Defisiensi Vit A
Defisiensi Vit A
KONSEP MEDIS
A. Definisi
B. Etiologi
Xeroftalmia disebabkan oleh kekurangan vitamin A yang dipicu oleh kondisi gizi kurang atau
buruk. Kerap terjadi pada bayi lahir berat badan rendah, gangguan akibat kurang yodium (GAKY) serta
anemia gizi ibu hamil.
Kelompok rentan xeroftalmia adalah anak dari keluarga miskin, anak di pengungsian,
anak di daerah yang pangan sumber vitamin A kurang, anak kurang gizi atau lahir dengan berat badan
rendah, anak yang sering menderita penyakit infeksi (campak, diare, tuberkulosis, pneumonia) serta
cacingan serta anak yang tidak mendapat imunisasi serta kapsul vitamin A dosis tinggi.
a. Konsumsi makanan yang kurang / tidak mengandung cukup Vitamin A atau pro vitamin A untuk
jangka waktu lama
b. Bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif
c. Gangguan penyerapan vitamin A
d. Tingginya angka infeksi pada anak (gastroenteritis/diare)
C. Patofisiologi
Terjadinya defisiensi vitamin A berkaitan dengan berbagai faktor dalam hubungan yang
komplek seperti halnya dengan masalah KKP. Makanan yang rendah dalam vitamin A biasanya juga
rendah dalam protein, lemak dan hubungannya antar hal-hal ini merupakan faktor penting dalam
terjadinya defisiensi vitamin A.
Xeroftalmia merupakan mata kering yang terjadi pada selaput lendir (konjungtiva) dan kornea
(selaput bening) mata. Xeroftalmia yang tidak segera diobati dapat menyebabkan kebutaan. Xeroftalmia
terjadi akibat kurangnya konsumsi vitamin A pada bayi, anak-anak, ibu hamil, dan menyusui.
Patogenesis xeroftalmia terjadi secara bertahap;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
C. Intervensi
1. Gangguan sensori-perseptual: Visual berhubungan dengan ditandai dengan gangguan penerimaan
sensori/ status organ indra.
c.
Intervensi
-
Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuanya memperbesar kuranglebih 25%,
penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada.
Letakkan barang yang dibutuhkan/ posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang tak
dioperasi
Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung.
Gangguan penglihatan/ iritasi dapt berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata. Tetapi secara bertahap
menurun denganpenggunaan. Catatan: Iritasi local harus dilaporkan ke dokter, tetap jangan
hentikan penggunaan obat sementara.
2. Resiko tinggi terhadap degenerasi ditandai dengan peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, dan
kehilangan vitreus.
Criteria hasil
a. Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
b. Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk
melindungi diri dari cedera.
c. Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Intervensi.
-
Beri pasien posisi berstandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
Dorong napas dalam, bentuk untuk bersihkan paru.
Anjurkan menggunakan tekhnik manajemen stress contoh bimbingan imajinasi, visualisasi,
napas dalam danlatihan relaksasi.
3. Kurang pengetahuan (Kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosisditandai dengan tidak mengenalk
sumber informasi, salah interpretasi informasi
Criteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan pengobatan
b. Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi