Mahasiswa Baru
aru STIKKU 2009
SEKOLAH
EKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
(STIKKU)
2009
[Type text]
Page 1
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT. dengan rahmat-Nya sempurnalah yang baik, dengan
karunia-Nya turunlah segala kebaikan dan dengan taufik-Nya tercapailah segala tujuan. Bagi
Allah juga segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh apa saja yang dikehendaki-Nya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah saw sebagai
pendidik dan pembawa petunjuk bagi manusia dan sebagai hujjah atas semua manusia untuk
menyempurnakan akhlak mulia, untuk mengeluarkan dunia dari kegelapan menuju cahaya dan
menunjukkan mereka ke jalan Allah yang lurus. Semoga shalawat dan salam juga terlimpahkan
kepada keluarga Nabi saw, para sahabatnya dan orang yang mengikutinya dengan baik sampai
Hari Pembalasan.
Materi Mentoring Islam ini merupakan sebuah buku yang dipersembahkan oleh BEM
bagi para mahasiswa baru Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU). Buku ini hanyalah
sebuah piranti yang disusun untuk materi tarbiyah Islamiyah dalam rangka membentuk pribadi
generasi muda muslim yang memiliki pemahaman yang baik terhadap aqidah, syari'ah dan
akhlak Islam. Buku ini disajikan dalam bahasa yang sederhana, ringkas, dan padat.
Akhir kata, segala saran dan kritik bagi penyusunan buku ini sangat kami nantikan.
Semoga buku ini membawa kemashlahatan bagi umat.
Penyusun
BEM-Mentoring
Mentoring Agama Islam
Islam Transformatif
Secara historis Islam menjadi lambang perubahan, baik secara normatif sebagai
sebuah sistem teologi, maupun sebagai sebuah sistem sosial dan budaya yang
membawa perubahan nyata dalam kehidupan masyarakat.
Pembahasan
n mengenai Islam Transformatif memunculkan beberapa pertanyaan,
diantaranya, sebenarnya apa itu Islam transformatif,
t
, apa hubungan Islam transformatif
dengan realitas sosial. Munculnya pertanyaan-pertanyaan
pertanyaan pertanyaan di atas adalah wajar karena
wacana Islam transformatif merupakan suatu wacana yang relatif baru. Menurut Mirza
Sulfari (2008) Islam transformatif merupakan suatu langkah
langkah dimana Islam sebagai
suatu agama yang tidak hanya berbicara mengenai hubungan transendental antara
manusia dengan tuhannya tetapi Islam sebuah agama yang berbicara mengenai
hubungan manusia dengan manusia, baik secara sosial dan ekonomi.
Menurut Kuntowijoyo
owijoyo (1995) transformatif adalah perubahan bentuk. Jika
dikomparasikan (digabungkan) dengan Islam maka tercipta sebuah arti yaitu Islam
sebagai agama yang dapat merubah bentuk tatanan sosial dari kaum yang tertindas
(jahiliah)) hingga menjadi kaum yang tercerahkan.
tercerahkan. Spirit perubahan akan selalu hadir
dalam Islam untuk menciptakan masyarakat yang berkesadaran secara spiritual
maupun berkesadaran secara sosial (hubungan manusia dengan manusia). Didalam
islam transformatif memiliki 2 (dua) peran yaitu : 1. Peran
ran spiritual,
spiritual dimana peran ini
menjadi estafet awal terciptanya perubahan kehidupan masyarakat. Peran spiritual
yang memberikan suatu dinamika dalam kehidupan antara manusia dengan Tuhan
(sang pencipta) sekaligus menjadi sebuah landasan dalam menciptakan dan
membentuk suatu tatanan sosial yang sadar atas dirinya sebagai pemelihara alam dan
kehidupan sosial masyarakat. Unsur-unsur
Unsur unsur yang terdapat dalam peran spiritual ini
adalah melaksanakan shalat dan membaca al-Quran.
al
2. Peran humanitas,
humanitas peran ini
menjadi langkah
angkah selanjutnya dalam membentuk dinamika perubahan kehidupan
antara manusia dengan manusia. Masing-masing
Masing masing peran tersebut nantinya akan
menciptakan dan membentuk akuntabilitas (tanggung jawab) dan loyalitas (kesetiaan)
terhadap harmonisasi keutuhan bermasyarakat.
berma
Peran-peran
peran tersebut dimiliki Islam dalam menciptakan harmonisasi kehidupan
bersosial dan sekaligus sebagai fondasi keutuhan dalam menjalankan kehidupannya
sehari-hari.
hari. Banyak sekali orang beranggapan bahwa islam sebagai suatu agama yang
tidak menjaga harmonisasi kehidupan sosialnya. Harmonisasi kehidupan sosialnya
dalam rangkaian yang belakangan ini terjadi. Banyaknya kekerasan yang terjadi
menimbulkan anggapan-anggapan
anggapan anggapan miring di tubuh umat islam maupun di eksternal
umat islam. Anggapan suatu yang
yang dekat dengan kekerasan dan tidak memetingkan
toleransi dalam membangun kehidupan beragamanya menjadi hangat
diperbincangkan sekarang ini. Mungkin saja anggapan itu terjadi sekarang ini. Karena
jika melihat fenomena sekarang ini terjadi. Islam menjadi sorotan
sorotan publik. Banyaknya
media-media
media yang menyoroti
men oroti aktifitas kehidupan beragama yang melakukan aksinya
dengan sikap kekerasan. Tetapi tidak hanya kekerasan saja yang harus dilihat oleh
10
3. Membumikan Islam
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan Hari
Kiamat dan dia banyak menyebut Allah, (QS. al-Anfal [33]: 21).
Kemajemukan suatu bangsa seringkali menjadi pemicu konflik, baik antar
suku, budaya, maupun agama. Mayoritas umat manusia belum terbiasa hidup
rukun dalam perbedaan. Klaim kebenaran dan perasaan superior dari suku,
budaya, dan agama yang berbeda menjadi penyebab intoleransi hidup. Bahkan
satu sama lain cenderung ingin saling mendominasi. Latar belakang yang berbeda,
tak jarang menciptakan disharmoni dalam kehidupan berbangsa dan
bermasyarakat. Sikap anarkis yang dipertontonkan sebagian kelompok Islam
menunjukkan dangkalnya akidah mereka. Karena akidah yang murni dan kuat akan
membuahkan ibadah yang khusyuk, akhlak yang mulia, dan menjadi modal dakwah
yang luar biasa. Akidah yang murni dan kuat juga akan melahirkan sikap toleran
atas perbedaan yang merupakan sunnatullah.
Agama Islam mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan. Hal ini akan
melahirkan sikap toleran (tasamuh) yang pada akhirnya akan menciptakan
manusia-manusia yang beradab. Dalam konteks ini, menciptakan terwujudnya
masyarakat yang berdadab adalah bagian dari jihad. Karena itu, penyempitan
makna jihad hanya pada perjuangan fisik dan angkat senjata tidaklah tepat. Lebih
dari itu, tingkatan jihad yang tertinggi bukanlah perjuangan fisik atau angkat
senjata, melainkan jihad melawan hawa nafsu. Hal ini terungkap dalam sabda Nabi
Muhammad Saw sepulang dari Perang Badar.
Kemiskinan dan Kebodohan Umat
Umat Islam saat ini terkungkung dalam kemiskinan dan kebodohan. Dua
penyakit kronis ini hendaknya menjadi prioritas perjuangan para ulama, tokoh
Islam, dan pemimpin umat. Karena itu, menyiapkan SDM yang berkualitas, baik
melalui jalur pendidikan dan dakwah, harus dilakukan serta meningkatkan kualitas
keagamaan umat. Hal yang harus disadari, keterbelakangan umat Islam saat ini
disebabkan karena mereka jauh dari sumber ajaran mereka, yakni Al-Quran dan
Hadits. Karena itu, kunci sukses umat adalah selalu berpedoman dan berpegang
teguh pada keduanya. Selain itu, para ulama, tokoh, dan pemimpin umat harus
memasarkan agama Islam sebagaimana memasarkan agama Islam yang dibawa
11
12
13
14
BEM-Mentoring
Mentoring Agama Islam
15
16
17
18
19
BEM-Mentoring
Mentoring Agama Islam
Islam Humanis
Sejumlah studi menjelaskan bahwa corak keagamaan masyarakat dapat
dipolakan ke dalam dua kategori: corak agama otoritarian dan agama humanistik.
humanistik
Agama humanistik selalu mengajarkan kepada pemeluknya agar memandang manusia
dengan pandangan positif dan optimistis
optimistis serta menjadikan manusia sebagai makhluk
yang penting dan memiliki pilihan bebas.
Dengan kemauan bebasnya, manusia dapat memilih agama yang diyakini
benar. Manusia harus mengembangkan daya nalarnya agar mampu memahami diri
sendiri, untuk selanjutnya membangun relasi positif dan konstruktif dengan sesama
manusia serta menjaga kelestarian alam semesta.
Sebaliknya, agama otoritarian memandang manusia dengan pandangan negatif,
makhluk penuh dosa dan tidak punya pilihan bebas, tak berdaya, tak berarti, dan
serba-dependen.
dependen. Manusia hanya bisa pasrah secara mutlak kepada Tuhan. Ketaatan
menjadi amal utama, dan sebaliknya, ketidaktaatan dianggap dosa paling besar.
Dalam proses submisi ini, manusia menanggalkan kebebasan dan integritas diri
sebagai individu dengan janji memperoleh pahala berupa keselamatan dan kedekatan
dengan Tuhan. Ironisnya, ketaatan kepada Tuhan dalam implementasinya diwujudkan
dalam bentuk ketaatan kepada pimpinan.
Jadi, sebetulnya mereka taat kepada manusia yang mengklaim diri sebagai
wakil Tuhan, bukan kepada Tuhan yang sesungguhnya. Tidak heran jika pengikutnya
sangat bergantung
rgantung kepada pemimpin dan sangat loyal kepada organisasi. Agama
otoritarian selalu melahirkan bentuk kultus, radikalisme, dan fundamentalisme.
Pemimpin kelompok ini sangat mungkin berlaku sewenang-wenang
sewenang wenang serta pengikutnya
pun mampu melakukan kekerasan dan
d kekejaman. Lagi-lagi
lagi atas nama Tuhan dan atas
nama agama. Mengerikan!
Agama humanistik mendorong kepada sikap mencari kebenaran secara tulus
dan murni (hanafiyyah, kehanifan). Ini adalah sikap keagamaan yang benar, yang
menjanjikan kebahagiaan sejati dan
dan tidak bersifat mengihibur secara semu serta palsu
seperti halnya kultus dan fundamentalisme. Nabi menegaskan bahwa sebaik-baik
sebaik
agama di sisi Allah ialah al-hanafiyyah
al
al-samhah,
samhah, yaitu semangat mencari kebenaran
yang lapang, tidak sempit, toleran, bersifat
bersifat pluralis tanpa kefanatikan, dan tidak
membelenggu jiwa.
Beberapa hadits berikut menjelaskan kecaman Nabi SAW terhadap sahabatnya
yang fanatik dan ekstrem dalam kehidupan keagamaan.
Diriwayatkan bahwa istri 'Utsman bin Mazh'un berkunjung ke rumah para istri
i
Nabi dan mereka melihat istri Utsman dalam keadaan mencemaskan. Istri nabi
bertanya: ''Apa yang terjadi dengan dirimu? Tidak ada di kalangan kaum Quraysh
orang yang lebih kaya daripada suamimu!" Dia menjawab: ''Saya dan anak-anak
anak
tidak
mendapat apa-apaa dari dia. Sebab, jika malam dia beribadat, dan siang hari dia
berpuasa!" Mereka pun masuk kepada Nabi dan menceritakan hal tersebut.
20
21
1. Syariat Islam
Syariat memberikan garis pemisah antara hak-hak Allah (huquq Allah) dan hak-hak
hamba Allah (huquq al-ibad).
22
23
24
25
26
27
28
29
Interkulturalisme...
30
5. Ukhuwah Islamiyah.
Pada hakekatnya seluruh umat manusia adalah berada dalam bingkai
keluarga besar kemanusiaan. Al-Quran menceritakan bahwa semula umat
manusia itu merupakan satu umat, satu tujuan, satu haluan yang berupaya hidup
baik, berupaya menegakkan keadilan dan tidak saling menganiaya, bersatu tidak
bercerai-berai, hidup sejahtera dan bahagia. Tetapi karena mereka banyak yang
berbalik haluan, berselisih satu sama lain, kerusakan pun timbul. Untuk
mengembalikan mereka menjadi menjadi baik kembali, Allah mengutus para rasulNya untuk menggembirakan yang mau kembali kepada kebaikan dan
memperingatkan yang tetap durhaka. Pada rasul dibekali al-Kitab oleh Allah yang
membawa kepada kebenaran, guna dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum
terhadap perselisihan di kalangan umat manusia yang semula satu itu (QS 2:213).
Diutusnya rasul Allah ini secara berkesinambungan, berarti bahwa setiap
terjadi penyimpangan dari ajaran kebenaran yang dibawa oleh rasul Allah, maka
Allah mengutus rasul-Nya lagi untuk mengajak umat manusia kembali kepada jalan
yang benar. Hingga akhirnya datanglah Rasul pamungkas (khatamun nabiyyin),
Muhammad SAW., yang membawa misi rahmat kasih sayang Allah kepada semesta
alam (QS 21: 107). Menghadapi seruan serta ajakan rasul pamungkas itu seperti
umat terdahulu ada yang mau menerima dan ada yang pula dengan keras
menolak. Yang menerima ajakan Rasulullah Muhammad tergolong ke dalam umat
mukminin dan yang menolak tergolong kepada kafirin. Hubungan umat mukminin
dengan umat kafirin dipupuk dalam suasana kekeluargaan dan kedamaian, sehingga
selalu dapat menumbuhkan semangat kerja sama kemanusiaan yang serasi. Namun
kadang-kadang terjadi juga ketegangan dalam suasana persaingan, bahkan konflik
kepentingan. Padahal umat mukminin wajib melanjutkan misi dalam meratakan
rahmat dan kasih sayang Allah kepada seluruh manusia kepada kebaikan,
menyerukan yang maruf dan mencegah yang munkar menuju hidup yang sejahtera,
bahagian di bawah naungan ridha Allah (QS 3: 104). Al-Quran bahkan menegaskan
bahwa umat mukminin adalah umat terbaik yang dilahirkan di tengah-tengah
kehidupan manusia, karena misinya yang amat mulia yakni menyeluruh kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran dengan bekal iman kepada Allah (QS 3: 110).
Umat Mukmin Bersaudara
Untuk memungkinkan umat mukminin menunaikan kewajiban meratakan
rahmat Allah kepada seluruh umat manusia, melanjutkan risalah Nabi Muhammad
SAW., rasa persaudaraan (ukhuwah) di kalangan umat mukminin harus ditumbuh
suburkan. Bersaudara di kalangan umat mukminin merupakan tuntutan iman. Jika
tiba-tiba terjadi perselisihan di kalangan umat mukminin, maka harus segera
kembali didamaikan (QS 49: 10), sehingga akan tetap terjalin hubungan rasa wajib
saling menolong di antara sesama umat mukminin dalam menegakkan nilai
kebaikan dan menghindari nilai keburukan dalam kehidupan umat manusia (QS 9:
71). Rahmat Allah yang berupaya agama Islam adalah agama yang telah
disempurnakan, nikmat-Nya juga sempurna, serta telah diridhai menjadi anutan
manusia (QS 5: 3). Manusia ciptaan Allah akan terpenuhi dambaan untuk hidup
sejahtera dan bahagia, jasmani rohani, individual-sosial, meterial, dan dunia akhirat,
jika dengan tulus ikhlas menerima dan mematuhi ajaran agama Allah yang telah
31
32
33
34