Semua sepakat. Itulah formula yang dapat mengangkat umat Islam dari
ketertinggalannya, dan mengantarkan mereka pada suatu kebangkitan yang
didambakannya. Namun pertanyaannya sekarang, sudah seberapa jauhkan umat Islam
memahami Al-Quran? Dan sudahkah umat Islam mengamalkan Quran?
Tanpa pemahaman dan pengalaman yang benar terhadap Al Quran, maka label sebaikbaik manusia itu tidak akan berarti apa-apa, kualitas khoiru ummah akan sirna.
Gerbang utama untuk mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat adalah dengan ilmu,
sedangkan ilmu yang paling utama adalah mempelajari Al-Quran dan mempelajari
makna-makna yang terkandung di dalam Al-Quran, serta mengamalkan ilmu tersebut,
bukan hanya hafalan yang kosong dari pemahaman maknanya.
Keutamaan majelis talim Al-Quran, dan yang menguatkan hal ini adalah sabda
Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam: Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam satu
rumah dari rumah-rumah Allah Taala -yang mereka membaca Al-Quran dan mengkaji
makna-makna di dalamnya di antara sesama mereka-, melainkan akan diturunkan kepada
mereka ketenangan dan rahmat yang meliputi mereka, para Malaikat akan menaungi
mereka dan Allah Taala akan menyebut nama-nama mereka di sisi-Nya. (HR. Abu
Dawwud, dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Taala anhu).
Mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya di mesjid-mesjid adalah amalan
mutawwatir yang terus diamalkan kaum muslimin dari satu generasi ke generasi lainnya,
bersamaan dengan perbedaan zaman-zaman mereka dan berjauhannya kota-kota mereka.
Termasuk saksi dari generasi awwal terhadap masalah ini adalah perkataan Suwaid ibni
AbdilAziiz berikut:
Adalah dahulu Abu Darda Radhiyallahu Taala anhu jika selesai melaksanakan shalat
shubuh di mesjid jami Damaskus, beliau mengumpulkan manusia untuk membaca AlQuran.