EPID
EPID
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Epidemiologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang
jumlah dan penyebaran penyakit pada masyarakat serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dari batasan yang seperti ini terlihat bahwa epidemiologi
berbeda dengan ilmu kedokteran klinik, karena objek perhatian epidemiologi
bukanlah perorangan, melainkan suatu kelompok manusia sebagai masyarakat.
Tergantung dari ruang lingkup yang dipelajari, epidemiologi dapat dibedakan atas
dua macam yakni epidemiologi deskriptif jika hanya mempelajari tentang jumlah dan
penyebaran penyakit serta epidemiologi analitik jika telah pula mempelajari tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah dan penyebaran penyakit dalam
masyarakat.
Gambaran tentang jumlah penyakit dalam epidemiologi disimbolkan dengan
angka insidens dan prevalens. Angka insidens lebih menunjuk kepada derajat
penularan suatu penyakit, sedangkan angka prevalens lebih menunjuk kepada
beban upaya kesehatan. Penyebaran penyakit dalam epidemiologi sering dibedakan
atas tiga macam yakni penyebaran menurut ciri-ciri manusia, tempat dan waktu.
Penyebaran menurut ciri-ciri manusia yang lazim dipergunakan adalah menurut
umur, jenis kelamin, suku bangsa, ras, kerentanan tubuh terhadap penyakit,
pendidikan, pekerjaan dan status sosial lainnya. Penyebaran menurut tempat
dibedakan atas penyebaran lokal, nasional, regional dan internasional. Sedangkan
penyebaran menurut waktu adalah yang menggambarkan perubahan siklik suatu
penyakit, apakah bersifat menetap sepanjang waktu, berubah menurut perubahan
waktu dan ataupun musim. Perpaduan antara jumlah dan penyebaran penyakit ini
dapat menggambarkan keadaan suatu penyakit, apakah bersifat endemi, epidemi,
pandemi ataupun sporadik. Ambil contoh untuk pandemi misalnya,di sini penyakit
menyerang banyak orang (jumlah dan ciri manusia), dalam suatu wilayah yang luas
(tempat) serta dalam saat yang singkat (waktu).
Jika dibandingkan dengan epidemiologi analitik, maka epidemiologi deskriptif yang
memberikan keterangan tentang jumlah dan penyebaran penyakit tersebut lebih
bersifat sederhana. Karena itulah sering disebutkan, pekerjaan epidemiologi
deskriptif seyogyanya dilanjutkan dengan epidemiologi analitik, karena dengan
epidemiologi analitik akan dapat dikumpulkan berbagai keterangan untuk
memberikan jawaban yang tuntas tentang keadaan suatu penyakit. Sekalipun
epidemiologi deskriptif lebih sederhana daripada epidemiologi analitik, bukanlah
berarti lebih mudah dilakukan. Masalah utama yang ditemukan pada epidemiologi
deskriptif adalah pada pengumpulan data, baik yang menyangkut sumber, jumlah
data yang dikumpulkan dan ataupun cara pengumpulan data yang dipergunakan.
Jika pengumpulan data ini tidak tepat, tentu mudah diperkirakan bawa kesimpulan
yang dihasilkanpun tidak tepat pula. Teknik pengumpulan data pada epidemiologi
deskriptif banyak macamnya. Yang sering dipergunakan adalah survai penyakit yang
dibedakan pula atas survai insidens dan survai prevalens serta teknik survailens.
Pada survai penyakit akan didapatkan gambaran tentang frekuensi penyakit melalui
pelaksanaan survai yang dirancang khusus, sedangkan pada survailens, gambaran
tersebut diperoleh melalui pencatatan sistematis yang dilakukan secara
berkelanjutan. Epidemiologi deskriptip terutama menganalisis masalah yang ada
dalam suatu populasi tertentu serta menerangkan keadaan dan sifat masalah
tersebut, termasuk berbagai faktor yang berhubungan erat dengan timbulnya
masalah tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi
Epidemiologi deskriptif adalah Studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah
atau frekuensi dan distribusi penyakit atau Suatu studi yang menggambarkan pola-pola
kejadian penyakit disuatu daerah berdasarkan variabel orang, tempat, dan waktu.
Epidemiologi deskriptif umumnya dilaksanakan jika tersedia sedikit informasi yang
diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan faktor yang berhunbungan dengan
penyakit. Epidemiologi deskriptif menggambarkan status kesehatan masyarakat diambil
dari data yang sudah ada atau dari sebuah survey.
Tujuan dan Kegunaan
1. Menyediakan data dasar dari perencanaan, penyediaan dan penilain upaya
pelayanan kesehatan di suatu populasi
2. Menilai kecenderungan pemaparan dalam populasi atau antar populasi
3. Memperoleh petunjuk tentang etiologi penyakit untuk dilanjutkan dengan studi
analitik atau intervensi
Kekuatan dan Kelemahan
a.Kekuatan
relatif
memungkinkan
tidak
b. Kelemahan
tidak
tidak
come
Ciri Epidemiologi Deskriptif
a. Studi Kasus
1. satu kasus diteliti oleh beberapa orang untuk mendapatkan karakterisktik kasus
2. biasanya dilakukan terhadap kasus penyakit yang jarang di temukan
3. hasil yang di harapkan berupa definisi kasus
b.Kasus Seri
sekumpulan kasus sejenis yang didistribusikan berdasarkan variable orang,
tempat, dan waktu untuk melihat kecenderungan
c. Studi Korelasi
1. unit pengamatan adalah populasi
2. bertujuan untuk meliahat kecenderungan tertentu
d. Cross Sectional
1. informasi mengenai variable yang dicurigai sebagai factor pemaparan dan out
come
2. jika diketahui dengan jelas mana yang menjadi pemaparan dan out come, serta
jelas kaitan hubungan sebab akibatnya.
Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan pembagianpembagian umur sebagai berikut :
a. Menurut tingkat kedewasaan :
0 - 14 tahun
15 - 49 tahun
5 - 9 tahun
10 - 14 tahun
2. Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih
tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria,
juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut.
Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik. Yang
pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau
perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya faktorfaktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum minuman keras, candu,
bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan
seterusnya). Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan
wanita, di Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih
bebas untuk mencari perawatan.
Di Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali
untuk beberapa penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih
tinggi pada kalangan pria.
3 . Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan
angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan
seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan,
pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh tempat tinggal.
Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk
pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat
perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas
sosial. Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator
tunggal bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas
Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor
yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
Ada tidaknya "gerak badan" didalam pekerjaan; di Amerika Serikat ditunjukkan
bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di kalangan mereka yang
mempunyai pekerjaan dimana kurang adanya "gerak badan".
Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi proses
penularan penyakit antara para pekerja.
Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan
di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak
dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, dan kanker. Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari
hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula memperhitungkan pengaruh
variabel umur dan jenis kelamin.
5. Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak
mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan sebagainya.
6. Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan
genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaanperbedaan didalam angka kesakitan atau kematian. Didalam mempertimbangkan
angka kesakitan atau kematian suatu penyakit antar golongan etnik hendaknya
diingat kedua golongan itu harus distandarisasi menurut susunan umur dan kelamin
ataupun faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian itu. Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan
mengenai pengaruh lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh yang
klasik dalam hal ini ialah penelitian mengenai angka kesakitan kanker lambung.
Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli di Jepang
dan keturunan Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit ini menjadi
kurang prevalen di kalangan turunan Jepang di Amerika Serikat. Ini menunjukkan
bahwa peranan lingkungan penting didalam etiologi kanker lambung.
7. Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka
kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda;
angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua
sebab makin meninggi dalam urutan tertentu. Diduga bahwa sebab-sebab angka
kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin dibandingkan dengan yang kawin ialah
karena ada kecenderungan orang-orang yang tidak kawin kurang sehat.
Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan dengan
penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang
berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit tertentu.
8. Besarnya Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena
penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
9. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti
penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu
keluarga besar karena besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal
berdesak-desakan didalam rumah yang luasnya terbatas hingga memudahkan
penularan penyakit menular di kalangan anggota-anggotanya; karena persediaan
harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin pula tidak dapat
membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.
10. Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan
kesehatan si ibu maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat
kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas
tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu seperti
asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis dan seterusnya. Tapi kesemuanya
masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
b. Sifat karakteristik tentang Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk
perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai
etiologi penyakit.
Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :
1. Batas daerah-daerah pemerintahan
2. Kota dan pedesaan
3. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai,
laut
atau padang pasir)
4. Negara-negara
5. Regional
Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit,
perbandingan menurut batas-batas alam lebih berguna daripada batas-batas
administrasi pemerintahan. Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di
suatu daerah dengan batas-batas alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus
seperti temperatur, kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas permukaan laut,
keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar
1. Susunan umur
2. Susunan kelamin
3. Kualitas data
4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.
Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin,
memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan menggunakan
data yang berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan hatihati, sebab data tersebut belum tentu representatif dan baik kualitasnya.
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain
mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :
1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
2. Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene
perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
4. Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya
penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya
disebabkan oleh adanya "reservoir" infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes
aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya
agen penyebab penyakit. Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim ditemukan
tetapi tidak ada sumber infeksi disebut "receptive area" untuk demam kuning.
Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang
frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah
dimana terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi
(endemic goiter) di daerah yang kekurangan yodium.
4. metod of analogy
yaitu persamaan suatu factor dengan factor lain yang sudah diketahui sebagai
penyebab penyakit atau sebaliknya
tabel
grafik
chart/diagram
TABEL
Yaitu: sutau kumpulan data yang disusun dalam kolom dan baris. Tabel yang
dikenal dengan nama statistikcal table merupakan cara sederhana yang banyak
digunakan pada penyajian data dalam bentuk yang mudah dipahami.
Suatu tabel yang baik adalah tabel yang menggambarkan kesatuan, sebagai
suatu cerita lengkap yang berhubungan dengan sekumpulan data. Dengan kata lain
tujuan tabel adalah memperlihatkan frekuensi kejadian kategori yang berbeda.
Bagian-bagian dari tabel
1. nomor tabel
2. judul tabel yang menerangkan siapa
3. tabel kolom
4. tabel baris
5. badan data
6. total
7. catatan kaki
pada dasarnya ada dua jenis tabel, yaitu: tabel biasa dan tabel distribusi
frekuensi
a. tabel biasa
digunakan untuk bermacam keperluan guna menginformasikan data dari hasil
penelitian atau penyelidikan.
Tabel penderita demam berdarah, kecamatan cakung Jakarta. 1987
No
Nama
Umur
Sarif
10
Kali-laki
SD
Yani
15
Perempuan
SMP
Dinda
14
Perempuan
SMP
Dst
b. Tabel distribusi frekuensi
Dsb
adalah penyusunan suatu data mulai dari terkecil sampai terbesar yang
membagi banyaknya data kedalam beberapa kelas.kegunaan data yang masuk
adalah untuk memudahkan dalam penyajian data, mudah dibaca, dan mudah
dipahami sebagai bahan informasi.
Tabel JUMLAH PENDERITA BARU TBC MENURUT GOLONGAN UMUR DI
INDONESIA TAHUN 1973
Golongan umur
Julah kasus
0-4
1.242
5-14
1.081
15-24
2.842
25-44
8.153
45-64
10.916
65 <
7.124
Total
30.998
2. Grafik
suatu metode untuk menyajikan data kuantitatif dengan menggunakan system
koordinat (x dan y). ada juga yang mengidentifikasikan sebagai lukisan pasang surutya
suatau keasaan dengan garis atau gambar.
Macam-macam grafik
Apabila data yang disusun rapi berbentuk distribusi frekuensi dapat di
gambarkan dengan cara membuat grafik. Dari bermacam-macam bentuk grafik yang
paling sering di gunakan yaitu: histogram dan polygon frekuensi
a. Histogram
adalah grafik yang menggambarkan distribusi frekuensi dengan bentuk
beberapa segi empat kegunaan: untuk mengambarkan kurva epidemic, cara terbaik
membuat
histogram
dengan
menggunakan
kelas
interval
yang
sama,
bila
menggunakan kelas interval yang tidak sama harus diingat total area consespt table
b. Poligon Frekuensi
gunanya: bila ingin menyajikan 2 set lebih data dalam distribusi frekuensi. Di bentuk
bedasarkan histogram dengan menghubungkan titik tengah kelas interval pada ketiggian
frekuensi distribusinya.
3.chart/diagram
adalah suatu cara penyajian data statistic dengan menggunakan satu koordinat.
Gunanya adalah untuk membandingakan besarnya perbedaan beberapa kejadian.
Macam-macam diagram.chart
Diagram batang, (bar chart), diagram garis, dan diagram lingkaran
a. Diagram Batang
digambarkan dalam bentuk balok yang mempunyai kolom lebar dan dipisahkan oleh sauatu
jarak. Panjang balok dalah nilai proporsi dari frekuensi kejadian Dapat disajikan dalam
posisi vertical atau pun horizontal Gambar
b. Diagram Garis
gunanya. Menggambarkan perubahan nilai dalam satuan waktu. Diagram ini hanya
dapat menyajikan data kuantiatif. Angka pada axis dapat dimulai dari nol, tapi dapat juga
tidak tabel
c. Diagram Lingkaran ( pie chart )
adalah bentuk penyajian berupa berupa circle yang dibagi - bagi berdasarkan proprsi
kejadian terhadap keseluruhan. Digunakan untuk penyajian data berbentuk kategori yang
dinyatakan dalam persentase Table
. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.