Anda di halaman 1dari 13

Analisa Data

N
Data
Etiologi
o
penunjang
.
1 DS: Klien
Tekanan intralumen meningkat
mengatakan
sakit pada
abdomen
DO:
1. Wajah nampak
meringis
2. Bising
usus >12x/mnt
3. TTV
meningkat:
(TD >120/80
mmHg,N:>100
x/mnt,
S: >38oC,
RR:>20x/mnt)
4. P: nyeri karena
tekanan
intralumen
5. Q: nyeri
seperti tertusuk
6. R: nyeri di
bagian kuadran
kanan bawah
7. S: skala nyeri7
8. T: nyeri kolik
(hilang timbul)
2
DS: pasien Kehilangan cairan
mengatakan
berlebih
sering haus
DO:
1. TTV tidak
stabil (TD
>120/80
mmHg,N:>100
x/mnt,
S: >38oC,

Problem

Gangguan
rasa nyaman
(nyeri)

Gangguan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit

RR:>20x/mnt)
2. Mata cowong
3. Turgor
kulit
turun
4. Membran
mukosa bibir
kering

3 DS: klien
mengatakan
tidak nafsu
untuk makan
DO:
1. BB klien turun
2. A: BB<45 kg,
TB 165 cm
3. B: Hb<12
4. C: konjungtiva
anemis
5. D: Diet tinggi
serat
4 DS: -DO:
1. Suhu
tubuh>38oC
2. Leukosit>11.0
00 ml

1.
2.
3.
4.

Mual, muntah

nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh

Komplikasi peritonitis septikemia

Resiko Infeksi

2.8.3 Diagnosa keperawatan :


Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peningkatan tekanan intralumen
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan berlebih
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah
Resiko infeksi b/d komplikasi peritonitis septikemia
2.8.4

Perencanaan
Diagnosa 1

1.
2.
3.
4.
5.

Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan 1x24jam di harapkan gangguan rasa nyaman
(nyeri) dapat teratasi.
KH:
Tidak ada tanda-tanda nyeri
Skala nyeri (0-3).
Ekspresi wajah rileks.
TTV dalam batas normal (TD: 110/70-120/80 mmHg, N: 80-100x/mnt, RR: 16-20x/mnt, S:
36,5-37,5 oC)
Bising Usus normal (5-12x/menit)
No.Dx
INTERVENSI
RASIONAL
1 1. Observasi tingkat nyeri
1. Memudahkan perawat dalam
menentukan tingkat nyeri
2. Pantau status abdomen tiap 4 jam
2. Diduga inflamasi peritoneal,
memerlukan intervensi medis yang
cepat.
3. Dorong ambulasi dini dan hindari duduk 3. Menurunkan kekakuan otot dan sendi
yang lama
ambulasi atau perubahan posisi sering
menurunkan tekanan perianal
4. Menurunkan tekanan diafragma yang
4. Pertahankan klien pada posisi semi fowler
terdorong oleh organ visceral
5. Memungkinkan makanan peroral
5. Pertahankan puasa sampai bising usus
dengan tidak ada bising usus akan
kembali, distensi abdomen berkurang dan
meningkatkan distensi dan
flatus keluar
ketidaknyamanan
6. Mengurangi nyeri dengan mengalihkan
6. Ajarkan teknik relaxasi dan distraksi
perhatian klien ke hal yang lain
7. Menurunkan ambang nyeri dan
meningkatkan kenyamanan
7. Kolaborasi: Berikan analgesik sesuai
indikasi dan evaluasi keefektifannya

Diagnosa 2
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan cairan dan
elektrolit dapat dipertahankan secara maksimal
KH:
1. TTV dalam batas normal.
- TD: 110/70-120/80 mmHg
- N: 80-100x/mnt
- RR: 16-20x /mnt
- S: 36,5-37,5oC
2. Turgor kulit normal (<2 detik)
3. Membran mukosa bibir basah

4. Mata tidak cowong


No. Dx
INTERVENSI
2 1. Observasi TTV

1.

2.
2. kaji turgor kulit,kelembaban membran
mukosa (bibir, lidah)
3. Observasi intake dan output

3.
4.

4. Berikan cairan tambahan intravena sesuai


indikasi
5.
5. Kolaborasi: pemberian cairan parenteral,
transfusi sesuai indikasi

RASIONAL
Peningkatan suhu/memanjangnya
demam meningkatkan laju metabolik,
TD ortostatik berubah dan peningkatan
takikardia menunjukkan kekurangan
cairan sistemik
Indikator langsung keadekuatan volume
cairan
Indikator keseimbangan cairan
terutama kehilangan cairan
Mengurangi sekresi lambung dan
mencuci elektrolit
Pemenuhan kebutuhan dasar cairan,
menurunkan risiko dehidrasi

Diagnosa 3
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam nutrisi optimal
KH :
1. BB meningkat atau normal sesuai umur
2. Nafsu makan meningkat
3. Px tidak mengalami mual, muntah
No. Dx
INTERVENSI
RASIONAL
3 1. Anjurkan pembatasan aktivitas selama fase
1. Menurunkan kebutuhan metabolik untuk
akut
mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi
2. Menurunkan kebutuhan metabolik untuk
2. Anjurkan istirahat sebelum makan
mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi
3. Diet rendah residu dapat dipertahankan 6
3. Tingkatkan diet oral baik cairan maupun
8 minggu untuk memberikan waktu
makanan rendah residu
yang adekuat untuk penyembuhan usus

4. Mengkaji kebutuhan nutrisi dalam


perubahan pencernaan dan fungsi usus
4. Konsultasi dengan ahli gizi
5. Untuk mencegah mual dan muntah

Kolaborasi:
5. Berikan obat sesuai indikasi: Antimetik,
mis: proklorperazin (Compazine).
Diagnosa 4
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 jam klien tidak menunjukkkan tanda dan gejala
infeksi.
KH:
1. Suhu tubuh normal (36,5-37,5 oC)
2. Leukosit normal 4.000-11000 ml

No. Dx

INTERVENSI

RASIONAL

4 1. Pantau kualitas&intensitas nyeri, observasi


1.
TTV, distensi abdomen
2.
2. Beri tahu segera bila nyeri abdomen, suhu,
lingkaran abdomen terus meningkat.

3. Siapkan pasien untuk pembedahan bila


direncanakan

deteksi dini terhadap potensial masalah


peningkatan suhu indikasi
perkembangan infeksi, peningkatan
lingkar abdomen memungkinan penyakit
bertambah parah menjadi peritonitis
sehingga dapat memperlambat
pemulihan.

3. Obstruksi vaskuler atau mekanis


umumnya memerlukan intervensi bedah
4. Menghindari dan melindungi klien dari
infeksi nosokomial.

4. Ikuti kewaspadan umum (Cuci tangan


sebelum dan sesudah perawatan
5. Untuk membantu mengobati atau
5. Kolaborasi : Berikan obat antibiotik sesuai mencegah infeksi dalam perut
indikasi

Diagnosa Keperawatan
a.

Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang


tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai
dengan adanya mual, muntah, demam dan diaforesis.

b.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.

c.

Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen

d.

Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.

e.
f.

Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen

Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


(Doengoes, Marilynn E. 2000) dan ( Sabara, 2007 dikutip dari http://www.Files-of-DrsMed.tk )

3.
a.

Perencanaan Keperawatan
Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak
adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai dengan adanya
mual, muntah, demam dan diaforesis.
Tujuan :
Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi, Mempertahankan hidrasi adekuat dengan
bukti membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda-tanda
vital stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan tepat.
Kriteria hasil:

1.

Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD: 110/70 -120/80 mmHg)

2.

Intake dan output cairan seimbang

3.

Turgor kulit elastic

4.

Mukosa lembab

5.

Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5 mmol/L, Cl: 94-111 mmol/L).
Intervensi
Rasional
1. Kaji kebutuhan cairan pasien
1. Mengetahui kebutuhan cairan
pasien.
2. Perubahan yang drastis pada
tanda-tanda vital merupakan
indikasi kekurangan cairan.
3. kekurangan cairan dan elektrolit
dapat mempengaruhi tingkat
3. Observasi tingkat kesadaran dan
kesadaran dan mengakibatkan
tanda-tanda syok
syok.
4. Menilai fungsi usus
2. Observasi tanda-tanda vital: N,
TD, P, S

4. Observasi b ising usus pasien tiap


5. Menilai keseimbangan cairan
1-2 jam
5. Monitor intake dan output secara
6. Menilai keseimbangan cairan dan
ketat
elektrolit
6. Pantau hasil laboratorium serum
7.
Meningkatkan pengetahuan
elektrolit, hematokrit
pasien dan keluarga serta
7. Beri penjelasan kepada pasien
kerjasama antara perawat-pasiendan keluarga tentang tindakan
yang dilakukan: pemasangan NGT keluarga.
8. Memenuhi kebutuhan cairan dan
dan puasa.
elektrolit pasien.
8. Kolaborasi dengan medik untuk
pemberian terapi intravena

b.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.
Tujuan :
Berat badan stabil dan nutrisi teratasi.
Kriteria hasil :
1.

Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.

2.

Berat badan stabil.

3.
Pasien tidak mengalami mual muntah.
Intervensi
Rasional
1. Tinjau faktor-faktor individual
1. Mempengaruhi pilihan intervensi.
yang mempengaruhi kemampuan
untuk mencerna makanan, mis:
status puasa, mual, ileus paralitik
setelah selang dilepas.

Intervensi
Rasional
2. Auskultasi bising usus; palpasi
abdomen; catat pasase flatus.
2. Menentukan kembalinya peristaltik
3. Identifikasi kesukaan /
( biasanya dalam 2-4 hari ).
ketidaksukaan diet dari pasien.
3. Meningkatkan kerjasama pasien
Anjurkan pilihan makanan tinggi
dengan aturan diet. Protein/vitamin
protein dan vitamin C.
C adalah kontributor utuma untuk
pemeliharaan jaringan dan
perbaikan. Malnutrisi adalah fator
dalam menurunkan pertahanan
terhadap infeksi.
4. Sindrom malabsorbsi dapat terjadi
4. Observasi terhadap terjadinya
setelah pembedahan usus halus,
diare; makanan bau busuk dan
memerlukan evaluasi lanjut dan
berminyak.
perubahan diet, mis: diet rendah
serat.
5. Mencegah muntah. Menetralkan
5. Kolaborasi dalam pemberian
atau menurunkan pembentukan
obat-obatan sesuai indikasi:
asam untuk mencegah erosi
Antimetik, mis: proklorperazin
mukosa dan kemungkinan ulserasi.
(Compazine). Antasida dan
inhibitor histamin, mis: simetidin
(tagamet).

c.

Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen


Tujuan :
pola nafas menjadi efektif
Kriteria hasil :
pasien memiliki pola pernafasan: irama vesikuler, frekuensi: 18-20x/menit
Intervensi
Rasional
1. Observasi TTV: P, TD, N,S
1. Perubahan pada pola nafas akibat
adanya distensi abdomen dapat
mempengaruhi peningkatan hasil
2. Kaji status pernafasan: pola,
frekuensi, kedalaman
3. Kaji bising usus pasien

TTV.
2. Adanya distensi pada abdomen
dapat menyebabkan perubahan
pola nafas.
3. Berkurangnya/hilangnya bising
usus menyebabkan terjadi distensi

Intervensi
4. Tinggikan kepala tempat tidur 4060 derajat
4.
5. Observasi adanya tanda-tanda
hipoksia jaringan perifer: cianosis5.

6. Monitor hasil AGD


6.
7. Berikan penjelasan kepada
keluarga pasien tentang
penyebab terjadinya distensi
abdomen yang dialami oleh
pasien
8. Laksanakan program medic
pemberian terapi oksigen

d.

7.

Rasional
abdomen sehingga mempengaruhi
pola nafas.
Mengurangi penekanan pada paru
akibat distensi abdomen.
Perubahan pola nafas akibat
adanya distensi abdomen dapat
menyebabkan oksigenasi perifer
terganggu yang dimanifestasikan
dengan adanya cianosis.
Mendeteksi adanya asidosis
respiratorik.
Meningkatkan pengetahuan dan
kerjasama dengan keluarga
pasien.

8. Memenuhi kebutuhan oksigenasi


pasien

Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas


usus.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola eliminasi kembali normal.
Kriteria hasil:
Pola eliminasi BAB normal: 1x/hari, dengan konsistensi lembek, BU normal: 5-35 x/menit,
tidak ada distensi abdomen.
Intervensi
1. Kaji dan catat frekuensi, warna
dan konsistensi feces
2. Auskultasi bising usus

3. Kaji adanya flatus

Rasional
1. Mengetahui ada atau tidaknya
kelainan yang terjadi pada
eliminasi fekal.
2. Mengetahui normal atau tidaknya
pergerakan usus.

3. Adanya flatus menunjukan


perbaikan fungsi usus.
4. Kaji adanya distensi abdomen
4. Gangguan motilitas usus dapat
menyebabkan akumulasi gas di
dalam lumen usus sehingga
terjadi distensi abdomen.
5. Berikan penjelasan kepada pasien 5. Meningkatkan pengetahuan

Intervensi
dan keluarga penyebab terjadinya
gangguan dalam BAB
6. Kolaborasi dalam pemberian
terapi pencahar (Laxatif)

e.

Rasional
pasien dan keluarga serta untuk
meningkatkan kerjasana antara
perawat-pasien dan keluarga.
6. Membantu dalam pemenuhan
kebutuhan eliminasi

Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen

Tujuan :
rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil:
pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan nyeri pada tingkat dapat
ditoleransi, menunjukkan relaks.
Intervensi
Rasional
1. Observasi TTV: N, TD, HR, P tiap1. Nyeri hebat yang dirasakan
shif
pasien akibat adanya distensi
abdomen dapat menyebabkan
peningkatan hasih TTV.
2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik 2. Mengetahui kekuatan nyeri yang
dan skala nyeri yang dirasakan
dirasakan pasien dan menentukan
pesien sehubungan dengan
tindakan selanjutnya guna
adanya distensi abdomen
mengatasi nyeri.
3. Berikan posisi yang nyaman:
3. Posisi yang nyaman dapat
posisi semi fowler
mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien
4. Ajarkan dan anjurkan tehnik
4. Relaksasi dapat mengurangi rasa
relaksasi tarik nafas dalam saat
nyeri
merasa nyeri
5. Anjurkan pasien untuk
5. Mengurangi nyeri yang dirasakan
menggunakan tehnik pengalihan
pasien.
saat merasa nyeri hebat.
6. Kolaborasi dengan medic untuk
terapi analgetik
6. Analgetik dapat mengurangi rasa
nyeri
f.

Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Tujuan:
Kecemasan teratasi.
Kriteria hasil :

pasien

mengungkapkan

pemahaman

tentang

penyakit

saat

ini

dan

mendemonstrasikan keterampilan koping positif.


Intervensi
Rasional
1. Observasi adanya peningkatan 1. Rasa cemas yang dirasakan
kecemasan: wajah tegang, gelisah pasien dapat terlihat dalam
ekspresi wajah dan tingkah laku.
2. Kaji adanya rasa cemas yang
2. Mengetahui tingkat kecemasan
dirasakan pasien
pasien.
3. Berikan penjelasan kepada
3. Dengan mengetahui tindakan
pasien dan keluarga tentang
yang akan dilakukan akan
tindakan yang akan dilakukan
mengurangi tingkat kecemasan
sehubungan dengan keadaan
pasien dan meningkatkan
penyakit pasien
kerjasama
4. Berikan kesempatan pada pasien4. Dengan mengungkapkan
untuk mengungkapkan rasa takut
kecemasan akan mengurangi rasa
atau kecemasan yang dirasakan
takut/cemas pasien
5. Pertahankan lingkungan yang
tenang dan tanpa stres.
5. Lingkungan yang tenang dan
nyaman dapat mengurangi stress
pasien berhadapan dengan
6. Dorong dukungan keluarga dan
penyakitnya
orang terdekat untuk memberikan6. Support system dapat mengurani
support kepada pasien
rasa cemas dan menguatkan
pasien dalam memerima keadaan
sakitnya.

Analisa Data
1. data subjektif : pasien mengatakan nyei pada perutnya pd lka operasi
data objektifnya : wajah pasien terlihat cemas,meringis,menahan
kesakitan,skala nyeri 4,terdapat jahitan luka operasi sebanyak 12 jahitan

Masalah yg muncul : Nyeri berhubungan dngan insisi luka post operasi


laparatomi.
2. Data subjektif : pasien mengatakan nafsu makan berkurang
Data objektifnya : pasien terlihat hanya menghabiskan 5 sendok makan
yg disediakan dari pumah sakit,pasien terlihat lmas,berat badan
menurun,konjugtiva anemis.
Masalah yang muncul : Gangguan nutrisi kurang dari kebutauhan
brhubungan dengan intake in adekuat.
3. data subjekif : Data objekif : terdapat luka operasi sepanjang 10cm, balutan luka
kotor. Terpasang infus RL 20 tts / mnt,terpasang kateter, luka operasi
sudah mengering.
Masalah yg muncul : Resiko infeksi berhubungan dengan adanya tempat
masuknya mikoorganisme sekunder dari infus luka.
4. Data subjektif : pasien mengatakan tubuhnya lemas
Daya objektif : pasien hanya terlihat tiduran dan aktifitas dibatasi,personal
hygien kurang, rambut kusam dan kotor,aktifitas masih dibantu keluarga.
Masalah yg muncul : defisit keperawatan diri berhubungan dengan
kelemahan fisik.
5. Data subjektif : Psien tidak mengerti tentang penyakitnya dan
perawatannya
Data objektif : Pasien terlihat cemas dan bertanya kepada perawat
Masakah yg muncul : Kurangnya informasi berhubungan dengan kurangan
pengetahuan.
6. Data subjektif : pasien mengatakan perutnya sakit
Data objektifnya : pasien terlihat memegangi perutnya,Dan pasien terlihat
lemas, pasien Belum BAB
Masalah yg muncul : Gangguan pola eliminasi BAB berhunga dengan
penurunan peristaltik usus

Anda mungkin juga menyukai