Anda di halaman 1dari 58

BAB III

PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DESAIN RANGKA


DAN BODY
3.1 Diagram Alir Proses Perancangan
Data proses perancangan kendaraan hemat bahan bakar seperti terlihat
pada diagram alir berikut ini :
Mulai
Perhitungan Kekuatan Rangka
Menghitung Element Mesin
Baut
Menghitung Poros

Menghitung Bantalan

Perhitungan Pegas
Perhitungan Kendaraan
Berdasarkan Kapasitas Gesek

Perhitungan Gaya Hambat


Kendaraan
Gambar Teknik

Kesimpulan

Selesai
Gambar. 3.1 Diagram Alur Perancangan dan Perhitungan
47

3.2 Data dan Spesifikasi Kendaraan

Gambar 3.2 Kendaraan Hemat Bahan Bakar

Perencanaan kendaraan ini menggunakan mesin 4 langkah yang telah


dimodifikasi. Spesifikasi rangka kendaraan yang rencana akan dibuat :
a. Panjang

= 200 cm

b. Lebar

= 80 cm

c. Tinggi

= 110 cm

d. Jarak sumbu = 142 cm

3.3 Penghitungan Rangka


Perancangan

rangka

ini

dirancang

seringkas

mungkin

untuk

mengurangi beban yang berlebih pada rangka, tapi dalam perancangan tetap
memperhitungkan segala aspek yang diperlukan dalam perancangan. Selain
itu dalam pembuatan kendaraan ini juga mempertimbangkan proses perawatan
yang sangat penting untuk suatu kendaraan.

48

Dengan alternatif rangka yang ada, alternatif desain dengan model


rangka H merupakan alternatif yang terbaik untuk acuan pembuatan
kendaraan hemat bahan bakar. Karena untuk pembuatnnya lebih mudah dan
tidak terlalu banyak penyambungan. Dan satu rangka ini menjadi satu rangka
utama yang akan menompang mesin dan pengemudi.

Gambar 3.3 Rencana Rangka

Yang dimaksud rangka utama adalah bagian rangka yang memiliki


kelurusan dari depan sampai belakang atau tidak terdapat sambungan sehingga
akan didapat rangka yang lebih kuat.
Rancangan dibuat seperti gambar, dalam perkembangannya rangka
dibuat lebih rumit jika analisis kekuatan terbukti kuat maka rancangan riil bisa
lebih kuat. Tinjauan yang sesuai keadaan riil sulit dilakukan secara manual
dan perlu perangkat lunak.

49

Gambar 3.4 Diagram pembebanan

Keterangan gambar:
A, B

= Titik tumpu beban kendaraan

a, b dan c = Titik tumpu penampang


Wm

= Beban mesin

W1

= Beban orang di penampang 1

W2

= Beban orang di penampang 2

Pada analisis rangka kendaraan ini, data dari rangka dan beban statis utamanya
adalah:
1. mesin
2. pengemudi
3. chassis
Karena beban masing-masing diatas penempatannya simetris sama,
maka secara riil tiap-tiap roda baik samping kanan maupun kiri mendapat
pembebanan yang sama pula.

50

3.3.1. distribusi beban statis pada frame chassis kendaraan


1. Distribusi beban statis
1) Beban mesin didistribusikan ke sisi kanan dan sisi kiri rangka,
dengan data sebagai berikut:
Wm

= 35 kg

l1 l2 = 17 cm

Wm
A1 l1

l2

A2

MA1 = 0
Wm. l1 - A2. ( l1 + l 2 ) = 0
35.17 A2.34

=0
595
34

A2

A2

= 17,5 kg

MB = 0
A1
MC

= A2 = 17,5 kg

= 13,5.17
= 297,5 kg.cm

51

2) Beban pengemudi didistribusikan ke kanan dan ke kiri


a) Penampang 2
Beban di penampang 2 adalah beban pengemudi sebesar 56 kg,
karena beban ini diterima 2 penampang maka beban dibagi 2,
jadi beban yang digunakan untuk mengkalkulasi beban
dipenampang 2 adalah
W2 = 56 kg:2
=28 kg

l1 l 2 13 cm

W2
B1

l1

l2

B2

MA = 0
W2. l1 - B2. ( l1 + l 2 )

=0

28.13 B2.26

=0
364
26

B2

B2

= 14 kg

1. B1= B2 = 14 kg
MC

= 14.13 = 182 kg.cm

52

b) Penampang 1
Beban yang digunakan adalah beban dari penumpang yang
duduk telentang, jadi beban yang didapat adalah beban kaki
pengemudi.
W1 = 13 kg

l1 l 2 11,5 cm

W1
BR1

l1

l2

BR2

MA = 0
W2. l1 - BR2. ( l1 + l 2 ) = 0
13.11,5 BR2.23

MC

=0
149
23

BR2

BR2

= 6,5 kg

BR1

= BR2 = 6,5 kg

= 6,5.11,5 = 74,75 kg.cm

3) Perhitungan reaksi tumpuan rangka utama pada sumbu roda depan dan
belakang

53

Dari beban yang dihitung diatas, maka dapat digunakan sebagai


perhitungan. Beban yang diterima pada sumbu roda depan dan
belakang digambarkan dan dapat dihitung dengan data sebagai berikut:
A1 = 17,5 kg

l1 = 45 cm

B1 = 14 kg

l 2 = 14 cm

BR1= 6,5 kg

l3 = 73 cm

l 4 = 10 cm
A1
A

l1

C l2

B1

BR1
l3

E l4

MA = 0
A1. l1 + B1.( l1 + l 2 ) + BR1.( l1 + l 2 + l3 ) B. ( l1 + l 2 + l3 ) = 0
17,5. 45 + 14.59 + 6,5.132 B.142

=0

787,5 + 826+858 B.142

=0
B =

2471
,5

17
,405
kg
142

MB = 0
A A1.( l 2 + l3 + l 4 ) + B1.( l3 + l 4 ) + BR1. l 4 = 0
A 17,5.97 14.83 6.5.10

=0

A.142 1697,5 1162 65

=0
A =

MC

2924
,5
20
,595
kg
142

= A. l1
= 20,595.45 = 926,775 kg.cm

54

= A. ( l1 + l 2 ) A1. l 2

MD

= 20,595.59 17,5.14 = 970,105kg.cm


= A. ( l1 + l 2 + l3 ) A1. ( l 2 + l3 ) B1. l3

ME

= 20,595.132 17,5.87 14.73 = 174,04kg.cm

Gambar 3.5 SFD dan BMD beban rangka yang terjadi

3.3.2. Ditinjau dari tegangan geser


Bahan rangka alumunium paduan 1100 tegangan tarik 90-170MPa =
9,17kg/ mm

Angka keamanan : 8,

9,17
1,146kg / mm 2
8

Tegangan geser ijin bahan g 0,8. ijin 0,8.1,146 0,92kg / mm 2


Moment inersia bahan alumunium rangka

55

Gambar 3.6 Bentuk bahan rangka

Luas bahan rangka :


A

30
.
70

28
,
67
.
68
,
67
2
A

131
,23
mm

Moment inersia :

Ix

Gambar 3.7 Menghitung moment inersia

Maka moment inersianya adalah:

2
2
I

A
.
y

A
.
y
x
A
A
A
B
B
B

3
3

30
.
70
28
,
67
.
68
,
67
2
2

30
.
70
.
0

28
,
67
.
68
,
67
.
0
x
12

12

4
I

83844
,
550
mm
x

56

Dimana:
I x = Moment inersia

I A = Moment inersia bangun A


I B = Momnet inersia bangun B

y A = Titik berat A
y B = Titik berat B

Perhitungan tegangan yang terjadi pada rangka utama, maka yang mampu
diterima oleh rangka adalah :

F max
14

A
131,23

0,106kg / mm 2 ijin
Dimana:

= Tegangan (kg/mm 2 )

Fmax = Gaya normal (kg)


= Luas (mm 2 )

Ditinjau dari tegangan bengkok yang terjadi pada rangka utama


M
m
a
x 9
7
0
1
,0
5

Ix
8
3
8
4
4
,5
5

2
0,115kgm
/ m

ijin

57

3.3.3. Analisa titik berat

Gambar 3.8 Titik berat kendaraan

Data-data yang didapat:


Beban kendaraan kosong

= 52 kg

Beban pengemudi

= 70 kg

Beban total

= 122 kg

Massa gandar depan

= 16,5 kg

Massa gandar belakang

= 35 kg

Gambar 3.9 Analisa titik berat dari samping

58

Dimana:
TB = Titik berat
H = Tinggi titik berat
Lf = Jarak titik berat dari poros depan
Lr = Jarak titik berat dari poros belakng
L = Jarak sumbu roda
Wr = Beban di roda belakang
Wf = Beban di roda depan

Dari data tersebut didapatkan jarak titik berat dari poros roda depan
Lf =

mr .L
m

35.1420
122

= 407,47 mm

Jarak titik berat dari poros roda belakang


Lr =

m f .L
m

= 16,5.1420
122
= 192,05 mm

Tinggi titik berat


H = r+hf

59

Dimana,
hf =

m f .L m.Lr
m. tan

sin = r/L= 0,3/1,42

=0,21,

Sehingga,
hf =

m f .L m.Lr
m. tan
16,5.1,42 122.0,19
122. tan 0,21

0,25
0,05 m
0,45

H = r + hf
= 0,3+0,05= 0,35 m

3.4 Penghitungan Sambungan Rangka


3.4.1 Sambungan untuk penampang mesin
Beban mesin dan chassis

= 35 kg

Beban di titik A

= 17,5 kg = 171,675 N

Spesifikasi baut :
Baja liat dengan kandungan karbon 0,22(%)C
2
/mm
Tegangan tarik ijin a 6kg

Tegangan geser ijin

a(0
,5

0
,75
).

a
60

a 6kg / mm2 a 0,5.6 3kg / mm2


Model penyambungan adalah baut yang dibebani sejajar dan tegak lurus
sumbu baut.

Gambar 3.10 Sambungan baut (Sitanggang, N)

Pada rangka nyatanya penyambungan akan dilakukan seperti gambar


dibawah

61

Gambar 3.11 Pembebanan sambungan

Penyambungan dengan menggunakan plat profil L ukuran 25 x 25 x 3


yang memiliki tegangan tarik (terlampir) untuk menyambungkan
penampang dengan rangka utamanya..

Gambar 3.12 Plat L penyambung

Dengan penyambungan seperti itu maka baut mengalami gaya resultan,


maka:

Gambar 3.7 Gaya resultan

62

Ps
Gambar 3.13 Gaya resultan baut
karena penyambungan terdapat di sisi kanan dan kiri maka beban yang
diterima tiap bagian sambungan:

P
,
6755
A 171

85
,
837
N
2
2

Dan untuk gaya gesernya adalah

P
P
s
2
85
,837
P
42
,918
N
s
2

Torsi yang terjadi di tiap baut sebesar:

P
.
25
T

85
,
837
.
25

2145
,
944
N
.
mm

Gaya ( F1 ) yang terjadi terhadap baut:


Lebar plat 25 mm, karena sumbu baut berada tepat ditengah plat
penyambung, maka 25 : 2 = 12,5 mm
F1
.(12,5 2 12,5 2 )
12,5
312,5.F1
2145,944
12,5
26824,297
F1
312,5
F1 85,837 N

63

12,5
12,5
F2 85,837.1
F2 F1 .

F2 85,837 N

Gaya resultan yang terjadi:


2
2
F
F
R P
s
1
2
2
F
,918
85
,837
R 42

F
95
,969
N
R

Diameter baut

2
.d .
4
F .4
d2 R
.
95 ,969 .4
d2
3,14 .3
FR

d 40 ,75 6,38 mm

Dengan demikian baut yang akan digunakan adalah M8 dengan spesifikasi


baut sebagai berikut:
d = 8 mm

d1 = 6,647 mm

d 2 = 7,188 mm

P = 1,25 mm

H 1 = 0,677 mm

Gaya akibat pengencangan

= 10%.171,675 = 17,1675 N

64

Gaya total

= 171,675 + 17,1675 = 188,325 N

Faktor keamanan

= 1,2

Maka W adalah

= 188,325.1,2
= 225,99 N

Jumlah baut (n) untuk mengikat di rangka utama pada penampang mesin
adalah 8 baut, maka beban yang diterima baut (Ws):
W
total
W
s
n
225
,99
W
28
,25
N
s
8

Maka jumlah ulir ( z ) adalah:


Ws

.d
.q
2H
1
a

28
,25
z

0
,62
mm
3
,14
.7
,188
.0
,677
.3

Tinggi mur:
H = z.p
= 0,62.1,25 = 0,775 mm

Ukuran standar
H = 0,8.p
H = 0,8.1,25 = 1 mm

65

Besar tegangan geser yang terjadi, K untuk ulir metris 0,84

Ws

.
d
.
k
.p
.
z
28
,
25

2
,
08
N
/mm
3
,
14
.
6
,
647
.
0
,
84
.
1
,
25
.
0
,
62

Pembebanan tegangan geser aksial murni


Ws
2
.d1
4
28
,25
2
t
0,82
N/mm
3,14

.6,647
4

3.4.2 Sambungan untuk penampang pengemudi


Beban pengemudi total

= 70 kg

Beban diterima 2 penampang, 56:2 = 28 kg


Maka W adalah:
= m. f c
= 28.1,2 = 33,6 kg
Beban di titik A = 14 kg 137,34 N

Spesifikasi baut :
Baja liat dengan kandungan karbon 0,22(%)C
2
/mm
Tegangan tarik ijin a 6kg

66

Tegangan geser ijin

a(0
,5

0
,75
).

a 6kg / mm2 a 0,5.6 3kg / mm2


Sambungan yang digunakan untuk menyabung bagian ini berbeda dengan
sambungan sebelumnya. Sambungan ini model sambungan baut dengan 1
irisan (tegangan geser tegak lurus dengan sumbu baut).

Gambar 3.14 Pembebanan sambungan (Sitanggang, N)

Diameter inti baut


d=

4.m
.
4.33,6
= 4,22 mm
3,14.3

Untuk keamanan dipilih baut dengan diameter lebih besar, yaitu baut M6.
d = 6 mm

d1 = 4,917 mm

d 2 = 5,350 mm

P = 1 mm

H 1 = 0,541 mm

67

Karena penyambungan terdapat di sisi kanan dan kiri maka beban yang
diterima tiap bagian sambungan:
P
,
34
A 137

68
,67
N
2
2

Gaya akibat pengencangan


f = 10%.68,67 N
= 6,867 N
Gaya total = 68,67 + 6,867 = 75,537 N

Jumlah baut ( n ) 5, maka beban yang akan diterima baut adalah


Wtotal
n

Ws =

75
,537

15
,107
N
5

Maka jumlah ulir ( z ) adalah:


z

Ws
.d 2 H 1 .q a

15,107
0,55mm
3,14.5,350.0,541.3

Tinggi mur:
H = z.p
= 0,55.1 = 0,55 mm

68

Menurut standar:
H = 0,8.p
H = 0,8.1 = 0,8

Besar tegangan geser yang terjadi, K untuk ulir metris 0,84


Ws

.
d
.
k
.p
.z
1

15
,
107
2

2
,
12
N
/mm
3
,
14
.
4
,
917
.
0
,
84
.
1
.
0
,
55

Pembebanan tegangan geser aksial murni


Ws
2
.d1
4
15
,107
2
t
0,7959
N/mm
3,14

.4,917
4

3.5 Perencanaan dan Perhitungan Poros


Poros adalah bagian dari elemen mesin yang sangat penting. Bukan
hanya dalam permesinan produksi saja, pada kendaraan pun poros sangat
dibutuhkan untuk mendistribusikan tenaga ke roda supaya kendaraan dapat
berjalan sesuai harapan.
Dalam perancangan kendaraan ini terdapat dua poros yang perlu
direncanakan, yaitu:

69

3.5.1 Perencanaan poros utama ( poros belakang )

Gambar 3.15 Desain poros belakang

Perhitungan poros belakang jika dengan melihat dari pembebanan dan


kecepatan asumsi.
Massa yang akan diterima poros belakang 35 kg.
F = massa . grafitasi
F = 35 kg x 9,81 = 343,35 N

Maka W adalah:
f 343,35

l
25
W 13,734 N / cm
W

Berikut gambar dari gaya yang bekerja terhadap poros belakang kendaraan
W

A l1 C

l2

l3

70

MA = 0
l
2
W
.
l
.(

l
)

RB
.(
l

l
)
2
1
1
2
3
2

=0

25
13
,
74
.
25
.(

24
)

RB
.(
24

25

24
)
=0
2
13
,734
.25
.36
,5

RB
73

=0
RB

12532
,275

171
,675
N
73

MA = 0
RA = RB

= 171,675 N

MA = 0
MB = 0
MC = RA.24
= 171,675.24 = 4120,2 N.cm
MD = RA.49 - W.25.12,5
=171,675.49-13,734.25.12,5
=4120,2 N.cm

Momentnya sama besar, karena beban terdistribusi secara merata


ditengah-tengah poros, besarnya moment yaitu: 4120,2N.cm
Spesifikasi bahan poros:
Bahan

= ST 60

Tegangan tarik ( )

= 60 kg/ cm

71

Massa jenis ( )

= 7,89. 10 kg/ m

Faktor keamanan ( Sf1 )

=6

Faktor keamanan ( Sf 2 )

= 1,3

Tegangan geser ijin ( )

= (0,5-0,75).

60
3

7
,
6
kg
/
mm
= (
Sf
.
Sf
)
6
.
1
,
3
1 2

Maka tegangan geser ijin ( ) = (0,5-0,75).

= 3,8.5,7 = 1,9 kg/ mm


= 18,639 N/ mm

Kecepatan (V)

= 50 km/jam = 833,35 m/menit

Massa:
a) Mesin

= 35 kg

b) Pengemudi

= 70 kg

c) Chassis

= 17 kg

Massa total

= 122 kg

= 122.9,81 = 1196,82 N

Maka daya yang dihasilkan adalah:


W.V

= 1196,82.833,35
= 16622,833N

= 16,623 kw 22,598 Hp

72

Maka torsi yang terjadi adalah:


T

= W.r
= 1196,82 . 0,3 = 359,046 N.m

Maka putaran yang dihasilkan jika kendaraan melaju dengan kecepatan


50km/jam ( 833,35 cm/menit ) adalah:
Jika n = kecepatan putar dalam rpm, maka kecepatan sudut dari roda
adalah:
=

V
r

833,35
0,3

= 2777,83 rad/min

Karena perbandingan roda giginya adalah 32 : 14 = 2,28 : 1, maka


kecepatan sudut roda tersebut adalah:

= 2777,83 . 2.28 = 6333,45 rad/menit

Dan putaran dalam rpm :


n

2.

6333,45
= 2.3,14 = 1008,52 rpm

73

Moment puntir ekuivalen


Te

M2 T2
2
2
4
1
,2
0
2

3
5
9
,0
5

3
6
1
,4
0.
N
m

Perhitungan diameter poros yang diijinkan :


d

=3

16.Te
.

=3

16.361400
3,14.18,64

=3

5782400
58,526

= 3 98800,53
= 46,23 mm

3.5.2 Perencanaan poros depan ( gandar )

3.16 Perencanaan gandar

74

Data gandar:
Pengemudi di penampang2 = 13 kg
Pegas daun

= 3,5 kg

Maka totalnya

= 16,5 kg

Karena diterima 2 gandar maka


16,5 : 2

= 8,25 kg

Panjang

= 160 mm

Bahan

= ST 60

Tegangan tarik ( )

= 60 kg/ cm

Massa jenis

= 7,89. 10 kg/ m

Faktor keamanan ( Sf1 )

=6

Faktor keamanan ( Sf 2 )

= 1,3

Tegangan geser ijin ( )

= (0,5-0,75).

6
0
3

7
,6
= (
kg/ mm
S
fS
.
f
)
6
.
1
,
3
1 2

Maka tegangan geser ijin ( ) = (0,5-0,75).

= 3,8.5,7 = 1,9 kg/ mm


= 18,639 N. mm

Maka moment yang terjadi pada poros adalah


M

= W.L
75

= 8,25.160
=1320 kg.mm

Maka diameternya adalah


M
1320

.b .d 3
32

3
= 0,098.7,6. d

d3

= 1320:0,7448

= 12 mm

3.6 Perencanaan dan Perhitungan Bantalan Poros


3.6.1 Perencanaan bantalan poros utama ( poros belakang )
Diameter poros

= 45 mm

Nomor seri bantalan = 6009


Diameter dalam ( d ) = 45 mm
Diameter luar ( D )

= 75 mm

Lebar bantalan ( B ) = 16 mm
Radius bantalan ( r ) = 1,5 mm
Kapasitas nominal dinamis spesifik ( C )

= 1640 kg

Kapasitas nominal statis spesifik ( Co )

= 1320 kg

Putaran (n)

= 1008,52 rpm

Bantalan pada poros utama :


Bantalan pada titik A (RA) =

76

RA = 132,435N = 17,5 kg
RA
17
,5

0
,01325
Co
1320

(Lampiran 3. Tabel factor V, X, Y pada bantalan)


V = 1,2
X = 0,56
Y = 2,30

Beban ekuivalen
Pr = X.V.Fr + Y.Fa
Pr = 0,56.1,2.17,5 + 2,30.0
Pr = 11,76 kg

Perhitungan umur bantalan


Faktor keamanan:
1

.3 3
33
fn

n
33.3
fn

1008,52
f n 0,42

0,0041625

Faktor umur:
C
fh fn.
P
1640
fh 0,42
.
12
,9
11
,76

77

Umur nominal bantalan:


Ln = 500. f h

Ln = 500.12,93
= 1073344,5 jam

Umur bantalan
p

C
L = x106
Pa
3

1640
6
L =
.10
11,
76

= 2712124,23. 106

Umur bantalan menrut sularso


Lh =

L
60.N

2712124, 23.10 6
60.1008,52

= 44820202,39 jam

Keandalan umur bantalan, jika mengambil 99 % :


Ln = a1 . a2 . a3 . Lh
= (0,21) . 1 . 1 (44820202,39)
= 9412242,5 jam
78

3.6.2 Perencanaan bantalan poros depan (gandar)


Diameter poros

= 12 mm

Nomor seri bantalan = 6001


Diameter dalam ( d ) = 12 mm
Diameter luar ( D )

= 28 mm

Lebar bantalan ( B ) = 8 mm
Radius bantalan ( r ) = 0,5 mm
Kapasitas nominal dinamis spesifik ( C )

= 400 kg

Kapasitas nominal statis spesifik ( Co )

= 229 kg

Bantalan pada poros utama


Bantalan pada titik A (RA):
WA = 8,25kg
RA
8
,25

0
,036
Co229

(Lampiran 3. Tabel factor V, X, Y pada bantalan)


V = 1,2
X = 0,56
Y = 1,71

Beban ekuivalen:
Pr = X.V.Fr + Y.Fa
Pr = 0,56.1,2.8,25 + 2,30.0
Pr = 5,544 kg

79

Perhitungan umur bantalan


Faktor keamanan:
1
/3

3
.3
3
fn
0
,0
0
4
1
6
2
5
4

2
,3
3
4

fn
0
,4
2

Faktor umur:
C
fhfn.
P
4
0
0
fh0
,4
2
.
3
0
,3
0ja
m
5
,5
4
4

Umur nominal bantalan:


Ln = 500. f h

Ln = 500.30,303
= 13909063,5 jam

Umur bantalan
p

C
L = x106
Pa
3

400
6
L =
.10
5,54

= 3764000,92. 106

80

Umur bantalan menrut sularso


Lh =

L
60.N

376400,92.10 6
60.1008,52

= 6220351,32 jam

Keandalan umur bantalan, jika mengambil 99 % :


Ln = a1 . a2 . a3 . Lh
= (0,21) . 1 . 1 (6220351,32)
= 1306273,78 jam

3.7 Perhitungan Komponen-Komponen Shock Absorber dan Pegas Daun


Kendaraan
3.7.1 Shock absorber
Besarnya diameter kawat yang dipilih harus mampu untuk
menahan beban kejut maksimum dari kendaraan serta mampu untuk
meredam getaran atau lendutan-lendutan yang terjadi pada kendaraan
tersebut sehingga pengendara dapat berkendara dengan nyaman dan
nyaman
1) Mencari luasan diameter kawat
Diketahui:
Beban pengemudi

= 70 kg

Beban mesin dan chassis belakang

= 35 kg
81

w0,65
.tarik

w0
,65
.150

97
,5kg.mm
Mw P.

D
kg.mm
2

Mengingat bahwa
Sedangkan

Mw Ww.w

3
3
M

( ).
d

0
,2
.d
w
16

Maka besarnya diameter kawat pegas adalah:


Mw Ww.w

Maka:
D
W
. 0
,2
.d3.w
2

D
105
. 0,2.d3.97
,5
2
105
.D
0,2.d3.97
,5
2
105 . D
2 . 0 , 2 . 97 , 5
105 . D
d3
0 , 4 . 97 , 5
105 . 8 . d
d3
0 , 4 . 97 , 5
105 . 8
d2
0 , 4 . 97 , 5
d3

82

840
0,4.97,5

840
39

d 21,534
d 4,4mm 5mm

Diameter lilitan pegas


D = 8.d
D = 8.5
D = 40 mm

2) Jumlah lilitan aktif pegas


Perhitungan jumlah lilitan untuk jenis-jenis jumlah gulungan yang
tak aktif (ND) pada pegas tekan:
1
a) kedua ujung pegas polos, putaran kekanan, ND = 2

b) kedua ujung pegas persegi dan digerinda, putaran kekanan,


ND =1
c) kedua ujung pegas persegi dan digerinda, putaran kekiri,
ND =2
d) kedua ujung pegas polos dan digerinda, putaran kekiri, ND
=1
Jenis ujung yang dipakai menghasilkan gulungan-gulungan yang
mati atau tak aktif pada setiap ujung pegas tersebut, dan ini harus

83

dikurangi dari jumlah gulungan total untuk mendapatkan jumlah


gulungan yang aktif.
Maka:
N NT ND
N 131
N 12

3) Konstanta pegas
Untuk mencari konstanta dan lendutan yang terjadi pada pegas
maka harus diketahui terlebih dahulu diameter rata-rata lilitan
pegas. Maka, mencari diameter lilitan rata-rata:
D d
2
40 5
Dratarata
2
Dratarata 22,5mm`
Dratarata

Maka untuk mencari konstanta pegas dapat dicari dengan


menggunakan rumus:
4
G.Drata
K
8.n.d3

84

Gambar 3.17 Pegas spiral


8000
.22,54
8.12.53
2050312500
K
12000
2
K1,70859
.105kg/mm
K

Defleksi/lendutan yang disebabkan oleh beban sebesar W1 (kg)


3
8 .W 1 .d rata
.n
4
d .G
8 . 105 . 22 , 5 3 . 12

5 4 . 8000
114817500

5000000
22 , 96 mm

85

Panjang pegas spiral sewaktu dibebani beban sebesar 105 kg


L1 8.d N.Dp
L1 401214
L1 66mm

Dimana:

L1 = Panjang pegas sewaktu dibebani (mm)


D = 8.d = Diameter pegas (mm)

Panjang pegas sebelum diberi beban


L0 L1
L0 6622,96
L0 88,96mm

Dimana:
L0

= Panjang pegas sebelum diberi beban (mm)

L1 = panjang pegas sewaktu dibebani (mm)

= lendutan/defleksi (mm)

Jika diameter kawat adalah ds (mm), maka besarnya moment


tahanan puntir kawat adalah:

Ww ( ).d 3
16
D
T ( ).W1
2

86

Maka tegangan gesernya adalah:

T
16 D .W1

.
W w .d 3 2

8 .D .W1
kg / mm 2
3
.d
8 .40 .105
a
3,14 .7 3

a 31,19 kg / mm 2

Mencari tegangan tekan yang dijinkan pada bahan, maka didapat


dengan menggunakan rumus:

tekan

max

V
31,19
tekan
12
tekan 2,6(kg/ mm2 )

Dimana:

tekan = tegangan tekan yang diizinkan pada bahan


2

(kg/ mm )

max =tegangan maksimal bahan


V

= factor keamanan

Tegangan tekan yang terjadi pada bahan

tekan

F
A

87

Dimana:
A

.d 2

4
A 0,785.52
A 19,625mm2

Maka:
F
A
105
tekan
19,625

tekan

tekan 5,3(km/ mm2 )


Dimana:

tekan = tegangan tekan yagn terjadi (kg/ mm 2 )


F

= beban maksimal (kg)

= Luas penampang ( mm )

Dari perhitungan yang telah dilakukan ternyata tekan < tekan atau
2

(2,6 kg/ mm ) < (5,2 kg/ mm ), maka bahan cukup kuat dan aman
untuk digunakan.

Poros
Untuk mencari dimensi poros yang akan digunakan sebagai
peredam pada suspensi maka harus menghitun terlebih dahulu luas

88

penampang atau diameter poros yang akan digunakan dengan asumsi


bahwa poros yang akan digunakan terbuat dari bahan baja S30C, maka:

F
A

48

105
0 , 785 . d

0 , 785 . d 2 . 48 105
d

105
0 , 785 . 48

d 1 , 67 mm 4 mm

Ternyata dengan beban 105 kg dengan bahan poros yang sama tidak
memerlukan diameter yang besar seperti pada poros sepeda motor yang
berdiameter 10 mm.

Mencari panjang poros


L = 10.d
L = 10.10
L = 100 mm
Dimana:
L = Panjang poros (mm)
d = Diameter poros (mm)

Mur dan baut


Perhitungan mur dan baut dilakukan untuk mengetahui diameter
minimum dari mur. Faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan
adalah gaya yang bekerja pada mur baut.
89

menentukan diameter mur pada batang penghubung d (mm), besarnya nilai


2
2
tegangan yang diijinkan a 6 kg/ mm atau sama dengan 58,8 N/ mm .

4F
. a

4.105
3,14.6

d 4,72 mm

Perancang memilih baut M6 untuk keamanan


Keterangan:

a =Tegangan geser yang diijinkan (kg/ mm 2 )


F = Beban (kg)
d = Diameter (mm)

Gaya yang terjadi pada suspensi

Gambar 3.18 Gaya pembebanan

90

P
osphiP
.
y c
= cos10.105
= 103,4 kg
Dimana:
Py

= Gaya yang terjadi pada sumbu y terhadap beban P

Cosphi

= Besarnya susut yang terjadi terhadap sumbu y

= Beban yang terjadi

3.7.2 Perhitungan pegas daun


Dengan inovasi perancang, penggunaan pegas daun dapat digunakan
untuk menjadi pegas yang multi fungsi. Selayaknya fungsi pegas daun,
perancang juga merancangnya untuk dapat digunakan sebagai lengan ayun
kendaraan. Berikut perhitungan untuk pegas daun.
Direncanakan:
Beban

= 16,5 kg

Panjang pegas daun (L)= 70 cm


Lebar (b)

= 5 cm

Tebal (t)

= 0,3 cm

Spesifikasi pegas daun:

= 250 MPa
3
2
E = 210 x 10 N/ mm

91

Maksimum bebab terletak ditengah, maka:


Tegangan bengkoknya adalah:
M = W.L
= 16,5.35
= 577,5 kg.cm

Section modulus
b.t 2
Z=
6

5.0,32
6

0,45
0,075cm 2
6

Untuk tegangan bengkoknya


M
Z

6.557,5
= 0,075

= 462kg/m 2
Dan untuk defleksinya adalah:
Momen inersia
I

=
=

L.b3
12

70.53 8750

12
12

92

=729,16 cm 4

Defleksinya

.W.L3
3.E.I

3
1
6
,5
.7
0
=
3
3
.2
1
0
x
1
0
.7
2
9
,1
6

5659500
459370x103

=12,32.10 3 cm

3.8 Perhitungan Kendaraan Berdasarkan Kapasitas Gesek


Dalam menentukan gaya gesek maksimum antara ban dengan jalan
dapat dtentukan dari koefisien adhesi jalan dan parameter berat kendaraan.
3.8.1

Gaya traksi kendaraan

Gambar 3.19 Titik berat kendaraan

Dimana:
TB = Titik berat
H = Tinggi titik berat
93

Lf = Jarak titik berat dari poros depan


Lr = Jarak titik berat dari poros belakng
L = Jarak sumbu roda
Wr = Beban di roda belakang
Wf = Beban di roda depan

Diketahui sebelumnya:
L = 1420 mm
Lf = 407,47 mm
Lr = 192,05 mm
H = 0,35 m

. = 0,75 (lampiran)
Fr = 0,014 (lampiran)

Untuk gaya traksinya adalah:


FX =

.W .( Lf fr .H ) / L
.H
1

0,75.1196,82.(0,40 0,014.0,35) / 1,42


0,75.0,35
1
1,42

= 306,39 N

94

3.8.2

Analisa perancangan rem


Persamaan umum untuk sistem pengereman menurut hukum

newton II untuk sumbu x, persamaannya dapat dilihat di bawah ini:


F = m.a
F rem - F X = m.a
Maka
F rem = F X + m.a
V= V 0 - a.t
Dimana:
a

= Perlambatan linier (m/s 2 )

V 0 = Kecepatan Awal (m/s)


V = Kecepatan akhir (m/s)
t

= Waktu perlambatan (s)

F rem = Gaya pengereman (N)


F X = Gaya normal kendaraan
Sehingga jika
V 0 =50 km/jam = 13,89 m/detik
V = 0 m/s
t

= 2 s (diasumsikan)

V = V 0 - a.t

95

Maka percepatan yang dialami


a

V0 V
t

13,89 0
2

= 6,95 m/s 2

Gaya pengeramannya adalah:


F rem = F X + m.a
= 3492,09+122.6,95
= 4339,99 N

3.8.3

Analisa gaya gesek ban

Gaya kendaraan yang terjadi adalah


N = m.g
= 122.9,81
= 1196,82 N
F = k .N
= 0,75.1196,82
= 897,62 N

Maka gaya yang diterima tiap ban adalah


F=

897,62
224,41N
4

96

Gaya yang terjadi ditiap permukaan ban jika luas permukaan ban yang
bersinggungan dengan jalan adalah
L = p.l
= 8.3 = 24 cm

Maka gayanya adalah


= 224,41.24
=5385,84 N.cm

3.9 Perhitungan Gaya Hambat yang Terjadi Pada Kendaraan

Gambar 3.20 Rencana Desain Body Kendaraan

Secara sederhana perancang memperhitungkan gaya hambat yang


terjadi pada kendaraan yang dialami kendaraan dengan kecepatan 50 km/jam.
Dengan data sebagai berikut, maka:

97

Direncanakan:
Beban:
a. Beban pengemudi

= 70 kg

b. Beban mesin

= 35 kg

c. Lain-lain

= 17 kg

Total

= 122 kg

k roda

= 0,75 (lampiran)

Kecepatan (V) = 50 km/jam = 13,89 m/detik

udara

= 1,18 kg/ m ( 25 C)

Maka untuk gaya kendaraan yang terjadi adalah


N = m.g
= 122.9,81
= 1196,82 N
F 1 = k .N
= 0,75.1196,82
= 897,62 N

Maka daya kendaraan tanpa hambatan adalah


= F 1 .V
= 897,62.13,89
= 122467,94 N.m/detik

98

Untuk gaya hambat angin atau tekanan yang terjadi pada permukaan datar
jika kecepatan anginnya rata-rata kecepatan angin lingkungan adalah
V2
..g
P=
2.g

13,89
.1,18.9,81
2.9,81

= 113,83 N/m 2
Dimana:
P: Tekanan (N/m 2 )
V: Kecepatan (km/jam)
g : Kecepatan grafitasi (m/detik)

: Berat jenis udara (kg/ m2 )

Gaya hambat yang terjadi pada saat permukaan diam adalah

Gambar 3.21 Ukuran permukaan


Perhitungan gaya jika tekanan udara menekan pada permukaan datar
dengan kecepatan yang telah ditentukan
99

Gambar 3.22 Gaya pada permukaan datar

1) Permukaan 1
F 2 = P.A
= 113,83.(0,67.0,8)
= 61,01 N/m

2) Permukaan 2
F 2 = P.A
= 113,83.(0,36.0,8)
= 32,78 N/m

3) Permukaan 3
F 2 = P.A

100

= 113,83.(0,25.0,8)
= 22,76 N/m

Gaya kendaraan jika terjadi hambatan pada saat kendaraan melaju adalah
1) Permukaan 1
= (F 1 + F 2 ).V
= (897,62 + 61,01). 13,89
= 13315,37 N/m 2

2) Permukaan 2
= (F 1 + F 2 ).V
= (897,62 + 32,78). 13,89
= 12923,26 N/m 2

3) Permukaan 2
= (F 1 + F 2 ).V
= (897,62 + 22,76). 13,89
= 12784,08 N/m 2

Hambatan yang terjadi di permukaan jika permukaan tersebut dibuat sudut


sesuai dengan aergonomi kendaraan adalah

101

Gambar 3.23 Ukuran sudut permukaan

Gaya hambat pada permukaan 1


= F 2 .cos 43
= 61,01.0,73
= 44,54 N/m

Gaya hambat pada permukaan 2


= F 2 .cos 70
= 32,78.0,34
= 11,15 N/m

Gaya hambat pada permukaan 3


= F 2 .cos 20
= 22,76.0,98
= 22,3 N/m

102

Gaya kendaraan jika melaju dengan permukaan yang bersudut adalah


1) Permukaan 1
= (F 1 + F 2 ).V
= (897,62 + 44,54). 13,89
= 13086,6 N/m 2

2) Permukaan 2
= (F 1 + F 2 ).V
= (897,62 + 11,15). 13,89
= 12622,82 N/m 2

3) Permukaan 3
= (F 1 + F 2 ).V
= (897,62 + 22,3). 13,89
= 12777,75 N/m 2

Maka dengan perubahan sudut yang dilakukan perancang ternyata bisa


menurunkan hambatan angin yang dapat mempengaruhi laju kendaraan.

103

104

Anda mungkin juga menyukai