kanker prostat pada pria serta pencegahan defesiensi
hormonal dan akibatnya seperti kerapuhan tulang dan
lain-lain.
3. Kesehatan reproduksi dalam siklus hidup perempuan
Konsep Kesehatan Reproduksi menggunakan pendekatan
siklus kehidupan perempuan (life-cycle-approach) atau
pelayanan kesehatan reproduksi dilakukan sejak dari janin
sampai liang kubur (from womb to tomb) atau biasa juga disebut
dengan “Continuum of care women cycle“. Kesehatan
reproduksi menggunakan pendekatan sepanjang siklus

33
kehidupan perempuan hal ini disebabkan status kesehatan
perempuan semasa kanak-kanak dan remaja mempengaruhi
kondisi kesehatan saat memasuki masa reproduksi yaitu saat
hamil, bersalin, dan masa nifas. Hambatan sosial, budaya, dan
ekonomi yang dialami sepanjang hidup perempuan merupakan
akar masalah yang mendasar yang menyebabkan buruknya
kesehatan perempuan saat hamil, bersalin, dan masa nifas.
Tingkat pendidikan, kualitas dan kuantitas makanan, nilai dan
sikap, sistem kesehatan yang tersedia dan bisa diakses, situasi
ekonomi, serta kualitas hubungan seksualnya mempengaruhi
perempuan dalam menjalankan masa reproduksinya.
Perhatikan tabel berikut: Masa konsepsi Masa setelah
bersatunya sel telur dengan sperma kemudian janin akan
tumbuh menjadi morulla, blastula, gastrula, neurulla yang
akhirnya menjadi janin dan dengan terbentuknya placenta akan
terjadi interaksi antara ibu dan janin. Masa bayi dan anak Masa
bayi dan anak adalah masa pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat cepat, Tumbuh kembang motorik kasar dan
motorik halus akan berjalan dengan baik bila kesehatan bayi
dan anak dalam keadaan prima. Masa Remaja Masa remaja
pada masa ini terjadi perubahan fisik dan psikologis. Perubahan
fisik yang terjadi diantaranya adalah tumbuhnya rambut
kemaluan (pubeshe), buah dada mulai tumbuh (thelarche),
pertumbuhan tinggi badan yang cepat (maximal growth),
mendapatkan haid yang pertama kali (menarche) Masa
Reproduksi Masa dimana perempuan menjalankan tugas
kehidupannya yaitu mulai hamil, melahirkan, masa nifas dan
menyusi dan masa antara yaitu merencanakan jumlah atau
jarak anak dengan menggunakan alat kontrasepsi. Masa Usia
lanjut Masa usia lanjut yaitu masa dimana hormone Estrogen
sudah mulai menurun atau habis dikarenakan produksi sel telur

34
juga sudah mulai menurun atau habis. Dengan menurunnya
hormon estrogen akan terjadi perubahan fisik dan psikologis
pada perempuan diantaranya perubahan pada organ
reproduksi, perubahan pada metabolism tubuh dan turunya
massa tulang (osteophorosis)
4. Faktor–faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi empat golongan yang dapat berdampak buruk bagi
kesehatan reproduksi, yaitu:
1. Faktor Demografis - Ekonomi
Faktor ekonomi dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
yaitu kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan
ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses
reproduksi, usia pertama melakukan hubungan seksual, usia
pertama menikah, usia pertama hamil. Sedangkan faktor
demografi yang dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
adalah akses terhadap pelayanan kesehatan, rasio remaja
tidak sekolah , lokasi/tempat tinggal yang terpencil.

2. Faktor Budaya dan Lingkungan


Faktor budaya dan lingkungan yang mempengaruhi praktek
tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan
reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki,
informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan
anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan
yang lain, pandangan agama, status perempuan,
ketidaksetaraan gender, lingkungan tempat tinggal dan cara
bersosialisasi, persepsi masyarakat tentang fungsi, hak dan
tanggung jawab reproduksi individu, serta dukungan atau
komitmen politik.

35
3. Faktor Psikologis
Sebagai contoh rasa rendah diri (“low self esteem“), tekanan
teman sebaya (“peer pressure“), tindak kekerasan dirumah/
lingkungan terdekat dan dampak adanya keretakan orang
tua dan remaja, depresi karena ketidak seimbangan
hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang
membeli kebebasan secara materi.
4. Faktor Biologis
Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaaan organ
reproduksi atau cacat sejak lahir, cacat pada saluran
reproduksi pasca penyakit menular seksual, keadaan gizi
buruk kronis, anemia, radang panggul atau adanya
keganasan pada alat reproduksi. Dari semua faktor yang
mempengaruhi kesehatan reproduksi diatas dapat
memberikan dampak buruk terhadap kesehatan perempuan,
oleh karena itu perlu adanya penanganan yang baik, dengan
harapan semua perempuan mendapatkan hak-hak
reproduksinya dan menjadikan kehidupan reproduksi
menjadi lebih berkualitas.

5. Ruang lingkup kesehatan reproduksi


Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan
kehidupan manusia sejak lahir sampai mati (life cycle approach)
agar di peroleh sasaran yang pasti dan komponen pelayanan
yang jelas serta dilaksanakan secara terpadu dan berkualitas
dengan memperhatikan hak reproduksi perorangan dan
bertumpu pada program pelayanan yang tersedia.
1. Konsepsi
Perlakuan sama antara janin laki-laki dan perempuan,
Pelayanan ANC, persalinan, nifas dan BBL yang aman.
2. Bayi dan Anak

36
PemberianASI eksklusif dan penyapihan yang layak, an
pemberian makanan dengan gizi seimbang, Imunisasi,
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM), Pencegahan dan
penanggulangan kekerasan pada anak, Pendidikan dan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang sama pada
anak laki-laki dan anak perempuan.
3. Remaja
Pemberian Gizi seimbang, Informasi Kesehatan Reproduksi
yang adequate, Pencegahan kekerasan sosial, Mencegah
ketergantungan NAPZA, Perkawinan usia yang wajar,
Pendidikan dan peningkatan keterampilan, Peningkatan
penghargaan diri,. Peningkatan pertahanan terhadap
godaan dan ancaman. Usia Subur Pemeliharaan Kehamilan
dan pertolongan persalinan yang aman, Pencegahan
kecacatan dan kematian pada ibu dan bayi, Menggunakan
kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran dan jumlah
kehamilan, Pencegahan terhadap PMS atau HIV/AIDS,
Pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas,
Pencegahan penanggulangan masalah aborsi, Deteksi dini
kanker payudara dan leher rahim, Pencegahan dan
manajemen infertilitas.
4. Usia Lanjut
Perhatian terhadap menopause/andropause, Perhatian
terhadap kemungkinan penyakit utama degeneratif termasuk
rabun, gangguan metabolisme tubuh, gangguan morbilitas
dan osteoporosis, Deteksi dini kanker rahim dan kanker
prostat. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi secara “lebih
luas“, meliputi: Masalah kesehatan reproduksi remaja yaitu
pada saat pertama anak perempuan mengalami
haid/menarche yang bisa beresiko timbulnya anemia,

37
perilaku seksual bila kurang pengetahuan dapat terjadi
kehamilan diluar nikah, abortus tidak aman, tertular penyakit
menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS. Remaja saat
menginjak masa dewasa dan melakukan perkawinan, dan
ternyata belum mempunyai pengetahuan yang cukup untuk
memelihara kehamilannya maka dapat mengakibatkan
terjadinya risiko terhadap kehamilannya (persalinan sebelum
waktunya) yang akhirnya akan menimbulkan risiko terhadap
kesehatan ibu hamil dan janinnya. Dalam kesehatan
reproduksi mengimplikasikan seseorang berhak atas
kehidupan seksual yang memuaskan dan aman. Seseorang
berhak terbebas dari kemungkinan tertular penyakit infeksi
menular seksual yang bisa berpengaruh pada fungsi organ
reproduksi, dan terbebas dari paksaan. Hubungan seksual
dilakukan dengan saling memahami dan sesuai etika serta
budaya yang berlaku.
E. PENGERTIAN DAN FUNGSI SALURAN PEMBUANGAN AIR
LIMBAH (SPAL)
1. Pengertian SPAL Saluran Pembuangan Air Limbah
(SPAL)
adalah perlengkapan pengelolaan air limbah bisa berupa
pipa atau pun selainnya yang dipergunakan untuk
membantu air buangan dari sumbernya sampai ke tempat
pengelolaan atau ke tempat pembuangan. 2. Fungsi SPAL
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) merupakan sarana
berupa tanah galian atau pipa dari semen atau pralon yang
berfungsi untuk membuang air cucian, air bekas mandi, air
kotor/bekas lainnya.
3. AIR LIMBAH
1. Pengertian Air Limbah Air limbah atau air buangan adalah
air sisa yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,

38
induksi maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada
umumnya mengandung bahan-bahan atau zat yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu
lingkungan hidup.

2. Jenis, Sumber dan karakteristik Air Limbah


a. Jenis air limbah
1) Air sabun (Grey Water) Air sabun umumnya berasal dari
limbah rumah tangga, hasil dari cuci baju, piring atau pel
lantai. Air Pembuatan SPAL Sederhana 7 / MI-4B Pelatihan
Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti ini
sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk menyirami tanaman
karena pada kadar tertentu alam masih memiliki
kemampuan untuk mengurai sabun, yang pada dasarnya
merupakan rantai karbon yang umum terdapat di alam.
Hanya saja perlu diperhatikan jika sabunnya mengandung
bahan berat pembunuh kuman seperti karbol, atau
mengandung minyak yang sulit terurai seperti air hasil cuci
mobil yang umumnya tercemar oli.
2) Air Tinja/Air limbah padat (Black Water) Air tinja
merupakan air yang tercemar tinja, umumnya berasal dari
WC. Volumenya dapat cair atau padat, umumnya seorang
dewasa menghasilkan 1,5 L air tinja/hari. Air ini mengandung
bakteri coli yang berbahaya bagi kesehatan, oleh sebab itu
harus disalurkan melalui saluran tertutup ke arah
pengolahan/penampungan. Air tinja bersama tinjanya
disalurkan ke dalam septic tank. Septic tank dapat berupa 2
atau 3 ruangan yang dibentuk oleh beton bertulang
sederhana. Air yang sudah bersih dari pengolahan ini
barulah dapat disalurkan ke saluran kota, atau lebih baik lagi
dapat diresapkan ke dalam tanah sebagai bahan cadangan

39
air tanah. b. Sumber air limbah 1) Air buangan yang
bersumber dari rumah tangga (domestic waste water),
adalah air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk.
Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta ( tinja dan
air seni, air bekas cucian dapur dan kamar mandi dan
umumnya terdiri dari bahan organik. Pembuatan SPAL
Sederhana 8 / MI-4B Pelatihan Tepat Guna Kesehatan
Lingkungan Materi Inti 2) Air buangan dari industri (industrial
waste water), Air buangan dari industri (industrial waste
water) adalah air buangan yang berasal dari berbagai jenis
industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di
dalamnya sangat bervariasi, sesuai dengan bahan baku
yang dipakai industri antara lain : nitrogen, sulfida, amoniak,
lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral logam berat, zat
pelarut dan sebagainya. Oleh karena itu pengelolaan jenis
air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan
lebih rumit daripada air limbah rumah tangga.
3) Air buangan kotapraja (manucipal wastes water), yaitu air
buangan yang berasal dari perkantoran, perdagangan, hotel,
restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah dan
sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam
jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.
c. Karakteristik air limbah
1) Karakteristik fisik Sebagian besar terdiri dari bahan-bahan
padat dan suspensi, terutama air limbah rumah tangga biasa
berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit berbau,
kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, berwarna
bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinta dan
sebagainya.
2) Karakteristik kimiawi Biasanya air buangan ini
mengandung campuran zatzat kimia anorganik yang berasal

40
dari air bersih serta bermacam-macam zat organik yang
berasal dari penguraian tinja, urine dan sampah-sampah
lainnya. Pembuatan SPAL Sederhana 9 / MI-4B Pelatihan
Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti Oleh sebab
itu pada umumnya bersifat basah pada waktu masih baru,
dan cenderung bau asam apabila sudah mulai membusuk.
3) Karakteristik bakteriologis Kandungan bakteri pathogen
serta organisme golongan coli terdapat juta dalam air limbah
tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya tidak
berperan dalam proses pengolahan air buangan.

41
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KELUARGA TN ” S ”


DI DUSUN BABANA PANTAI DESA BAMBU
KEC.MAMUJU KAB.MAMUJU
TANGGAL 02 APRIL 2021

Tanggal Kunjungan : 02 Juli 2021 Pukul


Tanggal Pengkajian : 02 Juli 2021 Pukul
A. Pengkajian Keluarga
1. Strukur dan Sifat Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn”S”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 71 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku : Mamuju
Status Pernikahan : 1 kali
Lamanya Menikah : ± 40 tahun
Alamat : Desa Bambu Dusun Babana Pantai
Daftar Anggota Keluarga
No Nama Hubunga Jenis Umur Pendidika Suku Peke Agama
ART n denga Kelamin n rjaan
kepala
RT
1 Ny “J” Istri P 59 thn SD Mamuju IRT Islam
2 Nn “A” Anak P 23 thn SLTA Mamuju Maha Islam
siswa

42
2. Type Keluarga
Keluarga Tn”S” merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri
dan anak
3. Genogram (Tiga Turunan)

Keterangan:
: Perempuan
: Laki-laki
: Hubungan sedarah
: Tinggal Serumah
: Meninggal
4. Hubungan Keluarga
Keluarga hidup dengan harmonis
5. Sifat Keluarga
Dalam keluarga Tn “S” pengambil keputusan adalah kepala keluarga
dan jika ada masalah,keluarga Tn “S” mennyelesaikannya dengan
cara musyawarah
6. Kegiatan Sehari-hari
a. Nutrisi
Tn”S” makan 3 kali sehari dengan menu nasi, sayur, dan lauk,
makan siang dengan menu nasi,sayur,dan lauk dan makan malam
dengan menu nasi,sayur dan lauk.
Ny “J” 3 kali makan dalam sehari dengan menu sarapan pagi
nasi,sayur dan lauk,makan siang dengan menu nadi,sayur dan
lauk dan makan malan dengan menu nasi sayur dan lauk

43
Nn “A” 3 kali makan dalam sehari dengan sarapan pagi dengan
menu sarapan pagi, nasi sayur dan lauk,dengan menu makan
siang yaitu nasi sayur dan lauk dan makan malam dengan menu
nasi sayur dan lauk. Keluarga Tn”S” makan buah setiap hari yaitu
buah pisang dan pepaya setelah makan. Tn”S” dan Ny “J” lebih
sering makan bersama dipagi hari sedangkan anak Tn”S” jarang
makan pagi bersama karena dipagi hari Nn”A” berangkaat
kuliah,dan Tn “S” dan Ny”J” makan siang bersama kecuali Nn”A”
dan pada malam hari keluarga makan bersama
Minum
Tn “S” minum air putih ± 12 gelas per hari dan diselingi minum
kopi,Ny”J” minum air putih ± 10 gelas per hari dan diselingi minum
kopi. Nn “A” minum air putih ± 12 gelas hper hari dan diselingi
minum teh dipagi hari
b. Kebiasaan Istirahat dan Tidur
Tn”S” tidur pada siang hari yaitu lamanya ± 2 jam dan malam hari
± 8 jam. Ny “J” 2 kali tidur sehari yaitu tidur siang ± 2 jam dan tidur
malam ± 8 jam . nn “A” tidur 2 kali dalam sehari yaitu tidur siang ±
2 jam dan tidur malam ± 8 jam.
c. Pola Eliminasi
Tn”S” BAK 3-4 kali sehari dab BAB 1 kali sehari. Ny”J” BAK ± 4-5
kali sehari BAB 1 sehari. An”A” BAK 4-5 kali sehari dan BAB 1 kali
sehari. Semua anggota keluarga BAB dijamba keluarga dengan
model jamban leher angsa dan keluarga Tn “S” tidak ada keluhan
saat BAB dan BAK.
d. Kebersihan Perorangan / Personal Hygiene
Tn”S” mandi 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari dan
sikat gigi setelah dan mengganti pakaian setelah mandi dan jarang
memotong kuku. Ny “J” mandi 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi
dan sore hari dan menyikat gigi,mencui rambut 3 kali dalam
seminggu dan mengganti pakaian setelah mandi dan terkadang ny

44
“J” hanya mengganti pakaian satu kali dalam sehari. Ny “J”
memotong kuku 1 kali dalam sebulan. Nn “A” mandi 2 kali dalam
sehari yaitu pagi dan sore hari dan menyikat gigi setelah makan ±
3 kali dalam sehari dan mencuci rambut 4 kali dalm seminggu dan
mengganti pkaian setelah mandi. Nn “A” memotong kuku setiap
kali seteleh kuku panjang.
e. Sarana Hiburan Keluarga
Keluarga Tn”S tidak mempunyai waktu untuk rekreasi bersama
keluarga. tn “S” menggunakan waktunya untuk berkebun dan
mengambil makanan kambing. Ny “J” menggunakan waktu luang
untuk membuat kue dan sayur untuk dijual ” dan diselingi dengan
merawat tanaman yang ada dihalam depan dan membersihkan
halaman rumah. Nn “A” biasanya menggunakan waktu luang yaitu
pada hari libur untuk rekreasi bersaa teman-temannya.
f. Penggunaan Waktu Senggang
Tn”S” menggubakan waktu senggang untuk berkumpul dengan
keluarga dan terkadang juga berkunjung kerunah tetangga. Ny “J”
menggunakan waktu sebggang untuk berkumpul dengan anak-
anaknya yang sudah berkeluarga dan menonton tv. Nn “A”
menggunakan waktu senang untuk berkumpul bersama temannya
dan bermain HP.
7. Pola Kebiasaan Kesehatan
Kelurga tn “S” jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit
keluarga membeli obat diapotik dan jika belu sembuh selanjutnya
dibawa ke puskesmas. tn “’S” tidak merokok dan keluarga tidak
mempunyak waktu khusus untuk berolahraga karena pagi hari tn
“S” bekekrja dan Ny “J” mengurus rumah tangga.
8. Keadaan Sosial Ekonomi
tn “S” sudah tidak bekerja,hanya beerja menguus ternak,sedangkan .
Ny “J” mendapat penghasilan dari hasil menjual sayur yaitu

45
sebesar1.500.000/bulan dan cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.

9. Situasi Lingkungan
Keluarga Tn”A” tinggal dirumah milik sendiri yang terbuat dari
bangunan permanen dengan luas rumah 7x9 m, , dinding terbuat dari
batu bata, lantai terbuat dari keramik, langit-langit rumah tenda,
ventilasi kurang, pintu dibuka tiap pagi hingga siang hari,
pencahayaan cukup keadaan rumah bersih, didalam rumah terdapat
4 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 ruang keluarga dan 2 dapur.
10. Denah Rumah

B DD A

C
B

Keterangan:
A = Ruang Tamu
B = kamar tidur
C =dapur
D =ruang keluarga
E =Kamar Mandi
11. Perabotan Rumah
Perabotan rumah tertata dengan rapih, dan peralatan dapur tertata
rapih didalam lemari dan bersih.

46
12. Sampah
Terdapat tempat sampah didalam rumah yaitu dengan
menggunakan tempat sampah terbuka, dan apabila sudah penuh,
sampah dibuang dan setelah kering dibakar,tempat sampah
organic dan anorganik dipisah.
13. Sumber Air
Keluarga menggunakan air sumur bor untuk mandi dan mencuci,
sedangkan untuk minum keluarga tn “S” menggunalan air ledeng
(PDAM).
14. Penampungan Air Minum
Keluarga menggun akan ember atau baskom untuk menampung air
yang kemudian diisi ulang jika sudah kosong.
15. Jamban Keluarga
Keluarga memilih jambam milik sendiri menggunakan jamban
model jongkok (leher angsa).
16. Kamar Mandi
Keluarga memiliki kamar mandi sendiri dan berada didalam rumah.
17. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Keluarga tidak memiliki memiliki SPAL .
18. Kandang Ternak
Keluarga memiliki hewan ternak yaitu kambing.
19. Halaman
Keluarga Tn “S” memanfaatkan halaman depan untuk bercocok
tanam dan halamannya Nampak terurus dan terlihat bersih.
20. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan rumah Tn”S” adalah
posyandu yang berjarak ± 8 m.
21. Dana Sehat / BPJS
Semua anggota keluarga Tn”S” memiliki BPJS.
22. Keadaan Kesehatan Keluarga

47
Riwayat Kesehatan Anggota Keluarga, keluarga Tn “S” dalam
keadaan sehat.
23. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Agama
Keluarga Tn “S” rajin sholat 5 waktu dan Tn”S” rajin sholat
jumat.
b. Fungsi Sosial
Tn”S” mengajarkan istri dan anaknya agar berbaur dengan para
tetangga dan akur dengan saudara kandungnya.
c. Fungsi Cinta Kasih
Ny”A” mengajarkan anak-anaknya untuk meminta maaf apabila
melakukan kesalahan dan memaafkan jika ada yang berbuat
kesalahan.
d. Fungsi Perlindungan
Tn”A” selalu melindungi keluarga agar selalu merasa nyaman
dengan memastikan semua anggota keluarga dalam keadaan
baik-baik saja.
e. Fungsi Ekonomi
Tn”S” sebagai kepala keluarga tetapi setiap harinya bekerja
dikebun,sedangkan Ny “J” setiap harinya membuat kue dan
sayur untuk dijual dan mentaur keuangan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
f. Fungsi Pendidikan
Keluarga Tn “S” mengajarkan anaknya yang sudah remaja agar
mematuhi perintah orangtuanya dan rajin belajar.
g. Fungsi Pelestarian Lingkungan
Keluarga kurang mengajarkan anaknya untuk membuang
sampah pada tempatnya.
h. Fungsi Sistem Reproduksi
Keluarga merawat dirinya dan mengganti pakaian dalam secara
rutin setiap sudah mandi.

48
24. Stress dan Koping
a. Stress Jangka Pendek
Keluarga merasa khawatir karena anaknya sudah beranjak
dewasa.
b. Stress Jangka Panjang
Keluarga Tn”S” khawatir terhadap kesehatan Tn”S” dan Ny”J”
karena sudah memasuki usia lanjut.
c. Koping
1) Koping Jangka Pendek
Tn”S” dan Ny”J” berusaha agar anaknya tetap dalam
pengawasan agar anaknya tidak terjerumus dalam
pergaulan bebas.
2) Koping Jangka Panjang
Keluarga berusah agar tetap mengontrol kesehatan Tn”S”
dan Ny”J” dan berdoa agar Tn”S” dan Ny”J”tetap sehat.
25. Komunikasi
Keluarga Tn”S” menggunakan bahasa daerah apabila berbicara
dengan anak-ananya dan istrinya, keluarga Tn”S” mempunyai alat
komunikasi berupa handphone.
26. Transportasi
Keluarga Tn”A” memiliki 1 sepeda motor yang digunakan anaknya
untuk pergi kuliah dan memudahkan pergi kepasar.
27. Pemeriksaan Fisik
a. Tn”S”
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah
140/70 MmHg, nadi 74 kali/menit, suhu 36,8°C, pernafasan 22
kali/menit.
b. Ny”J”
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah
130/60 MmHg, nadi 75 kali/menit, suhu 36,5°C, pernafasan 22
kali/menit.

49
c. Nn”A”
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekakan darah
110/60 mmHg,nadi 80 kali/menit, suhu 36°C, pernafasan 20
kali/menit,
B. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajin yang dilakukan pada keluarga Tn”S”
masalahnya adalah:
1. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
2. Keluarga tidak memilki SPAL
C. Rumusan Masalah
1. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
2. Keluarga tidak memiliki SPAL
D. Prioritas Masalah
1. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
No Kriteria Perhitugan Nilai Pembenaran
Karena kurangnya pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi
Sifat Masalah:
akan memicu terjadinya
1. Ancaman 2/3x1 2/3
pergaulan bebas yang
Kesehatan
mengarah pada penyakit
menular seksual.
Karena dapat diberikan
Kemungkinan
konseling mengenain kesehatan
Masalah Dapat
2. 2/2x2 2 reproduksi dan masalah
Dirubah:
kesehatanyang dapat terjadi
Mudah
pada remaja.
Memberikan konseling pada
Potensi Masalah anak tentang dampak negative
3. Untuk Dicegah: 3/3x1 1 penyalahgunaan narkoba dan
Tinggi konseling tentang pengetahuan
kespro.
4. Menonjolnya 2/2x1 1 Keluarga merasa bahwa

50
masalah ini tidak perlu diatasi
Masalah:
karena melihat kondisi anaknya
yang sehat.
Total score 1 2/3

2. Keluarga tidak memiliki SPAL


No Kriteria Perhitugan Nilai Pembenaran
Karena jika saluran
Sifat Masalah: pembunagan air limbah tidak
1. Ancaman 2/3x1 2/3 ada aka akan mencemari
Kesehatan linbkungan sekitar rumah dan
mencemari udara.
Karena keluarga tidak terlalu
Kemungkinan
memperhatikan saluran
Masalah Dapat
pembuangan air limbah karena
2. Dirubah: 0/2x2 0
dianggap tidak enganggu dan
Tidak dapat
tidak ada keinginan untuk
diubah
mengubah.
Karena keluarga dapat diberikan
Potensi Masalah
penyuluhandan dianjurkan untuk
3. Untuk Dicegah: 2/3x1 2/3
membuat SPAL agar tidak
Cukup
mencemari lingkungan.
Menonjolnya
Masalah: Karena masalah tidak terlalu
4. 0/2x1 0
Harus Segera terdampak pada keluarga.
Ditangani
Total score 1 1/3

Setelah dilakukan scoring atau pembobotan, maka didapatkan


priioritas masalah pada keluarga Tn”S” adalah:
1. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, dengan
score: 1 2/3

51
2. Keluarga tidak memilki SPAL: 1 1/3
2 Asuhan Kebidanan

N Masalah Tujuan Rencana Implementasi Evaluasi


o kebidana tindakan
n

1 Nn “A” Agar Memberita Memberitahu Nn “A”


Kurang mengerti hu bahwa bahwa akan bersedia
mengetah tentang akan dilakukan untuk
ui tentang kesehat dilakukan kunjungan ulang dilakukan
kesehata an kunjungan dan memberikan kungjung
n reproduk ulang dan konseling an ulang
reproduks si memberika mengenai dirumahn
i n kesehtan ya
konseling reproduksi
mengenai
kesehtan
reproduksi

2 Kelurga Agar Memberita Memberitahukan Nn “A”


tidak keluarga hu kepada bahwa akan bersedia
memilki dianjurk keluarga dilakukan untuk
SPAL an untuk bahwa kunjunganseanjut dilakukan
membua akan nya dan kungjung
t SPAL dilakukan melakukan an ulang
kunjungan konseling. dirumahn
selanjutny ya
a dab
memberika
n koseling
tentang
SPAL

52
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
KUNJUNGAN PERTAMA
TANGGAL 02 JULI 2021
Pukul Pendokumentasian (SOAP) Nama &

53
Paraf
Subjektif (S)
Keluarga Tn”S” merupakan keluarga inti
yang terdiri dari suami, istri dan anak,
pengambilan keputusan dalam keluarga
adalah kepala keluarga memiliki
jamban,kurangnya pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi dan keluarga tidak
memiliki SPAL.
Objektif (O)
Tn”S” Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 140/60 MmHg,
nadi 74 kali/menit, suhu 36,8°C, pernafasan
22 kali/menit.
Ny”J” Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 130/60 MmHg,
nadi 75 kali/menit, suhu 36,5°C, pernafasan
22 kali/menit.
Nn”M” Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 110/60 mmHg
nadi 80 kali/menit, suhu 36°C, pernafasan 20
kali/menit
Analisa (A)
Keluarga Tn”A” kurang mengetahui tentang
kesehatan reproduksi, kelurga tidak memilki
SPAL
Penatalaksanaan (P)
Pukul 09:00 wita 1. Memperkenalkan diri kepada keluarga
binaan
Pukul 09:03 wita 2. Meminta persetujuan keluarga binaan.
.
Pukul 09:04 wita 3. Melakukan assessment atau pengumpulan

54
data dengan mengisi kuesioner.
Pukul09:24 wita 4. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.

Pukul09:32 wita 5. Memberitahukan bahwa akan dilakukan


kunjungan ulang.

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


KUNJUNGAN KEDUA
TANGGAL 06 JULI
Nama &
Pukul Pendokumentasian (SOAP)
Paraf
Subjektif (S)

55
Nn “A” kurang memahami tentang kesehatan
reproduksi , keluarga belum memahami jenis-
jenis SPAL dan SPAL yang memenuhi syarat.
Objektif (O)
Tn”S” Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 140/60 MmHg,
nadi 74 kali/menit, suhu 36,8°C, pernafasan 22
kali/menit.
Ny”J” Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 130/60 MmHg,
nadi 75 kali/menit, suhu 36,5°C, pernafasan 22
kali/menit.
Nn”M” Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 110/60 mmHg
nadi 80 kali/menit, suhu 36°C, pernafasan 20
kali/menit.
Analisa (A)
Nn “A” kurang memahami tentang kesehatan
reproduksi.
Penatalaksanaan (P)
Pukul 09:30 wita 1. Menjelaskan pada pada Nn “A” tentang
kesehatan reproduksi..
Nn “A” memahami tentang kesehatan
reproduksi.
Pukul 09:33 wita 2. Menjelaskan pada pada Nn”A” cara
memelihara kesehatan reproduksi.
Nn “A” memahami cara memelihara
kesehatan reproduksi.
Pukul 09:35 wita 3. Menjelaskan pada Nn “A” akibat pengaruh
Narkoba terhadap kesehatan reproduksi.
Nn “A” memahami pengaruh narkoba
terhadap kesehatan reproduksi.

56
Pukul 09:37 wita
4. Menjelaskan kepaa keluarga tentang
SPAL.
Pukul 09:39 wita Keluarga memahami tentang SPAL
5. Menjelaskan kepada keluarga tentang
SPAL yang memenuhi syarat.
Keluarga memahami tentang SPAL yang
memenuhi syarat
Pukul 09:40 wita
6. Menjelaskan kepada keluarga jenis-jenis
SPAL
Keluarga memahami tentang jenis-jenis
SPAL.

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


KUNJUNGAN KETIGA
TANGGAL 08 JULI
Nama &
Pukul Pendokumentasian (SOAP)
Paraf
Subjektif (S)
Nn”A” sudah mengetahui tentang kesehatan
reproduksi dan keluarga sudah mengetahui
tentang SPAL yang memenuhi syarat dan

57
jenis-jenis SPAL.
Objektif (O)
Tn”S” Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 140/60
MmHg, nadi 74 kali/menit, suhu 36,8°C,
pernafasan 22 kali/menit.
Ny”J” Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 130/60
MmHg, nadi 75 kali/menit, suhu 36,5°C,
pernafasan 22 kali/menit.
Nn”M” Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 110/60 mmHg
nadi 80 kali/menit, suhu 36°C, pernafasan 20
kali/menit.
Analisa (A)
Nn”A” sudah mengetahui tentang kesehatan
reproduksi dan keluarga sudah mengetahui
tentang SPAL yang memenuhi syarat dan
jenis-jenis SPAL.
Penatalaksanaan (P)
1. Menyarankan Nn”A” agar memelihara
kesehatan reproduksinya
Nn”A” bersedia merawat kesehatan
reproduksi
Pukul 15:20 wita 2. Menyarankan keluarga agar membuat
SPAL.
Keluarga memahami penjelasan yang
diberikan.

Pukul 15:25
wita

58
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini Nn “A” masih kurang pengetahuan tentang kesehatan


reproduksi dan keluarga tidak memiliki SPAL (saluran pembungan air
limbah), Nn”A” sudah mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan
keluarga sudah mengetahui tentang SPAL yang memenuhi syarat dan
jenis-jenis SPAL..

Setelah di lakukan pengkajian dan penyuluhan hasilnya Nn”A” sudah


mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan keluarga sudah
mengetahui tentang SPAL yang memenuhi syarat dan jenis-jenis SPAL

59
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Nn”A” kurang mengetahui tentang kesehatan reproduksi
Asuhan kebidanan telah dilaksanakan kepada keluarga Tn “S”
dengan tiga kali kunjungan yang terdiri dari pengkajian,
perumusan masalah dan prioritas masalah, serta pelaksanaan
intervensi dan evaluasi. Pada akhir asuhan diketahui
perubahan dimana ibu dapat mengetahui tentang imunisasi
2. Keluarga tidak memiliki SPAL

60
Asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada keluarga Tn “S”
dengan tiga kali kunjungan yang terdiri dari pengkajian,
perumusan masalah, serta pelaksanaan intervensi dan
evaluasi. Pada akhir asuhan diketahui perubahan dimana
dimana ibu dapat mengetahui tentang bahaya terlalu sering
mengonsumsi makanan ringan pada anak

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan bagi institusi
pendidikan selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada
kami (mahasiswa) dalam menjalani praktek, terutama
mengenai hal-hal baru yang ditemui, sehingga kualitas
pendidikan pun dapat ditingkatkan khususnya jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mamuju
2. Bagi Mahasiswa Diharapkan mahasiswa mampu
melakukan asuhan kebidanan khususnya dalam KIA.

DAFTAR PUSTAKA

M.kes, I. S., & M.Kes, S. S. (2016). KESEHATAN REPRODUKSI


DAN KELUARGA BERENCANA. KEMENTRIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA PUAT PENDIDIKAN SUMBER DAYA
MANUSIA KESEHATAN BADAN PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN.

61
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/
08/Kespro-dan-KB-Komprehensif.pdf
: https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://bapelkescikarang.bppsdmk.kem
kes.go.id/kamu/kurmod/pengolahanairlimbah/mi4b%2520modul
%2520pembuatan%2520spal
%2520sederhana.pdf&ved=2ahUKEwisvXAk9fxAhXI8HMBHawQD
zMQFjABegQIBBAG&usg=AOvVaw2EeHNlD9dDoQrstd5Zlvpz

62

Anda mungkin juga menyukai