Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. A. Setyo Heru, Sp.An
Disusun Oleh :
Aditya Nugraha
H2A011007
Billy Gustomo
H2A011012
Wendy Rachmadhany
H2A011048
H2A011007
Billy Gustomo
H2A011012
Wendy Rachmadhany
H2A011048
Tanda Tangan
.............................
Tanggal
.............................
Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Anestesiologi
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Penderita
No. Register
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Diagnosis pre operatif
: 101038
: Ny. LM
: 28 tahun
: Perempuan
: Kaliulo 6/6 Klepu Pringapus kab. semarang
: serotinus G2P1A0 40 minggu serotinus janin
tunggal hidup intrauterine in partu kala 1 fase
laten dengan KPD 16 jam dengan pre eklamsia
Diagnosis post-operatif
ringan
: Post Sectio Caesaria atas indikasi hamil
Macam Operasi
Macam Anestesi
Tanggal masuk
Respirasi
Berat badan
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
: 18 x / menit
: 65 kg
: mesosefal
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
: nafas cuping hidung (-), sekret (-)
: sianosis (-), gigi goyah/palsu (-), buka mulut >3cm
: sekret (-), pendengaran baik
: glandula thyroid tidak membesar, pembesaran
limponodi (-), JVP tidak meningkat, TMD > 6cm,
gerak bebas
Thorax
: retraksi (-),
Cor : I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak kuat angkat
P : Batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ I II intensitas N, reguler, bising (-)
Pulmo : I : Pengembangan dada kanan = kiri
P: Fremitus raba kanan = kiri
P: Sonor-sonor
A: Suara dasar vesikuler +/+, Suara tambahan -/Abdomen : I
A
P
Ekstremitas
: akral dingin (-), oedem(-), turgor kembali cepat
3. Pemeriksaan laboratorium :
Laboratorium Darah :
22/06/2015
Satuan
Hb
9,8 L
g/dl
Hct
30 L
Eritrosit
4,19
X 106/ uL
Leukosit
10,8
X 103/ uL
Trombosit 208
X 103/ uL
GD
CT
4:00
Detik
BT
1:00
Detik
HbsAg
GDS
75
Mg/dL
Ur
18,3
Mg/dl
Cr
0,53
Mg/dl
Protein
(-)
urin
4. Kesimpulan :
Seorang G1P0A0 usia 21 tahun, umur kehamilan 40 minggu dengan
keluhan keluar cairan ketuban sejak 16 jam yang lalu, mengalir terusmenerus, warna jernih, kenceng-kenceng 1x dalam 10 menit, lama 20
detik. Lendir (-), darah (-), gerakan janin masih dirasakan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan : Vital Sign : tekanan darah
140/100 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi rate 18x/menit, suhu axiller 35,9
o
kehamilan 40 minggu.
Pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb 9,8 g/dl, Hct
30% AL 10,9.103 /l, GDS 75 mg/dl, ureum 18,3 mg/dl, creatinin 0,53
mg/dl.
Akan dilakukan Sectio Cesarea dengan anestesi.
Kelainan sistemik : (-), Kegawatan bedah : (-), Status fisik : ASA II.
C. Diagnosis kerja
serotinus G1P0A0 40 minggu janin tunggal hidup intrauterine in partu kala 1
fase laten dengan KPD 16 jam dengan pre eklamsia ringan
D. Rencana Anestesi
1. Persiapan Operasi
a. Persetujuan operasi tertulis (+)
b. Suhu tubuh pasien dibawah 38 C
c. Oksigenasi 3 L / menit
d. Puasa > 6 jam
e. Infus RL 20 tpm
2. Jenis Anestesi
: Regional anestesi
3. Teknik anestesi
: Anestesi spinal
4. Premedikasi
: Ondancentron 4 mg, Ranitidin 50 mg
5. Obat anestesi regional : Bupivakain 15 mg
6. Maintenance
: O2 2 L/menit
7. Monitoring
: tanda vital selama operasi tiap 15 menit, kedalaman
anestesi, cairan, perdarahan
8. Perawatan pasca anestesi di ruang pemulihan
E. Tata Laksana Anestesi
1. Di ruang persiapan
dan ondancetron 4 mg
Jam 11.20 operasi dimulai, tanda vital dimonitor.
Jam 11.25 pemberian oxytoxin 2 mg I.V dan metergin IV
Jam 11. 45 Infus wida HES diganti Ringer asetat 500 cc +
ketorolac 30 mg drip
Jam 12.00 operasi selesai, pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan.
Tensi
85/40
Nadi
100
SpO2
98%
Keterangan
Induksi bupivakain 15 mg dan Oksigen 3
L/menit, terpasang infuse HES di lengan
11.30
11.45
95/60
98/76
85
92
99%
99%
12.00
119/70
84
100%
Jam 12.00 pasien di ruang pemulihan, posisi head up, diberi oksigen 3
G. Terapi cairan
a. Defisit cairan karena puasa 6 jam
(2cc/kgBB/jam) 2 x 65 x 6 = 780 cc
b. Kebutuhan cairan selama operasi sedang selama 1 jam
(4 cc/kgBB/jam) 4 x 65 x 1 = 240 cc
c. Perdarahan yang terjadi : darah suction 300 cc +5 kassa
(6x5cc=25cc)= 325 cc
EBV = 60 cc x 65 kg = 3900 cc
Estimasi kehilangan darah= 430cc /3900 cc *100%= 8,3%
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BEDAH SESAR
Bedah sesar adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Dalam
praktek obstetri modern, pada dasarnya tidak terdapat kontraindikasi untuk
dilakukan bedah sesar. Namun, bedah sesar jarang diperlukan apabila janin
sudah mati atau terlalu prematur untuk bisa hidup. Pengecualian untuk
pemerataan tersebut mencakup panggul sempit pada tingkatan tertentu di
mana persalinan pervaginam pada beberapa keadaan tidak mungkin
dilakukan, sebagian besar kasus plasenta previa, dan sebagian besar kasus
letak lintang kasep. 1,4,5.
Tabel 2.1 Keputusan untuk melakukan tindakan sectio caesaria 6
Sectio Caesaria berulang
Terjadwal
Gagal pervaginam
Distosia
Presentasi yang abnormal
Transverse
Presentasi bokong
Multiple gestasion
Fetal Distress
Riwayat penyakit ibu yang jelek
Preeklamsi
Penyakit jantung
Penyakit paru
Perdarahan
Plasenta previa
Placental abruption
Menurut Mochtar (2007), Pre Eklamsia Dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :1
1) Pre-eklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang: atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih;
atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada dua kali pemeriksaan dengan jarak 1
jam,sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki jari tangan, dan muka, atau kenaikan berat
badan 1 kg per minggu.
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr per liter,kwalitatif 1+ atau 2+ pada
urin kateter atau midstream.
2) Pre-eklamsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
b. Proteinuria 5gr per liter.
c. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di
epigastrium.
e. Terdapat edema paru dan sianosis.
Berdasarkan lokasi sayatan, section cesarea dibedakan menjadi:
1. Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga
memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan
tetapi jenis ini sudah sangat jarang dilakukan saat ini karena sangat
berisiko terhadap terjadinya komplikasi.
2. Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih (segmen bawah
rahim) sangat umum dilakukan pada masa sekarang ini. Metode ini
meminimalkan risiko terjadinya pendarahan dan cepat penyembuhannya.
3. Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengangkatan
rahim. Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus dimana pendarahan yang sulit
tertangani atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.
4. Bentuk lain dari bedah caesar seperti bedah sesar ekstraperitoneal atau
bedah sesar Porro.
B. PERSIAPAN ANESTESI REGIONAL
Persiapan anestesi regional sama dengan persiapan GA karena untuk
mengantisipasi terjadinya toksik sistemik reaction yg bisa berakibat fatal,
perlu persiapan resusitasi. Misalnya: obat anestesi spinal/epidural masuk ke
pembuluh darah dan menimbulkan kolaps kardiovaskular sampai cardiac
arrest. Juga untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan, sehingga operasi bisa
dilanjutkan dengan anestesi umum.8,9.
Daerah disekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan
kesulitan, misalnya ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien
gemuk sekali sehingga tidak teraba tonjolan prosesus spinosus. Selain itu
harus pula dilakukan :
1. Informed consent
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium anjuran
C. PREMEDIKASI
Premedikasi adalah pemberian obat sebelum anestesi. Dengan
kemajuan teknik anestesi sekarang ini, tujuan utama pemberian premedikasi
tidak hanya untuk mempermudah induksi dan mengurangi jumlah obatobatan yang digunakan, akan tetapi sebagai persiapan anestesi terutama untuk
menenangkan pasien, menimbulkan rasa nyaman bagi pasien, menghilangkan
rasa khawatir atau cemas. Premedikasi dengan pemberian obat sedatif
menyebabkan penurunan aktivitas mental. Banyak ahli anestesiologi
berpendapat bahwa kantuk membebaskan rasa takut dan ketegangan emosi.
Dengan demikian hemodinamik pasien akan stabil. 1,7
Premedikasi diberikan berdasar atas keadaan psikis dan fisiologis
pasien yang ditetapkan setelah dilakukan kunjungan prabedah. Dengan
demikian maka pemilihan obat premedikasi yang akan digunakan harus selalu
dengan mempertimbangkan umur pasien, berat badan, status fisik, derajat
kecemasan,
riwayat
pemakaian
obat
anestesi
sebelumnya,
riwayat
mendapat
terapi
ligamentum
supraspinosum,
ligamentum
interspinosum,
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Permasalahan dari segi medik
Pada kasus hamil serotinus dengan ketuban pecah dini 16 jam dan
preeklamsia ringan dilakukan tindakan section caesaria karena bila
persalinan dibiarkan berlangsung sendiri tanpa pengambilan tindakan yang
tepat bisa menimbulkan bahaya terutama bagi janin yaitu meningkatkan
infeksi intrapartum.
Pada tindakan-tindakan bedah sesar umumnya dipilih anestesi regional sub
arachnoid block/spinal karena mempunyai banyak keuntungan seperti
kesederhanaan teknik, onset yang cepat, resiko keracunan sistemik yang
kecil, blok anestesi yang baik, pencegahan perubahan fisiologi dan
penanggulangannya
perdarahan.
3. Permasalahan Dari Segi Anestesi
Pemberian Obat-obat anestesi:
1. Premedikasi : Ondancentron 4 mg, ranitidine 15 mg
2. Anestesi spinal : Bupivakain 15 mg
3. Maintenance : Oksigen 3 liter/menit.
4. Lain-lain: Oxytocin, metergin, efedrin, dan ketorolac
Ondancentron adalah suatu antagonis 5-HT3, diberikan dengan tujuan
mencegah mual dan muntah pasca operasi agar tidak terjadi aspirasi dan rasa tidak
nyaman. Menurut penelitian obat ini tidak teratogenik, dapat digunakan pada
kehamilan jika ada indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono. Ilmu Kebidanan. Ed II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 1999
2. Atkison, R.S., et al. A synopsis of Anasthaesia, 10 th
Publishing Ltd. Singapore. 1998.
edition. PG
14. Morgan PJ. The Eff ect of Increasing Central Blood Volume to Decrease
the Incidence of Hypotension Following Spinal Anesthesia for Cesarean
Section. In Halpern SH, Douglas MJ. Evidence Based Obstetric
Anesthesia. Massacuse+ s: Blackwell Publishing, Inc; 2005, 89-100.
15. Mcllroy DR, Karasch ED. Acute Intravascular Volume Expansion with
Rapidly Administered Crystalloid or Colloid in the Setting of Moderate
Hypovolemia. Anesth Analg 2003; 96: 1572-7.
16. Ginosar Y, Mirikatani E, Drover DR, Cohen SE, Riley ET. ED50 and
ED95 of intrathecal hyperbaric bupivacaine coadministered with opioid in
cesarean delivery. Anesthesiology 2004;100:676-82.
17. Hunt CO, et al. Perioperative analgesia with subarachnoid fentanylbupivacaine for cesarean section. Anesthesiology 1999;71:535-40.