Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
PENGARUH BREATHING EXERCISE TERHADAP
PENURUNAN SESAK NAPAS PADA PASIEN DENGAN
PNEUMOTHORAX
BIDANG KEGIATAN :
PKM-ARTIKEL ILMIAH
DIUSULKAN OLEH :
Mustika Dewanti
J120130070
Risky Trias Yuliani
J120130080
Yunan Nasrul H.
J120130079

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAN SURAKARTA


SURAKARTA
2016
PENGARUH BREATHING EXERCISE TERHADAP
PENURUNAN SESAK NAPAS PADA PASIEN DENGAN
PNEUMOTHORAX
Mustika Dewanti, Risky Trias Yuliani dan Yunan Nasrul H.
Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRACT
( Supervised By: Isnaini Herawati SST.Ft, MSc )
Pneumothorax adalah penyakit atau gangguan saluran
pernapasan dimana terdapat udara pada cavum pleura yang
mengakibatkan penderita mengalami sesak napas. Breathing
exercise merupakan salah satu modalitas fisioterapi dalam
menangani kasus respirasi, salah satu tekniknya yaitu Deep
breathing exercise yaitu teknik yang menekankan pada inspirasi
maksimun yang panjang yang dimulai dari akhir ekspirasi tenang
(posisi FRC). Deep breathing merangsang pengeluran surfaktan
yang di sekresikan oleh sel-sel alveolus tipe II akan menyebabkan
terjadinya peregangan alveolus Penurunan tegangan alveolus ini
akan mengembangkan alveolus dan menurunkan resiko paruparu untuk menciut sehingga paru tidak mudah kolaps. Deep
breathing exercise juga dapat menyebabkan meningkatnya
aktivitas beta adrenalik saluran pernafasan yang menyebabkan
terjadinya dilatasi bronkus, terjadinya

dilatasi

pada

bronkus maka udara yang keluar masuk saluran


pernapasan lebih lancar, karena apabila bronkus
menyempit dapat menyebabkan sesak napas dan
menimbulkan mengi atau wheezing.
Kata kunci : Pneumothorax, Breathing Exercise, Deep Breathing,
Sesak napas.

ABSTRACT
( Supervised By: Isnaini Herawati SST.Ft, MSc )
Pneumothorax is an abnormal collection of air or gas in the
pleural space that causes an uncoupling of the lung from the chest
wall. Breathing exercise is one of the modalities of physiotherapy
in respiratory cases, one of the techniques that is Deep breathing

exercise that is a technique that emphasizes on long maximum


inspiration that started from the end of a quiet ekspirasi (FRC
positions). Deep breathing stimulates expenditure surfactant in
secrete by cells of type II alveolar epithelium will cause the
occurrence of voltage drop in alveoli stretch these alveoli and
alveoli will develop a lower risk for lung shrunk so the lung not
easily collapsing. Deep breathing exercise can also lead to
increased beta activity adrenalik respiratory tract which causes the
onset of bronchial dilation, the onset of dilation on bronchus then
the air that goes out enter the respiratory tract more smoothly,
because if the bronchial narrowing can cause shortness of breath
and wheezing.
Keywords: Pneumothorax, Breathing Exercise, Deep Breathing,
shortness of breath.

PENDAHULUAN
Salah satu organ vital manusia yaitu paru-paru. Banyak penyakit
paru-paru yang menjadi salah satu penyebab utama kematian
seseorang,

salah

satunya

adalah

pneumothoraks.

Kejadian

pneumothoraks pada umumnya sulit ditemukan karena banyak kasuskasus yang tidak didiagnosa sebagai pneumothoraks karena berbagai
sebab. Johnson & Dovnarsky memperkirakan angka kejadian
pneumothoraks berkisar antara 2,4-17,8 per 100.000 per tahun.

Insiden pneumothorax sulit diketahui karena episodenya banyak


tidak diketahui, pria lebih banyak dari wanita dengan perbandingan
5:1 (Hisyam dan Budiono, 2009).
Di Amerika didapatkan 180.000 orang meninggal akibat
gangguan fungsi paru seperti trauma thorak, baik karena trauma
thorak langsung maupun tidak langung. Trauma thorak dapat
mengakibatkant terjadinya robekan pada pleura dimana dengan
adanya robekan ini dapat menjadi celah masuknya udara ke dalam
ronga tersebut sehingga menjadi Pneumothoraks.
Istilah pneumotoraks dikemukakan oleh Itras pada tahun 1808
kemudian Laence pada tahun 1819 menggambarkan secara klinis
tentang pneumotoraks. Pneumotoraks dapat dibagi beberapa jenis
berdasarkan atas penyebab antara lain : pneumotoraks spontan,
pneumothoraks

traumatik

dan

pneumothoraks

iatrogenik.

Pneumothoraks spontan merupakan pneumothoraks yang paling


banyak ditemukan dengan kecenderungan semakin meningkat. Salah
satu tindakan untuk penanganan pneumothoraks yaitu dengan
tindakan Water Seal Drainage(WSD) yang bertujuan untuk
mengeluarkan udara yang terdapat dalam rongg pleura. Pemasangan
WSD akan menimbulkan problematika fisioterapi yaitu adanya
perubahan mekanika pernafasan. Penanganan fisioterapi untuk
menangani impairment diatas adalah dengan Breathing Exericise
salah satu tekniknya adalah deep breathing exercise yang ditujukan
untuk meningkatkan oksigenasi.
TUJUAN
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
pengaruh breathing exercise terhadap penurunan sesak napas pada
pasien dengan pneumothorax.
METODE
Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimental
dengan pengukuran pre-test dan post-test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pneumothorax adalah suatu keadaan dimana terjadi penimbunan
udara atau gas di dalam rongga pleura (cavum pleura) sehingga

memisahkan pleura visceral dari pleura parietal. Rongga pleura


adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru
dan rongga dada. Paru-paru yang mengalami pneumothorak akan
mengalami kollaps atau mengempis dikarenakan adanya penimbunan
udara atau gas didalam rongga pleura yang akan mendesak letak
paru-paru. Gejala klinis yang dialami pasien pneumothorax antara
lain sesak napas, nyeri dada, berkurangnya gerakan dada, batuk
kering dan pendek, tekanan darah menurun dan gambaran radiologis
memperlihatkan adanya kollaps pada paru. Pasien mengalami sesak
napas dikarenakan udara yang masuk ke dalam rongga pleura akan
mengurangi tekanan subatmospher paru, Paru-paru akan mengalami
kolaps dan udara pada rongga pleura akan berakumulasi. Alveolus
yang merupakan tempat yang dilapisi oleh kapiler sebagai tempat
terjadinya pertukaran gas-gas pernapasan lama kelamaan akan
mengecil udara yang masuk kedalam paru tidak dapat maksimal dan
distribusi gas O2 dan Co2 tidak lancar, sehingga kebutuhan tubuh
tidak mencukupi.
Salah satu modalitas fisioterapi dalam menangani kasus
gangguan respirasi yaitu Deep breathing yang merupakan bagian dari
tehnik latihan pernapasan (Breathing Exercise) yang menekankan
pada inspirasi maksimun yang panjang yang dimulai dari akhir
ekspirasi tenang (posisi FRC). Deep breathing dilakukan dengan cara
bernapas secara perlahan dan dalam sehingga udara yang dihirup
lebih banyak dan memungkinkan diafragma mendatar bagian venter
bergerak ke atas mengangkat costa bawah ke arah laterocranial
secara

perlahan

dada

akan

naik

dan

mengembang

penuh

menyebabkan volume dada membesar dan tekanan udara dalam


rongga dada mengecil sehingga udara dapat masuk ke paru-paru
lebih banyak.
Pada saat

pemberian

Deep

breathing

dilakukan

akan

menyebabkan terjadinya peregangan alveolus. Penelitian yang


dilakukan selama 1 hari ini mengukur jumlah saturasi oksigen
sebelum dan sesudah pemberian deep breathing exercise, latihan

diberikan selama 3 menit dengan deep breathing 6 kali permenit.


Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Sivakumaar (2011) yang menyatakan bahwa deeep breathing selama
2-5 menit memiliki efek peningkatan yang signifikan pada
kemampuan fungsi paru sesaat setelah diberikan sehingga dapat
mempengaruhi nilai saturasi oksigen. Penelitian yang dilakukan
Sivakumar (2011) ini juga menerangkan bahwa deep breathing
exercise akan merangsang pengeluran surfaktan yang di sekresikan
oleh sel-sel alveolus tipe II . Keluarnya surfaktan tersebut akan
mengakibatkan tegangan permukan pada alveolus dapat diturunkan
(Sherwood, 2001).
Penurunan tegangan alveolus ini akan mengembangkan alveolus
dan menurunkan resiko paru-paru untuk menciut sehingga paruparu tidak mudah mengalami kolaps. Deep Breathing dapat lebih
efektif apabila dikombinasikan dengan teknik Sustained Maksimal
Inspiration (SMI) yaitu teknik pernapasan yang dilakukan dengan
adanya

penahanan

napas

pada

akhir

inspirasi

yang

dapat

meningkatkan distribusi ventilasi, dan meningkatkan volume paru.


Saat dilakukan deep breathing udara yang masuk saluran lebih
banyak kemudian dilakukan Sutained maximal Inspiration yaitu
menahan napas dengan tujuan udara yang sudah dihirup banyak
dapat menyebar dan mengisi seluruh ruang pada paru-paru yaitu
alveolus, terutama pada bagian paru yang terdesak timbunan udara
yang ada pada cavum pleura. Sehingga dapat mencegah terjadinya
penyusutan alveolus dan mengecilnya paru-paru.
Deep breathing exercise juga dapat menyebabkan meningkatnya
aktivitas beta adrenalik saluran pernafasan yang menyebabkan
terjadinya dilatasi bronkus, terjadinya dilatasi pada bronkus
maka udara yang keluar masuk saluran pernapasan
lebih lancar, karena apabila bronkus menyempit dapat
menyebabkan sesak napas dan udara yang melewati
saluran

yang

kecil

serta

menyempit

dapat

menimbulkan adanya bunyi mengi atau wheezing.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan breathing exercise
dengan teknik deep breathing dapat digunakan untuk mengurangi
sesak napas karena dapat meningkatkan aktivitas beta adrenalik
saluran pernafasan yang menyebabkan terjadinya dilatasi bronkus
yang mengalami penyempitan sehingga proses inspirasi dan ekspirasi
menjadi lebih baik. Apabila deep breathing dikombinasikan dengan
Sustained Maximal Inspiration (SMI) ini dapat digunakan untuk
mencegah paru-paru mengalami kolaps karena udara yang masuk
menyebar mengisi seluruh ruang pada paru-paru.

DAFTAR PUSTAKA

Westerdahl, E., Linmark, B., Ericksson, T., Friberg, O.,


Hedenstierna, G. & Tenling, A. 2005. Deep breathing
exercises reduce atelectasis and improve pulmonary
function after coronary artery bypass surgery.
Kim, Yong Rye; Park, Sang Youn. 2012. The Effects of the
Systematic Breathing Exercises Program on Recovery of
Patients with Pneumothorax. Journal of Korean Critical Care
Nursing . Vol. 5 Issue 2, p28-36. 9p.

Grzegorz Bilo, Miriam Revera, Maurizio Bussotti, et al. 2012.


Effects of Slow Deep Breathing at High Altitude on Oxygen
Saturation, Pulmonary and Systemic Hemodynamics. PloS
ONE 7(11): e49074.doi:10.1371/journal.pone.0049074.

Park HS , Lee WJ , Kim YS. 2006. The effects of deep breathing

methods on pulmonary ventilatory function of


pneumothorax patients undergoing a thoracotomy.
Department of Nursing, Pusan National University, Korea.

Anda mungkin juga menyukai