Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Epidemiologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang
jumlah dan penyebaran penyakit pada masyarakat serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dari batasan yang seperti ini terlihat bahwa epidemiologi
berbeda dengan ilmu kedokteran klinik, karena objek perhatian epidemiologi
bukanlah perorangan, melainkan suatu kelompok manusia sebagai masyarakat.
Tergantung dari ruang lingkup yang dipelajari, epidemiologi dapat dibedakan atas
dua macam yakni epidemiologi deskriptif jika hanya mempelajari tentang jumlah dan
penyebaran penyakit serta epidemiologi analitik jika telah pula mempelajari tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah dan penyebaran penyakit dalam
masyarakat.
Gambaran tentang jumlah penyakit dalam epidemiologi disimbolkan dengan
angka insidens dan prevalens. Angka insidens lebih menunjuk kepada derajat
penularan suatu penyakit, sedangkan angka prevalens lebih menunjuk kepada
beban upaya kesehatan. Penyebaran penyakit dalam epidemiologi sering dibedakan
atas tiga macam yakni penyebaran menurut ciri-ciri manusia, tempat dan waktu.
Penyebaran menurut ciri-ciri manusia yang lazim dipergunakan adalah menurut
umur, jenis kelamin, suku bangsa, ras, kerentanan tubuh terhadap penyakit,
pendidikan, pekerjaan dan status sosial lainnya. Penyebaran menurut tempat
dibedakan atas penyebaran lokal, nasional, regional dan internasional. Sedangkan
penyebaran menurut waktu adalah yang menggambarkan perubahan siklik suatu
penyakit, apakah bersifat menetap sepanjang waktu, berubah menurut perubahan
waktu dan ataupun musim. Perpaduan antara jumlah dan penyebaran penyakit ini
dapat menggambarkan keadaan suatu penyakit, apakah bersifat endemi, epidemi,
pandemi ataupun sporadik. Ambil contoh untuk pandemi misalnya,di sini penyakit

menyerang banyak orang (jumlah dan ciri manusia), dalam suatu wilayah yang luas
(tempat) serta dalam saat yang singkat (waktu).
Jika dibandingkan dengan epidemiologi analitik, maka epidemiologi deskriptif yang
memberikan keterangan tentang jumlah dan penyebaran penyakit tersebut lebih
bersifat sederhana. Karena itulah sering disebutkan, pekerjaan epidemiologi
deskriptif seyogyanya dilanjutkan dengan epidemiologi analitik, karena dengan
epidemiologi analitik akan dapat dikumpulkan berbagai keterangan untuk
memberikan jawaban yang tuntas tentang keadaan suatu penyakit. Sekalipun
epidemiologi deskriptif lebih sederhana daripada epidemiologi analitik, bukanlah
berarti lebih mudah dilakukan. Masalah utama yang ditemukan pada epidemiologi
deskriptif adalah pada pengumpulan data, baik yang menyangkut sumber, jumlah
data yang dikumpulkan dan ataupun cara pengumpulan data yang dipergunakan.
Jika pengumpulan data ini tidak tepat, tentu mudah diperkirakan bawa kesimpulan
yang dihasilkanpun tidak tepat pula. Teknik pengumpulan data pada epidemiologi
deskriptif banyak macamnya. Yang sering dipergunakan adalah survai penyakit yang
dibedakan pula atas survai insidens dan survai prevalens serta teknik survailens.
Pada survai penyakit akan didapatkan gambaran tentang frekuensi penyakit melalui
pelaksanaan survai yang dirancang khusus, sedangkan pada survailens, gambaran
tersebut diperoleh melalui pencatatan sistematis yang dilakukan secara
berkelanjutan. Epidemiologi deskriptip terutama menganalisis masalah yang ada
dalam suatu populasi tertentu serta menerangkan keadaan dan sifat masalah
tersebut, termasuk berbagai faktor yang berhubungan erat dengan timbulnya
masalah tersebut

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu Epidemiologi Deskriptif ?
2. Dapat mengetahui adanya masalah kesehatan dengan menjelaskan siapa yang
terkena dan di mana serta kapan kejadiannya
3. Dapat menggambarkan pola-pola kejadian penyakit dengan variable orang, tempat,
dan waktu.
4. Epidemiologi Deskriptif umumnya dilaksanakan jika tersedia informasi yang
diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan faktor yang berhubungan dengan
penyakit
1.3. Tujuan
1. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat
diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang
2. Untuk mengindetifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap
masalah kesehatan menjadi dasar suatu formulasi hipotesis
3. Untuk memperkiraan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok
1.4. Manfaat
1. Makalah ini merupakan salah satu bahan informasi khususnya bagi kalangan
masyarakat
2. Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat
secara umum dan mahasiswa fakultas Kesehatan Sekolah Tinggi ilmu kesehatan
secara khusus menjadi salah satu bahan bacaan bagi seluruh mahasiswa

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Defenisi
Epidemiologi deskriptif adalah Studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah
atau frekuensi dan distribusi penyakit atau Suatu studi yang menggambarkan pola-pola
kejadian penyakit disuatu daerah berdasarkan variabel orang, tempat, dan waktu.
Epidemiologi deskriptif umumnya dilaksanakan jika tersedia sedikit informasi yang
diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan faktor yang berhunbungan dengan
penyakit. Epidemiologi deskriptif menggambarkan status kesehatan masyarakat diambil
dari data yang sudah ada atau dari sebuah survey.
Tujuan dan Kegunaan
1. Menyediakan data dasar dari perencanaan, penyediaan dan penilain upaya
pelayanan kesehatan di suatu populasi
2. Menilai kecenderungan pemaparan dalam populasi atau antar populasi
3. Memperoleh petunjuk tentang etiologi penyakit untuk dilanjutkan dengan studi
analitik atau intervensi
Kekuatan dan Kelemahan
a.Kekuatan
relatif

lebih mudah dan lebih murah

memungkinkan

dikumpulkan data penting factor resiko potensial

tidak

banyak menimbulkan masalah etik

b. Kelemahan
tidak

dapat menguji hipotesis etiologic

tidak

dapat membuat kesimpulan hubungan kausalitas anatara pemaparan dan out

come
Ciri Epidemiologi Deskriptif
a. Studi Kasus
1. satu kasus diteliti oleh beberapa orang untuk mendapatkan karakterisktik kasus
2. biasanya dilakukan terhadap kasus penyakit yang jarang di temukan
3. hasil yang di harapkan berupa definisi kasus
b.Kasus Seri
sekumpulan kasus sejenis yang didistribusikan berdasarkan variable orang,
tempat, dan waktu untuk melihat kecenderungan
c. Studi Korelasi
1. unit pengamatan adalah populasi
2. bertujuan untuk meliahat kecenderungan tertentu
d. Cross Sectional

1. informasi mengenai variable yang dicurigai sebagai factor pemaparan dan out
come
2. jika diketahui dengan jelas mana yang menjadi pemaparan dan out come, serta
jelas kaitan hubungan sebab akibatnya.

Didalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit


berubah menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang
(person), tempat (place) dan waktu (time).
a. Sifat karakteristik tentang Orang (Person)
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan,
golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
1. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikanpenyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini
orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau
kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur
yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan
cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau
kematian dan apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan
pengelompokan umur pada penelitian orang lain. Didalam mendapatkan laporan
umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang kebanyakan masih buta huruf
hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas agama,
guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala
mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah.

Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan pembagianpembagian umur sebagai berikut :
a. Menurut tingkat kedewasaan :
0 - 14 tahun
15 - 49 tahun

: bayi dan anak-anak


: orang muda dan dewasa

50 tahun keatas : orang tua


b. Interval 5 tahun : Kurang 1 tahun
1 - 4 tahun
5 - 9 tahun
10 - 14 tahun, dan sebagainya.

c. Untuk mempelajari penyakit anak :


0 - 4 bulan
5 - 10 bulan
11 - 23 bulan
2 - 4 tahun

5 - 9 tahun
10 - 14 tahun
2. Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih
tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria,
juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut.
Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik. Yang
pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau
perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya faktorfaktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum minuman keras, candu,
bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan
seterusnya). Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan
wanita, di Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih
bebas untuk mencari perawatan.
Di Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali
untuk beberapa penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih
tinggi pada kalangan pria.
3 . Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan
angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan
seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan,
pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh tempat tinggal.
Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk
pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat
perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas
sosial. Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator
tunggal bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas

dasar jenis pekerjaan seseorang yakni 1 (profesional), 2 (menengah), 3 (tenaga


terampil), 4 (tenaga setengah terampil) dan 5 (tidak mempunyai keterampilan).
Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis
pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara
kelas sosial dan angka kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari pula dalam
hubungan dengan umur, kelamin.
4. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa
jalan yakni:
Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan
seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang
dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.

Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor
yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
Ada tidaknya "gerak badan" didalam pekerjaan; di Amerika Serikat ditunjukkan
bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di kalangan mereka yang
mempunyai pekerjaan dimana kurang adanya "gerak badan".
Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi proses
penularan penyakit antara para pekerja.

Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan
di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak
dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, dan kanker. Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari
hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula memperhitungkan pengaruh
variabel umur dan jenis kelamin.
5. Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak
mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan sebagainya.
6. Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan
genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaanperbedaan didalam angka kesakitan atau kematian. Didalam mempertimbangkan
angka kesakitan atau kematian suatu penyakit antar golongan etnik hendaknya
diingat kedua golongan itu harus distandarisasi menurut susunan umur dan kelamin
ataupun faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian itu. Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan
mengenai pengaruh lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh yang
klasik dalam hal ini ialah penelitian mengenai angka kesakitan kanker lambung.
Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli di Jepang
dan keturunan Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit ini menjadi
kurang prevalen di kalangan turunan Jepang di Amerika Serikat. Ini menunjukkan
bahwa peranan lingkungan penting didalam etiologi kanker lambung.

7. Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka
kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda;
angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua
sebab makin meninggi dalam urutan tertentu. Diduga bahwa sebab-sebab angka
kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin dibandingkan dengan yang kawin ialah
karena ada kecenderungan orang-orang yang tidak kawin kurang sehat.
Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan dengan
penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang
berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit tertentu.

8. Besarnya Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena
penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
9. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti
penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu
keluarga besar karena besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal
berdesak-desakan didalam rumah yang luasnya terbatas hingga memudahkan
penularan penyakit menular di kalangan anggota-anggotanya; karena persediaan
harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin pula tidak dapat
membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.

10. Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan
kesehatan si ibu maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat
kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas
tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu seperti
asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis dan seterusnya. Tapi kesemuanya
masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
b. Sifat karakteristik tentang Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk
perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai
etiologi penyakit.
Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :
1. Batas daerah-daerah pemerintahan
2. Kota dan pedesaan
3. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai,
laut
atau padang pasir)
4. Negara-negara
5. Regional
Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit,
perbandingan menurut batas-batas alam lebih berguna daripada batas-batas
administrasi pemerintahan. Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di
suatu daerah dengan batas-batas alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus
seperti temperatur, kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas permukaan laut,
keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar

dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan kesehatan,


bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan,
faktor-faktor sosial budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau
pengembangan kesehatan, sifat-sifat lingkungan biologis (ada tidaknya vektor
penyakit menular tertentu, reservoir penyakit menular tertentu, dan susunan
genetika), dan sebagainya.

Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologi suatu penyakit


menular dapat digambar dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah, yang akan
diuraikan nanti. Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan
pedesaan, faktor-faktor yang baru saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan. Hal
lain yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa
terhadap pola penyakit, di kota maupun di desa itu sendiri. Migrasi antar desa
tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan penyebaran penyakit
menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya. Peranan
migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola penyakit di berbagai daerah
menjadi lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan darat, udara dan laut;
lihatlah umpamanya penyakit demam berdarah.
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi suatu
penyakit dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah dan pada
menyelidikan-penyelidikan mengenai kaum migran. Didalam memperbandingkan
angka kesakitan atau angka kematian antar daerah (tempat) perlu diperhatikan
terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat) :

1. Susunan umur
2. Susunan kelamin
3. Kualitas data
4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.
Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin,
memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan menggunakan
data yang berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan hatihati, sebab data tersebut belum tentu representatif dan baik kualitasnya.
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain
mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :
1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
2. Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene
perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
4. Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya
penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya
disebabkan oleh adanya "reservoir" infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes
aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya
agen penyebab penyakit. Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim ditemukan
tetapi tidak ada sumber infeksi disebut "receptive area" untuk demam kuning.

Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang
frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah
dimana terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi
(endemic goiter) di daerah yang kekurangan yodium.

c. Sifat karakteristik tentang Waktu (Time)


Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan
dasar didalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit
menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat
panjangnya waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan, maka dibedakan :
1. Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsung
beberapa jam, hari, minggu dan bulan.
Fluktuasi Jangka Pendek
Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi
keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau
minggu), epidemi cacar (beberapa bulan).
Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa :
a. Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan
atau
hampir bersamaan.
b. Waktu inkubasi rata-rata pendek.

2. Perubahan-perubahan secara siklus dimana perubahan-perubahan angka


kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.
Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan dimana timbulnya
dan memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang
tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini
dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi.
Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian suatu
penyakit yang ditularkan melalui vektor secara siklus ini adalah berhubungan
dengan :
1. Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang
bersangkutan, yakni apakah temperatur atau kelembaban memungkinkan
transmisi.
2. Adanya tempat perkembangbiakan alami dari vektor sedemikian banyak untuk
menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi.
3. Selalu adanya kerentanan
4. Adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang rentan yang
menyebabkan mereka terserang oleh "vektor bornedisease" tertentu.
5. Tetapnya kemampuan agen infektif untuk menimbulkan penyakit.
6. Adanya faktor-faktor lain yang belum diketahui. Hilangnya atau berubahnya
siklus berarti adanya perubahan dari salah satu atau lebih hal-hal tersebut di
atas.

Penjelasan mengenai timbulnya atau memuncaknya penyakit menular yang


berdasarkan pengetahuan yang kita kenal sebagai bukan vektor borne secara siklus
masih jauh lebih kurang dibandingkan dengan vektor borne diseases yang telah kita
kenal. Sebagai contoh, belum dapat diterangkan secara pasti mengapa wabah
influensa A bertendensi untuk timbul setiap 2-3 tahun, mengapa influensa B timbul
setiap 4-6 tahun, mengapa wabah campak timbul 2-3 tahun (di Amerika
Serikat). Sebagai salah satu sebab yang disebutkan ialah berkurangnya penduduk
yang kebal (meningkatnya kerentanan) dengan asumsi faktor-faktor lain tetap.
Banyak penyakit-penyakit yang belum diketahui etiologinya menunjukkan variasi
angka kesakitan secara musiman. Tentunya observasi ini dapat membantu didalam
memulai dicarinya etiologi penyakit-penyakit tersebut dengan catatan-catatan bahwa
interpretasinya sulit karena banyak keadaan yang berperan terhadap timbulnya
penyakit juga ikut berubah pada perubahan musim, perubahan populasi hewan,
perubahan tumbuh-tumbuhan yang berperan tempat perkembangbiakan, perubahan
dalam susunan reservoir penyakit, perubahan dalam berbagai aspek perilaku
manusia seperti yang menyangkut pekerjaan, makanan, rekreasi dan sebagainya.
Sebab-sebab timbulnya atau memuncaknya beberapa penyakit karena
gangguan gizi secara bermusim belum dapat diterangkan secara jelas. Variasi
musiman ini telah dihubung-hubungkan dengan perubahan secara musiman dari
produksi, distribusi dan konsumsi dari bahan-bahan makanan yang mengandung
bahan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan gizi maupun keadaan kesehatan
individu-individu terutama dalam hubungan dengan penyakit-penyakit infeksi dan
sebagainya.
3. Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu
yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut "secular trends".

2.2. RUMUSAN HIPOTESIS


Hasil dari suatu studi deskriptif adalah rumusan hipotesis, dimana hipotesis tersebut
dapat diperoleh dengan berapa metode, yaitu :
1. metod of difference ( metode perbedaan )
yaitu adanya suatu factor pada suatu peristiwa dimana pada peristiwa lain
factor tersebut tidak muncul
2. metod of agreement ( metode persamaan )
yaitu : munculnya suatu peristiwa selalu bersamaan dengan munculnya suatu
factor
3. metod of co-joint variation ( metode variasi )
yaitu : perubahan frekuensi suatu peristiwa selalu mengikiti perubahan
frekuensi suatu factor

4. metod of analogy
yaitu persamaan suatu factor dengan factor lain yang sudah diketahui sebagai
penyebab penyakit atau sebaliknya

2.3. PENYAJIAN DATA


Sebenarnya dalam penyajian data epidemologi berbagai cara dapat di tempuh
dimana suatu barisan angka-angka dapat disusun dan dimanipulasikan sedemikain rupa
sehingga ada atau tidak adanya perbedaan pada suatu hal yang diamatai dapat terlihat
dengan jelas. Pada prisipnya penyajian data ini mempunyai tujuan menyajikan apa yang di
perole kesimpulan. Tujuan ini dapat tercapai bila penyajian data dibuat sederhana, ringkas
dan jelas. h dalam bentuk visualisasi sehingga mudah di pahami, dimengerti dan dianalisa
serta ditarik
Bentuk-bentuk penyajian data
Pada prinsipnya bentuk-bentuk penyajian data dikelompokkan ada 2 yaitu:
1. penyajian data dalam bentuk kalimat/tulisan
penyajian data yang disusun dalam bentuk kalimat untuk mengnungkapkan data
secara tertulis. Ucapan-ucapan dalam dialog yang mengungkapkan data juga termasuk
dalam kategori ini.
2. penyajian data dalam bentuk angka dan gambar
o

tabel

grafik

chart/diagram

TABEL

Yaitu: sutau kumpulan data yang disusun dalam kolom dan baris. Tabel yang
dikenal dengan nama statistikcal table merupakan cara sederhana yang banyak
digunakan pada penyajian data dalam bentuk yang mudah dipahami.
Suatu tabel yang baik adalah tabel yang menggambarkan kesatuan, sebagai
suatu cerita lengkap yang berhubungan dengan sekumpulan data. Dengan kata lain
tujuan tabel adalah memperlihatkan frekuensi kejadian kategori yang berbeda.
Bagian-bagian dari tabel
1. nomor tabel
2. judul tabel yang menerangkan siapa
3. tabel kolom
4. tabel baris
5. badan data
6. total
7. catatan kaki

pada dasarnya ada dua jenis tabel, yaitu: tabel biasa dan tabel distribusi
frekuensi
a. tabel biasa
digunakan untuk bermacam keperluan guna menginformasikan data dari hasil
penelitian atau penyelidikan.
Tabel penderita demam berdarah, kecamatan cakung Jakarta. 1987
No

Nama

Umur

Jenis kelamin Pendidikan

Sarif

10

Kali-laki

SD

Yani

15

Perempuan

SMP

Dinda

14

Perempuan

SMP

Dst
b. Tabel distribusi frekuensi

Dsb

adalah penyusunan suatu data mulai dari terkecil sampai terbesar yang
membagi banyaknya data kedalam beberapa kelas.kegunaan data yang masuk
adalah untuk memudahkan dalam penyajian data, mudah dibaca, dan mudah
dipahami sebagai bahan informasi.
Tabel JUMLAH PENDERITA BARU TBC MENURUT GOLONGAN UMUR DI
INDONESIA TAHUN 1973

Golongan umur

Julah kasus

0-4

1.242

5-14

1.081

15-24

2.842

25-44

8.153

45-64

10.916

65 <

7.124

Total

30.998

2. Grafik
suatu metode untuk menyajikan data kuantitatif dengan menggunakan system
koordinat (x dan y). ada juga yang mengidentifikasikan sebagai lukisan pasang surutya
suatau keasaan dengan garis atau gambar.

Macam-macam grafik
Apabila data yang disusun rapi berbentuk distribusi frekuensi dapat di
gambarkan dengan cara membuat grafik. Dari bermacam-macam bentuk grafik yang
paling sering di gunakan yaitu: histogram dan polygon frekuensi
a. Histogram
adalah grafik yang menggambarkan distribusi frekuensi dengan bentuk
beberapa segi empat kegunaan: untuk mengambarkan kurva epidemic, cara terbaik
membuat

histogram

dengan

menggunakan

kelas

interval

yang

sama,

bila

menggunakan kelas interval yang tidak sama harus diingat total area consespt table
b. Poligon Frekuensi
gunanya: bila ingin menyajikan 2 set lebih data dalam distribusi frekuensi. Di bentuk
bedasarkan histogram dengan menghubungkan titik tengah kelas interval pada ketiggian
frekuensi distribusinya.
3.chart/diagram
adalah suatu cara penyajian data statistic dengan menggunakan satu koordinat.
Gunanya adalah untuk membandingakan besarnya perbedaan beberapa kejadian.
Macam-macam diagram.chart
Diagram batang, (bar chart), diagram garis, dan diagram lingkaran

a. Diagram Batang
digambarkan dalam bentuk balok yang mempunyai kolom lebar dan dipisahkan oleh sauatu
jarak. Panjang balok dalah nilai proporsi dari frekuensi kejadian Dapat disajikan dalam
posisi vertical atau pun horizontal Gambar
b. Diagram Garis
gunanya. Menggambarkan perubahan nilai dalam satuan waktu. Diagram ini hanya
dapat menyajikan data kuantiatif. Angka pada axis dapat dimulai dari nol, tapi dapat juga
tidak tabel
c. Diagram Lingkaran ( pie chart )
adalah bentuk penyajian berupa berupa circle yang dibagi - bagi berdasarkan proprsi
kejadian terhadap keseluruhan. Digunakan untuk penyajian data berbentuk kategori yang
dinyatakan dalam persentase Table

. BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.

Anda mungkin juga menyukai