NIM
: 1003005203
a) Aspek Sosiologi
Aspek sosiologi ini melihat bahwa pada prinsipnya manusia tidak dapat hidup sendiri
dan membutuhkan manusia lainnya karena manusia adalah makhluk sosial dan memiliki
naluri untuk hidup bersama dengan manusia lainnya. Dengan interaksi dengan manusia yang
satu dengan lainnya maka lahirlah pengalaman dari pengalaman ini akan dapat didapati
sistem nilai yang dapat dianggap sebagai hal yang baik dan hal yang buruk. Dengan sistem
nilai inilah akan terbentuk suatu pole pikir atau asumsi yang akan menimbulkan suatu sikap
yaitu kecenderungan untuk berbuat atau tidak berbuat. Bila sikap ini mengarah
kecenderungan untuk berbuat maka akan timbul prilaku, kumpulan perilaku yang terus
berulang-ulang diabstraksikan menjadi norma yaitu suatu pedoman prilaku untuk bertindak.
Dari norma ini dibagi menjadi dua yaitu norma pribadi yaitu kepercayaan dan kesusilaan, dan
norma antar pribadi yaitu kesopanan dan hukum.
b) Aspek Yuridis
Aspek yuridis ini lebih melihat dari tingkat sanksinya. Bentuk konkret dari wujud
prilaku adalah cara yang seragam dari sekumpulan manusia dan bila terjadi penyimpangan
ada sanksinya namun lemah. Dari cara tersebut akan tercipta suatu kebiasaan/ folksway yang
berulang-ulang dalam masyarakat akan muncul standar kelakuan dimana sanksi atas
penyimpangan sudah menjadi kuat. Perkembangan standar kelakuan ini akan melahirkan
Custom yang terdiri dari adat istiadat dan hukum adat, dan sanksinya pun sudah kuat sekali.
Adapun unsur-unsur hukum adat yaitu unsur kebiasaan dan unsur agama. Teori yang
menjelaskan asal kedua unsur tersebut adalah Teori Receptio in Complexu (hukum suatu
golongan masyarakat itu merupakan penerimaan secara bulat dari agama). Teori Receptio a
Contrario (hukum adat hanya dapat berlaku dan dilaksanakan dalam pergaulan hidup
masyarakat jika hukum adat itu tidak bertentangan dengan hukum islam).
Pembentukan hukum adat dipengaruhi pula oleh beberapa faktor yakni :
1. Magis dan animisme : percaya bahwa segala sesuatu dalam alam semesta ini
bernyawa. Percaya bahwa roh-roh hidup dalam dunia ini juga. Takut kepada
pembalasan oleh kekuatan gaib.
2. Agama
3. Kekuasaan-kekuasaan yang lebih tinggi dari persekutuan hukum adat.
4. Hubungan dengan orang-orang ataupun kekuasaan asing/ barat.
Pengakuan hukum adat oleh hukum formal memang sangat prinsipil karena adat
merupakan salah satu cermin bangi bangsa, adat merupakan identitas bangsa dan identitas
bagi tiap daerah. Dalam kerangka pelaksanaan Hukum Tanah Nasional dan dikarenakan
tuntutan masyarakat adat, maka pada tanggal 24 Juni 1999 diterbitkan Peraturan Menteri
Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 1999 tentang Pedoman
Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. Indonesia merupakan negara
yang menganut pluralitas di bidang hukum, dimana diakui keberadaan hukum barat, hukum
agama dan hukum adat. Dalam prakteknya sebagian masyarakat masih menggunakan hukum
adat untuk mengelola ketertiban di lingkungannya. Di tinjau secara preskripsi (dimana hukum
dijadikan landasan dalam menetapkan keputusan atau peraturan perundangan), secara resmi
diakui keberadaannya namun dibatasi dalam peranannya. Beberapa contoh terkait adalah UU
dibidang agraria No. 5/1960 yang mengakui keberadaan hukum adat dalam kepemilikan
tanah.