C. Kelarutan
1. Umumnya tidak melarut dalam air, tapi
adakalanya akan larut dalam air anas. Elkosin
biasanya larut dalam air panas dan dingin.
2. Tidak larut dalam eter, kloroform, petroleum eter.
Sulfanamida
adalah
anti
mikroba
yang
digunakan secara sistemis maupun topikal untuk
beberapa penyakit infeksi. Sebelum ditemukan
antibiotik, sulfa merupakan kemoterapi yang utama,
tetapi kemudian penggunaannya terdesak oleh
antibiotik. Pertengahan tahun 1970 penemuan
preparat kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol
meningkatkan kembali penggunaan sulfonamida.
Selain sebagai kemoterapi derivat sulfonamida juga
berguna sebagai diuretik dan anti diabetik oral
(ADO).
Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap
banyak bakteri gram positif dan negatif. Mekanisme
kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara
rumus
B. Mekanisme Kerja
Kuman memerlukan PABA (p-aminobenzoic acid)
untuk membentuk asam folat yang di gunakan untuk
sintesis purin dan asam nukleat. Sulfonamid
merupakan penghambat kompetitif PABA. Efek
antibakteri sulfonamide di hambat oleh adanya
darah, nanah dan jaringan nekrotik, karena
kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang dalam
media yang mengandung basa purin dan timidin.
Sel-sel mamalia tidak dipengaruhi oleh sulfanamid
karena menggunakan folat jadi yang terdapat dalam
makanan (tidak mensintesis sendiri senyawa
tersebut). Dalam proses sintesis asam folat, bila
PABA di gantikan oleh sulfonamide, maka akan
terbentuk analog asam folat yang tidak fungsional.
C. Farmakokinetik
1. ABSORPSI
Absorpsi melalui saluran cerna mudah dan
cepat, kecuali beberapa macam sulfonamide yang
khusus digunakan untuk infeksi local pada usus. Kirakira 70-100% dosis oral sulfonamide di absorpsi
melalui saluran cerna dan dapat di temukan dalam
urin 30 menit setelah pemberian. Absorpsi terutama
terjadi pada usus halus, tetapi beberapa jenis sulfa
dapat di absorpsi melalui lambung.
2.
DISTRIBUSI
Semua sulfonamide terikat pada protein plasma
terutama albumin dalam derajat yang berbeda-beda.
Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh,
karenaitu berguna untuk infeksi sistemik. Dalam
cairan tubuh kadar obat bentuk bebas mencapai 5080 % kadar dalam darah.
3. METABOLISME
Dalam tubuh, sulfa mengalami asetilasi dan
oksidasi. Hasil inilah yang sering menyebabkan
reaksi toksik sistemik berupa lesi pada kulit dan
gejala hipersensitivitas, sedangkan hasil asetilasi
menyebabkan hilangnya aktivitas obat.
4. EKSKRESI
Hampir semua di ekskresi melalui ginjal, baik
dalam bentuk asetil maupun bentuk bebas. Masa
paruh sulfonamide tergantung pada keadaan fungsi
ginjal. Sebagian kecil diekskresikan melalui tinja,
empedu, dan air susu ibu.
D. Klasifikasi Sediaan
Berdasarkan
kecepatan
absorpsi
eksresinya, sulfonamide dibagi menjadi:
dan
E. Efek samping
Efek samping sering timbul (sekitar 5%) pada
pasien yang mendapat sulfonamide. Reaksi ini dapat
hebat dan kadang-kadang bersifat fatal. Efek
samping yang terpenting adalah kerusakan pada selsel darah yang berupa agranulositosis, anemia
aplastis dan hemolitik. Efek samping yang lain ialah
reaksi alergi, gangguan system hematopoetik, dan
gangguan pada saluran kemih dengan terjadinya
kristal uria yaitu menghablurnya sulfa di dalam tubuli
ginjal.
F. Interaksi obat
Sulfonamid
dapat
berinteraksi
dengan
antikoagulan oral, antidiabetik sulfonylurea dan
fenitoin. Penggunaan sulfonamide sebagai obat
pilihan pertama dan untuk pengobatan penyakit
infeksi tertentu makin terdesak oleh perkembangan
obat antimikroba lain yang lebih efektif serta
meningkatkanjumlah mikroba yang resisten terhadap