CR Hiperbil
CR Hiperbil
Ikterus Neonatorum
Oleh
dr. Fira Tania Khasanah
Pembimbing :
dr. Ratu Fajaria
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
II.
: By. Ny. R
: 12 hari
: Perempuan
: Tanjung Karang Pusat
: Islam
Nama Ayah
Nama Ibu
: Tn. S
: Ny. R
ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Mata dan seluruh tubuh tampak kuning
b. Keluhan Tambahan
Menyusu kurang dan BB tidak bertambah
c. Riwayat Perjalanan Penyakit
Bayi datang ke RSUD Kota dengan mata dan seluruh tunuh tampak
kuning sejak bayi berusia + 5 hari. Awalnya mata bayi tampak
kekuningan namun orang tua bayi tidak terlalu memperhatikan. Setelah
itu badan bayi mulai tampak kekuningan, ibu bayi membawanya ke
bidan dan hanya disuruh untuk menjemur bayinya. Bayi memang agak
malas menyusu ketika baru lahir, ibu bayi tersebut berkata karena ASI
nya hanya sedikit. Namun, walaupun akhir-akhir ini ASI-nya sudah
banyak, bayinya malas menyusu.
Ibu bayi mengatakan tidak ada sesak, batuk (-), muntah (-), demam (-),
BAB dan BAK dalam batas normal. Perut tidak membesar. Pasien masih
mau menyusu walaupun sedikit.
Setelah beberapa hari kondisi bayi tidak ada perubahan dan dirasa BB
bayi pun turun, serta tidak hanya badan yang tampak kuning tetapi
tangan dan kakinya mulai tampak kuning.
Karena itu ibu pasien membawanya bayinya berobat ke IGD RSUD
Kota, dan oleh dokter disarankan untuk dirawat inap.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Orang tua pasien mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada yang
menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Lingkungan
Orang tua pasien mengatakan bahwa disekitarnya tidak ada yang
menderita penyakit seperti ini.
2
f. Riwayat Persalinan
Orang tua pasien mengatakan bahwa ini adah anak kedua, pasien lahir
normal di bidan dan cukup bulan. Pasien langsung menangis, BBL
3.000gram.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Vital Sign
- Nadi
- Respiration Rate
- Temperatur
- SpO2
BB Lahir
BB saat ini
Kulit
: 152x/menit
: 44 x/menit
: 37,10 C
: 98%
: 3.000 gram
: 2.700 gram
: tampak Ikterus
Status Generalis
- Kepala
Bentuk : normochepalic
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+)
Telinga : telinga kiri dan kanan simetris, othoroe (-), nyeri (-)
Hidung : rhinore (-), septum deviasi (-)
Mulut : sianosis (-), bibir kering, gusi tidak berdarah
-
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi : Simetris, tampak datar
Palpasi
: Hepar dan lien tak teraba, ginjal tak teraba, nyeri tekan (-),
Perkusi
IV.
Ekstremitas
Superior
Inferior
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Leukosit
Eritrosit
Hb
Ht
Trombosit
: 9.800/mm3
: 4. 500.000/mm3
: 14,7 gr/dL
: 44,1%
: 312.000/mm3
Bilirubin indirek
Bilirubin direk
Bilirubin total
: 12,08 mg/dL
: 0,38 mg/dL
: 12,46 mg/dL
V.
DIAGNOSA KERJA
Ikterus Neonatorum
VI.
PENATALAKSANAAN
Fototerapi
VII.
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
BAB II
PORTOFOLIO
No. RM : 89953-15
Tempat Presentasi :
Obyektif Presentasi :
Keilmuan
Ketrampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : Bayi usia 12 hari, mata dan seluruh badan tampak kuning
Tujuan : Mendiagnosis dan Menatalaksana Ikterus Neonatorum
Tinjauan
Bahan Bahasan :
Riset
Kasus
Audit
Pustaka
Presentasi dan
Cara Membahas : Diskusi
Email
Pos
Diskusi
Data Pasien :
Nama : By. Ny. R
No. Registrasi : 89953-15
Nama Klinik :
Telp :
Terdaftar Sejak:
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis
Ikterus Neonatorum, bayi usia 12 hari, mata dan seluruh badan tampak kuning
2. Riwayat Pengobatan
3. Riwayat Keluarga
Orang tua pasien tidak ada yang mengalami hal seperti ini sebelumnya.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien belum bekerja, ayah pasien pedagang, ibu pasien ibu rumah tangga.
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik
Keuarga pasien merupakan keluarga menengah ke bawah, pasien menggunakan
jaminan kesehatan kota (Jamkeskot)
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik
Keuarga pasien merupakan keluarga menengah ke bawah, pasien menggunakan
jaminan kesehatan daerah (Jamkesda)
7. Riwayat Persalinan
Orang tua pasien mengatakan bahwa ini adah anak kedua, pasien lahir normal
di bidan dan cukup bulan. Pasien langsung menangis, BBL 3.000gram, bayi
langsung menangis
Daftar Pustaka
1. Andersen-Berry, AL. 2010 Neonatal Sepsis. Diunduh dari: www.emedicine.com.
Last updated February 23th 2010. Cited at February 5th 2011.
2. Goldstein B, Giroir B, Randolph A. 2005. Members of the International Consensus
Conference on Neonatal Sepsis. Definitions for Sepsis and Organ Dysfunction in
5
BAB III
DISKUSI KASUS
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan, didapatkan keluhan utama bayi usia 12
hari datang ke RSUD Kota dengan mata dan seluruh tunuh tampak kuning sejak
bayi berusia + 5 hari. Awalnya mata bayi tampak kekuningan setelah itu badan
6
bayi mulai tampak kekuningan. Bayi memang agak malas menyusu dan BB bayi
turun. Riwayat persalinan normal, bayi langsung menangis. Pada pemeriksaan
didapatkan BB bayi 2.700 gram, sklera ikterik dan kulit seluruh tubuh tampak
ikterik, pemeriksaan thoraks dan abdomen dalam batas normal, pergerakan cukup
aktif. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium, yakni pemeriksaan darah
didapatkan peningkatan kadar bilirubin total, direk dan terutama bilirubin indirek
hingga mencapai 12,46 mg/dL. Berdasarkan hasil anamnesis dan hasil
pemeriksaan
didapatkan
kemungkinan
bahwa
pasien
menderita
ikterus
neonatorum.
Pada ikterus neonatorum, ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera
akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek) yang berlebih.
Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin
darah 5-7 mg/dL. Paa bayi ini dijumpai kadar bilirubin indirek yang meningkat
hingga 12,46 sehingga kulit dan sklera tampak ikterik.
Pada bayi ini, ikterus neonatorum kemungkinan berkaitan dengan ASI. Ikterus
akibat ASI merupakan bilirubin yang tidak terkonjugasi yang mencapai
puncaknya terlambat (biasanya menjelang hari ke 6-14). Keadaan bayi baik, dan
kadar bilirubin rata-rata 12-20 mg/dL.
Pada bayi yang mendapat ASI, terdapat dua bentuk neonatal jaundice yaitu
early (berhubungan dengan breast feeding) dan late (berhubungan dengan ASI).
Bentuk early onset berhubungan dengan proses pemberian minum. Bentuk late
onset diyakini dipengaruhi oleh kandungan ASI ibu yang mempengaruhi proses
konjugasi dan ekskresi. Pada bayi ini, kemungkinan disebakan karena pemberian
ASI yang kurang adekuat, sehingga menyebabkan bayi kuning, walaupun bayi
sudah dijemur dai bawah matahari pagi.
Pada kasus ini hanya dilakukan fisioterapi. Fisioterapi dilakukan untuk mengubah
bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu
atau urin. Sehingga bilirubin direk, karena jika dalam bentuk bilirubin indirek dan
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis bayi, yang ditandai oleh pewarnaan
ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang
berlebih. Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila
kadar bilirubin darah 5-7 mg/dL.
Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar plasma bilirubin
plasma 2 standar deviasi lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur
bayi atau lebih dari persentil 90.
Ikterus fisiologis umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin tak
terkonjugasi pada minggu pertama >2 mg/dL. Pada bayi cukup bulan yang
mendapat susu formula kadar bilirubin akan mencapai puncaknya sekitar 6-8
mg/dL pada hari ke-3 kehidupan dan kemudian akan menurun cepat selama
2-3 hari diikuti dengan penurunan yang lambat sebesar 1 mg/dL selama 1-2
minggu. Pada bayi yang cukup bulan yang mendapatkan ASI kadar bilirubin
puncak akan mencapai kadar lebih tinggi (7-14 mg/dL) dan penurunan terjadi
lebih lambat. Bisa terjadi dalam waktu 2-4 minggu, bahkan dapat mencapai
waktu 6 minggu. Pada bayi kurang bulan yang mendapat susu formula juga
akan mengalami peningkatan dengan puncak yang lebih tinggi dan lebih
lama, begitu juga dengan penurunannya jika tidak diberikan fototerapi
pencegahan. Peningkatan yang mencapai 10-12 mg/dL masih dalam kisaran
fisiologis, bahkan hingga 15 mg/dL tanpa disertai kelainan metabolisme
bilirubin. Kadar normal bilirubin tali pusat kurang dari 2 mg/dL dan berkisar
dari 1,4 sampai 1,9 mg/dL.
B. Ikterus non fisiologis
Dulu disebut dengan ikterus patologis tidak mudah uktuk dibedakan dengan
ikterus fisiologis. Keadaan dibawah ini merupakan petunjuk untuk melakukan
tindak lanjut.
- Ikterus terjadi < 24 jam.
- Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang membutuhkan
-
fototerapi.
Peningkatan kadar total bilirubin serum > 0,5 mg/KgBB/jam.
Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi (muntah,
letargi, malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, apneu,
basal
ganglia
dan
pada
berbagai
tampak pada minggu pertama setelah bayi lahir dan dipakai istilah akut
bilirubin ensefalopati. Sedangkan istilah kern ikterus adalah perubahan
neuropatologi yang ditandai oleh deposisi pigmen bilirubin pada beberapa
daerah di otak terutama ganglia basalis, pons, dan serebellum. Kern ikterus
digunakan untuk keadaan klinis yang kronik dengan sekuele yang permanen
karena toksik bilirubin.
Manifestasi klinis akut bilirubin ensefalopati: pada fase awal, bayi dengan
ikterus berat akan tampak letargis,
hisap buruk.
high-
10
Biliverdin bersifat larut dalam air dan secara cepat akan dirubah menjadi
bilirubin melalui reaksi bilirubin reduktase. Berbeda dengan biliverdin,
bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan hidrogen. Jika tubuh akan
mengekskresikan, diperlukan mekanisme transport dan eleminasi bilirubin.
Pada bayi baru lahir, sekitar 75% produksi bilirubin berasal dari katabolisme
heme hemoglobin dari eritrosit sirkulasi, satu gram hemoglobin akan
menghasilkan 34 mg bilirubin. Sisa 25% produksi bilirubin disebut early
labeled bilirubin yang berasal dari pelepasan hemoglobin karena proses
eritropoiesis yang tidak efektif dari sumsum tulang, jaringan yang
mengandung protein heme (mioglobin, sitokrom, katalase, peroksidase) dan
heme bebas.
11
12
terhadapa
pembentukan
ikterus
fisiologis.
Penelitian
dikonjugasi
memindahkan
satu
menjadi
mol
blirubin
asam
diglukoronida.
glukoronida
Enzim
pada
sati
ini
juga
bilirubin
50-60%
dan
80%.
Ikterus
fisiologis
bulan
tidak
berturut-turut
bisa
berdiri
oleh
Peningkattan
peningkatan
kadar
bilirubin
pada
bayi
clearance bilirubin.
14
Peningkatan
ketersediaan
bilirubin
merupakan
hasil
dari
produksi
bilirubin dan early bilirubin yang lebih besar serta penurunan sel
merah. Resirkulasi aktif bilirubin di enterohepatik, yang meningkatkan kadar
serum bilirubin tidak terkonjugasi, disebabkan oleh penurunan bakteri flora
normal, aktifitas -glucoronidase yang tinggi dan penurunan motilitas usus
halus.
Pada bayi yang diberi minum lebih awal atau diberi minum lebih sering dan
bayi dengan aspirasi mekonium atau pengeluaran mekonium lebih awal
cenderung mempunyai isiden yang lebih rendah untuk terjadinya ikterus
fisiologis. Pada bayi yang diberi
yang mendapat ASI, kadar bilirubin cenderung lebih rendah pada yang
defekasinya lebih sering. Bayi yang terlambat mengeluarkan mekonium lebih
sering terjadi ikterus fisiologis.
Pada bayi yang mendapat ASI, terdapat dua bentuk neonatal jaundice
yaitu
menyebabkan
Kelaparan
Frekuensi menyusui
Kehilangan berat
Hambatan ekskresi
Intestinal reabsorption
bilirubin hepatik
of
Pregnanediol
Lipase-free fatty
bilirubin
Asase mekonium
acids
Unidentified
terhambat
Pembentukan
inhibitor
urobilinoid
bakteri
-glukoronidase
Hidrolisis alkalin
Asam empedu
16
hari
fetus
mungkin
memasuki
akibat
beban
bilirubin
ekstra
untuk hati. Puncak ikterus cenderung terjadi pada hari ke-3 dan 4
sesudah lahir.
E. Diagnosis
Berbagai faktor risiko dapat meningkatkan kejadian hiperbilirubinemia yang
berat. Perlu penilaian pada bayi baru lahir terhadap berbagai risiko. Tampilan
ikterus dapat diperiksa di ruangan yang pencahayaannya cukup, dan menekan
kulit dengan tekanan ringan untuk melihat warna kulit dan jaringan subkutan.
Ikterus pada bayi tidak terlihat jika kadarnya kurang dari 4 mg/dL. Pada hari
pertama, tekan pada ujung hidung atau dahi. Pada hari kedua, tekan pada
lengan atau tungkai, dan pada hari ketiga dan seterusnya, tekan pada tangan
dan kaki.
18
Pemeriksaan fisik harus difokuskan pada identifikasi dari salah satu penyebab
ikterus patologis. Kondisi bayi harus diperiksa pucat, petekie, ekstravasasi
darah, memar kulit yang berlebihan, hepatosplenomegali, kehilangan berat
badan, dan bukti adanya dehidrasi.
Guna mengantisipasi komplikasi yang mungkin timbul, maka perlu
diketahui daerah letak kadar bilirubin serum total beserta faktor risiko
terjadinya hiperbilirubinemia yang berat.
tinggi.
Ikterus yang muncul pada 24 jam pertama kehidupan
Inkompatibilitas ABO atau penyakit hemolitik lainnya (defisiensi G6PD)
Umur kehamilan 35-36 minggu
Riwayat anak sebelumnya yang mendapat fototerapi
Sefalhematom atau memar yang bermakna
ASI eksklusif dan kehilangan berat badan yang berlebihan
Ras Asia Timur
sedang
Umur kehamilan 37-38 minggu
Sebelum pulang, bayi tampak kuning
Riwayat anak sebelumnya kuning
Bayi makrosomia dengan ibu DM
19
Foto Terapi
20
< 3 gr/dL
Pada bayi dengan usia kehamilan 35-37 6/7 minggu diperbolehkan utuk
melakukan fototerapi pada kadar bilirubin total sekitar medium risk line.
Merupakan pilihan untuk melakukan intervensi pada kadar bilirubin total
serum yang lebih rendah untuk bayi-bayi yang mendekati usia 35 minggu
dan dengan kadar bilirubin total serum yang lebih tinggi untuk bayi yang
isomer kimia lainnya yaitu lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari
plasma (tanpa konjugasi) melalui empedu. Lumirubin adalah produk
terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia. Sejumlah
kecil bilirubin plasma tak terkonjugasi diubah (foto oksidasi, 20%) menjadi
dipyrole yang diekskresikan melalui urin. Foto isomer bilirubin lebih
polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan
melalui
empedu.
Hanya
saja
yang
bisa
22
Pada bayi sehat dan usia kehamilan 35-37 minggu (risiko sedang)
transfuse tukar dapat dilakukan bersifat individual berdasarkan kadar
bilirubin total sesuai usianya.
disebabkan
oleh
dan
hipokalsemia.
5. Asidosis metabolik, bisa muncul sekunder karena darah sudah tidak
segar.
6. Alkolosis metabolik, karena terlambatnya pembersihan sitrat dari hati.
23
G. Prognosis
Hiperbilirubinemia prognosanya akan buruk apabila bilirubin indirek telah
melalui sawar darah otak, artinya penderita telah menderita kern ikterus
atau ensefalopati biliaris. Sebaliknya apabila tidak terjadi kern ikterus,
prognosanya baik.
DAFTAR PUSTAKA
24