Anda di halaman 1dari 7

UU No.

36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan :


mendefinisikan Tenaga Kesehatan sebagai setiap orang yang mengabadikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam tenaga medis (dokter, dokter gigi, dokter
spesialis dan dokter gigi spesialis), tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga
kebidanan, tenaga kefarmasian, Tenaga Kesehatan masyarakat, Tenaga Kesehatan lingkungan,
tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisan medis, tenaga teknik biomedika, Tenaga
Kesehatan tradisional , dan Tenaga Kesehatan lain. enaga Kesehatan yang termasuk dalam
kelompok tenaga kefarmasian menurut UU Tenaga Kesehatan ini adalah apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian (Diploma D3). Tenaga teknis kefarmasian meliputi sarjana farmasi, ahli
madya farmasi, dan analis farmasi.

UU No.51 tahun 2009 Tentang Pekerjaan Farmasi :


Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, yang
dimaksud dengan apotek adalah suatu sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya
praktek kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud adalah pembuatan
termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Pekerjaan kefarmasian juga meliputi

UU No.35 tahun 2014 Tentang Pelayanan Kefarmasian :


1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, meliputi : perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
2. Pelayanan Farmasi Klinik, meliputi : pengkajian Resep, dispensing, Pelayanan Informasi
Obat (PIO), konseling, Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care),
Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi
tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien (Menkes RI, 2014).

PENGERTIAN :
NARKOTIKA : zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya


sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh :
ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium, Shabu , Extacy

Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin, benzetidin, dan betametadol.

Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : kodein , Bufrenofin..
PSIKOTROPIKA : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan pada aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika golongan I adalah dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui
manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya. Contoh: MDMA, LSD, STP,

dan ekstasi.
Psikotropika golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contoh : amfetamin, metamfetamin, dan metakualon.

Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : lumibal, buprenorsina, dan fleenitrazepam.

Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : nitrazepam (BK, mogadon, dumolid ) dan
diazepam.

GOLONGAN MAAG
Obat obat yang diberikan dikelompokkan berdasarkan mekanisme kerjanya :
- Mengurangi produksi asam lambung ranitidine, omeprazol,
- Menetralkan asam lambung antasida
- Memberi perlindungan terhadap mukosa lambung sukralfat
- Membunuh mikroorganisme H. pylori klaritromisin, amoksisilin, metronidazol

Penyakit maag bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu sakit maag fungsional dan
sakit maag organik. Berikut penjelasannya:
1. Sakit maag fungsional, yaitu sakit maag yang jika dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
dengan diteropong saluran cerna bagian atas (endoskopi) tidak didapati kelainan secara
anatomis.
2. Sakit maag organik, yang jika diperiksa dengan endoskopi akan didapatkan kelainan
secara anatomi. Misalnya luka pada lambung dan usus dua belas jari, polip pada
kerongkongan dan lambung serta kanker pada organ pencernaan tersebut.
Penyakit maag juga memiliki beberapa tahapan dari mulai ringan hingga akut. Dan jika
dibiarkan terus-menerus tanpa pengobatan, bisa mengarah kepada kanker lambung. Berikut
ini beberapa tahapan dalam penyakit maag:
1. Maag ringan
Maag ringan masih tergolong tahap ringan dimana biasanya setiap orang sudah berada di
tahap ini, jika dilakukan pemeriksaan akan terlihat asam lambung berlebih di bagian dinding.
2. Maag sedang
Maag pada tahap ini sudah menyebabkan nyeri, sakit dan mual yang menyakitkan.
3. Maag kronis
Maag kronis adalah maag yang sudah parah intensitasnya di bandingkan maag sedang,
kemungkinan terjadi peradangan atau luka pada mukosa lambung.
4. Maag Akut
Adalah kondisi lambung yang sudah parah, dapat terjadi karena terdapat borok, infeksi pada
lambung, maupun infeksi mikroorganisme merugikan yaitu Helycobacter Pylori.
5. Kanker lambung
Ini sudah merupakan tahap yang sangat berbahaya dan perlu segera mendapatkan penanganan
medis.

1. Antasid : Promag, Mylanta, dll. Antacid menetralkan asam lambung sehingga cepat
mengobati gejala.
2. Penghambat asam (acid blocker) : Jika antacid tidak cukup untuk mengobati gejala,
dokter biasanya meresepkan obat penghambat asam antara lain simetidin, ranitidine
atau famotidin.

3. Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton). Sesuai dengan namanya, obat ini
menghambat pompa didalam sel penghasil asam. Contohnys adalah omeprazol,
lansoprazol, dll.

GOLONGAN DIABETES

1. Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe 1 disebabkan karena kerusakan ataupun karena kelainan genetik
pada sel sel yang ada di pankreas, sehingga pankreas tidak bisa menghasilkan unsulin
yang cukup untuk mengubah kadar gula dalam darah menjadi energi.penyakit
diabetes tipe 1 ini sering menyerang mereka yang memiliki badan kurus, dan
umumnya terjadi pada remaja
2. Diabetes tipe 2
Berbeda dengan diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 ini bukan karena hormon
insulin tidak di produksi tubuh, melainkan hormon insulin ada di dalam tubuh dalam
jumlah yang cukup namun respon tubuh terhadap hormon insulin berkurang, atau
terjadinya resistensi insulin sehingga tidak efektifnya kemampuan tubuh dalam
memanfaatkan hormon insulin yang dihasilkan pankreas. umumnya penyakit ini
menyerang orang-orang obesitas atau kelebihan berat badan
3. Diabetes tipe gestasional
Diabetes tipe gestasional ini diemukan akibat berbagai pengaruh hormon
lain, biasanya pada masa kehamilan akibat pengaruh plasenta yang berujung pada
hiperglikemia.

Golongan obat diabetes


Golongan

Senyawa

Mekanisme Kerja

Sulfonilurea

Gliburida/Glibenklam
ida
Glipizida
Glikazida
Glimepirida
Glikuidon

Merangsang sekresi insulin di


kelenjar pankreas, sehingga
hanya
efektif pada penderita diabetes
yang
sel-sel pankreasnya masih
berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinide

Merangsang sekresi insulin di


kelenjar pankreas

Turunan

Nateglinide

Meningkatkan kecepatan sintesis

fenilalanin

insulin oleh pankreas

Biguanida

Metformin

Bekerja langsung pada hati


(hepar),
menurunkan produksi glukosa
hati.
Tidak merangsang sekresi insulin
oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindi
on

Rosiglitazone
Troglitazone
Pioglitazone

Meningkatkan kepekaan tubuh


terhadap
insulin.
Berikatan
dengan
PPAR (peroxisome proliferator
activated receptor-gamma) di
otot,
jaringan lemak, dan hati untuk
menurunkan resistensi insulin

Inhibitor glukosidase

Acarbose
Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim


pencenaan yang mencerna
karbohidrat, sehingga
memperlambat absorpsi glukosa
ke
dalam darah

ANALGESIK DAN ANTIPIRETIK


A. Penggolongan Obat-Obat Analgesik Dan Antipiretik
1. analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.
2. Analgetik adalah adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran.
3. Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetikantipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu
tubuh yang tinggi.
4. Antiinflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan
yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat
mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk mengaktifasi atau merusak
organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat
perbaikan jaringan.

Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan yaitu :


a.

Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)


Secara farmakologis praktis OAINS dibedakan atas kelompok salisilat (asetosal,
diflunisal) dan non salisilat.

b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika


Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium
atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau
menghilangkan rasa nyeri. Tetap semua analgesik opioid menimbulkan
adiksi/ketergantungan.
Ada 3 golongan obat ini yaitu :
Obat yang berasal dari opium-morfin,
Senyawa semisintetik morfin, dan
Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin (Anonim B, 2006).
1. Mekanisme Kerja Obat Analgesik
a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim
siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya
adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok
pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah
yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri .

b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika


Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam
pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgesiknya dan efek
sampingnya. Kebanyakan analgesik OAINS diduga bekerja diperifer
menggunakannya, sedangkan piroksikam mempunyai waktu paruh paling panjang
(45 jam) (Gilang, 2010).

1. Contoh Obat Analgesik


a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)
Acetaminophen, Aspirin, Celecoxib, Diclofenac, Etodolac, Fenoprofen,
Flurbiprofen Ibuprofen, Indomethacin, Ketoprofen, Ketorolac, Meclofenamate,
Mefanamic acid Nabumetone, Naproxen, Oxaprozin, Oxyphenbutazone,
Phenylbutazone, Piroxicam Rofecoxib, Sulindac, Tolmetin.
b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Alfentanil, Benzonatate, Buprenorphine, Butorphanol, Codeine, Dextromethorphan
Dezocine, Difenoxin, Dihydrocodeine, Diphenoxylate, Fentanyl, Heroin
Hydrocodone, Hydromorphone, LAAM, Levopropoxyphene, Levorphanol
Loperamide, Meperidine, Methadone, Morphine, Nalbuphine, Nalmefene,
Naloxone, Naltrexone, Noscapine Oxycodone, Oxymorphone, Pentazocine,
Propoxyphene , Sufentanil (Anchy, 2011).

Anda mungkin juga menyukai