TINJAUAN PUSTAKA
pemilikan aset lahan serta luas pemilikan lahan sawah yang semakin kecil
cenderung menjadi faktor pendorong proses konversi lahan sawah.
Perbandingan lahan yang terbatas dengan pertumbuhan penduduk yang
tinggi mengakibatkan sedikitnya lahan yang tersedia bagi setiap orang petani
(land/man ratio yang rendah). Harga lahan yang tinggi dan skala usaha yang kecil
mengakibatkan efisiensi usahatani rendah. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
dan lambatnya pengembangan lapangan kerja di sektor yang lain, mengakibatkan
rendahnya pendapatan di sektor pertanian (Sofjan, 1998).
Selain
itu
ketersediaan pangan
yang
berkelanjutan (sustainable)
Sementara ketersediaan lahan pertanian yang subur, tidak bertambah. Lahan yang
tersedia itupun setiap tahun terus berkurang akibat konversi lahan, bagi
pengembangan sektor-sektor di luar pertanian. Oleh karena itu, perlu ditata
pengelolaannya secara komprehensif, bukan hanya untuk jangka pendek, tetapi
jangka menengah dan jangka panjang. Jangan tumpang tindih, jangan hanya untuk
memenuhi kebutuhan satu sektor mengorbankan sektor yang lain (Rija, 2008).
Rawanan pangan
oleh Propinsi Sumatera Utara. Pencetakan lahan sawah baru tersebut diteruskan
melalui daerah daerah (kabupaten) yang ditunjuk dan bersedia sebagai daerah
yang yang mampu mewujudkan ketahanan pangan yang mandiri. Salah satu
wujud nyata dari aksi tersebut adalah pencetakan lahan sawah baru di Kabupaten
Asahan.
Pencetakan sawah
baru
ini diharapkan
mampu
menghasilkan
Secara skematis
Pencetakan Sawah
Baru di Kabupaten
Asahan
Sawah Lama
Produktivitas
Produktivitas
Produksi
Konsumsi
Pertambahan Jumlah
Penduduk
Kecukupan Pangan
Keterangan :
= Menyatakan Hubungan
= Mempengaruhi