Anda di halaman 1dari 11

CASE REPORT

ABNORMAL UTERINE BLEEDING

PEMBIMBING:
dr. Wahdi Sirajuddin Sp.OG

Disusun Oleh:

Silvia Marischa

KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JEND. AHMAD YANI METRO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

CASE REPORT
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD JENDERAL AHMAD YANI METRO
A. IDENTITAS
Nama
Umur
Suku / Bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
No. MR
Tanggal Masuk RS

Istri
Ny. M
47 tahun
Jawa
Islam
SMP
Ibu Rumah Tangga
Raman Utara
296269
21 Juli 2016

Tanggal Keluar RS

Pukul 19:00 WIB


25 Juli 2016

B. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 21 Juli 2016, pukul 19:59 WIB
1. Keluhan
Utama

: Perdarahan dari vagina sejak 2 minggu SMRS secara terus


menerus dengan jumlah banyak.

Tambahan

: Lemas, pusing.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan perdarahan dari vagina sejak 2 minggu
SMRS. Sejak haid terakhir perdarahan terjadi secara terus menerus
dengan jumlah banyak. Darah merah segar, ganti 4-5 kali pembalut.
Dalam 2 hari terakhir jumlah perdarahan berkurang. Siklus haid
memanjang 6-14 hari. Lemas dan pusing juga dirasakan pasien.
Disarankan untuk dilakukan kuret di rumah sakit.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada.
5. Riwayat Mentruasi
Menarche

: 14 tahun

Lama menstruasi

: 7 hari

Siklus menstruasi

: 28 hari

Kuantitas

: ganti pembalut 2-3 kali/ hari penuh

Kualitas

: tidak terdapat nyeri haid

6. Riwayat Perkawinan
Menikah satu kali, pada usia 23 tahun, tahun
7. Riwayat Kontrasepsi
Tidak ada.
8. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan ibu rumah tangga, suami pasien bekerja sebagai buruh
lepas. Pasien mengaku tidak merokok tapi merupakan perokok pasif, tidak
minum alkohol, tidak minum jamu-jamuan, tidak mengkonsumsi narkoba
atau obat lainnya

C.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
KU

: lemah

Kesadaran : compos mentis


TD

: 150/70 mmHg

: 99 x/menit

RR

: 22 x/menit

Suhu

: 36,5 C

Status general
Kepala

: Normochepal

Mata

: konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), penurunan visus (-)

THT

: dalam batas normal

Mulut dan gigi

: perdarahan gusi (-)

Leher

: JVP normal, massa (-)

Thorax:
Cor:

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat


Palpasi

: iktus kordis teraba di ICS 5 MCLS

Perkusi

: batas jantung tidak ada kelainan

Auskultasi: S1S2 tunggal regular murmur (-)


Pulmo:

Inspeksi

: simetris pada saat statis dan dinamis

Palpasi

: VF N/N

Perkusi

: Sonor / sonor

Auskultasi

: Vesikuler +/+ Rhonki-/- Wheezing -/-

Abdomen : Inspeksi

: Perut cembung

Auskultasi

: Bising usus (+)

Perkusi

: Pekak, shifting dullness (+)

Palpasi

: Terdapat nyeri tekan suprapubis.

Extremitas

: Dingin (-), edema(-)

Status Obstetri
TFU: 2 Jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik
Inspeksi dan pemeriksaan RT

: perdarahan aktif (+)

Terdapat robekan perineum 6-7cm namun elum mengenai sfingter


ani
VT: Dilakukan eksplorasi manual tidak ada sisa plasenta. Stolsel (+)

D.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah 25 Juli 2016:
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
GDS
Golongan darah
HbS Ag

: 2,8 r/dl
: 7,9 %
: 0,86 10^3 g/dl
: 16,6 10^3 g/dl
: 130.000
: 187 mg/dl
: B/+
: non reaktif

Laboratorium Darah 20 Juli 2016:


Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
HbS Ag
E.

: 8,8 r/dl
: 22,6 %
: 2,8 10^3 g/dl
: 24,33 10^3 g/dl
: 98.000
: non reaktif

RESUME
Pasien P1A0 datang ke kamar bersalin RSUD A. Yani, rujukan dari bidan
dengan Perdarahan Pasca Persalinan. Dari autoanamnesis didapatkan os
mengalami perdarahan 7 jam sejak setelah melahirkan. os mengaku lemas
dan pusing. Jumlah perdarahan diakui pasien banyak, berwarna merah segar.
Alloanamnesis dengan bidan dikatakan Os melahirkan anak pertama di
bidan secara spontan 7 jam SMRS, lahir bayi laki-laki dengan BBL 3000gr
dan PB 48cm, plasenta lahir spontan dan lengkap.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital tekanan darah 100/60
mmHg. Pada pemeriksaan fisik konjungtiiva anemis (+). Pada pemeriksaan
status obstetrik didapatkan TFU 2 jari bawah pusat dengan kontraksi uterus
baik, dari Inspeksi dan pemeriksaan RT didapatkan perdarahan aktif (+)
Terdapat robekan perineum 6-7cm namun belum mengenai sfingter ani.

Pada pemeriksaan VT didapatkan portio sesuai dengan bentuk portio post


partum, dilakukan eksplorasi manual, hasilnya tidak ada sisa plasenta,
stolsel (+). Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb: 2,3 g/dl, leukosit:
16600/uL, Trombosit: 130000/uL, Hematokrit: 7,9%.
F.

DIAGNOSA
P1A0 Perdarahan post partum ec Ruptur Perineum post partum spontan
Anemia ec Perdarahan

G.

PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa:
-

Bedrest

Transfusi darah PRC sampai dengan Hb >10 gr/dl

Observasi ketat TTV dan kontraksi uterus

Pemasangan DC

Hecting Perineum

Medikamentosa:
1. Pasang infus 2 jalur:
a. IVFD RL+ Oksitosin 2 ampul gtt X x/ menit
b. Nacl 0,9% gtt X x/menit
2. Cefotaxim 1gr/12jam
3. Omephrazole 40mg/24jam
4. Asam traneksamat 2x500mg
5. Metergin 1x1 ampul
6. Vit K 3x1
I.

KONTROL ISTIMEWA
(Di ruang VK)
Waktu

Suhu

Nadi

Tekanan Darah

Pernafasan

Diuerese

( oC )

( x/m)

(mm/Hg)

( x/m )

12.00

36,5

100

100/50

20

1000cc

12.15

36,2

69

100/80

20

1000cc

H.

12.30

36,6

74

100/70

20

12.45

36,3

80

100/60

21

100cc

13.00

36,5

79

100/70

24

200cc

13.30

36,4

83

110/70

23

400cc

14.00

36,6

72

110/70

22

700cc

14.30

36,4

96

110/70

24

900cc

15.30

36,7

83

110/70

24

1200cc

16.30

36,7

76

110/70

24

300cc

17.30

36,7

84

110/70

24

900cc

18.30

36,6

90

110/70

22

1100cc

19.30

36,7

90

110/70

24

1400cc

PROGNOSIS
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad functionam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam

I. FOLLOW UP
19/7/2016

20/7/2016

Perdarahan pervaginam (-), penurunan


kesadaran (+), nyeri (+).

Perdarahan pervaginam (-), kontraksi (+),


lemas (+),mual (+), muntah (-), BAB (-)
BAK dbn.

TD: 120/70, Nadi: 76 x/menit, Suhu: 36,7oC,


RR: 20x/menit

TD: 110/80, Nadi: 92 x/menit, Suhu: 36,1oC,


RR: 20x/menit

Mata: CA +/+
Abdomen:
Inspeksi: supel
Palpasi: Nyeri tekan (-)
Perkusi: Tymphani
Auskultasi: BU (+)

Mata: CA +/+
Abdomen:
Inspeksi: supel
Palpasi: Nyeri tekan (-)
Perkusi: Tymphani
Auskultasi: BU (+)

TFU: 2 jari dibawah pusat


Kontraksi: baik
Inspeksi: v/u tenang, perdarahan aktif (-)

TFU: 2 jari dibawah pusat


Kontraksi: baik
Inspeksi: v/u tenang, perdarahan aktif (-)

Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
HbS Ag

Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
HbS Ag

A
P

: 2,8 r/dl
: 7,9 %
: 0,86 10^3 g/dl
: 16,6 10^3 g/dl
: 130.000
: non reaktif

PPH ec Ruptur Perineum


Anemia mikrositik normokrom
IVFD RL 20 tpm + NaCl 0,9%
Inj. Cefotaxim (antibiotik)
Inj. Omeprazol (PPI)
Asam Tranexamat (anitfibrinolitik)
Metergin (Uterotonika)
Vitamin K
Transfusi PRC (4 kolf)

: 8,8 r/dl
: 22,6 %
: 2,8 10^3 g/dl
: 24,33 10^3 g/dl
: 98.000
: non reaktif

PPH ec Ruptur Perineum


Anemia mikrositik normokrom
IVFD RL 20 tpm
Inj. Cefotaxim (antibiotik)
Inj. Omeprazol (PPI)
Asam Tranexamat (anitfibrinolitik)
Metergin (Uterotonika)
Vitamin K

Tranfusi PRC 1 kolf (250cc) dengan


target Hb 10g/dl

ANALISIS KASUS
Seorang pasien perempuan, berusia 25 tahun, P1A0 datang ke
Kamar Bersalin RSUD A. Yani dirujuk dari bidan dengan keluhan keluar
darah dari jalan lahir sejak melahirkan 2 jam SMRS. Diagnosis HPP ec
ruptur perineum pada P2A0 ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
maupun pemeriksaan penunjang.
Pada data anamnesis, didapatkan keluhan utama pasien adalah
keluar darah dari jalan lahir sejak melahirkan dibidan 7 jam SMRS
berwarna merah terang dan banyak, pasien tidak dapat memperkirakan
jumlah darah yang keluar namun pasien mengaku mengganti balutan
berkali-kali. Keluhan keluar darah dari jalan lahir disertai dengan lemas.
Dari alloanamnesis dengan bidan perujuk didapatkan pasien melahirkan
secara spontan 9 jam SMRS, lahir bayi laki-laki dengan BBL 3000gr dan
PB 48cm, plasenta lahir spontan dan lengkap. 2 jam kemudian pasien
mengalami perdarahan kurang lebih sebanyak 600cc, kemudian pasien pun
dirujuk ke RS Mawar dan ke RSUD A. Yani, Metro.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD : 100/30 mmHg, N :
117x/menit, S : 37.1C, P : 24 x/menit. Status generalis didapatkan
konjungtiva anemis, lainnya dalam batas normal. Status obstetrik
didapatkan TFU 2 jari bawah pusat dengan kontraksi uterus baik, pada
inspeksi dan pemeriksaan RT didapatkan perdarahan aktif (+) dan terdapat
robekan pada perineum 6-7cm namun robekan tidak mengenai sfingter ani.
Pada pemeriksaan VT didapatkan portio sesuai dengan bentuk portio post
partum, dilakukan eksplorasi manual, hasilnya tidak ada sisa plasenta,
stolsel (+). Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb: 2,3 g/dl, leukosit:
16600/uL, Trombosit: 130000/uL, Hematokrit: 7,9%.
Perdarahan pascapersalinan adalah perdarahan pervaginam 500 cc
atau lebih setelah bayi lahir. Definisi lain menyebutkan perdarahan
pascapersalinan adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih setelah
kala III selesai (setelah plasenta lahir). Pada pasien didapatkan
perdarahan dari jalan lahir yang terus terjadi hingga 2 jam pasca

persalinan, dan jumlah darah yang keluar diperkirakan >650cc sehingga


pasien ini dapat digolongkan menjadi perdarahan pascapersalinan.
Karena perdarahan terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam, maka
diklasifikasikan dalam perdarahan pasca persalinan primer.
Berdasarkan teori, HPP dapat disebabkan dari 4T yaitu, Tonus,
Tissue, Tear, dan Trombin. Pada kasus ini didapatkan kontraksi baik
dengan tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat. Dari hasil eksplorasi
intrakavum tidak didapatkan adanya sisa plasenta. pada inspeksi dan
pemeriksaan RT didapatkan perdarahan aktif (+) dan terdapat robekan
pada perineum 6-7cm namun robekan tidak mengenai sfingter ani. Pada
pemeriksaan VT didapatkan portio sesuai dengan bentuk portio post
partum, dilakukan eksplorasi manual, hasilnya tidak ada sisa plasenta,
stolsel (+). Maka penyebab perdarahan pasca bersalin pada pasien ini
adalah ruptur perineum derajat II. Robekan pada jalan lahir yang terjadi
bisa ringan (lecet, laserasi), luka episiotomi, robekan perineum spontan
derajat ringan sampai ruptur perineum totalis (sfringter ani terputus),
robekan pada dinding vagina, forniks uteri, serviks, portio, daerah sekitar
klitoris dan uretra dan bahkan yang terberat ruptura uteri. Oleh karena itu,
pada setiap persalinan hendaklah dilakukan inspeksi yang teliti untuk
mencari kemungkinan adanya robekan ini. Perdarahan yang terjadi saat
kontraksi uterus baik, biasanya, karena ada robekan atau sisa plasenta.2
Pada pasien direncanakan untuk repair perineum, kemudian pasien
direncanakan untuk rawat ruangan untuk rencana tranfusi karena
didapatkan pada pemeriksaan laboratorium darah, pasien mengalami
anemia ec perdarahan dengan Hb 2,3 gr/dL. Transfusi yang diberikan
adalah PRC 5 kolf (250cc) sampai target Hb 10gr/dL. Indikasi
pemberian PRC pada pasien ini adalah untuk meningkatkan daya angkut
oksigen pada perempuan dengan anemia dan merupakan pengobatan
terpilih untuk perdarahan akut. Sel Darah Merah dimampatkan (PRC)
yang dikombinasi dengan cairan kristaloid (salin normal, ringer laktat,
atau ringer asetat) dapat diberikan sebagai penganti darah lengkap (whole
blood) pada hampir semua jenis perdarahan, namun ketika jumlah

kehilangan darah melebihi 25% dari volume darah maka yang diberikan
adalah darah lengkap. Selain itu diberikan juga antibiotik profilaksis
sebagai pencegahan terhadap infeksi. Antibiotik yang diberikan adalah
injeksi cefotaxim 2x1. Pemberian antibiotik profilaksis ini sesuai dengan
rekomendasi ACOG (American College of Obstetrics and Gynaecologist)
dan AAP (American Academy of Pediatrics) yaitu hanya diberikan pada
kasus persalian dengan faktor risiko infeksi, pada kasus ini karena pasien
telah dilakukan eksplorasi jalan lahir dan leukosit pada pasien ini
16.600u/L

10

Anda mungkin juga menyukai