Anda di halaman 1dari 3

TANDA DAN PEMERIKSAAN PADA PASIEN KATATONIA

Katatonia adalah sindrom klinis dengan karakteristik sikap abnormal yang


mencolok yang termasuk di dalamnya imobilitas motorik atau excitement,
negativisme, ekolalia, ekopraksia, dan lain-lain. Katatonia merukapan kondisi yang
tidak umum, biasanya terjadi pada pasien dengan gangguan afektif atau psikotik.
Sekitar 20-25% berhubungan dengan gangguan afektif dan sekitar 10% berhubungan
dengan skizofrenia.
Kondisi medis yang dapat menyebabkan katatonia antara lain:
a. Gangguan neurologis, misalnya: trauma kepala, status epileptikus
nonkonvulsif,
b. Infeksi, misalnya: ensefalitis, dan
c. Gangguan metabolik, misalnya: ensefalopati hepatika, hiponatremia dan
hiperkalsemia.
Obat-obatan yang dapat menyebabkan katatonia antara lain:
a. Kortikosteroid,
b. Imunosupresan, dan
c. Agen antipsikotik.
Selain itu, simtom katatonia juga dapat terjadi pada:
a. Parkinsonisme, dan
b. Sindrom neuroleptik maligna (SNM).
Sindrom neuroleptik maligna jarang terjadi, tetapi dapat mengancam nyawa,
biasanya disertai dengan gejala demam, instabilitas otonom, gangguan
kesadaran dan rigiditas.
Berikut ini adalah tanda dan pemeriksaan pada pasien katatonia:
1. Stupor
Pasien tidak responsif, hipoaktif, jika parah pasien diam dan tidak bergerak
sama sekali. Pasien tidak menghindar terhadap stimulus nyeri.
2. Katalepsi
Pasien mempertahankan tubuhnya pada posisi yang tidak nyaman untuk
jangka waktu yang lama. Bagi orang yang tidak mengalami katatonia, sikap
ini sangat menyakitkan. Katalepsi diinduksi oleh diri pasien sendiri.

3. Fleksibilitas Serea
Pemeriksa dapat memposisikan tubuh pasien pada postur yang tidak nyaman.
Tubuh pasien fleksibel seperti lilin yang dapat dibentuk menjadi bentuk yang
lain. Fleksibilitas serea diinduksi pemeriksa.

4. Mutisme
Pasien tidak responsif secara verbal, tidak selalu berhubungan dengan
imobilitas. Perlu dilakukan eksklusi adanya afasia.
5. Negativisme/Gegenhalten (melawan secara motorik)
Adanya tahanan tanpa motivasi terhadap semua usaha untuk digerakkan atau
tahanan tanpa motivasi terhadap semua instruksi.
6. Rigiditas Katatonik
Merupakan penerimaan postur kaku yang disadari, pasien menentang usaha
untuk digerakkan.
7. Posturing
Aktif mempertahankan postur yang melawan gravitasi secara spontan.
8. Mannerisme
Merupakan gerakan yang repetitif aneh dan mengarah pada suatu tujuan.
Contohnya: hormat, berjalan tip-toe, melompat.
9. Stereotipi
Merupakan gerakan atau verbal yang repetitif, teratur dan tidak mengarah
pada tujuan.
Perserverasi
Respon terhadap stimulus sebelumnya menetap setelah stimuli baru
diberikan. Contohnya: pemeriksa menjabat tangan pasien, kemudian
pasien tetap menjulurkan tangannya lagi dan lagi.
Verbigerasi
Merupakan bentuk verbal dari perseverasi.
o Logoklonia mengulang-ngulang suku kata
o Palilalia mengulang-ulang kata
10. Agitasi
Merupakan aktivitas motorik yang teragitasi, tidak bertujuan dan tidak
dipegaruhi oleh stimulus eksternal.

11. Grimacing
Merupakan roman muka yang menyeringai.
12. Echophenomena
Ekolalia
Merupakan peniruan kata-kata yang patologis seseorang pada orang
lain.
Ekopraksia
Merupakan peniruan gerakan yang patologis seseorang pada orang
lain.
13. Staring (fixed gaze)
Tatapan mata yang menetap dan jarang berkedip.
14. Otomatisme Perintah (kooperatif secara motorik)
Pasien secara otomatis mematuhi instruksi pemeriksa, seperti robot.
Mitmachen
Meskipun sudah diberitahu untuk mempertahankan posisinya, pasien
mengikuti perintah pemeriksa.
Mitgehen
Adalah bentuk yang ekstrem dari otomatisme perintah, dimana hanya
dengan menyentuh, pemeriksa dapat memindahkan tubuh pasien.
15. Exitement
Merupakan aktivitas motorik berlebihan yang tidak bertujuan dan tidak
dipengaruhi oleh stimulus eksternal. Selama excitement, pasien dapat
melakukan kekerasan yang tidak bisa diprediksi. Beberapa pasien dapat secara
tiba-tiba dapat berubah antara stupor dan excitement.
16. Ambitendency
Pasien berubah-ubah antara kooperatif dengan tidak dalam mematuhi instruksi
pemeriksa. Contohnya: Pasien menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan
sambil berkata: Jangan berjabat tangan, saya tidak ingin berjabat tangan.
17. Obstruksi
Pasien tiba-tiba berhenti melakukan aksinya tanpa alasan.
18. Logorrhea
Adalah pembicaraan yang tidak ada hentinya dan inkoheren.
Referensi:
Kaplan H.I, Sadock B.J. 2015. Synopsis of Psychiatry. New York: Lippincott
Williams&Wilkins
Oxford Journal Schizophrenia Bulletin vol. 37 no. 2 pp. 235237, 2011

Anda mungkin juga menyukai