Anda di halaman 1dari 8

TEORI KEPERAWATAN MADELEINE LEININGER CULTURE CARE"

TEORI KEPERAWATAN MADELEINE LEININGER CULTURE CARE" Oleh : Yayang


Nur Enida (S1-KEPERAWATAN) BAB I ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak
model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli keperawatan, dimana teori
dan model konseptual merupakan suatu cara untuk memandang, menilai situasi kerja yang
menjadi petunjuk bagi perawat dalam mendapatkan informasi untuk menjadikan perawat
peka terhadap apa yang terjadi dan apa yang harus dia lakukan. Teori-teori keperawatan juga
digunakan dalam praktik, penelitian dan proses belajar-mengajar dalam bidang keperawatan
sehingga perlu diperkenalkan, dikaji dan dikembangkan untuk memperkuat profesi
keperawatan. Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan baik secara teoritis maupun
empiris terhadap teori-teori keperawatan yang ada sehingga perawat dapat memahami dan
mengaplikasikan teori-teori tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien
sesuai keadaannya. Salah satu teori keperawatan yang ada adalah teori keperawatan yang
dikembangkan oleh Madeleine Leininger yang lebih dikenal dengan teori Trans Cultural.
1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : a. Memenuhi salah
satu tugas mata kuliah keperawatan komunitas. b. Menambah pengetahuan dan wawasan
tentang teori dan model konsep keperawatan komunitas menurut madeleine leininger dari
materi yang dicari diluar bangku kuliah. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Biografi Madeleine
Leininger Madeleine lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah lahan pertanian
hidup dengan empat saudara laki-laki dan seorang saudari. Tahun 1945, dia bersama
saudarinya menjadi kadet di korps perawat dan mengambil program diploma di sekolah
perawat St. Anthony, Denver. Hal yang juga mendorong dia menjadi seorang perawat di
karenakan salah satu bibinya menderita penyakit jantung bawaan, dia ingin membuat suatu
perbedaan dalam kehidupan manusia, khususnya di bidang perawatan. Tahun 1948,
menyelesaikan diploma keperawatan. Tahun 1950, menerima gelar sarjana dalam ilmu
biologi, ilmu filsafat dan humaniora dariBenedictine College di Atchison, Kansas. Membuka
pelayanan keperawatan dan program pendidikan jiwa di Creighton University di Omaha ,
Nebraska. Tahun 1953, Menerima gelar master dalam ilmu keperawatan dari University
chatolik of America, di Washington DC, pindah ke Cincinnati dan memulai program
pendidikan jiwa pertama di Amerika. Tahun antara 1954-1960, menjadi professor
keperawatan dan direktur program pasca sarjana di Universitas Cincinnati. Juga menerbitkan
buku tentang keperawatan psikiatrik, di sebut Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, dalam
sebelas bahasa dan digunakan di seluruh dunia. Tahun 1965, Madeleine menjadi perawat
pertama mendapat gelar Ph.D dalam antropologi, di Washington University. sebagai bagian
dari proses beliau mencari penyelesaian masalah tidak cukup adekuat intervensi kejiwaan
tradisional menjawab kebutuhan anak-anak dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda.
Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi di University of
Colorado, di mana untuk pertama kalinya perawatan transkultural di perkenalakan di dunia
keperawatan. Tahun 1969-1974, sebagai dekan,professor keperawatan dan dosen antropologi
di University Of Washington school of Nursing. Tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan
dan professor Utah University dan membuka program pertama untuk master dan doktoral
transkultural keperawatan. Tahun 1981, professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di
Wayne State University. Saat berkarya di sini Madeleine mendapat beberapa penghargaan,
antara lain : Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan dalam mengajar. The
Board of Governors Distinguished Faculty Award. Gershensons Research Fellowship
Award. Tahun 1990, di angkat sebagai the Women in Science Award oleh California State
University. Tahun 1991, sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau menerbitkan teorinya
tentang perawatan keanekaragaman budaya dan universal dan menciptakan istilah culturally

congruent care sebagai tujuan dari teorinya. Teori ini diuraikan dalam buku keanekaragaman
budaya perawatan dan universal. Mengembangkan metode Ethnonursing dan melakukan
penelitian di lapangan dengan membaur hidup bersama suku Gadsup di dataran tinggi Timur
di New Guinea tentang perawatn transkultural. Sepanjang karianya sebagai perawat terlebih
ahli dalam teori keperawatan mulai mengadakan sertifikasi gelar perawatan transkultural dan
telah mendirikan organisasi organisasi professional termasuk perawatan transkultural
Masyarakat pada tahun 1974, asosiasi perawatan manusia internasional pada tahun1978 dan
menjabat sebagai presiden secara penuh pertama dari American Association of Colleges of
Nursing. Mendirikan dan menjabat editor pertama dari Journal of Transkultural Nursing pada
tahun 1989-1995. Penghargaan terakhir yang di terima adalah anugerah Lifetime
Achievement Award untuk kualitatif metodologi. Dr. Madeleine Leininger adalah Guru besar
yang terkenal di seluruh dunia, penulis, pengembang teori, penelitidan pembicara publik.
Menjadi professor dari sekitar 70 perguruan tinggi, menulis 25 buku dan menerbitkan lebih
dari 220 artikel yang sekarang bisa kita lihat sebagai arsip di Wayne State University
digunakan juga sebagai bahan penelitian.Memberikan lebih dari 850 kuliah umum di seluruh
dunia dan telah mengembangkan software sendiri untuk perawat. Bidang keahliannya adalah
keperawatan transkultural, perawatan manusia komparatif, teori perawatan budaya, budaya di
bidang keperawatan dan kesehatan, antropologi dan masa depan dunia keperawatan.
Magnificent Achievement. 2.2 Sejarah Teori Culture Care Madeline Leininger adalah pelopor
keperawatan transkultural dan seorang pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori
asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia. Ia adalah perawat professional pertama
yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi social dan budaya. Dia lahir di
Sutton, Nebraska, dan memulai karir keperawatannya setelah tamat dari program diploma di
St. Anthonys School of Nursing di Denver. Tahun 1950 ia meraih gelar sarjana dalam ilmu
biologi dari Benedictine College, Atchison Kansas dengan peminatan pada studi filosofi
dan humanistik. Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut ia bekerja sebagai instruktur, staf
perawatan dan kepela perawatan pada unit medikal bedah sererta membuka sebuah unit
perawatan psikiatri yang baru dimana ia menjadi seorang direktur pelayanan keperawatan
pada St. Josephs Hospital di Omaha. Selama waktu ini ia melanjutkan pendidikan
keperawatannya di Creigthton University di Omaha. Tahun 1954 Leininger meraih gelar
M.S.N. dalam keperawatan psikiatrik dari Chatolic University of America di Washington,
D. C. Ia kemudian bekerja pada College of Health di Univercity of Cincinnati, dimana ia
menjadi lulusan pertama (M. S. N ) pada program spesialis keperawatan psikiatrik anak . Ia
juga memimpin suatu program pendidikan keperawatan psikiatri di universitas tersebut dan
juga sebagai pimpinan dalam pusat terapi perawatan psikiatri di rumah sakit milik universitas
tersebut. Pada tahun 1960, Leininger bersama C. Hofling menulis sebuah buku yang diberi
judul Basic Psiciatric Nursing Consept yang dipublikasikan ke dalam sebelas bahasa dan
digunakan secara luas di seluruh dunia. Selama bekerja pada unit perawatan anak di
Cincinnati, Leininger menemukan bahwa banyak staff yang kurang memahami mengenai
faktor-faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak-anak. Dimana diantara anak-anak ini
memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Ia mengobservasi perbedaan- perbedaan
yang terdapat dalam asuhan dan penanganan psikiatri pada anak-anak tersebut. Terapi
psikoanalisa dan terapi strategi lainnya sepertinya tidak menyentuh anak-anak yang memiliki
perbedaan latar belakang budaya dan keutuhan. Leininger melihat bahwa para perawat lain
juga tidak menampilkan suatu asuhan yang benar-benar adequat dalam menolong anak
tersebut, dan ia dihadapkan pada berbagai pertanyaan mengenai perbedaan budaya diantara
anak-anak tersebut dan hasil terapi yang didapatkan. Ia juga menemukan hanya sedikit staff
yang memiliki perhatian dan pengetahuan mengenai faktor-faktor budaya dalam mendiagnosa
dan manangani klien. Pada satu ketika, Prof. Margaret Mead berkunjung pada departemen
psikiatri University of Cincinnati dan Leiniger berdiskusi dengan Mead mengenai adanya

kemungkinan hubungan antara keperawatan dan antropologi. Meskipun ia tidak mendapatkan


bantuan langsung, dorongan, solusi dari Mead , Leininger memutuskan untuk melanjutkan
studinya ke program doktor (Ph.D) yang berfokus pada kebudayaan, sosial, dan antropologi
psikologi pada Universitas Washington. Sebagai seorang mahasiswa program doktor,
Leininger mempelajari berbagai macam kebudayaan dan menemukan bahwa pelajaran
antroplogi itu sangat menarik dan merupakan area yang perlu diminati oleh seluruh perawat.
Kemudia ia menfokuskan diri pada masyarakat Gadsup di Eastern Highland of New Guinea,
dimana ia tinggal bersama masyarakat tersebut selama hampir dua tahun. Dia dapat
mengobservasi bukan hanya gambaran unik dari kebudayaan melainkan perbedaan antara
kebudayaan masyarakat barat dan non barat terkait dengan praktek dan asuhan keperawatan
untuk mempertahankan kesehatan. Dari studinya yang dalam dan pengalaman pertama
dengan masyarakat Gadsup, ia terus mengembangkan teori perawatan kulturalnya dan
metode ethno nursing. Teori dan penelitiannya telah membantu mahasiswa keperawatan
untuk memahami perbedaan budaya dalam perawatan manusia, kesehatan dan penyakit. Dia
telah menjadi pemimpin utama perawat yang mendorong banyak mahasiswa dan fakultas
untuk melanjutkan studi dalam bidang anthropologi dan menghubungkan pengetahuan ini
kedalam praktik dan pendidikan keperawatan transkultural. Antusiasme dan perhatiannya
yang mendalam terhadap pengembangan bidang perawatan transkultural dengan fokus
perawatan pada manusia telah menyokong dirinya selama 4 dekade. Tahun 1950-an sampai
1960-an, Leininger mengidentifikasi beberapa area umum dari pengetahuan dan penelitian
antara perawatan dan anthropologi formulasi konsep keperawatan transkultural, praktek dan
prinsip teori. Bukunya yang berjudul Nursing and anthropology : Two Words to Blend ; yang
merupakan buku pertama dalam keperawatan transkultural, menjadi dasar untuk
pengembangan bidang keperawatan transkultural, dan kebudayaan yang mendasari perawatan
kesehatan. Buku yang berikutnya, Transcultural Nursing : Concepts, theories, research, and
practise (1978 ) , mengidentifikasi konsep mayor, ide-ide teoritis, praktek dalam
keperawatan transkultural, bukti ini merupakan publikasi definitif pertama dalam praktek
perawatan treanskultural. Dalam tulisannya, dia menunjukkan bahwa perawatan
treanskultural dan anthropologi bersifat saling melengkapi satu sama lain, menkipun berbeda.
Teori dan kerangka konsepnya mengenai Cultural care diversity and universality dijelaskan
dalam buku ini. Sebagai perawat profesional pertama yang melanjutkan pendidikan ke
jenjang doktor dalam bidang antropologi dan untuk memprakarsai beberapa program
pendidikan magister dan doktor, Leininger memiliki banyak bidang keahlian dan perhatian. Ia
telah memepelajari 14 kebudayaan mayor secara lebih mendalam dan telah memiliki
pengalaman dengan berbagai kebudayaan. Disamping perawatan transkultural dengan asuhan
keperawatan sebagai fokus utama , bidang lain yang menjadi perhatiannya adalah
administrasi dan pendidikan komparatif, teori-teori keperawatan, politik, dilema etik
keperawatan dan perawatan kesehatan, metoda riset kualitatif, masa depan keperawatan dan
keperawatan kesehatan, serta kepemimpinan keperawatan. Theory of Culture Care saat ini
digunakan secara luas dan tumbuh secara relevan serta penting untuk memperoleh data
kebudayaan yang mendasar dari kebudayaan yang berbeda. 2.3 Paradigma keperawatan
Manusia Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai dan norma-norma
yang diyakini dan berguna untuk menentukan pilihan serta melakukan tindakan. Menurut
Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap
saat dimanapun ia berada. Kesehatan Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang
didefinisikan secara kultural memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan
individu maupun kelompok untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari,
keuntungan dan pola hidup. Lingkungan Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu
keadaan, situasi, atau pengalaman-pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia,
interpretasi, dan interaksi sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau

susunan kebudayaan. Keperawatan Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran


humanistik dan profesi keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena
perawatan manusia yang bertujuan untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi,
atau memampukan individu maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam
cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk menolong orangorang agar mampu menghadapi rintangan dan kematian. 2.4 Teori Keperawatan Leininger
Teori ini diambil dari disiplin ilmu antropologi dan keperawatan. Ia mendefinsikan
keperawatan transkultural sebagai bagian utama dari keperawatan yang berfokus pada studi
perbandingan dan analisa perbedaan budaya serta bagian budaya di dunia dengan tetap
menghargai nilai-nilai asuhan, pengalaman sehat sakit dan juga kepercayaan yang dimiliki
oleh masyarakat. 2.4.1 Konsep Utama dan definisi teori Leininger - Care mengacu kepeada
suatu fenomena abstrak dan konkrit yang berhubungan dengan pemberian bantuan,
dukungan, atau memungkinkan pemberian pengalaman maupun perilaku kepada orang lain
sesuai dengan kebutuhannya dan bertujuan untuk memperbaiki kondisi maupun cara hidup
manusia. - Caring, mengacu kepada suatu tindakan dan aktivitas yang ditujukan secara
langsung dalam pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan individu lain dan
kelompok didalam memenuhi kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia
atau dalam menghadapi kematian. - Kebudayaan merupakan suatu pembelajaran, pembagian
dan transmisis nilai, keyakinan, norma-norma, dan gaya hidup dalam suatu kelompok tertentu
yang memberikan arahan kepada cara berfikir mereka, pengambilan keputusan, dan
tindakkan dalam pola hidup. - Perawatan kultural mengacu kepada pembelajaran subjektif
dan objektif dan transmisi nilai, keyakinan, pola hidup yang membantu, mendukung,
memfasilitasi atau memungkinkan ndividu lain maupun kelompok untuk mempertahankan
kesjahteraan mereka, kesehatan, serta untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau
untuk memampukan manusia dalam menghadapi penyakit, rintangan dan juga kematian. Cultural care diversity (perbedaan perawatan kultural) mengacu kepada variabel-variabel,
perbedaan-perbedaan, pola, nilai, gaya hidup, ataupun simbol perawatan di dalam maupun
diantara suatu perkumpulan yang dihubungkan terhadap pemberian bantuan, dukungan atau
memampukan manusia dalam melakukan suatu perawatan. - Cultural care universality
(Kesatuan perawatan kultural) mengacu kepada suatu pengertian umum yang memiliki
kesamaan ataupun pemahaman ang paling dominan, pola-pola, nilai-nilai, gaya hidup atau
simbol-simbol yang dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta mereflesikan
pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara yang memungkinkan
untuk menolong orang lain (Terminlogy universality) tidak digunakan pada suatu cara yang
absolut atau suatu temuan statistik yang signifikan. - Keperawatan mengacu kepada suatu
pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas
dan fenomena perawatan manusia yang bertujuan untuk membantu, memberikan dukungan,
menfasilitasi, atau memampukan individu maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan
mereka dalam suatu cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau
untuk menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan kematian. - Pandangan
dunia mengacu kepada cara pandang manusia dalam memelihara dunia atau alam semesta
untuk menampilkan suatu gambaran atau nilai yang ditegakkan tentang hidup mereka atau
lingkungan di sekitarnya. - Dimensi struktur sosial dan budaya mengacu pada suatu pola
dinamis dan gambaran hubungan struktural serta faktor-faktor organisasi dari suatu bentuk
kebudayaan yang meliputi keagamaan, kebudayaan, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi ,
nilai budaya dan faktor-faktor etnohistory serta bagaimana faktor-faktor ini dihubungkan dan
berfungsi untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda. Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-pengalaman
yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi sosial dalam
lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan - Etnohistory

mengacu kepada keseluruhan fakta-fakta pada waktu yang lampau, kejadian-kejadian, dan
pengalaman individu, kelompok, kebudayaan serta suatu institusi yang difokuskan kepada
manusia/masyarakat yang menggambarkan, menjelaskan dan menginterpretasikan cara hidup
manusia dalam suatu bentuk kebudayaan tertentu dalam jangka waktu yang panjang maupun
pendek. - Sistem perawatan pada masyarakat tradisional mengacu kepada pembelajaran
kultural dan transmisi dalam masyarakat tradisional (awam) dengan menggunakan
pengetahuan dan keterampilan tradisonal untuk memberikan bantuan, dukungan atau
memfasilitasi tindakan untuk individu lain, kelompok maupun suatu institusi dengan
kebutuhan yang lebih jelas untuk memperbaiki cara hidup manusia atau kondisi kesehatan
ataupun untuk menghadapi rintangan dan situasi kematian. - Sistem perawatan profesional
mengacu kepada pemikiran formal, pembelajaran, transmisi perawatan profesional,
kesehatan, penyakit, kesejahteraan dan dihubungkan dalam pengetahuan dan keterampilan
praktek yang berlaku dalam institusi profesional biasanya personil multi disiplin untuk
melayani konsumen. - Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan
secara kultural memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun
kelompok untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola
hidup - Mempertahankan perawatan kultural mengacu kepada semua bantuan, dukungan,
fasilitas atau pengambilan keputusan dan tindakan profesional yang memungkinkan yang
dapat menolong orang lain dalam suatu kebudayaan tertentu dan mempertahankan nilai
perawatan sehingga mereka dapat memperthanakan kesejahteraannya, pulih dari penyakit
atau menghadapi rintangan mapun kematian. - Negosiasi atau akomodasi perawatan kultural
mengacu pada semua bantuan, dukungan, fasilitas, atau pembuatan keputusan dan tindakan
kreatifitas profesional yang memungkinkan yang menolong masyarakat sesuai dengan
adaptasi kebudayaan mereka atau untuk bernegosiasi dengan fihak lain untuk mencapai hasil
kesehatan yang menguntungkan dan memuaskan melalui petugas perawatan yang profesional
- Restrukturisasi perawatan transkultural mengacu pada seluruh bantuan, dukungan, fasilitas
atau keputusan dan tindakan profesional yang dapat menolong klien untuk mengubah atau
memodifikasi cara hidup mereka agar lebih baik dan memperoleh pola perawatan yang lebih
menguntungkan dengan menghargai keyakinan dan nilai yang dimiliki klien sesuai dengan
budayanya. - Perawatan kultural yang konggruen mengacu kepada kemampuan kognitif
untuk membantu, mendukung, menfasilitasi atau membuat suatu keputusan dan tindakan
yang dapat memperbaiki kondisi individu, atau kelompok dengan nilai budaya, keyakinan
dan cara hidup yang berbeda, yang bertujuan untuk memperoleh kesejahteraan dan kesehatan.
2.4.2 Asumsi Mayor Asumsi mayor untuk mendukung teory cultural care : diversity and
universality yang dikemakan ole Leininger : - Care adalah esensi keperawatan serta focus
yang mempersatukan perbedaan sentral dan dominant dalam suatu pelayanan. - Perawatan
(Caring) yang didasarkan pada kebudayaan adalah sutau aspek esensial unuk memperoleh
kesejahteraan, kesehatan, pertumbuhan dan ketahanan, serta kemampuan untuk enghadapi
rinangan maupun kematian. - Perawatan yang berdasarkan budaya adalah bagian yang paling
komprehensif dan holistic untuk mengetahui, menjelaskan, menginterprestasikan dan
memprediksikan fenomena asuhan keperawatan serta memberikan panduan dalam
pengambilan keputusan dan tindakan perawatan. - Keperawatan traskultural adalah disiplin
ilmu perawatan humanistic dan profesi yang memiliki tujuan utama untuk melayani individu,
dan kelompok. - Caring yang berdasarkan kebudayaan adalah suatu aspek esensial untuk
mengobati dan menyembuhkan dimana pengobatan tidak akan mungkin dilakukan tanpa
perawatan, sebaliknya perawatan dapat tetap eksis tanpa pengobatan. - Konsep keperawatan
cultural, arti, ekspresi, pola-pola, proses dan struktur dari bentuk perawatan transkultural
yang beragam dengan perbedaan dan persamaan yang ada. - Setiap kebudayaan manusia
memiliki pengetahuan dan praktek perawatan tradisional serta praktik professional yang
bersifat budaya dan individual. - Praktek perawatan keyakinan dan nilai budaya dipengaruhi

oleh dan cenderung tertanam dalam pandangan dunia, bahasa, filosofi, agama, kekeluargaan,
sosial, politik, pendidikan, ekonomi, teknologi, etnohistory, dan lingkungan kebudayaan. Keuntungan, kesehatan dan kepuasan terhadap budaya perawatan mempengaruhi kesehatan
dan kesejahteraan individu, keluarga, kelompok, komunitas di dalam lingkungannya. Kebudayaan dan keperawatan yang konggruen dapat terwujud apabila pola-pola, ekspresi dan
nilai-nilai perawatan digunakan secara tepat, aman dan bermakna. k. Perbedaan dan
persamaan perawatan cultural tetap berada diantara masyarakat tradisioal dan professional
pada setiap kebudayaan manusia. - Konflik cultural, beban praktek kebudayaan, stress
kultural merefleksikan kurangnya pengetahuan perawatan kultural untuk memberikan
perawatan, rasa aman, tangung jawab yang koggruen dengan kebudayaan. - Metode
penelitian kualitatif ethnonursing memberikan intepretasi dan temuan yang penting mengenai
pemberian asuhan keperawatan dengan kebudayaan komplek yang berbeda. 2.4.3 Esensi
keperawatan dan kesehatan - Perbedaan-perbedaan interkultural terhadap keyakinan
kepetrawatan, nilai dan praktek akan merefleksikan perbedaan kemampuan identifikasi dan
praktek asuhan keperawatan yang bersifat umum. - Kebudayaan yang memiliki nilai
iindividualisme yang tinggi dengan model independen akan menunjukan tanda-tanda dari
nilai dan praktek keperawatan diri, dimana kebudayaan yang tidak memiliki nilai
individualisme dan independen akan menunjukan tanda terbatas dan praktek keperawatan
diri. - Jika terdapat hubungan yang erat antara praktek dan keyakinan pemberi dan penerima
pelayanan praktek keperawatan , hasil yang diperoleh klien akan dapat ditingkatkan dan lebih
memuaskan . - Klien dari kebudayaan yang berbeda dapat mengidentifikasi nilai caring dan
non caring mereka serta keyakinan terhadap ethnonursing. - Perbedaan utama antara nilai
perawatan tradisional dengan perawatan profesional, merupakan tanda dari konflik budaya
antara pemberi pelayanan kesehatan profesional dan klien. - Praktek dan tindakan caring
yang diterapkan dengan menggunakan teknologi berbeda secara kultural dan memiliki
perbedaan terhadap hasil dalam pencapaian kesehatan dan kesejahteraan klien. - Tanda
terpenting dari ketergantungan perawat terhadap teknologi merupakan tanda dari
depersonalisasi asuhan keperawatn humanistik pada klien. - Bentuk simbolis dan fungsi ritual
dari praktek dan perilaku asuhan keperawatan memiliki hasil dan makna berbeda dalam
kebudayaan yang berbeda. - Politik, agama, ekonomi, hubungan kekeluargaan, nilai budaya
dan lingkungan memberikan pengaruh yang besar terhadap praktek budaya untuk mencapai
kesejahteraan individu, keluarga dan kelompok. 2.4.4 Konsep kebudayaan menurut Leininger
dalam buku Transcutural Nursing; concepts, theories and practices (1978 & 1995) Kebudayaan yang mempersepsikan penyakit ke dalam bentuk pengalaman tubuh internal dan
bersifat personal (contohnya yang disebabkan oleh kondisi fisik, genetic,stress dalam tubuh)
lebih cenderung menggunakan teknik dan metode keperawatan diri secara fisik dari pada
melakukan perawatan berdasarkan budaya yang memandang penyakit sebagai suatu
keyakinan kultural dan ekstra personal serta pengalaman budaya secara langsung. - Budaya
sangat menekankan proses, prilaku dan nilai perawatan (caring), memegang peranan yang
lebih cenderung dilakukan wanita daripada pria. - Kebudayaan yang menekankan pada
prilaku dan proses pengobatan (caring) cenderung dilaksanakan oleh pria daripada wanita. Klien (masyarakat umum / tradisional) yang membutuhkan pelayanan keperawatan (caring),
pertama sekali cenderung untuk mencari bantuan dari pihak keluarga maupun relasinya dalam
mengatasi masalahnya, baru kemudian mencari pemberi pelayanan kesehatan professional
apabila orang-orang terdekatnya tidak mampu memeberikan kondisi yang efektif, keadaan
klien semakin memburuk atau jika terjadi kematian. - Kegiatan perawatan yang banyak
dipraktekkan di masyarakat (ethno caring activities), yang memiliki keuntungan terapeutik
bagi klien dan keluarganya, kurang dipahami oleh kebanyakan perawat professional di
Werstern. - Jika terdapat prilaku perawatan yang efektif dalam suatu kebudayaan maka
kebutuhan pengobatan dan pelayanan dari petugas professional akan berkurang. - Perbedaan

mendasar antara praktek keperawatan tradisional dan professional mengakibatkan konflik


budaya dan membebani praktek keperawatan. - Perawatan transkultural akan mempersiapkan
perawat untuk dapat menyusun asuhan keperawatan pada setiap budaya yang berbeda, dan
dapat menentukan hasil yang tepat sesuai dengan kebudayaan klien tersebut. - Keberhasilan
dalam perawatan kesehatan akan sulit dicapai apabila pemberi pelayanan tersebut tidak
menggunakan pengetahuan dan praktek yang didasarkan atas keyakinan dan nilai budaya
klien. 2.4.5 The Sunrise Model ( Model matahari terbit) Sunrise Model dari teori Leininger
dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Matahari terbit sebagai lambang/ symbol perawatan.
Suatu kekuatan untuk memulai pada puncak dari model ini dengan pandangan dunia dan
keistimewaan struktur sosial untuk mempertimbangkan arah yang membuka pikiran yang
mana ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi dasar untuk
menyelidiki berfokus pada keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan secara
umum. Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau garis
hubungan. Garis putus-putus pada model ini mengindikasikan sistem terbuka. Model ini
menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak terpisahkan/tidak dapat dipisahkan dari budaya
mereka. Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi keperawatan tidak
tampak pada teori dan model ini. Tujuan yang hendak dikemukakan oleh Leininger adalah
agar seluruh terminologi tersebut dapat diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya.
Intervensi keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau nilai-nilai yang akan
dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah keperawatan tidak selalu
sesuai dengan apa yang menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat yang
produktif untuk memberikan panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan
kebudayan serta penelitian ilmiah. Leininger Sunrise Model merupakan pengembangan dari
konseptual model asuhan keperawatan transkultural. Terdapat 7 (tujuh) komponen dalam
sunrise model tersebut, yaitu : 1. Faktor Teknologi ( Technological Factors ) Teknologi
kesehatan adalah sarana yang memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan
pemanfatan teknologi kesehatan, maka perawat perlu mengkaji berupa persepsi individu
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan
saat ini, alasan mencari kesehatan, persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi
masalah kesehatan. 2. Faktor keagamaan dan falsafah hidup ( Religous and Philosofical
Factors) Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan motivasi
yang realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi kuat sekali untuk
menempatkan kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor
agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa,
mempunyai konsep diri yang utuh. 3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and
Social Factors) Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama lengkap
dan nama panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan
kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga. 4. Faktor nilai budaya dan
gaya hidup (Cultural Values and Lifeways) Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam
diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji
berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah posisi dan jabatan, bahasa
yang digunakan, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan
dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari. 5. Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)
Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan
individu dalam asuhan keperawatan transkultural. Misalnya peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang menunggu. 6. Faktor

ekonomi ( Economical Faktor ) Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber


material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber ekonomi yang
ada pada umumnya dimanfaatkan klien antara lain asurannsi, biaya kantor, tabungan. Faktor
ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan. 7. Faktor pendidikan (Educational Factor) Latar belakang pendidikan individu
adalah pengalaman individu dalam menmpuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini.
Semakin tinggi pendidikan individu, maka keyakinannya harus didukung oleh bukti-bukti
ilmiah yang rasional dan dapat beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan meliputi tingkat pendidikan,
jenis pendidikan, serta kemampuan belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulang kembali. BAB III ANALISA TEORI Kelebihan : 1. Teori ini
bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan kepada perawat
dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda. 2. Teori ini sangat
berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan pelaksanaan model-model teori
lainnya (teori Orem, King, Roy, dll). 3. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan
faktor budaya yang akan berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah
sakit. 4. Penggunanan teori trancultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan
yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan. 5. Teori ini banyak digunakan
sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek keperawatan . Kelemahan : 1.
Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan hanya
digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model lainnya. 2. Teori
transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah keperawatan
sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya . BAB IV PENUTUP 3.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut : - Teori ini dapat digunakan
dalam memberikan asuhan keperawatan dengan mempertimbangkan aspek budaya, nilai
nilai, norma dan agama. - Teori ini dapat digunakan untuk melengkapi teori konseptual yang
lain dalam praktik asuhan keperawatan. 3.2. Saran Saran yang dapat penulis sampaikan
adalah sebagai berikut : - Akademik hendaknya menyediakan buku-buku yang berhubungan
dengan model keperwatan komuitas umumnya materi-materi yang berkaitan dengan
keperawatan komunitas. - Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan
pemahaman tentang ilmu antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.
- Pelaksanaan teori Leinienger memerlukan penggabungan dari teori keperawatan yang lain
yang terkait, seperti teori adaptasi, self care dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/03/15/leiningers-theory/ Carol Taylor, Carol
Lillis. (1997). Fundamentals of Nursing : the art and science of nursing care. Vol I 3ed ,
Philadelphia, Lippincott. Chinn & Jacobs. (1983). Theory and Nursing a systematic approach.
St. Louis : Mosby Company. Folley, Regina & Wurmser, Theresa A (2004). Culture
Diversity/A Mobile Worksforce Command Creative Leadership, New Patterships, and
Inovative Approaces to Integration. Diambil pada 9 Oktober 2006 dari
http://proquest.umi.com/pqdweb?did=650824831&sid=3&clientld=45625&RQT=309&V
ame Kozier, Barbara et al. (2000). Fundamental of Nursing : The nature of nursing practice in
Canada. 1st Canadian Ed. Prentice Hall Health, Toronto. Leahy, Julia M & Kizilay, Patricia
E. (1998). Foundations of Nursing Practice : A Nursing Process Approach. 1st Ed, WB
Saunders Company, Philadelphia Leninger, M. diambil pada 10 Oktober 2006 dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Madeleine Leininger. Robinson & Kish. (2001). Edvance
Practice Nursing. St. Louis : Mosby Inc. The Basic concepts of Trancultural Nursing.
Diambil pada 10 Oktober 2006 dari http://www.culturediversity.org/thirdwrld.htm. Tomey,
Ann Marriner & Alligood, Martha Raile, (1998). Nursing Theorists and their work, 4th Ed.
Mosby, St. Louis.

Anda mungkin juga menyukai