Anda di halaman 1dari 6

BAB II

KONSEP MEDIS
A. Definisi

Xeroftalmia adalah kelainan mata akibat kekurang vitamin A. Sebelum terdeteksi


menderita xeropthalmia, biasanya penderita akan mengalami buta senja. Gejala xeropthalmia
terlihat pada kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata.
Kekeringan berlarut-larut menyebabkan konjungtiva menebal, berlipat-lipat, dan berkerut.
Selanjutnya pada konjungtiva akan tampak bercak putih seperti busa sabun (bercak
Bitot).Selanjutnya, kornea akan melunak dan terjadi luka (tukak kornea). Jika kornea telah putih
atau bola mata mengempis terjadi kebutaan permanen yang tak bisa dipulihkan lagi.
Kekurangan vitamin A adalah suatu keadaan dimana simpanan vitamin A dalam tubuh
telah menipis atau berkurang, keadaan ini sangat berbahaya atau berpengaruh buruk terhadap
kesehatan tubuh, karena kalau anak yang kekurangan vitamin A lalu menderita suatu penyakit
maka penyakit tersebut akan lebih parah dan dapat mengenai berbagai organ tubuh, mulai dari
organ-organ sistem pernapasan sampai sistem kekebalan.
Kekurangan vitamin A umumnya sangat berkaitan dengan penyakit diare, campak, dan
pneumonia, akan lebih lama proses penyembuhannya daripada anak-anak yang cukup vitamin A,
kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kebutaan dan lebih banyak terancam jiwanya.

B. Etiologi
Xeroftalmia disebabkan oleh kekurangan vitamin A yang dipicu oleh kondisi gizi kurang atau
buruk. Kerap terjadi pada bayi lahir berat badan rendah, gangguan akibat kurang yodium (GAKY) serta
anemia gizi ibu hamil.
Kelompok rentan xeroftalmia adalah anak dari keluarga miskin, anak di pengungsian,
anak di daerah yang pangan sumber vitamin A kurang, anak kurang gizi atau lahir dengan berat badan
rendah, anak yang sering menderita penyakit infeksi (campak, diare, tuberkulosis, pneumonia) serta
cacingan serta anak yang tidak mendapat imunisasi serta kapsul vitamin A dosis tinggi.

Faktor yang menjadi penyebab tingginya kasus Xeroftalmia adalah:

a. Konsumsi makanan yang kurang / tidak mengandung cukup Vitamin A atau pro vitamin A untuk
jangka waktu lama
b. Bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif
c. Gangguan penyerapan vitamin A
d. Tingginya angka infeksi pada anak (gastroenteritis/diare)
C. Patofisiologi
Terjadinya defisiensi vitamin A berkaitan dengan berbagai faktor dalam hubungan yang
komplek seperti halnya dengan masalah KKP. Makanan yang rendah dalam vitamin A biasanya juga
rendah dalam protein, lemak dan hubungannya antar hal-hal ini merupakan faktor penting dalam
terjadinya defisiensi vitamin A.
Xeroftalmia merupakan mata kering yang terjadi pada selaput lendir (konjungtiva) dan kornea
(selaput bening) mata. Xeroftalmia yang tidak segera diobati dapat menyebabkan kebutaan. Xeroftalmia
terjadi akibat kurangnya konsumsi vitamin A pada bayi, anak-anak, ibu hamil, dan menyusui.
Patogenesis xeroftalmia terjadi secara bertahap;
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Buta senja (XN)


Xerosis konjungtiva (X1A)
Xerosis konjungtiva dan bercak bitot (X1B)
Xerosis kornea (X2)
Keratomalasia dan ulserasi kornea (X3A/ X3B)
Xeroftalmia Scars (XS)

Diagnosis penderita xeroftalmia dapat diperoleh dengan memakai cara diagnostic :


1. Tes Schirmer
2. Tes Break-up Time

3. Tes Ferning Mata


4. Sitologi Impresi
5. Pemulasan Fluorescein
6. Pemulasan Rose Bengal
7. Pengujian kadar lisozim air mata
8. Osmolalitas air mata
9. Laktoferin
D. Pencegahan Dan Pengobatan
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral atau 100.000 IU Vitamin A injeksi.


Hari berikutnya, berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral
1 2 minggu berikutnya, berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral
Obati penyakit infeksi yang menyertai
Obati kelainan mata, bila terjadi
Perbaiki status gizi

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan

Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :


1. Biodata pasien
2. Keluhan utama
Pasien akan mengeluh biasanya penglihatn rabun.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang sama atau penyakit yang lainnya.
4. Riwayat tumbuh kembang
a. Tahap pertumbuhan
b. Tahap perkembangan.
5. Riwayat imunisasi
Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO I,II,
III; DPT I, II, III; dan campak
6. Riwayat nutrisi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan sensori-perseptual: Visual berhubungan dengan ditandai dengan gangguan penerimaan
sensori/ status organ indra.
2. resiko tinggi terhadap degenerasi ditandai dengan peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, dan
kehilangan vitreus.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis ditandai dengan tidak mengenal sumber
informasi, salah interpretasi informasi.

C. Intervensi
1. Gangguan sensori-perseptual: Visual berhubungan dengan ditandai dengan gangguan penerimaan
sensori/ status organ indra.

Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal


kriteria Hasil:
a. Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
b. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan

c.

Memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan

Intervensi
-

Observasi tanda-tanda dan gejala- gejala diorientasi


Perhatikan tentang suram/ penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi
menggunakan tetes mata.

Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan


kehilangan penglihatan.

Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuanya memperbesar kuranglebih 25%,
penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada.

Letakkan barang yang dibutuhkan/ posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang tak
dioperasi
Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung.
Gangguan penglihatan/ iritasi dapt berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata. Tetapi secara bertahap
menurun denganpenggunaan. Catatan: Iritasi local harus dilaporkan ke dokter, tetap jangan
hentikan penggunaan obat sementara.

2. Resiko tinggi terhadap degenerasi ditandai dengan peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, dan
kehilangan vitreus.
Criteria hasil
a. Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
b. Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk
melindungi diri dari cedera.
c. Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan.

Intervensi.
-

Beri pasien posisi berstandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
Dorong napas dalam, bentuk untuk bersihkan paru.
Anjurkan menggunakan tekhnik manajemen stress contoh bimbingan imajinasi, visualisasi,
napas dalam danlatihan relaksasi.

Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi


Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

3. Kurang pengetahuan (Kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosisditandai dengan tidak mengenalk
sumber informasi, salah interpretasi informasi

Criteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan pengobatan
b. Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi

Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi


Tanyakan tehnik yang benar untuk pemberian tetes mata
Nasehatkan kepada pasien untuk melaporkan dengan cepat nyeri mata hebat
Diskusikan perlunyan diet

Anda mungkin juga menyukai