Fraktur Femur Dextra Bagian Proksimal
Fraktur Femur Dextra Bagian Proksimal
Meryn
10-2011-133
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya dise
babkan oleh trauma. Trauma yang menyebabkan patah tulang dapat berupa trauma langsung,
misalnya benturan, atau trauma tidak langsung misalnya jatuh bertumpu pada tangan. Dalam
skenario di perkirakan wanita berusia 60 tahun ini mengalami fraktur langsung. Paisen
terpleset sehingga jatuh menyamping ke kiri dan pangkal paha kanannya membentur lantai.
Fraktur pada skenario ini juga dikarenakan faktor usia pasien yang sudah lanjut, dan
berpengaruh pada kepadatan tulangnya. Biasanya wanita diatas 50 tahun yang sudah
menopause, reabsorbsi tulang oleh osteoklast tidak sebanding dengan pembentukan tulang
baru oleh osteoblast maka hal ini menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Atau
bisa juga pasien memang sudah menderita osteoporosis, maka ketika terpleset tulangnya lebih
mudah fraktur.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai struktur tulang femur dan apa saja otot-otot yang
berperan untuk pergerakan femur tersebut, karna dijelaskan dalam skenario bahwa pasien
tidak dapat bangun untuk berdiri atau berjalan. Juga akan dibahas mengenai fraktur femur,
karna nampak bahwa kaki kanan pasien memendek dan terdapat oedem.
ANAMNESIS
Pada anamnesis, hal-hal yang perlu diketahui adalah :
-
Identitas pasien. Bertujuan untuk mengenal pasien, biasa yang perlu ditanyakan adalah
nama, alamat, umur (penting karna batas usia akan mempengaruhi dalam proses
oedem, kondisi fisik pasca terpleset tidak dapat berdiri ataupun berjalan.
Riwayat penyakit dahulu. Ada atau tidak nya penyakit-penyakit tertentu yang diderita
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas, dan suhu.
1. Look
Memeriksa apakah terjadi pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang
abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas. Pada skenario juga
ditulis bahwa ada edema pada panggul kanan, kaki kanan memendek dan berada pada
posisi eksternal rotasi.
Jangan lupa untuk memeriksa bagian lain secara sistematik dari kepala, muka, leher
sampai perut.
2. Feel
Memeriksa apakah ada nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian lain
secara sistematik. Pada skenario didapati nyeri tekan yang sangat pada saat dipalpasi.
3. Move
Memeriksa apakah bagian yang mengalami fraktur dapat bergerak secara aktif, maupun
pasif. Memeriksa seberapa jauh gangguang fungsi nya, gerakan apa yang tidak mampu
dilakukan, serta range of motion nya.
Fraktur femur dextra bagian proksimal
Pada skenario, pasien kaki kanan pasien tidak dapat digunakan untuk berdiri maupun
berjalan pasca terpleset.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi : melakukan rontgen untuk lokasi fraktur yaitu rontgen kaki kanan pasien.
Melakukan rontgen pada posisi anteroposterior dan lateral atau obliq untuk melihat
jelas.
WORKING DIAGNOSIS
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Fraktur collum femur
Fraktur caput femur
ETIOLOGI
Tulang femur merupakan tulang yang terbesar dan terkuat dalam tubuh manusia. Tulang ini
menghubungkan pinggul dan lutut. 1,2
Tulang femur terdiri dari bagian kepala dan leher dan dua condylus pada bagian distal. Kepala
tulang paha akan membentuk sendi pada pinggul. Bagian proksimal lainnya yaitu trochanter
major dan minor merupakan tempat pelekatan otot. 1,2
Otot-otot paha anterior1,2 :
M. Psoas Mayor
menstabilkannya.
M. tensor fasciae latae
Fungsi utama : abduksi, endorotasi dan flexi paha membantu extensi lutut,
Osteoporosis
Kecelakaan lalulintas
Jatuh dari tempat yang tidak terlau tinggi (seperti terpeleset dikamar mandi)
Jatuh dari tempat yang tinggi
Trauma langsung/tidak langsung
Tekanan yang hebat pada femur
EPIDEMOLOGI
Penampilan fraktur dapat sangat bervariasi, tetapi untuk alasan yang praktis dibagi menjadi
beberapa kelompok yaitu3,4 :
1. Berdasarkan keadaan luka :
a. Fraktur tertutup
Apabila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar,
disebut juga fraktur bersih karena kulit masih utuh
b. Fraktur terbuka
Fraktur femur dextra bagian proksimal
Apabila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena
ada perlukaan kulit
2. Berdasarkan garis patahan
a. Fraktur komplit
Apabila garis patahan melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang
b. Fraktur inkomplit
Apabila garis patahan tidak melalui seluruh penampang tulang, seperti:
Hair line fraktur
Buckle atau tonus fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan
dan overlapping)
Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)
Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh)
PATOFISIOLOGIS
Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang keras akibat kecelakaan yang
mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi patah dan fragmen tulang tidak
beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang tersebut.3
Pada fraktur tibia dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang
lainnya karena periost yan melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah depan yang hanya
dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah.3
MANIFESTASI KLINIS
Terjadi syok hebat dan pada fraktur tertutup, dan fat emboli sering ditemukan. Kaki berotasi
keluar, memendek dan deformitas. Paha membengkak dan memar. Patah pada daerah ini
menimbulkan pendarahan yang cukup banyak. Penderita biasanya tidak hanya nyeri bahkan
tidak bisa bangun. Hal ini terjadi karna ketidakstabilan fraktur.4
KOMPLIKASI3,4
1. Syok, dapat terjadi pendarahan meskipun fraktur bersifat tertutup.
2. Fat emboli, sering didapatkan pada penderita muda dengan fraktur femur. Pelru
dilakukan pemeriksaan gas darah.
3. Trauma pembuluh darah besar, tulang bisa menembus jaringan lunak dan merusak A.
Femoralis.
4. Trauma saraf, trauma pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen dapat disertai
kerusakan saraf yang dapat bervariasi.
5. Infeksi, dapat terjadi pada fraktur terbuka akibat kontaminasi dari luka, tetapi infeksi
dapat terjadi setelah tindakan operasi.
PENATALAKSANAAN
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan
terhadap jalan napas (airway), proses pernapasan (breathing) dan sirkulasi (circulation),
Fraktur femur dextra bagian proksimal
apakah terjadi syok atau tidak. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan
mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak serta memudahkan
proses pembuatan foto.4
Reposisi.
Traksi kontinu; dengan plester felt melekat di atas kulit atau dengan memasang
pin trafersa melalui tulang, distal terhadap fraktur.
Reduksi terbuka bedah, biasanya disertai sejumlah bentuk fiksasi interna dengan
plat pin, batang atau sekrup.
Fraktur ekstremits dapat diimobilisasi dengan gibs, gibs fiberglas atau dengan
brace yang tersedia secara komersial
Semua pasien fraktur perlu diperiksa untuk menilaian neurology dan vascular.
Adanya nyeri, pucat, prestesia, dan hilangnya denyut nadi pada ekstremitas distal
merupakan tanda disfungsi neurovaskuler.
Bila traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga bertindak sebagai
imobilisasi dengan ekstrimitas disokong di atas ranjang atau di atas bidai sampai
reduksi tercapai. Kemudian traksi dilanjutkan sampai ada penyembuhan yang
mencukupi, sehingga pasien dapat dipindahkan memakai gibs atau brace.
Sedapat mungkin pembidaian (splinting) harus dilakukan dalam posisi fungsional
sendi yang bersangkutan.
Merupakan metode penyembuhan fraktur yang bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang
patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin.
Metode Pemasangan Traksi :
1. Traksi Manual
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh. Tujuannya adalah untuk perbaikan dislokasi,
mengurangi fraktur, dan dilakukan pada keadaan emergency
2. Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
a. Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot.
Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu
beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak
diteruskan dengan pemasangan gips.
b. Traksi Skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced
traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal
atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.
Kegunaan Pemasangan Traksi :
Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :
Immobilisasi
10
Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki.
Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk
mengurangi spasme otot.
3. Traksi Cervikal
Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini
biasa dipasang dengan halter kepala.
4. Traksi Russells
Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan
untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa
digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki
dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.
5. Traksi khusus untuk anak-anak
Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman
pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang
tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2
minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu
otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.
Terapi Farmakologi5
Penanganan fraktur batang femur tertutup ditangani dengan cara :
11
Menghilangkan nyeri : terjadi karena adanya trauma pada jaringan lunak dan akan
bertambah nyeri bila ada pergeseran
PROGNOSIS
Karena pasien langsung berobat ke dokter dan jangka waktu kecelakaan tidak terlalu panjang,
dengan penatalaksanaan yang baik dan tepat prognosis nya baik.
KESIMPULAN
Seorang wanita berusia 60 tahun mengalami fraktur tertutup pada femur sebelah kanan nya di
bagian 1/3 proksimalnya. Hipotesis kelompok diterima. Fraktur ini harus ditangani dengan
cepat dan tepat agar pasien bisa cepat sembuh dan dapat beraktifitas kembali.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC : Jakarta.
2. Moore, Keith L.2002. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates : Jakarta.
3. Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. EGC : Jakarta.
Fraktur femur dextra bagian proksimal
12
4. Rasjad, Chairuddin. 2009. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Yarsif Watampoe : Jakarta.
5. Gan Gunawan, Sulistia. 2007 . Farmakologi dan Terapi. FKUI : Jakarta.
13